Bab 16 PRUK"Wa'alaikumsalam warahmah. Oh, Mbak Aqilah, ya?" jawab Gus Zainal yang menoleh ke belakang, diikuti oleh Kamila."Nggih, Gus.""Oh, ya, Mbak, ini Kamila, yang tadi saya ceritakan," ucap Gus Zainal memperkenalkan Kamila."Oh, nggih, perkenalkan, Ning, saya Aqilah," ucap Aqilah seraya mengulurkan tangan ke arah Kamila.Kamila tersenyum ramah, kemudian menjabat tangan Aqilah, "Aku Kamila, panggilnya Kamila, atau Mila aja, nggak usah nang ning ya," jawab Kamila santai.Aqilah tersenyum pada gadis yang ia taksir berusia lima tahun di bawahnya itu."Oke Mila, kamu sudah siap?" tanya Aqilah."Hah, siap apa?" tanya Kamila bingung."Nikah," celetuk Gus Zainal."Wey, Gus! Ga usah bercanda ya!" gumam Kamila seraya memandang nyalang ke arah lelaki yang kini tengah menahan tawa itu."Ya siap masuk asrama lah, Kamila, kok pakai nanya?" sambung Gus Zainal."Oh, itu, tinggal masuk doang, kan? Harus siap-siap gimana lagi? Siap kok aku," jawab Kamila mantap."Ya, bukan hanya tinggal masuk,
Bab 17 PRUKKamila berjalan gontai dari Aula ke arah kamarnya, bersama tiga teman barunya yang tinggal sekamar dengannya. Berkumpul dengan ratusan manusia di satu ruangan dan berdusel-duselan membuat perutnya mual."Mila, kok loyo gitu?" sapa Nayla–teman sekamar Kamila yang cukup mudah akrab dengannya."Gimana nggak loyo, weey? Dari sehabis maghrib sampai hampir jam sembilan, lho, kita cuma duduk ngaji dan sholat!" keluh Kamila disambut tawa oleh Nayla."Ya gitu emang kegiatan di pesantren, Mil, kamu harus terbiasa mulai sekarang, padahal ini belum Ramadhan, kalau Ramadhan malah makin padet," celetuk Nayla membuat langkah Kamila terhenti seketika."Hah, sumpah?" tanya Kamila dengan ekspresi yang entah."Iya, ada banyak kajian kitab kuning yang dikebut khatam selama bulan Ramadhan," jelas Nayla."Tapi aku nggak ngerti lho soal kitab kuning itu, jangankan artinya, bacanya aja kaga bisa, mana nggak ada harakatnya," gerutu Kamila mulai stres dengan kehidupan pesantren."Kamu kan bisa deng
Bab 18 PRUK"Kamu belum makan, kan? Saya mau ajak kamu makan," ucap Gus Zainal membuat Kamila yang mulai membaik moodnya tiba-tiba merasakan keroncongan di perutnya."Oke, aku yang traktir deh, tapi pinjem uang Gus dulu, sebab dompet aku tertinggal di asrama," ucap Kamila bersemangat, membuat Gus Zainal terkekeh."Kamu, ya ... Mau berbuat baik saja harus merepotkan orang dulu," balas Gus Zainal membuat gadis berkacamata itu mencebikkan bibirnya. "Ya habis mau gimana lagi, Gus? Masa harus masuk ke asrama lagi sih?" gerutu Kamila, malas."Nggak usah, kamu nggak usah repot-repot, saya mau ajak kamu makan gratis kok, makan bareng sama keluarga saya. Sekalian saya mau kenalkan kamu dengan Ning-ning saya," lanjut Gus Zainal membuat Kamila kembali tak berselera."Jangan di rumahnya Gus lah, nggak nyaman, Gus. Aku nggak bisa bebas di sana. Itu soal kenalan bisa lain waktu, kan? Mendingan kita jalan aja deh, Gus! Cari makan di luar, udah bosen banget ini diem di asrama, pen hirup udara segar,
Bab 19 PRUKSetelah menghabiskan seluruh makanan yang dipesan, kini Kamila dan Gus Zainal tengah duduk bersantai sambil menyesap minuman hangat di hadapan mereka."Makasih ya, Gus, dah ajak aku makan di sini," ucap Kamila yang tak lupa untuk berterima kasih atas kebaikan apapun yang ia terima dari orang lain."Sama-sama, tapi ingat perjanjiannya, ya? Mulai besok—,""Harus belajar makan bareng ma temen-temen, iya iya, Gus, aku ingat kok, tenang aja," sahut Kamila menyela ucapan Gus Zainal.Lelaki berwajah kharismatik itu tersenyum seraya menganggukkan kepala, "Good job!" ucapnya seraya mengacungkan dua jempolnya untuk Kamila."Nah, sekarang, gantian, aku yang nagih janji Gus, ya? Mana hp Gus? aku mau minjam," ucap Kamila seraya menodong Gus Zainal.Gus Zainal menghela nafas panjang, ia tak punya pilihan lain, berbagai cara sudah ia lakukan untuk menunda, dan kali ini ia tak lagi bisa beralasan.Putra Kyai Husein itu akhirnya dengan berat hati merogoh sakunya, mengambil samarthphonenya
Bab 20 PRUK[Halah, paling itu cuma alasan kamu aja, Mila! Bilang aja kamu sudah bosan denganku dan sengaja menghindar, kan?]Balasan Dion atas penjelasan singkat Kamila berhasil memporak-porandakan hati gadis sembilan belas tahun itu. Wajahnya mendadak sendu dan bingung. Ia sudah menjelaskan pada Dion bahwa untuk beberapa waktu ke depan ia tidak bisa menghubungi dan menemuinya sebab ia sedang menjalani hukuman dari orang tuanya. Akan tetapi Dion tidak bisa mengerti dan malah menuduh Kamila menjauhinya, respon Dion sangat jauh dari yang diharapkannya.Melihat kegundahan dari raut wajah Kamila, Gus Zainal berinisiatif bertanya, "Ada apa, Ning?" tanyanya dengan nada perdamaian."Dion marah, Gus, sama aku." Kamila membagi gundahnya dengan Gus Zainal."Marah? Kenapa marah?" tanya Gus Zainal heran."Ya sebab aku nggak bisa dihubungin seharian ini, Gus. Dia mikirnya aku sengaja ngehindar, aku harus gimana ya, Gus?" keluh Kamila mencurahkan isi hatinya, mengalir begitu saja."Kamu sudah jela
Bab 21 PRUK"Kamilaaa!" Gus Zainal menggeram menaham amarah."Apa? Gus mau marah? Gus sendiri lho yang bilang aku boleh pake aplikasi apa aja dari hp Gus," sahut Kamila dengan cepat menimpali.Lagi, Gus Zainal menghela nafasnya. Rasanya ia ingin berceramah tiga jam lamanya di hadapan Kamila. Bagaimana tidak? Bocah yang konon adalah calon istrinya itu baru saja menghabiskan separuh penghasilan bulanannya hanya dalam waktu sepuluh menit.Tapi ia pun tak bisa menyalahkan Kamila, ini akibat dari kecerobohannya, ah, bukan ceroboh, lebih tepatnya akibat ia terlalu berbaik sangka pada gadis cantik yang berada di hadapannya. Gadis yang mulanya ia pikir manis, tapi ternyata ahli bikin gigi meringis."Nggak, saya nggak akan marah, tapi saya minta kamu jangan pernah melakukan hal serupa pada orang lain," ucap Gus Zainal tanpa ada sedikitpun menampakkan amarah."Kenapa sama orang lain gak boleh tapi sama Gus boleh?" tanya Kamila cukup terkejut dengan respon Gus Zainal. Ia pikir, setelah ia menger
Bab 22 PRUKSetelah menyelesaikan transaksinya, Gus Zainal segera memasuki mobil, namun ia dibuat terkejut dengan Kamila yang memandangnya penuh permusuhan."Hei, kamu kenapa, Kamila? Kok lihatin saya kayak gitu sih? Kamu baik-baik aja, kan? Nggak lagi kesurupan kuntilanak, kan?" tanya Gus Zainal sembari menyalakan mesin mobilnya."Kuntilanak-kuntilanak, Gus tuh kuntilanaknya," sarkas Kamila membuat Gus Zainal mengerutkan kening. Ia pun segera menepikan mobil, sebab merasa ada yang tak beres dengan gadis di sisinya."Maksud kamu apa sih bicara seperti itu? Kenapa tiba-tiba kasar, hem?" tanya Gus Zainal sabar.Tak menjawab, Kamila justru memutar suara tawa kuntilanak dari ponsel Gus Zainal, membuat kedua mata lelaki itu reflek membola."Kenapa? Kaget ya sebab ketahuan ulahnya?" tanya Kamila sinis, sedangkan Gus Zainal kini malah menahan tawanya."Astaghfirullah ...," gumamnya pelan dengan wajah memerah akibat menahan tawa agar tak sampai pecah."Bagus ... Istighfar banyak-banyak, ya! D
Bab 23 PRUKWaktu hampir memasuki tengah malam saat Kamila memasuki kamarnya, dan betapa terkejutnya ia saat mendapati teman-temannya belum ada yang tidur."Eh busyet! Masih pada hidup aja nih anak orang," gumam Kamila saat memasuki kamarnya. Sedangkan teman-temannya memandangnya dengan penuh tanya."Kalian ngapain liatin aku gitu sih?" tanya Kamila seraya meletakkan sekotak berisi ayam bakar utuh pemberian Gus Zainal."Nih, ayam bakar, makan kalau kalian pada mau!" ucap Kamila seraya menanggalkan hijabnya."Dari Gus Zainal ini?" tanya Nayla yang tak sabar ingin mendengar kisah Kamila."Yaps," balas Kamila sambil membaringkan tubuhnya sembarangan."Sumpah!?" pekik tiga teman Kamila bersamaan, membuat Kamila terkejut dan reflek mendudukkan kembali tubuhnya."Iya, astaga ... kenapa pada kaget gitu, sih?" gumam Kamila heran, sembari mengelus-elus dadanya yang berdebar akibat terkejut."Mil, sekarang juga kamu ceritain ke kita, ada hubungan apa kamu sama Gus Zainal?"tanya Nayla mewakili t