Brankar tempat Dina berbaring kini didorong oleh dua orang suster menuju ruang operasi. Sepanjang langkah kaki menapak, Suami Dina selalu setia mendampingi. Dengan tangan yang saling menggenggam erat, juga pandangan yang enggan terpisah. Keduanya terlihat saling menguatkan, dengan cinta dan keyakinan akan harapan.
Di depan pintu ruang operasi, brankar dihentikan. Sejenak memberi waktu untuk kedua insan yang sejak tadi tak terpisahkan."Aa', ingat pesan Dina ya? Doakan terus Dina, doakan keselamatan bayi kita. Jangan lupa untuk terus berbaik sangka pada Allah, dengan terus merayuNya dalam doa, tunjukkan bahwa kita percaya akan kuasaNya." Dina kembali menyampaikan pesan yang entah sudah ke berapa kali ia katakan pada suaminya."Pasti, saya tidak akan melupakan pesan kamu, Din. Kamu juga di dalam tolong berjuang, ya! Tunjukkan kekuatan seorang Addina Amalia Zahra, yang mampu merubah hati sekeras batu, menjadi cair sebab kehangatannya.Janji sama saya"Ya Allah Ya Rabbi, Hamba yang lemah ini datang menghadapMu untuk dikuatkan. Hamba datang untuk meminta pertolonganMu atas istri dan bayi yang berada dalam kandungannya. Selamatkan keduanya Ya Rabb ....Hamba tahu, mungkin hamba terlalu kotor untuk menghadapMu Yang Maha Suci.Mungkin dosa-dosa besar yang hamba lakukan di masa lalu, membuatMu enggan memandang Hamba yang mengadu.Hamba sadar ... Hamba tak pantas meminta kenikmatan, sabaliknya, sungguh Hamba pantas mendapatkan hukuman.Akan tetapi, Hamba mohon wahai Sang Maha Pengasih, jangan hukum hamba dengan mengambil kembali orang-orang yang kau kirim pada hamba untuk menabur cinta. Cinta yang membuat hamba kembali pada sejatinya cinta, pada Sumber Cinta yang abadi dan tak kan sirna. Hamba mohon, beri hamba kesempatan, untuk terus merajut cinta bersama istri hamba, hingga kami menua bersama."Al merayu Tuhan melalui untaian doa yang dia ucapkan, memohon dengan tulus dan keyakinan maksimal, se
"Sepertinya kita terpaksa harus mengambil tindakan histerektomi! Segera bersiap!"Dokter segera memindahkan bayi dari dada Dina dan meminta suster untuk segera membawanya ke NICU, bersamaan dengan Suster yang keluar, Al kembali dari mushollah.Langkahnya yang gontai tiba-tiba terhenti melihat pemandangan di hadapannya. Pandangannya segera tertuju pada bayi yang berada di dalam gendongan Suster.Mendadak jantungnya berdetak cepat, bahkan tangannya terasa bergetar, ia berjalan semakin mendekat ke arah suster yang membawa bayinya. "Sus, apakah dia anak saya? Dia sudah lahir?"tanya Al dengan raut berbinar, tangannya menyentuh kepala bayi yang tertutupi kain bedong."Benar, Pak, seorang putri cantik," jawab Suster."Alhamdulillah ...," ucap Al penuh syukur diikuti Reno dan Oma Rose. Ketiganya tersenyum penuh haru."Tapi mohon maaf, kami harus segera membawanya ke NICU, sebab bayi butuh penanganan, Bapak bisa menyusul untuk mengazankan
"Vio mana, Ren?" tanya Al tak mendapati sepupunya di sana."Udah di dalem, tadi Dina butuh tambahan darah, jadi Vio langsung dibawa masuk," jawab Reno membuat Al kembali tertunduk."Sorry ya, Ren, harusnya malam ini menjadi malam pertama yang indah buat kalian, tapi kalian justru ada di sini buat gue dan Dina. Thanks ya," ucap Al tulus."Its okey, Bro! Lo nggak usah pikirkan itu, lebih baik sekarang lo fokus sama Dina," balas Reno membuat Al teringat sesuatu.Ia segera merogoh saku untuk mengambil ponsel dari sana, kemudian mencari nama "Panti Asuhan Arrahmah" dari kontaknya, tak lama kemudian ia tampak berbincang dengan seseorang di seberang sana.Setelah selesai mengobrol, jari Al beralih membuka salah satu aplikasi i banking yang ada di ponselnya, kemudian mentransferkan sejumlah uang sebagai sedekah untuk kesembuhan dan keselamatan istrinya."Setidaknya, jika Tuhan enggan menerima doa pendosa seperti gue, Tuhan pasti menerima
Al segera mengayun langkahnya untuk menemui dokter di ruangan. "Ini sungguh keajaiban, Pak. Tadi, hampir saja kami pesimis pasien akan selamat, sebab pasien sempat mengalami Syok hipovolemik, di mana, jantung tak mampu lagi memasok darah untuk tubuh disebabkan volume darah yang terus berkurang. Tapi dengan Kuasa Allah, pasien bisa diselamatkan.Kami ucapkan selamat ya, Pak, atas kelahiran putri pertamanya. Dia adalah anugerah terindah untuk kedua orang tuanya, dia lahir sempurna, walau diusia yang belum sempurna.Saya harap Bapak tabah, diangkatnya rahim ibu bukanlah sebuah akhir kebahagiaan, sebab bahagia bukan tentang seberapa banyak keturunan yang didapatkan, akan tetapi seberapa berkualitas keturunan yang dihasilkan. Semoga Ananda menjadi putri yang berbakti dan membanggakan, ya, Pak." dr. Menyampaikan harapannya tulus."Aamiin, terima kasih, Dok ""Sama-sama, Pak.""Oh iya, apa saya sudah bisa menemui putri saya?" tanya Al
"Oh ya, berhubung kondisi bayi sudah cukup stabil, kami akan memberi Bapak waktu untuk mengazankan dan membacakan iqamah untuk bayi Bapak, sekaligus menerapkan metode menggendong kangguru untuk perawatan bayi prematur yang baru lahir.Seharusnya perawatan metode kanguru ini dilakukan oleh ibu, akan tetapi sebab Ibu dari bayi masih berhalangan untuk melakukannya, maka bisa diwakilkan oleh ayah.Nah untuk melakukan serangkaian itu semua, kami akan memberikan waktu selama 30 menit sampai dengan 1 jam, tergantung kondisi bayi nantinya. Oleh karena itu, bapak bisa bersiap-siap mulai sekarang ya,dengan membersihkan tubuh terlebih dahulu dan memastikan semuanya steril.""Baik, Sus. Saya langsung siap-siap sekarang, saya sudah tak sabar ingin segera menyentuhnya," ucap Al bersemangat."Baik, Pak. Mari saya antar."Selanjutnya Al diantar oleh suster ke kamar mandi untuk membersihkan badan dan mengenakan pakaian steril. Setelah itu suster mempersil
Extra PartSudah terhitung tiga hari sejak kelahiran Kamila ke dunia. Kondisi Dina berangsur membaik. Ia bahkan sudah bisa duduk dan berjalan ke kamar mandi sendiri, tentunya tetap dengan pengawasan suaminya.Hanya saja Dina masih belum terlihat bahagia, sebab antara ruangannya dan ruangan bayinya masih harus dipisah. Kondisi bayi yang lahir prematur membuatnya harus ditahan untuk dirawat di NICU, membuat waktu untuk berjumpa dengan Bunda dan Ayahnya sangat terbatas.Seperti pagi ini, hal yang pertama kali diminta Dina saat membuka mata adalah menemui putrinya. Putri yang digadang-gadang akan menjadi anak semata wayangnya, sebab rahimnya sudah diangkat dan dinyatakan tidak bisa hamil untuk selamanya."Sabar ya, Din, ini masih terlalu pagi, kamu bersih-bersih dulu, terus sarapan, tunggu dokter visite, baru kita main ke Kamila, oke?" ucap Al merayu istrinya agar tetap sabar dan tidak memaksakan diri untuk datang ke NICU di pagi buta."Tapi, A', Dina tuh pengen deh, liatin anak kita wakt
Al memencet bel ruang NICU, tak lama kemudian, seorang perawat membuka pintu."Orang tua bayi Ny. Addina, ya?" Tebak perawat tersebut sebab sudah sangat hafal dengan kedua orang tua Kamila yang masuk nominasi orang tua paling sering mengunjungi bayinya di ruang nicu."Iya, Sus, saya mau ketemu anak saya," ucap Dina dari atas kursi rodanya."Baik, Bu, tapi tunggu sebentar ya, kami masih sedang memandikan para bayi, sehingga kami membutuhkan privasi untuk itu. Jadi Ibu tunggu sampai selesai proses perawatan bayinya ya, Bu,"ucap perawat tersebut menangguhkan permintaan Addina.Mendengar kata 'memandikan bayi' membuat mata Dina seketika berbinar. " termasuk anak saya juga, Sus?" tanya Dina antusias.."Benar, Bu. Sebentar ya, kami akan segera informasikan kalau sudah selesai," ucap Suster tersebut kemudian berniat beranjak pergi. Akan tetapi dengan cepat Dina mencegah."Sus!" panggilnya membuat suster mengurungkan niat untuk melangkah."Iya, Bu?"" Boleh saya ikut serta memandikan putri sa
"Lagian Tuhan ngapain nyuruh hambanya sholat pake ngatur waktunya segala? Bikin repot aja!" –Kamila"Bukan Tuhan yang bikin aturan repot, tapi kamunya yang repot diatur!" –Alfaro, Ayah Kamila.***********Kamila POV"Jam berapa ini, Kamila? Kenapa baru pulang?"Deg!Suara bariton yang kadang menyeramkan dan kadang ngangenin itu tiba-tiba terdengar di telinga bersamaan dengan lampu ruang tengah yang tiba-tiba menyala, menampakkan diriku yang berjalan mengendap-endap layaknya seorang pencuri di rumah sendiri.Suara bariton itu milik Ayahku, dia pasti sedang mengunggu kedatanganku. Alamaak! Mati aku! Alamat dapat sanksi lagi nih.Kutegakkan tubuh yang semula tertunduk, memberanikan diri menatap mata yang menatapku nyalang layaknya Elang yang menemukan mangsanya dan siap menerkam."Ngapain ngendap-ngendap begitu? Takut ketahuan? Iya!" cecarnya membuatku semakin menciut. Beginilah aku, walau title ku 'anak brandalan' tapi di depan Ayah aku hanyalah remahan rengginang yang nyasar di kaleng