Azriel telah sampai di apartemennya. Ia memang menginap di sini. Selain di rumah, ia juga memiliki banyak tempat persinggahan. Untuk guna apa, tentu saja agar ia tak terlalu jauh pulang.
Pria itu telah mengantarkan Kirana ke sekolah. Kini, ia akan pergi ke kantor. Tentunya, setelah ia menyimpan nomor ponsel Reisqa, ia ingin mengetahui lebih lanjut.
Mengapa Kirana yang tak terbiasa dengan orang baru langsung menyukai pertemuannya dengan Reisqa? Sepertinya ini perlu ia pikirkan lagi. Apakah Reisqa memiliki daya tarik yang besar bagi Kirana?
Azriel juga penasaran, dari mana Reisqa berasal. Ia juga tinggal di mana? Mengapa ia datang seperti ibu peri juga? Untung saja ada Reisqa. Jadi, Kirana bisa aman.
"Apakah kau menyelamatkan anakku? Betapa baiknya engkau."
Azriel langsung menaruh ponsel di saku jasnya dan pergi ke lantai bawah. Ia tidak mau berlama-lama di sini.
Mulai hari ini dan seterusnya ia akan mengajak Kirana ke tempat yang tak ada bayang-bayang Zefany. Perempuan itu berhati jahat dan kotor.
Sementara itu, Reisqa sendiri berada di hotelnya. Ia teringat akan tawaran ibundanya. Mengapa ia tak mencoba merayu Wildan saja? Dengan begini semua terasa fair kepada dua belah pihak.
"Mama, aku akan menemui Papa. Aku sudah tak sabar untuk bekerja."
Reisqa mengatakan kepada ibundanya bahwa ia ingin bekerja. Selain membutuhkan uang untuk menunjang kehidupannya, Reisqa juga butuh banyak kawan untuk mencurahkan isi hatinya.
Di sana, ibunda Reisqa setuju dan memilih untuk mengatakannya langsung pada suaminya, Tuan Andrian. Mau bagaimanapun ia setuju jika Reisqa harus bekerja lagi. Pekerjaan tak hanya dilakukan oleh suami. Namun, istri juga berhak melakukannya.
Reisqa yang merupakan lulusan universitas ternama ini, harus bekerja dan mengikuti saran dosen yang dahulu mengajarnya. Ia harus mencari pengalaman sebanyak mungkin, mengumpulkan uang sebanyak mungkin, agar masa tuanya terjamin.
"Semoga saja, Wildan mengizinkanku kerja."
Reisqa Auristela berharap dirinya akan mendapat banyak kebahagiaan setelah ini. Walaupun, ada banyak hal yang harus ia hadapi.Sementara itu di sebuah sekolah. Wali kelas A taman kanak-kanak Pertiwi sedang kebingungan dalam mengurus siswa mereka yang menangis tiada henti. Ia adalah anak dari Azriel yang sejak tadi pagi mengatakan ingin segera pulang.
"Kirana, sudah ya, jangan menangis lagi."
Wali kelas Kirana mengelus kepala muridnya. Ia memberitahu yang lain untuk tetap mengerjakan tugas. Walau, mereka semua memang hanya ingin bermain dengan kawan-kawannya.
Kalau Kirana tidak bisa diam, maka salah satu jalan hanyalah menuruti apa yang Kirana inginkan.
"Kirana ingin apa?" tanya guru Kirana.
Gadis kecil itu mengatakan, "Pulang."Wali kelas Kirana akhirnya pasrah atas apa yang terjadi. Ia menelepon orang tua Kirana dan memintanya untuk segera ke sekolah.
Ini memang tak boleh dilakukan. Orang tua Kirana, pasti sibuk. Akan tetapi, menurut yang berlaku di sini. Mereka tak boleh membuat anak stress karena tak dituruti keinginannya.
"Halo, selamat Pagi!" sapa wali kelas Kirana.
Azriel yang berada di kantor pun menjawab, "Selamat pagi? Ada apa Miss Kelly?"
Wali kelas itu, akhirnya mengatakan apa yang terjadi di sini. Kirana menangis sejak tadi pagi. Ia tidak mau belajar bersama temannya. Hanya ingin pulang ke rumah. Karena hal ini, wali kelas tidak tahu harus melakukan apa.
"Baiklah saya akan ke sana. Kirana, memang sedang tidak baik moodnya belakangan ini."
Azriel harus bertanggung jawab. Entah mengapa mood Kirana tidak baik beberapa hari ini. Selain di rumah, ia rasa Kirana tidak tahu apa yang ia senangi.
Beberapa menit setelah menerima telepon, Azriel tiba di taman kanak-kanak Pertiwi. Ia langsung menemui wali kelas Kirana juga anaknya. Pria itu ingin tahu kondisi Kirana. Ia rasa, Kirana tidak seperti ini sebelumnya.
"Di mana Kana sekarang, Miss Kelly?"
Azriel langsung meminta untuk bertemu Kirana. Ia ingin tahu apa yang sebenarnya Kirana inginkan. Putri kecilnya jarang berhubungan atau berkomunikasi langsung dengan ibunya. Ia tahu, Kirana kurang perhatian dari ibundanya.
Pria tersebut bahkan belum sempat mencari pengasuh untuk Kirana. Ia akan sibuk bekerja. Tidak mungkin perhatiannya tidak terbagi. Kini Azriel akhirnya kepada kepikiran tentang nasb Kirana.
"Apa yang terjadi Kirana? Mengapa kau tak mau belajar?" tanya Azriel kepada anaknya.
"Kana ingin bertemu dengan ibu peri!"
***
Reisqa sedang melakukan pertemuan dengan ayahnya. Ia ingin bekerja dan mengikuti bakatnya. Selama ini ia hanya diam. Tidak pernah melawan apa yang Wildan inginkan. Rasanya ia sangat bosan. Padahal, katanya menikah itu indah.Masalahnya sekarang, rumah tangga mereka sedang berada di ujung tanduk. Tentu saja, Reisqa ingin dirinya sendiri bebas dan memulai kehidupannya sendiri.
Ketika ia berpisah nanti, siapa yang akan menunjang kehidupannya jika bukan dirinya sendiri? Tidak ada bukan?
"Papa bisa menempatkanmu di manapun. Akan tetapi, papa tidak berani atas kehendak Wildan. Ia menginginkanmu berada di rumah dan mengurus rumah tangga kalian."
Benar apa yang dikatakan ayah Reisqa. Pernikahan artinya menyerahkan tugas ayah ke menantunya. Kini, artinya yang berhubungan dengan Reisqa akan diatur oleh Wildan sang suami.
Ini memang memberatkan bagi Reisqa yang hubungannya tidak baik dengan suaminya sendiri. Bukan tanpa alasan ia seperti ini. Jika saja Wildan mengungkap semuanya. Pasti semua akan terkejut.
"Aku mohon. Di rumah terus sangat membosankan. Aku tidak memiliki kegiatan yang lain. Juga aku perlu banyak teman sekarang."
Tuan Andrian memberi penawaran. Bagaimana jika Reisqa langsung meminta persetujuan Wildan? Dengan begitu, ia langsung mengarahkan Reisqa ke pekerjaan yang diinginkannya.
Untuk sekarang, mereka saling menghormati seperti apa yang sudah terjalin sejak lama. Tuan Andrian juga yakin bahwa Reisqa sudah berada di tangan seorang lelaki yang tepat.
"Wildan sangat sibuk dengan pekerjaannya. Aku takut, ia akan marah kepadaku soal masalah ini."
Mendengar apa yang Reisqa katakan, Tuan Andrian tetap tak mengizinkan anaknya. Ia mau, Reisqa menjadi seseorang yang patuh terhadap suaminya. Mereka sudah berumah tangga satu tahun lebih.
Tidak mungkin, Reisqa tak mendapatkan perhatian dari suaminya. Ia pastinya juga sudah mendapat ilmu tentang rumah tangga.
"Kau juga tak perlu berburu-buru. Santai saja. Pasti, akan ada masanya dirimu kembali bekerja." Tuan Andrian menenangkan anaknya.
Kehidupan Reisqa hanya akan menjadi permainan Wildan. Ia tidak tahu mengapa dirinya se-menyedihkan ini. Untung saja, semuanya belum tahu tentang keadaan rumah tangga Reisqa yang sesungguhnya. Entah apa yang akan mereka katakan.
"Baiklah, aku akan kembali ke rumah. Sampai jumpa kembali, Papa!"
Reisqa memilih untuk mencari cara agar ayahnya mau memberinya pekerjaan. Walaupun sulit untuk Reisqa lakukan, pasti akan ada kemudahan bagi dirinya. Jangan sampai, ia tidak bekerja hanya karena Wildan yang tak mengizinkannya.
"Ini sangat menyebalkan!"
"Tapi nak, engkau sedang sekolah. Nanti, kau bisa bertemu dengan ibu peri setelah pulang sekolah."Azriel menasihati Kirana yang tidak mau belajar di sekolah. Sepertinya, Kirana memang sangat tertarik kepada visual Reisqa. Azriel bahkan tak membayangkan, mengapa harus Reisqa yang dipilih menjadi ibu peri?"Kana, ayo belajar dengan Miss Kelly. Temanmu yang lain sudah menunggu," ajak wali kelas Kirana.Azriel dan Miss Kelly mencoba untuk membujuk Kirana. Semoga saja, Kirana bisa langsung luluh. Wali kelas Kirana bahkan tak menyangka mengenai imajinasi anak muridnya. Ternyata Kirana memiliki imajinasi dan kreatifitas yang tinggi."Baiklah, Papa berjanji. Nanti, engkau akan bertemu dengan ibu peri yang tadi engkau temui."Kirana langsung menoleh ke arah ayahnya. Ia baru saja mendengar sebuah penawaran yang menarik. Tidak mungkin, ia melupakan janji ayahnya. Walau, Azriel pikir, Kirana akan melupakannya setelah belajar."Benarkah Papa?" tanya Kir
Wildan Sasmita telah mengetahui seseorang yang ia curigai sebagai selingkuhan Reisqa. Pria itu memiliki satu anak.Sebenarnya, Wildan memang tidak terlalu percaya. Namun, karena ia melihat keakraban Reisqa dengan anak dari pria itu, ia jadi penasaran.Seharusnya, Wildan bertanya secara langsung ke Reisqa. Akan tetapi, ia sudah terlanjur mengusir perempuan itu. Bagaimana cara ia berbicara dengan Reisqa? Ini akan semakin membuat masalah rumah tangganya jadi berantakan.Sudah lama sekali Wildan tidak membuat masalah. Jika keluarga besar tahu, maka mereka menjadi tidak suka terhadap Reisqa. Ia bisa langsung bercerai dengan perempuan yang tidak ia sukai."Aku sudah tidak bisa menjalani kehidupan palsu ini. Bagaimana jika aku mengakhirinya saja?"Sebentar lagi, adik Wildan akan bertunangan. Itu artinya, seluruh anggota keluarga akan berkumpul. Termasuk, anggota
Selain dibuat kesal di pagi harinya. Reisqa juga mendapatkan masalah lagi. Ia lupa dengan tidak memberitahu Wildan mengenai keinginannya untuk bekerja. Ia sudah tidak tahan dengan semua ini. Dalam hati kecilnya, ia berharap ada yang bisa membantunya dalam masalah rumah tangganya ini."Siapa yang bisa menolongku sekarang. Aku tak mungkin bertanya pada Papa dan Mama bukan?"Reisqa duduk di taman dekat hotelnya. Ia langsung pulang setelah bertemu dengan Wildan.Sementara itu, dari kejauhan sendiri seorang pria melihat Reisqa sedang duduk sendirian. Pagi ini ia menyempatkan waktu sebentar untuk pergi ke taman. Ia tak memiliki tujuan apapun selain udara segar.Taman ini, boleh digunakan oleh siapa saja bukan? Termasuk Azriel Devano yang sedang mencari udara segar."Perempuan itu, bukankah ia adalah Reisqa?"Azriel pikir ia tidak
"Aku sedang berada di hotel. Asal kau tahu saja, mencari hotel berbintang tidak semudah membalikkan telapak tangan. Aku harus benar-benar mencari yang terbaik untuk tempatku beristirahat."Jawaban Dania Cheliza, sedikit membuat Wildan senang. Ia senang bahwa kawannya sudah sampai di Indonesia dengan selamat. Mereka sudah lama tidak bertemu. Setidaknya, mereka saling memberi kabar sekarang.Dania bisa disebut sebagai teman curhat Wildan, karena mereka dulu satu kampus. Jauh dari apa yang Wildan bayangkan, nasib mereka berbeda. Hal ini tentu saja, membuat Dania merasa heran dengan apa yang diceritakan oleh Wildan.Mereka seharusnya sudah bahagia dengan pasangan mereka masing-masing. Bedanya, Dania belum resmi menikah. Ia baru bertunangan dengan calon suaminya. Menikah muda bukanlah hal yang Dania inginkan. Ia mau menikah diumur 30 tahunan. Dengan begitu, ia bisa mengatur keuangannya.
Perempuan cantik itu mengeluh dan terus memeriksa apakah ada yang salah dengan mesinnya. Ia bukan ahlinya. Juga ia tak paham soal permasalahan seperti ini.Reisqa menoleh ke belakang. Ia melihat ayahnya sedang berbicara. Reisqa lalu mendekat ke arah mereka berdua. Berusaha untuk mengadukan bagaimana mesin yang ada di kantor ini."Papa, ini bukan keahlianku dalam memperbaikinya."Pria yang sedang berbicara dengan ayah Reisqa pun merasa aneh. Mengapa Reisqa tidak menyadari kalau ini adalah dirinya?"Anda Reisqa bukan?" tanya pria itu pada perempuan yang memanggil atasannya ini sebagai 'Papa'.Reisqa menoleh dan melihat ke arah pria itu. Jantung Reisqa mulai deg-degan ia tidak percaya yang ia lihat di sini adalah Azriel, ayah dari Kirana yang bahkan bertemu dengannya tadi pagi.Rangkaian kebetulan ini, membuat Reisqa takut. Apakah Azriel mengik
"Suamiku, apa yang kau katakan itu tidak benar bukan?" Wirda yang sedang duduk di teras bersama suaminya, pun mulai khawatir.Sudah beberapa jam dari pembicaraan awal mereka mengenai Wildan dan Reisqa. Wirda tak menyangka anaknya menyembunyikan ini. Mengenai kabar buruk yang sedang menimpa Wildan, perlahan Wirda berpikir 'Apakah ini masalah yang besar?'"Aku ingin bertanya langsung kepadanya. Apakah kau setuju? Semakin jelas masalah, kita bisa membantunya."Wanita itu menghentikan suaminya yang hendak menelepon Wildan. Tak seharusnya ia langsung bertanya. Menurut Wirda, ini adalah sesuatu yang lancang.Kalau Wildan sendiri tidak bercerita, itu artinya ia tidak ingin keluarga tahu masalahnya. Juga, hal ini akan menimbulkan masalah lain. Siapa yang memberitahu keluarga soal keretakan rumah tangga Wildan?"Kita harus menunggu sampai Wildan yang mengatakan sendiri h
Tuan Wildan Sasmita yang sedang asyik di rumah baru saja mendapat telepon dari seseorang. Tak lain dan tidak bukan, bahwa itu adalah ayahnya. Sore begini, Wildan memang sedang melakukan hal yang ia sukai. Sekadar menonton film, dan melihat perkembangan dari pekerjaannya. "Halo, Papa!" Pria itu menjeda film yang diputar di laptopnya. Ia langsung menjawab dan tidak berpikir apa-apa. Di telepon, ayahnya bertanya sesuatu kepada Wildan. Dengan terbata-bata, Tuan Sasmita bertanya kepada putranya mengenai Reisqa. "Apa engkau belum berencana memiliki anak dengan Reisqa?" tanya Tuan Sasmita pada anaknya. Pertanyaan aneh Tuan Sasmita tentu saja membuat Wildan bingung. Apa yang ayahnya maksud. Mengapa tiba-tiba ia bertanya seperti ini? "Mengapa papabertanya seperti itu? Kita 'kan bisa mem
Wildan melempar barang yang ada di depan matanya dengan kesal. Masalah rumah tangganya sudah diketahui oleh orang tuanya. Hal ini tentu saja membuat Wildan tidak tenang. Padahal, ia sudah merasa aman dengan keputusannya. Mengetahui hal ini, Tuan Sasmita melarang Wildan mengambil jalan yang buruk. Ia menasihati Wildan bahwa masih ada jalan yang baik untuk menyelesaikan semua perkara dalam rumah tangga ini. "Siapa yang memberitahu keluarga? Apa ini ulah Reisqa? Perempuan itu tak henti-hentinya...." Wildan pun berniat untuk menghubungi Reisqa dan memarahinya. Perempuan itu sulit sekali diberitahu. Kalau begini, maka Wildan hanya akan menuduh Reisqa di depan keluarga jika memang terpaksa. Tiga hari dari sekarang, adik Wildan akan bertunangan dan tak perlu waktu lama ia juga akan langsung menikah. Sebenarnya semua anggota keluarga sud