Cinta Satu Malam - Pesona Om Bujang Lapuk (81)2 minggu kemudian.Hari ini Alfaro sengaja pulang kerja lebih awal, sengaja ingin menghabiskan waktu bersama dengan Dina mumpung weekend. Tetapi, bukan itu alasan yang sebenarnya. Melainkan ia begitu antusias, sebab hari ini hari terkahir Dina mensturasi, yang artinya, malam ini, ia bisa kembali mengunjungi ladangnya untuk bercocok tanam, setelah selama seminggu ia harus menahan diri.Al mengayun langkahnya cepat memasuki kamarnya. Langkahnya bersemangat seperti seorang anak kecil yang sedang mendatangi taman bermain favoritnya."Assalamualaikum." Al mengucap salam seraya membuka pintu, tampak istrinya tengah bersolek di depan meja riasnya, dengan masih mengenakan kimono mandinya dan handuk yang melilit di kepala."Waalaikumsalam," jawab Dina seraya membalikkan badannya. Menyambut suaminya dengan senyuman hangat miliknya. Dina bangkit dari tempat duduknya, kemudian berjalan menyambut suami yang masih berdiri di ambang pintu.Al yang meli
Seakan tak percaya dengan apa yang diucapkan suaminya, Dina hanya membalas pandangan suaminya dengan mulut ternganga."Kok gitu ekspresinya? Kamu nggak suka dengan keputusan saya?" tanya Al, merasa khawatir ia kembali salah dalam mengambil keputusan."Bukan seperti itu, A', hanya saja Dina masih kesulitan mencernanya. Antara percaya nggak percaya. Apa Dina salah dengar atau bagaimana," jawab Dina apa adanya."Saya serius, Addina Amalia Zahra!"Dina menghela nafas panjang."Apa Aa' yakin dengan keputusan Aa'?" tanya Dina ragu."Insya Allah saya sudah yakin. Dua bulan setengah bukan waktu yang sebentar untuk kamu menunggu saya berproses, Din. Jadi saya tidak ingin membuat kamu menunggu lebih lama lagi.""Tapi Aa' juga tidak perlu memaksakan diri, biarlah semua berjalan natural apa adanya, kita nikmati prosesnya bersama-sama. Dina tidak ingin, hal seperti yang sebelumnya akan terulang kembali hanya karena Aa' terburu-buru mengambil keputusan," jawab Dina seraya tertunduk sedih, mengingat
CINTA SATU MALAM - PESONA OM BUJANG LAPUK (82)Al mengecup lama kening istrinya sebagai ucapan terima kasih atas malam yang indah nak nikmat yang baru saja mereka lalui."Terima kasih, ya? Kamu selalu nikmat, Addina," ucap Al seraya memandang wajah istrinya yang tengah terbaring di lengannya.Dina tersenyum, "Sama-sama, Sayang. Aa' juga selalu menggairahkan," balas Dina memuji suaminya."Ya sudah, kita istirahat yuk, besok pagi saya mau ajak kamu ke suatu tempat." Al mengucapkannya seraya membelai rambut Dina."Ke mana, A'?""Ke tempat orang yang sangat spesial, besok juga kamu akan tahu. Yang terpenting sekarang kamu istirahat yang cukup, sebab besok adalah perjalanan yang melelahkan." Al menjawab dengan teka-teki, membuat Dina semakin penasaran."Ya sudah, Dina akan coba sabar menunggu sampai besok. Selamat istirahat suamiku, maaf kalau hari ini istrimu ini ada salah kata dan sikap ya?" ucap Dina mengakhiri percakapan mereka."Sama-sama. Saya juga minta maaf ya."Keduanya lalu sama-
"Kamu mau makan apa, Din?" tanya Al sesaat setelah seorang pelayan menyerahkan sebuah daftar menu."Apa ya, A'? bingung deh sama nama menunya.""Kalau kamu cari nasi uduk, nasi krawu sama nasi mandhi ya nggak ada di sini!"Dina terkekeh."Aa' pilih apa?""Saya nasi goreng udang aja.""Kalau gitu Dina juga nasi goreng deh, tapi bentar, Dina pilih dulu enaknya nasi goreng apa," ucap Dina seraya memilih satu dari beberapa menu nasi goreng yang tersedia."Kayaknya Dina nasi goreng ikan asin aja deh, A'," celetuk Dina."Kok nasi goreng ikan asin? Emang enak?""Kelihatannya sih enak, A', Dina pilih yang paling anti mainstream aja sih," jelas Dina."Oke. Minumnya?""Air mineral aja.""Oke.""Saya pesan nasi goreng udang 1, nasi goreng ikan asin 1 sama air mineralnya dua ya, Mas," ucap Al mengulang pesanannya."Baik, Pak. Ada lagi?""Nambah salad buahnya juga 1, kamu mau, Din?""Nanti bareng Aa" aja," jawab Dina."Oke, itu aja, Mas."Pelayan itu kemudian segera berlalu untuk membuatkan pesana
Cinta Satu Malam - Pesona Om Bujang Lapuk (83)"Pemakaman Umum Teratai Indah?" gumam Dina mengeja sebuah tulisan di seberang jalan.Ia lalu melirik suami di sisinya, seolah paham akan maksud tujuan suaminya mengajak kemari."Kita beli bunga dulu ya," ucap Al seraya menggandeng Dina ke tempat penjual bunga.Al membeli dua keranjang bunga tabur, dua botol air dan dua bucket mawar putih. Setelah membayar, Al segera membawa Dina menyebrangi jalan menuju pemakaman."Ya Allah, jadi jauh-jauh Aa' ajak aku dari Surabaya ke Jakarta untuk ini? Untuk berziarah entah ke makan siapa. Mungkinkah ke makan Mama dan Papa?" batin Dina yang masih terus mengikuti langkah suaminya.Al berhenti sejenak di pintu masuk makam, celingukan ke kanan dan kiri. Tempat ini banyak berubah, begitu asing untuknya. Terakhir ia kemari bersama Oma saat usianya masih kanak-kanak, setelah itu ia tak pernah berniat berkunjung lagi.Baginya, mendatangi makam hanya akan membuat beban rindunya semakin berat, membuka kembali lu
"Saya takut, Din ... Bagaimana kalau —.""Ssssstttt ... Aa' jangan mikir macam-macam, ya?""Saya takut hal yang sama akan terjadi pada kamu, Din. Saya nggak bisa membayangkannya, saya nggak akan sanggup, Din ....""Sayang ... Stop berpikiran yang membuat Aa' tak nyaman. Selalu ingat, bahwa hidup dan mati hanya lah kuasa Allah. Mungkin hari ini kita sedang menyaksikan kematian, yang membuat kita menjadi sedih dan takut sebab diingatkan lagi pada suatu hal yang pasti itu.Akan tetapi, kita juga perlu ingat. Ada banyak kehidupan baru yang terjadi di waktu bersamaan di luar sana. Coba kita berkunjung ke rumah bersalin, mungkin hal yang akan kita rasakan adalah yang sebaliknya. Kita akan turut bahagia melihat kebahagiaan para orang tua menyambut buah hatinya.Itu hal yang wajar, sebab kita sebagai manusia memiliki rasa empati. Dah, Aa' tenang aja ya. Yakin, insyaAllah semuanya akan baik-baik saja," ujar Dina panjang kali lebar, mencoba menenangkan suaminya dan mengembalikan rasa percaya di
Cinta Satu Malam - Pesona Om Bujang Lapuk (84)"Dina ikut Aa' aja lah, Dina kan nggak tau daerah sini, A'," sahut Dina."Kamu bisa pilih destinasi yang terkenal di Jakarta. Kalau saya sudah tamat semua seluk beluk Jakarta. Jadi nggak ada tempat yang ingin saya kunjungi," jawab Al lagi."Eum ... Keluarga Aa' kan banyak di Jakarta? Kenapa kita nggak mengunjungi mereka aja?" celetuk Dina.."Males saya, Din. Lagipula waktu lima jam nggak akan cukup buat nemuin mereka semua. Saya ingin menghabiskan waktu bersama kamu, Din ....""Ehm ... Iya juga ya, A', kalau begitu, kita ke Dufan aja ya? Dina penasaran deh!" ucap Dina menjatuhkan pilihan pada destinasi wisata yang sangat masyhur di Jakarta itu."Hah! Dufan, Din?""Iya, A', Dufan. Kenapa sih? Kok kaget gitu? Mahal ya?" tanya Dina polos sekaligus heran melihat ekspresi suaminya."Bukan soal itu, Din. Kamu mau belanja barang branded sepuas kamu pun ayo! Saya siap. Dari pada harus ke Dufan. Mau ngapain sih?""Ih, belanja doang mah di Surabaya
"Kenapa diam?" sahut Dina membuat Al tersadar."Nggak apa-apa.""Pasti nggak pernah, kan? Pasti Aa' sibuk kan sampai melewatkan masa muda yang begitu indah?" lanjut Dina lagi.Al hanya melirik malas."Memangnya kenapa kalau saya melewatkan masa muda? Nggak rugi juga kok? Buktinya sekarang saya bisa menikmati kesuksesan saya." Al menjawab jumawa."Benar, Aa' memang sama sekali tak rugi. Dan Dina juga tidak sedang membahas untung rugi. Dina hanya ingin membalikkan ucapan Aa' aja. Kalau dulu di masa muda Aa' menghabiskan waktu untuk hal-hal yang ingin Aa' capai di masa depan, maka saat sekarang semua itu sudah berada dalam genggaman, saatnya Aa' menebus apa yang Aa' pernah lewatkan," ucap Dina tak putus asa mengajak suaminya untuk menikmati wahana-wahana yang tersedia."Tapi saya nggak suka, Din!""Aa' nggak bisa menilai sebelum tahu rasanya. Dina pun belum pernah naik wahana-wahana ini, jadi Dina belum tahu, Dina suka apa nggak. Tapi Dina mau coba," jawab Dina.Al menghela nafas panjang
Bab 45 PRUK"Bismillahirrahmanirrahim, Allahumma sholli 'Alaa sayyidina Muhammad wa 'alaa aali sayyidina Muhammad. Ushikum wa nafsii bi taqwAllah, faqod faazal muttaqun.Uzawaijuka 'ala maa amaraAllahu bihi min imsakin bima'rufin au tashrihin bi ihsan.Ya Ali Zainal Abidin Bin Kyai Husein, Ankahtuka wazawwajtuka makhtubataka ibnati Kamila Cahaya Alfahri binti Alfaro Putra Al-fahri, alaa mahri 1 milyun rubiyah, haalan.""Qobiltu nikahaha wa tazwijaha bil mahril madzkur haalan." Gus Zianal menjawab kalimat ijab dalam sekali tarikan nafas dan penuh kefasihan."Bagaimana saksi, sah?"Sah!Sah!Sah!Alhamdulillahi rabbil 'Aalamiin, baarkallahu laka wabaaraka 'alaika wa jama'a bainakuma fii khair."Doa doa baik dipanjatkan oleh orang-orang tua dan masyayikh yang hadir. Semuanya turut bahagia atas pernikahan putra kyai Husain.Kamila yang menunggu di atas pelaminan bersama bunda dan mertuanya mengikuti seiap rangkaian acara dengan khidmat. Ia tak berhenti memanjatkan doa di waktu yang hadi
Bab 44 PRUKSebuah cincin berbahan emas baru saja dilingkarkan di jari manis kiri Kamila oleh Bu Nyai Hana, sebagai simbol bahwa kini Kamila sudah berada dalam pinangan putranya, Gus Zainal.Segala doa dipanjatkan untuk kebaikan keduanya, seluruh keluarga terlihat bahagia atas keputusan Gus Zainal dan Kamila yang pada akhirnya memutuskan untuk segera melaksanakan pernikahan.Tanggal pernikahan telah disepakati, begitu juga dengan bagaimana konsepnya. Rencana gus Zainal dan Kamila untuk melaksanakan program riyadhoh sebelum pernikahan dilangsungkan juga disetujui bahkan didukung oleh seluruh pihak keluarga.Setelah selesai sesi lamaran, Kamila langsung dibawa oleh pihak keluarga Gus Zainal, bukan sebagai pengantin yang diboyong ke tempat suaminya, melainkan sebagai calon santriwati program riyadhoh selanjutnya.Sesampainya di pesantren, Gus Zainal segera mengantar calon istrinya ke tempat di mana ia akan menghabiskan waktu selama 40 hari ke depan."Sudah siap?" tanya Gus Zainal."Insya
Bab 43 PRUK"Saya hanya ingin Gus bahagia, dengan menikahi wanita pilihan Gus. Saya tidak ingin menghalangi kebahagian Gus dengan melanjutkan perjodohan ini." setelah beberapa saat, akhirnya Kamila menjawab dengan kalimat yang terdengar ambigu.Gus Zainal terdiam, ia memperhatikan Kamila dengan seksama, "Kamila terkesan menjaga jarak denganku, bahkan dia terlihat segan dan canggung, berbeda dengan Kamila yang kukenal sebelumnya. Kamila yang ceria, yang kocak, yang asal jiplak kalau bicara.Kamila yang dihadapanku ini terkesan pendiam, hanya berbicara seperlunya, terkesan membentengi dirinya dariku. Dia bahkan mengganti kata ganti untuk dirinya dari 'aku' beubah menjadi 'saya'.Entah mengapa, mungkinkah ini akibat dari kejadian yang baru menimpanya, atau mungkin ini sudah menjadi keputusannya? Aku tidak tahu. Tapi hatiku, mengharapkan Kamila yang dulu, yang apa adanya, yang telah berhasil mencuri hatiku. "Bagaimana jika bahagiaku ada padamu, Kamila?" tanya gus Zainal kemudian.Kamila
Bab 42 PRUK"Ayah ... Ayah tenang dulu, ya." Gus Zainal mencoba menenangkan Ayah Kamila yang semakin tergugu."Saya menyesal, Gus ... kenapa harus Kamila yang menjadi korban atas dosa-dosa masa lalu saya? Saya malu, Gus ... saya malu dengan Kyai Husain, saya malu sama njenengan, Gus ...."Ayah Kamila kembali mengungkapkan isi hatinya. Tangisnya pecah, ia merasa gagal sebagai seorang ayah.Addina yang mendengar ratapan suaminya turut teriris hatinya. Dia tahu betul, bahwa suaminya sangat mengharapkan perjodohan ini. Harapan terbesarnya adalah mengantar Kamila sampai ke pelaminan, dan bersanding dengan lelaki yang tepat, yang mampu memimpin Kamila dan mengarahkannya pada kebaikan.Perjodohan dengan Gus Zainal adalah salah satu cara yang ia harapkan dapat menjadi jalan untuk mewujudkan impiannya."Tolong, Gus ... tolong sampaikan maaf saya pada Kyai Husein. Maaf karena terpaksa perjanjian perjodohan ini harus berakhir sampai di sini." Alfaro melanjutkan kalimatnya."Ayah ... jika memang
Bab 41 PRUKKamila menceritakan semua dari awal sampai akhir, tanpa ada sedikitpun yang ditutupinya. Walaupun dengan penuh drama, sembari terus terisak penuh penyesalan, namun Kamila memutuskan untuk mengakhiri semua dramanya.Kejadian yang baru saja menimpanya membuatnya sadar, bahwa jalan yang ia pilih selama ini adalah salah.Dion, lelaki yang selalu dipuja-pujanya, justru merupakan lelaki yang hampir saja merusak diri dan masa depannya.Rasa syukur dan terima kasih tak henti ia ucapkan pada Allah, kedua orang tua dan Gus Zainal, karena tanpa jasa mereka, Kamila tak dapat membayangkan lagi apa yang akan terjadi dalam hidupnya."Astaghfirullah, Kamila ... Kamu—!" Ayah Kamila tak dapat menahan amarah, setelah mendengarkan cerita Kamila, ia menyimpulkan, bahwa semuanya bermula dari kecerobohan putrinya.Ia menarik nafas panjang, lalu kembali membuangnya kasar. Berusaha meredam emosi yang tiba-tiba menguasai jiwa."Berapa kali Ayah bilang sama kamu, jauhi Dion, Kamila ... jauhi Dion! T
Bab 40 PRUKGus Zainal melajukan mobilnya dengan kecepatan penuh. Dadanya masih bergemuruh, tiap kali membayangkan apa yang telah Dion lakukan pada Kamila.Melalui spion tengah, ia melirik Kamila yang masih terlelap dalam tidurnya."Nyenyak tidur Kamila sangat tidak normal, besar kemungkinan Dion menabur obat tidur di dalam makanan atau minuman Kamila.Seharusnya hal ini cukup membuat hatiku, lega, karena itu artinya, apa yang terjadi, bukan atas dasar keinginan Kamila.Tapi tetap saja, hati ini begitu kecewa. Mendapati kenyataan bahwa Kamila berada di sebuah ruangan bersama lelaki lain. Tak hanya itu, dia bahkan sudah disentuh-sentuh," gumam Gus Zainal dalam hati"Aaaarrrrrrrgggghhhh!" ia berteriak penuh amarah sembari memukul setir. Merasa emosinya tak stabil, ia menepikan mobil, sejenak menenangkan diri dari serangan emosi."Ya Allah ... kenapa harus seperti ini? Kenapa harus Kamila? Aku telah gagal menjaga Kamila, aku telah gagal mengemban amanah yang Abah berikan padaku. Dan saya
Bab 39 PRUKSetelah puas bermain-main dengan kepala Kamila, kini tangan Dion turun membelai pipi Kamila. Membuat gadis itu semakin meronta di alam bawah sadarnya. "Cantik," gumamnya pelan dengan suara yang semakin memberat, tanda ia mulai berhasrat."Ah, rasanya aku udah nggak tahan lagi lihat Kamila tergeletak tak berdaya seperti ini. Sebaiknya aku segera eksekusi," gumam Dion seraya membuka pakaian yang dikenakannya. Lalu menyibak selimut yang membalut tubuh Kamila, menampilkan setiap lekukan dari tubuh moleknya.Dion tersenyum puas memandangnya. Matanya semakin menggelap, dan ingin segera melangsungkan aksinya.Melihat kaki putih jenjang Kamila yang hanya terbuka separuh membuat sisi lelaki Dion semakin menyala, bulu-bulu halus yang tumbuh di sana mulai dibelai-belainya. Menimbulkan sensasi nikmat tersendiri baginya. Dion memejamkan mata, merasakan halus kulit tubuh Kamila.Perlahan posisi tubuh Dion sudah berada di atas tubuh Kamila, mulai memandangi wajah cantiknya yang tengah t
Bab 38 PRUK"Di ... please ... kamu mau ngapain?" tanya Kamila semakin ketakutan."Santai aja, Mil ... Aku cuma mau nolongin kamu kok," ucapin seraya merangkul dengan Kamila. Akan tetapi dengan cepat Kamila menjauhkan tubuhnya dari sentuhan Dion."Jangan sentuh aku, Di!" ucapnya lantang.Akan tetapi hal itu tak membuat Dion menjadi gentar, ia justru semakin mempermainkan perasaan Kamila, "rileks, Mil, santai aja ... aku nggak akan ngapa-ngapain kamu. Aku cuma mau bantuin kamu kok. Ayo sini, kamu jangan terlalu lama di sini dengan pakaian seperti ini, kamu bisa masuk angin nanti, ingat, kamu habis kehujanan." Dion menyampaikan kalimatnya dengan suara yang sangat lembut, membuat Kamila seketika merasa luluh, seolah tengah terhipnotis dengan perlakuan Dion, walau dalam hati ia tetap was-was.Kamila mengikuti langkah Dion yang memapahnya ke tepi ranjang, kemudian menggunakan selimut untuk membalut tubuhnya.Setelah itu ia melangkah ke arah nakas dan mengambil segelas minuman hangat yang
Bab 37 PRUK"Assalamualaikum, Gus ... Maaf apa sudah ada perkembangan?" Ayah Kamila kembali bertanya dari telepon sebab desakan istrinya. Bunda Kamila terus mengeluhkan hatinya yang tak bisa tenang, seolah memiliki firasat yang kuat akan kondisi putrinya yang tak baik-baik saja."Waalaikumsalam, Ayah. Ini saya masih terus melanjutkan pencarian. Tadi melalui cctv toko alat tulis milik Pesantren, kami mendapatkan jejak. Kamila pergi menggunakan mobil, seseorang telah menjemputnya dan saya curiga dia adalah Dion." Gus Zainal mencoba menjelaskan perkembangan pencarian putri Pak Alfaro tersebut."Dion? Jadi Gus Zainal juga kenal dengan Dion?" Ayah Kamila terdengar sedikit terkejut."Iya, Yah. Kamila sering bercerita tentang Dion, bahkan kami sempat saling bertemu dan berkenalan," jelas Gus Zainal disambut ucapan istighfar oleh Ayah Kamila."Astaghfirullah, Kamila ... Maaf ya, Gus, saya benar-benar nggak ngerti dengan pola pikir Kamila. Saya sengaja memasukkannya ke Pesantren demi bisa menj