Cinta Satu Malam - Pesona Om Bujang Lapuk (49)
Al dan Dina turun dari mobil tepat di halaman Panti Asuhan Assalam Surabaya. Kedatangan Dina langsung dismbut oleh anak-anak yang sedang bermain di halaman.Anak-anak itu tiba-tiba berkumpul dan mengerubungi Al dan Dina."Kak Dinaaaa ...," teriak mereka antusias, kemudian bergantian menyalami Dina."Ayo salim juga sama Om Alfaro," titah Dina pada anak-anak tersebut, tanpa banyak bertanya mereka segera menuruti perintah Dina. Sedangkan Al hanya dibuat heran oleh anak-anak panti yang terlihat sudah akrab bahkan menurut dengan Dina.Setelah semua selesai bersalaman, salah seorang anak bertanya, "ini siapa, Kak?"Dina melirik Al kemudian tersenyum, "Om Al ini suami Kak Dina," jawab Dina dengan sorot penuh cinta."Wah, Kak Dina sudah menikah? Selamat ya, Kak," sahut salah seorang yang terlihat paling besar, kemudian diikuti oleh teman-temannya yang lain."Terima kasih ya"Ada apa, Kak?" tanya bocah dengan postur gembul itu."Bisa kita ngobrol sebentar?""Bisa dong, Kak Dina," jawabnya sumringah.Dina pun mengajak bocah tersebut duduk di kursi yang terletak di halaman, diikuti Al di belakangnya."Leo sekarang sekolah kelas berapa?" tanya Dina sembari merangkul sayang bocah di sisinya."Kelas 3 SD, Kak," jawabnya sembari menikmati snack di tangannya."Wah, sudah besar ya? Btw sejak kapan Leo ada di sini?" tanya Dina."Ehm, Leo nggak tau sih, Kak. Tapi kata Bu Panti, sejak Leo masih bayi," jelas Leo membuat Al dan Dina tertegun. "Leo tau kenapa Leo ada di sini?" lanjut Dina lagi."Tau, Kak. Kata Bu Panti, karena orang tua Leo sudah berpulang ke sisi Allah," jawab bocah itu yakin.Dina tersenyum, "Leo kangen nggak sama mereka?" tanya Dina."Kangen dong, Kak. Walaupun Leo nggak pernah ketemu ayah sama ibu, tapi Leo sayang sama mereka, Leo ingin jadi a
Setelah dirasa cukup membaca beberapa Artikel, Al berpamit pada Dina untuk ke toilet. Tanpa merasa curiga sedikitpun Dina mengizinkan.Sepuluh menit berlalu, Al datang membawa segelas cokelat panas, kemudian menyerahkannya pada Dina."Buat Dina, A'?""Iya."Dina menerima cokelat panas tersebut."Makasih ya, A'," ucap Dina."Sama-sama."Dina menyeruput cokelat panas tersebut, dalam hati ia membatin, "Ya Allah, Aa' Al, apa ini salah satu upaya dia untuk mengembalikan suasana hatiku ya? Aku jadi merasa bersalah, karena sampai harus merepotkannya seperti ini.""Enak?" tanya Al yang sedari tadi memandang Dina dalam diam."Enak, A'," jawab Dina berusaha menyunggingkan senyuman."Syukurlah dia sudah mau senyum lagi sama gue," batin Al merasa sedikit lega."Btw, kenapa Aa' belikan Dina cokelat panas? Sedangkan untuk Aa' sendiri nggak?" tanya Dina penasaran."Karena saya lihat dari tad
Cinta Satu Malam - Pesona Om Bujang Lapuk (51)Al dan Dina baru saja sampai di hotel yang telah disiapkan oleh Oma Rose, The Shilla Seoul. Hotel bintang lima yang sering menjadi tempat pilihan pars artis untuk melangsungkan pernikahannya, Suasana kamar yang didominasi perpaduan warna mocca dan putih gading memberikan kesan hangat, mengentaskan Al dan Dina dari rasa dingin yang menusuk tulang akibat cuaca ekstrem dengan suhu di bawah 0 derajat."Aaahh, akhirnya ketemu kasur juga," ucap Al seraya merebahkan tubuhnya di ranjang. Sesampainya di hotel memang mereka tidak langsung ke kamar, melainkan mengisi perut terlebih dahulu di sebuah restoran yang telah disediakan. Al yang selama ini memang lebih suka menghabiskan waktu luangnya di kamar membuat ia tak dapat menikmati perjalanan."Si Aa' mah nggak seru! padahal ya, momen perjalanan jauh itu yang bikin asik ya pas waktu di jalannya, A'," balas Dina seraya menambah suhu hangat ruangan kemudian mele
"Kenapa lagi, Din?" tanya Al dengan nada protes, tampak sekali ia tengah kesal, sebab aksinya terhenti karena ulah Dina."Dina belum minum pil KB-nya, A'," jawab Dina dengan wajah tak berdosa.Al menghela nafas panjang, kemudian dengan sangat terpaksa melepas tangannya dari tubuh Dina.Dalam hati Dina tersenyum, "Nggak enak kan A' kalau harus ribet sama pil KB?" batin Dina menyeringai.Al berjalan meninggalkan Dina yang sedang meminum pilnya, membuka tirai menyaksikan keindahan pemandangan malam kota Seoul dari ketinggian.Gemerlap lampu yang begitu indah cukup menghibur hati Al, ia mulai menikmati suasana malam dari balik kaca."Dina benar-benar menuruti permintaan gue gadis itu tak pernah memaksakan kehendaknya. Ia selalu teratur meminum pil KB itu, padahal jelas dis tidak menginginkannya.Gua sadar gue terlalu egois. Tapi, gue juga nggak siap kalau sampai Dina hamil,'' gumam Al dalam hati.Saat Al tengah sibu
Cinta Satu Malam - Pesona Om Bujang Lapuk (50)"Btw, gimana menurut Aa' soal saran Oma?""Saran yang mana?""Soal pil KB," jawab Dina pelan."Kamu bawa pilnya, 'kan?"Dina mengangguk."Ya sudah, tetap diminum seperti biasa aja," jawab Al datar, namun berhasil mengubah mimik wajah istrinya yang semula bahagia menjadi suram.Dina terdiam, tak lagi berucap sepatah kata pun. Tak bisa dipungkiri, sebagai seorang istri, ada rasa kecewa dalam hati. Namun ia berusaha mengerti dan ikhlas menanti, agar hati sang suami terbuka dan tersadarkan, bahwa memiliki keturunan adalah sebuah anugerah dan kenikmatan tiada tara."Sabar, Addina, kamu hanya perlu kuatkan hati dan doa. Mintalah pada Sang Maha Membolak-balikkan hati. Yakinlah, ini hanya soal waktu. Tidak sekarang bukan berarti tidak ada kesempatan bukan?" batin Dina menyemangati dirinya sendiri.Sedangkan di sisi lain, Al yang terlihat memasang ekspresi datar, se
Cinta Satu Malam - Pesona Om Bujang Lapuk (52)"Astaga, Din! Kamu kenapa pucat gitu?" pekik Al khawatir melihat kondisi Dina yang menggigil dengan warna kulit yang memucat dan warna bibir yang membiru.Al segera bangkit dari tempatnya, berjalan mendekat ke arah istrinya, kemudian memeriksa suhu badan Dina,"Astaga, Din, kulit kamu dingin banget. Kamu habis ngapain sih?" cerca Al, tampak sekali ia tengah mengkhawatirkan kondisi istrinya.Dina yang tengah menggigil tak mampu menjawab pertanyaan suaminya. Dengan sigap Al segera menggendong Dina, membaringkannya di ranjang kemudian menyelimutinya."Kamu bawa minyak kayu putih? Atau apapun yang bisa menghangatkan?" tanya Al pada Dina yang kini meringkuk di bawah balutan bedcover yang tebal.Dina hanya mengangguk sebagai jawaban, giginya terdengar bergemeletuk pertanda ia masih kedinginan. Tanpa banyak bertanya Al segera membongkar barang bawaan mereka, mencari sesuatu yang bisa menghangatk
"Boleh nggak kalau Dina mintanya dipeluk Aa' aja?" pinta Dina manja."Addina, please! Saya tanya apa yang kamu butuhkan, bukan yang kamu inginkan!""Aa' yang selalu Dina butuhkan dan inginkan, karena Aa' adalah segalanya untuk Dina, Aa' menghangatkan, Aa' menyembuhkan, bahkan memberikan kenyamanan dan kenikmatan," jawab Dina membuat Al menahan senyumnya."Lagi sakit juga masih aja gombal," gerutu Al mecoba menutupi rasa bahagianya mendengar ungkapan Dina."Aku berkata apa adanya, Sayang ...," jawab Dina. "Jadi mau kasih nggak nih?" lanjutnya."Kasih apa?""Pelukan."Al tersenyum, kemudian beralih menaiki ranjang demi menuruti kemauan istrinya. Al segera mengambil posisi di sisi Dina, kemudian memberikan pelukan erat untuk istrinya.Tak membiarkan peluang itu lewat begitu saja, kini Dina semakin membenamkan wajahnya di dada bidang milik suaminya. Sebuah tempat yang belakangan membuatnya selalu merasa aman dan nya
Cinta Satu Malam - Pesona Om Bujang Lapuk (53)Al dan Dina menyusuri taman di sore yang indah. Sejak tadi istri Al itu terus mengajak suaminya untuk berjalan-jalan menyusuri kota Seoul, salah satu kota yang menjadi tujuan impiannya.Namun, melihat kondisi Dina yang baru vit, Al menolak, terlebih saat mengingat cuaca di luar begitu ekstrim. Al akhirnya memberi opsi untuk jalan-jalan di taman hotel tempat mereka bermukim saat ini.Tak ada pilihan lain, daripada hanya berdiam diri di kamar, Dina pun menyetujui saran suaminya. Dan sore ini, keduanya tengah menyusuri taman The Silla Seoul hotel, berjalan bergandengan dengan atribut pakaian musim dingin yang lengkap."Ternyata jalan di taman hotel gini aja dah asyik ya, A', asal jalannya bareng sama Aa'," komentar Dina sembari menyandarkan kepalanya di lengan suaminya."Kan saya sudah bilang? Kalau berdua bersama saya, walau hanya berdiam diri di dalam kamar pun akan terasa seru, bahkan sangat
Bab 45 PRUK"Bismillahirrahmanirrahim, Allahumma sholli 'Alaa sayyidina Muhammad wa 'alaa aali sayyidina Muhammad. Ushikum wa nafsii bi taqwAllah, faqod faazal muttaqun.Uzawaijuka 'ala maa amaraAllahu bihi min imsakin bima'rufin au tashrihin bi ihsan.Ya Ali Zainal Abidin Bin Kyai Husein, Ankahtuka wazawwajtuka makhtubataka ibnati Kamila Cahaya Alfahri binti Alfaro Putra Al-fahri, alaa mahri 1 milyun rubiyah, haalan.""Qobiltu nikahaha wa tazwijaha bil mahril madzkur haalan." Gus Zianal menjawab kalimat ijab dalam sekali tarikan nafas dan penuh kefasihan."Bagaimana saksi, sah?"Sah!Sah!Sah!Alhamdulillahi rabbil 'Aalamiin, baarkallahu laka wabaaraka 'alaika wa jama'a bainakuma fii khair."Doa doa baik dipanjatkan oleh orang-orang tua dan masyayikh yang hadir. Semuanya turut bahagia atas pernikahan putra kyai Husain.Kamila yang menunggu di atas pelaminan bersama bunda dan mertuanya mengikuti seiap rangkaian acara dengan khidmat. Ia tak berhenti memanjatkan doa di waktu yang hadi
Bab 44 PRUKSebuah cincin berbahan emas baru saja dilingkarkan di jari manis kiri Kamila oleh Bu Nyai Hana, sebagai simbol bahwa kini Kamila sudah berada dalam pinangan putranya, Gus Zainal.Segala doa dipanjatkan untuk kebaikan keduanya, seluruh keluarga terlihat bahagia atas keputusan Gus Zainal dan Kamila yang pada akhirnya memutuskan untuk segera melaksanakan pernikahan.Tanggal pernikahan telah disepakati, begitu juga dengan bagaimana konsepnya. Rencana gus Zainal dan Kamila untuk melaksanakan program riyadhoh sebelum pernikahan dilangsungkan juga disetujui bahkan didukung oleh seluruh pihak keluarga.Setelah selesai sesi lamaran, Kamila langsung dibawa oleh pihak keluarga Gus Zainal, bukan sebagai pengantin yang diboyong ke tempat suaminya, melainkan sebagai calon santriwati program riyadhoh selanjutnya.Sesampainya di pesantren, Gus Zainal segera mengantar calon istrinya ke tempat di mana ia akan menghabiskan waktu selama 40 hari ke depan."Sudah siap?" tanya Gus Zainal."Insya
Bab 43 PRUK"Saya hanya ingin Gus bahagia, dengan menikahi wanita pilihan Gus. Saya tidak ingin menghalangi kebahagian Gus dengan melanjutkan perjodohan ini." setelah beberapa saat, akhirnya Kamila menjawab dengan kalimat yang terdengar ambigu.Gus Zainal terdiam, ia memperhatikan Kamila dengan seksama, "Kamila terkesan menjaga jarak denganku, bahkan dia terlihat segan dan canggung, berbeda dengan Kamila yang kukenal sebelumnya. Kamila yang ceria, yang kocak, yang asal jiplak kalau bicara.Kamila yang dihadapanku ini terkesan pendiam, hanya berbicara seperlunya, terkesan membentengi dirinya dariku. Dia bahkan mengganti kata ganti untuk dirinya dari 'aku' beubah menjadi 'saya'.Entah mengapa, mungkinkah ini akibat dari kejadian yang baru menimpanya, atau mungkin ini sudah menjadi keputusannya? Aku tidak tahu. Tapi hatiku, mengharapkan Kamila yang dulu, yang apa adanya, yang telah berhasil mencuri hatiku. "Bagaimana jika bahagiaku ada padamu, Kamila?" tanya gus Zainal kemudian.Kamila
Bab 42 PRUK"Ayah ... Ayah tenang dulu, ya." Gus Zainal mencoba menenangkan Ayah Kamila yang semakin tergugu."Saya menyesal, Gus ... kenapa harus Kamila yang menjadi korban atas dosa-dosa masa lalu saya? Saya malu, Gus ... saya malu dengan Kyai Husain, saya malu sama njenengan, Gus ...."Ayah Kamila kembali mengungkapkan isi hatinya. Tangisnya pecah, ia merasa gagal sebagai seorang ayah.Addina yang mendengar ratapan suaminya turut teriris hatinya. Dia tahu betul, bahwa suaminya sangat mengharapkan perjodohan ini. Harapan terbesarnya adalah mengantar Kamila sampai ke pelaminan, dan bersanding dengan lelaki yang tepat, yang mampu memimpin Kamila dan mengarahkannya pada kebaikan.Perjodohan dengan Gus Zainal adalah salah satu cara yang ia harapkan dapat menjadi jalan untuk mewujudkan impiannya."Tolong, Gus ... tolong sampaikan maaf saya pada Kyai Husein. Maaf karena terpaksa perjanjian perjodohan ini harus berakhir sampai di sini." Alfaro melanjutkan kalimatnya."Ayah ... jika memang
Bab 41 PRUKKamila menceritakan semua dari awal sampai akhir, tanpa ada sedikitpun yang ditutupinya. Walaupun dengan penuh drama, sembari terus terisak penuh penyesalan, namun Kamila memutuskan untuk mengakhiri semua dramanya.Kejadian yang baru saja menimpanya membuatnya sadar, bahwa jalan yang ia pilih selama ini adalah salah.Dion, lelaki yang selalu dipuja-pujanya, justru merupakan lelaki yang hampir saja merusak diri dan masa depannya.Rasa syukur dan terima kasih tak henti ia ucapkan pada Allah, kedua orang tua dan Gus Zainal, karena tanpa jasa mereka, Kamila tak dapat membayangkan lagi apa yang akan terjadi dalam hidupnya."Astaghfirullah, Kamila ... Kamu—!" Ayah Kamila tak dapat menahan amarah, setelah mendengarkan cerita Kamila, ia menyimpulkan, bahwa semuanya bermula dari kecerobohan putrinya.Ia menarik nafas panjang, lalu kembali membuangnya kasar. Berusaha meredam emosi yang tiba-tiba menguasai jiwa."Berapa kali Ayah bilang sama kamu, jauhi Dion, Kamila ... jauhi Dion! T
Bab 40 PRUKGus Zainal melajukan mobilnya dengan kecepatan penuh. Dadanya masih bergemuruh, tiap kali membayangkan apa yang telah Dion lakukan pada Kamila.Melalui spion tengah, ia melirik Kamila yang masih terlelap dalam tidurnya."Nyenyak tidur Kamila sangat tidak normal, besar kemungkinan Dion menabur obat tidur di dalam makanan atau minuman Kamila.Seharusnya hal ini cukup membuat hatiku, lega, karena itu artinya, apa yang terjadi, bukan atas dasar keinginan Kamila.Tapi tetap saja, hati ini begitu kecewa. Mendapati kenyataan bahwa Kamila berada di sebuah ruangan bersama lelaki lain. Tak hanya itu, dia bahkan sudah disentuh-sentuh," gumam Gus Zainal dalam hati"Aaaarrrrrrrgggghhhh!" ia berteriak penuh amarah sembari memukul setir. Merasa emosinya tak stabil, ia menepikan mobil, sejenak menenangkan diri dari serangan emosi."Ya Allah ... kenapa harus seperti ini? Kenapa harus Kamila? Aku telah gagal menjaga Kamila, aku telah gagal mengemban amanah yang Abah berikan padaku. Dan saya
Bab 39 PRUKSetelah puas bermain-main dengan kepala Kamila, kini tangan Dion turun membelai pipi Kamila. Membuat gadis itu semakin meronta di alam bawah sadarnya. "Cantik," gumamnya pelan dengan suara yang semakin memberat, tanda ia mulai berhasrat."Ah, rasanya aku udah nggak tahan lagi lihat Kamila tergeletak tak berdaya seperti ini. Sebaiknya aku segera eksekusi," gumam Dion seraya membuka pakaian yang dikenakannya. Lalu menyibak selimut yang membalut tubuh Kamila, menampilkan setiap lekukan dari tubuh moleknya.Dion tersenyum puas memandangnya. Matanya semakin menggelap, dan ingin segera melangsungkan aksinya.Melihat kaki putih jenjang Kamila yang hanya terbuka separuh membuat sisi lelaki Dion semakin menyala, bulu-bulu halus yang tumbuh di sana mulai dibelai-belainya. Menimbulkan sensasi nikmat tersendiri baginya. Dion memejamkan mata, merasakan halus kulit tubuh Kamila.Perlahan posisi tubuh Dion sudah berada di atas tubuh Kamila, mulai memandangi wajah cantiknya yang tengah t
Bab 38 PRUK"Di ... please ... kamu mau ngapain?" tanya Kamila semakin ketakutan."Santai aja, Mil ... Aku cuma mau nolongin kamu kok," ucapin seraya merangkul dengan Kamila. Akan tetapi dengan cepat Kamila menjauhkan tubuhnya dari sentuhan Dion."Jangan sentuh aku, Di!" ucapnya lantang.Akan tetapi hal itu tak membuat Dion menjadi gentar, ia justru semakin mempermainkan perasaan Kamila, "rileks, Mil, santai aja ... aku nggak akan ngapa-ngapain kamu. Aku cuma mau bantuin kamu kok. Ayo sini, kamu jangan terlalu lama di sini dengan pakaian seperti ini, kamu bisa masuk angin nanti, ingat, kamu habis kehujanan." Dion menyampaikan kalimatnya dengan suara yang sangat lembut, membuat Kamila seketika merasa luluh, seolah tengah terhipnotis dengan perlakuan Dion, walau dalam hati ia tetap was-was.Kamila mengikuti langkah Dion yang memapahnya ke tepi ranjang, kemudian menggunakan selimut untuk membalut tubuhnya.Setelah itu ia melangkah ke arah nakas dan mengambil segelas minuman hangat yang
Bab 37 PRUK"Assalamualaikum, Gus ... Maaf apa sudah ada perkembangan?" Ayah Kamila kembali bertanya dari telepon sebab desakan istrinya. Bunda Kamila terus mengeluhkan hatinya yang tak bisa tenang, seolah memiliki firasat yang kuat akan kondisi putrinya yang tak baik-baik saja."Waalaikumsalam, Ayah. Ini saya masih terus melanjutkan pencarian. Tadi melalui cctv toko alat tulis milik Pesantren, kami mendapatkan jejak. Kamila pergi menggunakan mobil, seseorang telah menjemputnya dan saya curiga dia adalah Dion." Gus Zainal mencoba menjelaskan perkembangan pencarian putri Pak Alfaro tersebut."Dion? Jadi Gus Zainal juga kenal dengan Dion?" Ayah Kamila terdengar sedikit terkejut."Iya, Yah. Kamila sering bercerita tentang Dion, bahkan kami sempat saling bertemu dan berkenalan," jelas Gus Zainal disambut ucapan istighfar oleh Ayah Kamila."Astaghfirullah, Kamila ... Maaf ya, Gus, saya benar-benar nggak ngerti dengan pola pikir Kamila. Saya sengaja memasukkannya ke Pesantren demi bisa menj