Herrscher telah tiba di tahun 1998, dimana fisik Djaya telah berumur satu tahun. Herrscher ingin mengetahui perkembangan Djaya saat ini. Tepat di hutan yang sama, Herrscher mendatangi Djaya yang masih bayi. Disamping bayi itu, berdiri fisik astral Djaya. Tubuhnya bercahaya seperti menjaga bayi tersebut dari ancaman pihak luar.
“Selamat datang kembali, Herrscher,” sambut Djaya atas kedatangan Herrscher. “Bagaimana rencanamu? Apakah berjalan mulus?” tanyanya.
“Tentu saja. Aku hendak membuat kekacauan yang lebih besar lagi, agar penguasa segera dilengserkan. Aku hanya butuh sedikit provokasi terhadap banyak manusia,” jawab Herrscher.
“Ku rasa hal itu akan sulit. Para Lightworker saat ini sedang bekerja sama untuk menahan terjadinya polemik.”
“Bagaimana kau bisa tahu?” Herrscher keheranan.
“Aku bisa merasakan energi yang berkeliaran di pulau ini. Juga aku bisa merasakan adanya energi dar
Rupa penjaga itu mengingatkan Death pada seseorang yang dulunya menjadi penyebab Djaya berpindah prinsip.“Kau ingat cerita yang disampaikan entitas yang kita temui di hutan?” tanya Death.“Entitas yang mana?”“Entitas yang dahulu adalah anak buah raja sebelum Djaya.”“Oh maksudmu dia. Aku ingat. Ada apa memangnya?” Herrscher jadi heran dengan sosok manusia di depannya.“Dia adalah murid dari orang yang diceritakan entitas itu.” lanjut Death.Tampak wajah orang itu terlihat tegas dan siaga. Ia bersiap melawan Death dan Herrscher bersamaan. Ia mengambil sarung keris dari balik sabuknya, lalu melepaskan bilah keris itu dari sarungnya.“Apa yang sedang dia lakukan?”“Ah, sama seperti dukun tadi. Dia sedang memanggil leluhurnya. Tenang saja, kau urus saja manusia itu. Biar aku yang mengurus leluhurnya.” Death mengeluarkan kemampuannya untuk menghent
Herrscher telah tiba di depan kediaman penguasa bersama Death. Mereka segera bergegas masuk. Herrscher mengaktifkan mode penyamarannya. Herrscher melalui para pengawas dengan hati - hati hingga akhirnya kini berada di dalam kamar penguasa. Tidak lama setelah kedatangan mereka, muncul sosok yang dulu menjadi legenda di negara itu. Dialah Djaya. Raja yang dahulu pernah bertahta. Penguasa berlutut dihadapan Djaya dan mohon untuk tidak memaksanya mengundurkan diri dari kursi kepemimpinannya. Dalam hati penguasa, ia masih tidak rela melepaskan jabatan yang sudah susah payah ia perjuangkan. Namun Djaya adalah pihak yang konsisten. Apa yang sudah ia ucapkan tahun lalu, maka harus terlaksana tahun ini.“Kau harus mengundurkan diri tahun ini! Tenang saja, seluruh keluargamu akan kulindungi,” ucap Djaya meyakinkan penguasa.Herrscher tidak suka mendengar pernyataan Djaya. Dia hendak menyela ucapan Djaya.“Tunggu. Apakah kau tidak berpikir bahwa keturunan
Herrscher kembali ke hutan di mana Djaya berada. Dia memanggil Hafadzah yang berada hutan itu. Dialah entitas yang menjaga tubuh fisik Kalki yang masih anak – anak. Anak itu telah yatim piatu sejak lahir karena ulah Herrscher dan Death. Ia melihat tidak jauh dari tempatnya berdiri, anak itu sedang bermain – main dengan penghuni hutan. Herrscher menyapa anak itu yang kini berada di depannya. Djaya datang menghampiri Herrscher dan berdiri di samping anak itu. Herrscher meminta ijin kepada Djaya. Dia mengajukan diri sebagai pembimbing mental anak tersebut. Herrscher hendak mengajak anak itu keluar dari hutan. Menurut Herrscher, anak itu harus melihat dunia lebih luas. Lantas Herrscher mengarahkan matanya pada Hafadzah. “Selama dia bersamamu, apa yang kau ajarkan padanya?” tanya Herrscher kepada Hafadzah. “Aku mengajarkan bagaimana dia harus hidup mandiri. Dalam keterbatasannya, dia harus bisa hidup ditengah – tengah hutan. Bahkan dia harus mencari makanannya sen
Sesosok wanita masih bersama Shamar di hutan kediaman Shamar. Daun – daun mulai berhenti berguguran. Terlalu tenang tanpa suara gemerisik apapun. Karma menatap tajam Shamar.“Kharisma penguasa telah diambil oleh Djaya. Itu artinya, tidak akan ada pemimpin yang bisa mengendalikan mereka. Semua pemimpin pengganti penguasa itu tidak akan dihormati seperti mereka menghormati penguasa sebelumnya. Siapa yang bisa memimpin mereka bila kharisma itu dia ambil? Sedangkan dia belum siap untuk menjadi pemimpin mereka,” ujar Karma kesal. Tangannya mengepal seperti hendak memukul sesuatu.Shamar melihat kepalan tangan itu. Ia mendekati Karma lalu memegang kepalan tangan Karma, “Tenanglah. Ini sudah jalannya. Tidak mungkin sesuatu terjadi tanpa ijin. Kalau ini terjadi, itu artinya memang harus terjadi.”Kepalan tangan Karma merenggang. Shamar melepas tangan Karma. Kini Karma sedikit tenang. Selain karena tidak adanya pemimpin yang sepadan, Karma m
Di sebuah hutan nan hijau, gemerisik daun berjatuhan. Hewan – hewan berlari ketakutan. Angin bertiup kencang menghamburkan daun – daun yang sebelumnya tergeletak di tanah. Dentuman berulang kali terdengar di wilayah itu. Seakan meteor menghujani hutan. Namun tidak ada tanda – tanda terjadinya kebakaran ataupun kekacauan di hutan. Hanya suara bergemuruh.Sebuah pohon tiba – tiba tumbang dan menimpa pohon lainnya. Sangat kacau. Seperti itulah suasana hutan mangrove saat itu. Seperti terjadi pertarungan dahsyat yang tak kasat mata.Sesosok pria bersorban terhempas menabrak pohon. Pakaiannya tetap bersih meskipun sudah terhempas seperti itu. Di depan pria itu, ada sosok berjubah hitam dengan sabit di tangannya. Di sekitar sosok itu, aura hitam yang seperti api menyala – nyala seakan membakar sosok itu. Pria bersorban itu lalu bangkit dan bersiap melakukan pertarungan kembali.“Kau kubawa kesini karena aku tidak mau melibatkan manu
Leviathan tidak menyerah begitu saja. Ia masih berusaha menyerang pulau itu. Namun sekarang ia lebih fokus melawan Azazel, entitas yang menghalangi jalannya. Leviathan berenang dengan cepat mengarah ke Azazel. Matanya mulai bercahaya terang, hendak menyilaukan Azazel. Sayang sekali, Azazel tidak silau karena cahaya tersebut. Azazel ingin mencoba sedikit kekuatannya. Ia mengarahkan telunjuknya langsung mengarah pada Leviathan. Sebuah cahaya merah muncul dari ujung jari Azazel melesat ke arah Leviathan. Cahaya itu berhasil melukai tubuh Leviathan. Leviathan terkejut dengan serangan Azazel. Ia tidak menyangka kalau serangan Azazel bisa melukainya. Tubuhnya yang keras, yang menjadi kebanggaannya, bisa dengan mudah dilukai oleh Azazel. Leviathan mundur sejenak dari hadapan Azazel. Ia mengundur waktu untuk menyembuhkan lukanya.------------------------------Dagaz berada di pulau yang menjadi sasaran Leviathan. Pulau yang menjadi sentral pembangunan di negara itu. Ia berada
Di laut dalam, terjadi adegan kejar – kejaran antara Leviathan dengan kedua entitas itu. Mereka melesat cepat menuju barat diikuti pasukan Ratu Kid. Gelombang yang dihasilkan tidak tampak ke permukaan laut karena sangat dalamlah posisi mereka. Namun tetap saja hal itu memberikan efek signifikan terhadap ekosistem laut dalam. Terumbu karang yang indah rusak karenanya. Ikan – ikan terhuyung – huyung menerima gelombang air.“Kita segera harus menjauh dari sini! Sebelum dia semakin merusak ekosistem makhluk air di sini,” ajak Ratu Kid kepada Azazel. Dia tetap melaju sesekali melihat Leviathan di belakangnya.Azazel hanya mengangguk kecil sambil sedikit tertawa. Mereka berdua melaju kencang diikuti Leviathan dari belakang.Sekali lagi, Leviathan mengeluarkan gelombang dari mulutnya yang besar. Ratu Kid dan Azazel segera menghindar dari serangan itu. Mereka berpencar. Gelombang itu kembali merusak dasar laut. Ekosistem laut dalam menjadi
Untuk beberapa bulan, Herrscher, Death, Hafadzah, dan anak itu berencana tinggal sementara di pulau itu. Mereka tinggal di atas gedung seperti biasanya. Tercipta debuah dome tak kasat mata menyamarkan keberadaan mereka. Orang – orang yang menghuni gedung tersebut juga jarang mendatangi atap gedung, hanya sesekali pihak maintenance yang mengecek kondisi atap gedung. Namun orang itu tidak dapat melihat keberadaan mereka berempat. Kondisi mereka sangat aman dari keberadaan manusia – manusia di jaman itu.Seperti biasa, Herrscher mempersiapkan peralatannya. Satu persatu alatnya ia keluarkan dari kopernya yang berwarna hitam. Ketika Herrscher sibuk menyiapkan peralatannya, anak itu berjalan ke tepi atap lalu memanjat pagar.“Hati – hati! Disini sangat tinggi, angin sangat kencang. Kau bisa jatuh kalau berdiri di dinding parameter itu.” Herrscher memperingatkan anak itu.“Tidak apa – apa...” ucap anak itu yang berdiri di atas pagar atap.Angin berhembus kencang. Anak itu tidak kuat menahan