Tidak ada pemandangan apa pun selain Ivory menangis di depan ruang ICU. Dylan sudah terbiasa melihat pemandangan menyedihkan ini. Setiap kali Dylan kecil dalam keadaan kritis, maka akan selalu pemandangan menyedihkan ini yang dilihat oleh Dylan. Lagi dan lagi kaki Dylan sangat lemas bagaikan jelly yang tak mampu berdiri tegak.Setiap kali ada berita kondisi Dylan kecil kritis, maka dunia Dylan seakan runtuh. Dia merasa bersalah dan berdosa. Selama ini, dia tak pernah tahu Dylan kecil ada di dunia ini. Andai waktu bisa diputar, dia akan bertanggung jawab, tapi tetap tak mengubah fakta bahwa wanita yang Dylan cintai hanyalah Dakota.“Dylan pasti baik-baik saja,” ucap Dylan pada Ivory, menenangkan wanita itu.Ivory tampak sangat rapuh. “Aku adalah ibu yang gagal.”Dylan menatap Ivory dengan tatapan dalam. “Jika kau ingin menyalahkan keadaan, maka salahkan aku. Jangan salahkan dirimu. Kau sama sekali tidak bersalah dalam hal ini.”Bahu Ivory bergetar, dia menangis pilu. “Jika saja penyaki
Xander terbangun di tengah malam di kala mendapatkan telepon dari asisten pribadinya. Seketika dia terdiam mendapatkan kabar anak Dylan dan Ivory telah tiada. Berita itu sukses mengejutkannya. Dia yakin pasti kondisi Dylan dan Ivory sangat hancur akan semua ini.“Sayang, ada apa?” Audrey ikut terbangun di kala mendengar suara dering ponsel sang suami.Xander menatap Audrey. “Anak Dylan dan Ivory sudah tidak ada.”Kening Audrey mengerut dalam. “Apa maksudmu, Sayang? Tidak ada bagaimana?”“Dylan kecil sudah meninggal dunia,” jawab Xander yang seketika itu membuat Audrey menganga terkejut.“Ya Tuhan.” Audrey ikut meneteskan air mata. Dia turut berduka. Sebagai seorang ibu, dia sangat tahu bagaimana hancurnya kehilangan anak. “Apa Dakota sudah tahu tentang ini?”“Aku tidak tahu, tapi dugaanku belum. Menurut asistenku, di rumah sakit hanya ada Dylan, Ivory, dan kedua orang tua Dylan,” jawab Xander memberi tahu.“Aku harus memberi tahu Dakota sekarang.” Audrey hendak mengambil ponselnya, be
Suara isak tangis mengiringi pemakaman Dylan kecil. Ivory dan keluarga besar Ivory yang turut hadir terlihat sangat hancur. Pun Dylan sendiri sama hancurnya dengan Ivory. Pria tampan itu hanya diam mematung melihat nisan tertuliskan Dylan Caldwell. Ya, Dylan meminta Ivory pada pemakaman batu nisan yang tertuliskan nama Dylan kecil, menggunakan nama keluarganya.Sebelumnya Dylan kecil menggunakan nama keluarga Ivory, tapi keadaan sekarang telah berubah. Dylan sudah tahu tentang Dylan kecil. Tentu pria itu langsung mengambil alih. Beruntung Ivory tidak menolak, wanita itu membiarkan Dylan kecil menggunakan nama keluarga Caldwell.Kedua orang tua Dylan yang turut hadir di pemakaman sangat terpukul. Mereka baru saja tahu tentang mereka telah memiliki cucu, tapi dalam sekejap ternyata Tuhan berkata lain. Cucu mereka harus meninggalkan dunia di usia yang masih sangat kecil.Audrey dan Xander sudah berada di sana. Selama proses pemakaman berlangsung, Audrey menangis dalam pelukan Xander. Seb
Ketegangan dan keheningan bercampur membentang. Tubuh Dylan membeku mendengar apa yang dikatakan oleh Xander. Sepasang iris mata cokelatnya menunjukkan jelas rasa panik yang terselimuti ketakutan. Debar jantungnya berpacu lebih kencang, seakan menandakan adanya tanda bahaya.“Jelaskan padaku, apa maksud ucapanmu, Xander?!” seru Dylan menuntut Xander untuk menjawab pertanyaannya. Xander mengeluarkan amplop putih dari balik jasnya, menyerahkan pada Dylan sambil berkata, “Lihat surat ini. Kau kekasih Dakota, kau sangat tahu tulisan tangan kekasihmu, kan?”Dylan segera mengambil surat yang diberikan oleh Xander padanya. Tampak jelas raut wajahnya terselimuti ketakutan. “Ini surat dari Dakota?” tanyanya memastikan.Xander mengangguk singkat. “Ya, surat itu dari Dakota. Bukalah. Kau akan tahu jawaban yang selama ini kau hindari.”Napas Dylan memberat. Debar jantungnya semakin berpacu jauh lebih kencang. Detik selanjutnya, dia mulai membuka surat itu, membaca perlahan isi surat. Cukup di a
Dylan mengerahkan seluruh orangnya untuk mencari keberadaan Dakota. Sejak di mana dia tahu Dakota sedang mengandung, membuat Dylan semakin diselimuti perasaan bersalah. Dia terlalu fokus pada Dylan kecil, sampai melupakan wanita yang dia cintai. Sekarang wanita yang dia cintai itu malah memilih menyerah, dan pergi darinya—membuatnya menjadi seperti orang yang frustrasi.Malam berganti malam, hati Dylan tidak bisa tenang. Dia takut hal buruk menimpa Dakota. Hal yang dia sesali adalah dirinya bukan orang pertama yang tahu tentang kehamilan kekasihnya itu. Audrey yang mengetahui pertama kali. Bahkan Audrey bilang padanya Dakota akan memberitahukan kehamilannya setelah menikah.Sialnya, semesta tidak mendukung. Pernikahan yang sudah dirancang sedemikian rupa harus ditunda, karena Dylan dihadapkan dengan pilihan rumit. Pria tampan itu terpaksa menunda, dikarenakan kondisi Dylan kecil menurun. Dia bahkan sampai mengabaikan perasaan Dakota yang dia tinggal begitu saja di altar.“Tuan Dylan,”
Langkah kaki Dylan masuk perlahan ke dalam penthouse-nya. Aura wajah menunjukkan jelas rasa putus asa dan kesedihan yang membentang. Benaknya memikirkan keberadaan Dakota. Entah di mana kekasihnya itu berada. Yang pasti Dylan sangat cemas dan khawatir. Terlebih sekarang dia tahu kekasihnya itu sedang mengandung buah cinta mereka.“Tuan,” sapa sang pelayan di kala melihat Dylan sudah masuk ke dalam penthouse.Langkah kaki Dylan terhenti, menatap sang pelayan yang seperti ingin bicara padanya. “Ada apa?”“Tuan, di ruang tamu ada Nona Ivory Jone ingin bertemu dengan Anda. Beliau sudah menunggu Anda sejak tiga puluh menit lalu,” jawab sang pelayan memberi tahu.Dylan mengangguk singkat. “Aku akan menemuinya.”“Baik, Tuan.” Pelayan itu menundukkan kepalanya, di kala Dylan sudah melangkah menuju ruang tamu.“Dylan?” Ivory tersenyum lembut melihat Dylan sudah datang.“Bagaimana kabarmu?” tanya Dylan langsung duduk di depan Ivory.Ivory berusaha tersenyum. “Aku hidup. Aku rasa kau bisa tahu b
Beberapa bulan berlalu … Pulau Maldives. Sinar matahari begitu menyinari pulau indah di mana Dakota berada. Lautan yang biru menyejukkan mata. Kaki telanjang Dakota menelusuri pasir. Wanita cantik itu tersenyum melihat pemandangan yang begitu indah di hadapannya. Tubuhnya sudah tak lagi sama. Sebab, perutnya sekarang sudah buncit. Kehamilannya sudah memasuki minggu ke dua puluh sembilan. Tentunya kehamilannya sangat sehat, karena Dakota selalu menjaga anak yang ada di kandungannya.Beberapa bulan tinggal jauh dari keluarganya, membuat Dakota sangat merindukan keluarganya. Namun, dia masih memilih untuk menjauh dari semua orang. Dia masih nyaman dengan kesendirian. Dia tidak tinggal sendiri. Dia tinggal bersama dengan asistennya. Dia tak mengizinkan sang asisten meninggalkan Maldives, karena dia khawatir keluarganya serta Dylan menemukan dirinya.Dakota menjauh dari semua orang termasuk dari Audrey. Kendirian membuatnya merasakan kenyamanan. Rindu ada, tapi dia sekarang ingin tenang.
Dakota duduk di pasir pantai, menikmati pagi yang indah di Pulau Maldives. Wanita cantik itu bermain air sambil mengusap-usap perut buncitnya. Senyuman indah terlukis di wajahnya, menatap pemandangan yang menakjubkan di Pulau Maldives.Tangan halus Dakota bermain pasir dan air. Dia menyukai ketenangan dan kedamaian ini. Sudah berbulan-bulan dia tinggal di Pulau Maldives, tapi tidak pernah sekalipun Dakota merasakan bosan. Dia malah jatuh cinta pada keindahan Pulau Maldives.Cuaca di Pulau Maldives dan Roma berbeda jauh, tapi nyatanya tetap tidak mempengaruhi rasa suka Dakota. Wanita cantik itu tampak sangat menikmati kesunyiannya dan kedamaiannya di Pulau Maldives. Meski terkadang dia merasa kesepian, tapi tidak memungkiri dia menyukai kedamaian ini.“Kelak kau pasti akan menjadi sosok yang hebat dan tampan seperti Daddy-mu,” ucap Dakota pelan sambil membelai perut buncitnya.Benak Dakota membayangkan anak laki-lakinya ini pasti akan lahir ke dunia menjadi sosok yang tampan dan hebat.
Usia Diana sudah memasuki enam bulan. Bayi perempuan cantik itu tumbuh dengan sangat luar biasa. Parasnya yang cantik perpaduan sempurna antara Dylan dan Dakota. Bisa dikatakan Diana selalu menjadi pusat perhatian setiap kali Dakota membawa putri kecilnya berpergian keluar.Delmer, putra sulung Dylan dan Dakota tak kalah menarik perhatian. Balita kecil itu sangat overprotective pada adik perempuannya. Bayangkan saja setiap kali ada yang ingin menyentuh Diana, pasti Delmer tak sembarang untuk memberikan izin.Delmer meski masih kecil, tapi sudah menunjukkan cinta yang luar biasa pada adik perempuannya. Hal ini yang Dylan dan Dakota yakinkan bahwa kelak di masa depan Delmer akan menjaga Diana dengan sangat baik. Bukan hanya sekadar menjaga, tapi juga memberikan cinta yang amat besar. Lebih dari dua tahun menikah, Dylan dan Dakota merasa sangat bahagia, karena pada akhirnya dipersatukan. Mereka selalu bersyukur setiap detik apalagi kehadiran Delmer dan Diana, membuat ikatan cinta merek
“Sayang, kau sudah pulang?” Dakota menyambut kepulangan sang suami, memberikan pelukan, ciuman, dan membantu sang suami meletakan jas ke keranjang kusus pakaian kotor.Dylan mengecup kening Dakota. “Aku selalu ingin pulang cepat, karena aku tahu istriku menungguku di rumah.”Dakota tersenyum hangat merespon ucapan sang suami tercinta. “Delmer dibawa orang tuaku, kan?” tanya Dylan sambil membelai pipi Dakota.Dakota mengangguk. “Iya, Sayang. Delmer dibawa orang tuamu.”Dylan memeluk pinggang Dakota. “Bagus, satu pengganggu kecil sudah diamankan.”Dakota mendelik, seraya memukul pelan lengan kekar Dylan. “Bisa-bisanya kau menyebut putra kesayanganku sebagai pengganggu kecil?”Dylan terkekeh melihat kemarahan di wajah Dakota, dia menarik dagu sang istri, mencium dan memberikan lumatan lembut di bibir istri tercintanya itu. “Delmer juga putra kesayanganku, tapi bocah kecil itu sering mengganggu keromantisan kita, Sayang.”Dakota mendengkus sambil mencebikkan bibirnya jengkel. Ya, dia tah
Dua tahun berlalu … Suara tangis bayi membuat Dakota yang terlelap langsung terbangun dari tidurnya. Wanita cantik itu langsung melangkah menuju box bayi, menggendong bayi kecilnya yang menangis, dan memberikan susu.“Diana bangun?” Dylan menyibak selimut, menghampiri istrinya yang meberikan susu untuk bayi perempuannya.“Iya, Sayang. Sepertinya Diana haus,” jawab Dakota lembut seraya menatap hangat putri kecilya itu.Dylan membelai kepala Diana. “Kau pintar sekali minum susu, seperti Daddy,” bisiknya ke telinga putri kecilnya itu, tapi tetap terdengar di telinga Dakota.Dakota mendelik tajam menatap Dylan. “Dylan! Kenapa kau bicara seperti itu pada Diana?”Dylan terkekeh rendah. “Sayang, apa yang aku katakan benar, kan? Setelah kau menyusui putri kita, kau pasti menyusuiku.”Dakota mencibir. “Kau saja yang tidak mau kalah dari anakmu.”Dylan mengecup bibir Dakota. “Aku tidak akan mau kalah, kan seluruh tubuhmu adalah milikku, Sayang.”Pipi Dakota tersipu malu, dia tersenyum mendenga
Balutan gaun pengantin indah membuat penampilan Dakota sangat menawan. Konsep garden party yang dipilih Dakota, sangat cocok dengan gaun pengantin yang sekarang dikenakan oleh Dakota. Meski sederhana, tapi tetap sangat cantik dan elegan.Konsep pernikahan garden party adalah konsep pernikahan yang diinginkan Dylan. Awalnya konsep pernikahan yang diinginkan Dakota adalah konsep pernikahan seperti seorang putri dari Kerajaan. Yang pasti harus mewah dan berkelas. Namun, seiringnya badai menerpa konsep pernikahan itu berubah. Dakota menginginkan menikah dengan cara sederhana, tapi tetap elegan.Dylan sempat menolak konsep pernikahan garden party, karena pria tampan itu sangat tahu bahwa Dakota menginginkan konsep pernikahan mewah. Akan tetapi, setelah Dakota menjelaskan akhirnya Dylan mengerti. Bahwa memang sejatinya pernikahan yang paling penting adalah penyatuan dua orang mencintai, menjadi satu. “Oh, My God! Dakota Spencer, kau cantik sekali,” seru Audrey pada Dakota, dengan tatapan
Persiapan pernikahan Dylan dan Dakota sudah ada di depan mata. Segala hal yang dibutuhkan oleh Dakota telah terpenuhi. Kali ini, Dakota menuruti keinginan Dylan yang ingin konsep pernikahannya jauh lebih sederhana. Dulu Dakota ingin konsep pernikahan mewah, wanita itu malah sekarang mengikuti Dylan yang ingin konsep pernikahan garden party.Alasan kuat Dakota ingin menikah lebih sederhana, karena dia merasa bahwa kebahagiaan bukan lagi tentang kemewahan. Menurutnya hal yang paling penting adalah kebersamaannya dengan Dylan dan Delmer. Itu adalah kebahagiaan yang tak terkira. Pusat kehidupannya sekarang adalah Dylan dan Delmer.Konsep pernikahan garden party dibantu oleh Ivory. Pun tak lepas oleh Audrey turut membantu. Ibu Dakota dan ibu Dylan membantu mengingatkan banyak hal. Namun, jika sudah berurusan dengan orang tua biasanya Dakota kerap kena marah, karena Dakota menginginkan yang sederhana.“Nona Dakota, ini laporan mengenai kebutuhan pernikahan Anda,” ucap Cali seraya memberikan
Bibir Dylan melumat lembut bibir Dakota. Dua insan saling mencintai itu berciuman dengan penuh kelembutan. Desahan merdu lolos di bibir Dakota di kala ciuman yang diciptakan Dylan begitu menggelora. Saliva mereka tertukar, membangkitkan hasrat mereka. Tangan lentik Dakota melingkar di leher Dylan, ciuman itu semakin panas—membuat keduanya sama-sama terlena.“Aku mencintaimu,” bisik Dakota kala Dylan melepaskan pagutannya.“Aku jauh lebih mencintaimu,” jawab Dylan seraya membelai pipi Dakota lembut.Dakota tersenyum hangat. “Aku bahagia Ivory menemukan belahan jiwanya. Lama tidak melihatnya, ternyata dia merajut kehidupannya. Dylan, sejak awal aku sudah menduga bahwa Ivory bukan wanita jahat. Hanya saja takdir selalu memberikan misteri pada semua manusia.”Dylan duduk di tepi ranjang, seraya menarik tubuh Dakota, duduk di pangkuannya. “Aku bukan pria yang baik untuk Ivory, dia pantas mendapatkan yang terbaik.”Dakota menangkup kedua pipi Dylan. “Kau memang bukan yang terbaik untuk Ivor
Kebahagiaan menyelimuti Dylan dan Dakota. Mereka telah mengantongi restu dari Darren. Pun kedua orang tua Dylan sudah diberi tahu tentang Darren yang telah memberikan restu. Tentu kedua orang tua Dylan menyambut dengan sangat bahagia. Sebab ini yang dinantikan banyak orang yaitu Dylan dan Dakota kembali bersatu. Saat ini Dylan dan Dakota sudah pulang dari rumah sakit. Delmer dinyatakan sembuh, dan dokter mengizinkan Delmer untuk pulang. Seakan semesta memang mendukung hubungan Dylan dan Dakota—segala hal diperlancar termasuk Delmer yang sempat kritis dinyatakan sembuh. Pulang dari rumah sakit, Dylan langsung membawa Dakota dan Delmer ke penthouse-nya. Pria tampan itu langsung mengambil tindakan membawa Dakota dan Delmer ke penthouse-nya. Tentu setelah mengantongi izin, membuat Dylan jauh lebih bebas dalam bertindak.“Delmer sudah tidur?” tanya Dylan kala Dakota memasuki kamar mereka.Dakota duduk di samping Dylan, menyandarkan kepalanya di dada bidang pria yang dicintainya itu. “S
Kondisi Delmer sudah berangsur-angsur membaik. Bayi laki-laki tampan itu sudah melewati masa kritisnya. Setiap detik Dakota dan Dylan selalu mengucap syukur karena Tuhan masih memberikan kesempatan pada putra mereka untuk tetap ada di dunia ini.Siang itu ruang rawat Dakota dipenuhi dengan Xander datang bersama dengan Audrey. Pun kebetulan Dizon juga datang menjenguk. Tampak Dakota sudah bisa tersenyum menyambut keluarganya yang datang menjenguk Delmer.“Aku senang mendengar Delmer sudah membaik. Aku sangat khawatir, saat mendengar Delmer masuk rumah sakit.” Audrey menyentuh tangan Dakota.Dakota tersenyum lembut menatap Audrey. “Terima kasih, Audrey. Aku juga bersyukur Delmer baik-baik saja. Aku tidak bisa membayangkan bagaimana kehidupanku jika sampai hal buruk menimpa Delmer.”Xander menepuk bahu Dylan, memberikan semangat pada sahabatnya itu.Dylan tersenyum samar.Dizon yang ada di sana memilih berdiri di dekat Delmer. Pria tampan itu membelai lembut pipi keponakannya. Tampak jel
Pagi menyapa, Dakota sudah terbangun dari tidurnya. Yang pertama kali dia lihat adalah Dylan yang menghampirinya membawakan makanan. Pria tampan itu membawa sandwich dan aneka buah serta susu untuk Dakota. “Kau harus makan. Tadi malam kau sudah tidak makan,” ucap Dylan lembut, sambil menghidankan makanan di depan Dakota. Delmer dirawat di rumah sakit, dan tentu Dakota ditemani Dylan menginap di ruang rawat putra mereka. Dylan memilih kamar VVIP yang terbaik di rumah sakit. Hal itu yang membuat Dakota dan Dylan bisa tidur cukup nyaman menemani putra mereka.“Aku tidak lapar, Dylan,” kata Dakota pelan.Dylan mengecup kening Dakota. “Kau selalu mengatakan tidak lapar. Ini bukan tentang kau lapar atau tidak, tapi ini tentang kesehatanmu. Aku tidak ingin kau sakit. Delmer sekarang sakit, jika sampai kau sakit, aku bagaimana?”Dakota terdiam mendengar apa yang dikatakan Dylan. Tak menampik bahwa apa yang dikatakan pria itu adalah benar. Jika sampai dia tak menjaga kesehatannya, dan tumban