Beranda / Romansa / Hear Me / 01; Dharmawangsa Group

Share

Hear Me
Hear Me
Penulis: Weni Anzari

01; Dharmawangsa Group

Penulis: Weni Anzari
last update Terakhir Diperbarui: 2021-09-04 23:10:07

DHARMAWANGSA GROUP.

Jeff kontan mengendorkan dasi yang terikat dileher nya, saat kedua matanya tanpa sengaja membaca plang nama tersebut, ketika mobil yang dia kendarai melewati kantor pusat dari perusahaan itu. Napasnya tersenggal, dan refleks, satu tangan nya langsung mencengkeram stir dengan kuat, diikuti kedua mata yang juga menatap tajam ke arah kantor besar nan tinggi itu, meskipun hanya sekilas.

Well, Dharmawangsa Group adalah sebuah perusahaan waralaba ritel, yang memiliki minimarket hampir di seluruh Indonesia dengan nama Dharma Mart, minimarket yang menjadi favorit sebagian warga negara, karena mudah ditemui dimana pun ketika bepergian. 

Iya, Jeff tahu kalau Dharmawangsa Group memang perusahaan yang sebesar itu. Hanya saja, dia benci mengakuinya.

Dia benci karena orang yang ada di balik kesuksesan perusahaan itu, adalah sosok yang tidak bertanggung jawab terhadap sesuatu yang beresiko yang sudah dia lakukan. 

Pikiran Jeff seketika ditarik mundur ke belakang, saat usianya masih empat tahun. Dia ingat betul, saat itu Ibu nya membawa dia ke sebuah rumah besar bak istana yang memiliki pagar menjulang tinggi, dilengkapi security dimana-mana. 

Jeff kecil mendongak, menatap Ibu nya yang menggandeng tangan mungil nya. 

"Mama, kita mau kemana?" Tanya Jeff dengan polosnya. Wajah Mama nya yang sempat tegang, kontan melembut saat kedua matanya bertemu dengan manik cokelat Jeff. 

"Kamu mau ketemu Papa kan?" Jeff langsung berbinar seraya mengangguk semangat, membuat Ibu nya tersenyum tenang sambil membelai rambut tebal Jeff yang saat itu dipotong batok.

"Iya udah, kita masuk. Ini rumah Papa kamu, sayang." 

"Uwah... Jadi selama ini Papa tinggal satu kota sama kita?" Ibu Jeff hanya mengangguk sebagai jawaban atas pertanyaan anak nya. 

"Tapi kenapa Papa enggak pernah datang ke rumah kita, Ma?" 

"Karena... Papa sibuk. Papa sibuk sama pekerjaan nya di kantor. Jadi, harus kita yang datang ke rumah Papa."

"Tapi, Ma, kata Kevin teman aku, keluarga itu tinggal nya di rumah yang sama. Terus kenapa Papa punya rumah sendiri disini, sedangkan rumah kita di sana. Kita kan keluarga. Harusnya tinggal di rumah yang sama kan, Ma?" Bukan sebuah kalimat yang Jeff dapat sebagai jawaban saat itu, tetapi hanya senyuman Mama yang nampak palsu di wajah cantik nya. 

"Ayo kita masuk sayang." Jeff hanya mengangguk tanpa banyak bertanya lagi. Karena dia benar-benar senang, penantian nya untuk bertemu dengan sosok Papa yang sering Mama ceritakan, akhirnya terjawab hari ini. 

Sampai akhirnya ketika Jeff dan Ibu nya hendak masuk ke dalam, seorang security mencegat mereka. 

"Ada keperluan apa Ibu kemari?" Tanya security itu. 

"Saya mau bertemu dengan Praseno Dharmawangsa." 

"Ada keperluan?"

"Keperluan pribadi." 

"Bisa tolong jelaskan keperluan pribadi nya apa?"

"Tidak. Saya hanya ingin bertemu dengan beliau." 

"Begini Ibu, Pak Pras itu tidak menemui sembarang orang---"

"Kami bukan sembarang orang. Jadi tolong, Bapak panggil Praseno Dharmawangsa sekarang."

"Loh, Ibu kok nyolot." 

"Saya hanya ingin bertemu dengan beliau. Sudah, itu saja. Bapak jangan memperumit dong." 

"Saya hanya menjalankan tugas." 

"Oke. Kalau begitu panggil Pras kemari. Saya tahu dia ada di rumah."

"Nggak bisa---"

"Sekarang. Kalau dia tidak mau keluar, katakan pada Pras, kalau saya akan meminta pertanggung jawaban melalui media." Saat itu Jeff masih terlalu kecil untuk mengerti semuanya, sehingga yang dia lakukan hanya diam sambil menunggu sosok Papa yang sangat ingin dia temui datang. 

Sementara Tamara, wanita cantik yang merupakan Ibu Jeff, terlihat sekali kalau dia sedang menahan api dalam diri nya supaya tidak bertambah besar. Dan karena nya, security tadi segera bergegas ke dalam untuk menyampaikan pesan pada majikan nya. 

Bab terkait

  • Hear Me   02; Ingatan Masa Lalu

    "Ma, kenapa kita enggak di bolehin masuk?" Tanya Jeff dengan raut sedih nya. Seolah-olah suara mungil Jeff adalah air yang dapat memadamkan api dalam diri Tamara, wanita itu kontan berjongkok, menyejajarkan tubuhnya dengan sang anak. "Papa di dalam lagi sibuk, sayang. Kita tunggu disini ya?" Jeff mengangguk lesu. Padahal, dia ingin sekali masuk ke dalam istana Papa nya. Mengelilingi satu-persatu ruangan yang ada, supaya nanti bisa dia ceritakan ke Kevin dan teman-teman nya yang lain. "Jeff sedih ya, enggak bisa masuk ke dalam?" "Sedikit. Tapi enggak apa-apa. Yang penting hari ini Jeff ketemu Papa." Raut sedih yang ada di wajah Jeff berangsur menghilang, tergantikan senyum menawan nya. Dan itu kontan membuat wajah Tamara ikutan tersenyum. "Anak pintar." Ucap Tamara sambil mengelus kepala Jeff. "Di mana? Di mana tamu yang mengancam-ngancam saya, hah?!" Tamara sontak berdiri dan menyembunyikan tubuh kec

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-27
  • Hear Me   03; Hari Terakhir Rinji

    Hari ini, adalah hari terakhir Rinji bekerja sebagai resepsionis di sebuah hotel bintang tiga di Jakarta. Dia tidak resign atau pun apa, hanya saja kontrak nya sudah habis, dan tidak di perpanjang.Rinji menghela napas, seraya melepaskan heels nya. Ini jam istirahat, dan dia sedang berada di warung pinggir jalan yang berada tepat di depan hotel tempat nya bekerja."Mbak Rinji, kata nya hari ini terakhir kerja ya?" Tanya Ibu Marni, pemilik warung itu yang sudah Rinji anggap sebagai Ibu sendiri, karena saking akrab nya.Rinji mengangguk lesu, dia sedih karena harus meninggalkan orang-orang baik yang ditemui di sini. Satu tahun enam bulan adalah waktu yang tidak singkat. Rinji sudah sangat nyaman dengan lingkungan dan rekan-rekan kerja nya. Tapi ya, mau bagaimana lagi. Mungkin ini sudah jalan yang paling baik dari Tuhan."Nanti Ibu bakalan kehilangan pelanggan yang royal kayak Mbak Rinji nih." Eluh Ibu Marni

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-27
  • Hear Me   04; Malaikat Maut

    "Bu... Fatma baperan banget sih. Lagi PMS ya?" Rinji mengeluh pada pemilik kucing nya sambil terus mengikuti kemana Fatma pergi. Soal nya kalau sampai menyebrang jalan, resiko nya tinggi."Mana Ibu tahu. Lagian emang kucing bisa PMS?" Jawab Ibu Marni yang sedang membolak-balik pepes ayam. Iya, jadi pepes ayam nya masih di wajan, belum matang sepenuh nya. Makanya Rinji menunggu sambil bermain dengan Fatma."Kali aja. Atau mungkin habis dicampakkan sama kucing jantan.""Hahahahaha Mbak Rinji ada-ada aja." Menyadari ucapan nya lucu, Rinji jadi ikutan terbahak."Kan betina, Bu. Gampang baper. Hahahaha---eh Fatmaaa jangan nyebrang sembarangan!!" Rinji panik begitu melihat Fatma yang saat ini berada di pinggir jalan. Kontan dia segera bangkit, menyusul Fatma. Tapi terlambat, Fatma sudah berjalan diatas aspal dengan santai nya, tanpa takut ditabrak kendaraan yang lewat."Aduh dasar binatang! Mala

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-27
  • Hear Me   05; Jeffrey Karenzio

    "Ma--maksud nya?" Pria yang Rinji yakini malaikat maut itu menghela napas seraya menggaruk bagian samping kepala nya."Kamu tidak apa-apa?" Rinji mengangguk polos.Sungguh, dia masih belum mencerna dengan apa yang terjadi sekarang. Yang dia ingat tadi hanya ada mobil dengan kecepatan tinggi dari arah kanan, suara Dildar yang memanggil nama nya dengan lantang, dan suara decitan mobil.Tunggu, seperti nya Rinji mulai sadar satu hal.Dia masih hidup.Iya, dia masih bisa mengambil napas, masih bisa berkedip, dan tangan nya yang memegang tubuh embul Fatma masih bisa bergerak dengan sempurna.Dan, "Ya. God bless you. Karena saya tidak jadi menabrak kamu." Rinji kontan menghela napas lega nya, seraya menatap ke atas dengan penuh haru.Tentu saja itu karena Tuhan masih memberikan nya waktu untuk hidup. Artinya, Rinji masih bisa

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-27
  • Hear Me   06; Kedatangan Vella

    "Rinji! Anjir. Gue hampir aja kehilangan lo!" Dildar yang sejak tadi diam, kontan menghampiri rekan kerja nya dengan raut wajah yang masih panik. Tentu saja, Dildar melihat dengan jelas bagaimana kejadian itu berlangsung. Saat Rinji tidak berkutik di tempat nya, sementara mobil dari sisi kanan melaju dengan kencang. Untung saja, Tuhan masih memberikan Rinji waktu untuk hidup, karena mobil itu berhasil berhenti sebelum menerjang tubuh Rinji. "Dar, lo sejak kapan di sini?" Tanya Rinji bingung. Oh tentu, dia masih berada dalam pengaruh virus ketampanan pria tadi. Hingga kemudian Dildar segera menarik Rinji, takut jika teman nya akan di tabrak beneran kalau dibiarkan di jalan seperti. "Sejak lo hampir mati!" Dildar emosi. Dia bahkan merangkul tubuh Rinji dengan erat, untuk dia bawa ke warung Ibu Marni. Sementara itu, Rinji hanya nyengir lalu menyempatkan diri untuk menepuk-nepuk bisep sebela

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-27
  • Hear Me   07; Aglio Olio

    Sebenarnya Jeff malas berurusan dengan wanita. Tapi dengan Vella, dia tidak bisa melakukan apa-apa selain menuruti kemauan nya. Bukan karena Vella anak dari bos nya, tapi karena Vella hampir kehilangan dirinya sendiri. Jeff tidak mau Vella kambuh dan berakhir melukai dirinya sendiri seperti yang dilakukan sebelum-sebelum nya. Jadi lebih baik Jeff merelakan waktu nya luang nya untuk menuruti gadis itu, dari pada nanti dia merasa bersalah seumur hidup, karena tidak bisa menjaga apa yang sudah dititipkan pada nya.Iya, Handoko, Ayah gadis itu yang juga merupakan boss Jeff, dia sudah menitipkan Vella pada nya. Bukan tanpa sebab, itu karena hanya dengan Jeff, hari-hari anak nya yang sempat suram jadi lebih berwarna lagi. Jeff adalah penyelamat untuk hidup Vella yang nyaris berakhir mengenaskan di tangan nya sendiri.Sekitar dua puluh menit berlalu, akhirnya mobil Jeff sampai di halaman restaurant favorite Vella. Mereka segera turun, berjalan be

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-27
  • Hear Me   08; Rinji Kamila Averaya

    Jeff menarik napas seraya mengangguk. "Saya pesan carbonara, bukan aglio olio.""Oh maaf, itu salah saya.""Iya, salah anda.""Kalau begitu biar saya ganti---""Tidak usah.""Tapi---""Tidak usah, Rinji Kamila Averaya." Rinji langsung kicep. Dia menyesali diri nya sendiri yang terlihat ceroboh untuk kedua kali nya di depan Jeffrey Karenzio."Maaf, Pak.""Hm.""Jeff, kamu yakin enggak apa-apa salah pesanan?""Iya. Lagian, sama-sama pasta.""Oke. Mbak, jangan di ulangin ya kesalahan nya. Bisa fatal loh." Tukas Vella yang kemudian diangguki Rinji."Iya, sekali lagi saya minta maaf.""Iya sudah, kamu boleh pergi."Rinji pun beranjak dari meja delapan belas itu. Tapi sebelum nya, dia membungkuk sopan, untuk meminta maaf dengan sungguh-sungguh.

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-27
  • Hear Me   09; Merayakan Perpisahan

    Rinji langsung memasang wajah cemberut, ketika matanya bersirobok dengan mata bulat Dildar yang berbinar. Tahu kenapa? Karena cowok yang memiliki muka bayi itu sudah membuatnya bolos kerja, dengan beralasan diare.Padahal harus nya hari ini Rinji memberi kuis matematika untuk anak murid kesayangan nya. Tapi Dildar memaksa nya jalan berdua, sebagai ucapan perpisahan, karena mulai senin Rinji sudah tidak lagi jadi rekan kerja nya.Kalau di pikir-pikir memang konyol. Tapi tidak bisa dipungkiri juga, Rinji senang. Karena akhirnya dia bisa menghirup udara segar di kota Bandung. Iya, Dildar mengajak nya jalan ke kota kembang untuk mendatangi wisata alam di Lembang, tepatnya di Orchid Forest Cikole, dengan mengendarai motor scoopy putih yang diberi nama Bodil alias Bohay nya Dildar."Udah dong kesal nya. Tenang aja, hari ini lo enggak bakal keluarin duit sepeser pun." Ucap Dildar sambil membuka tautan helmet Rinji.Padahal sudah berulang

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-28

Bab terbaru

  • Hear Me   48; Hujan dan Desahan

    Bukan tanpa alasan kenapa Jeff takut dengan suara hujan di malam hari. Semua itu berawal saat usia nya enam tahun. Jeff kecil terbangun dari mimpi indah nya, ketika suara hujan pada malam itu mengusik tidur nya. Dia menangis sambil berharap Mama nya akan segera menghampiri nya. Namun sayang nya, belasan menit telah berlalu dan Mama nya tak kunjung datang, akhir nya Jeff memutus kan untuk berjalan mencari sang Mama. Dia membuka pintu kamar nya pelan, dan segera di sambut suara dari televisi yang menyala dengan volume besar. "Mama?" Jeff kecil bersuara pelan, berharap sang Mama akan menyadari kehadiran nya, namun beberapa kali Jeff memanggil Mama nya, sosok itu masih tetap tak muncul, sampai akhir nya, dengan penuh tekad, Jeff berjalan menuju sofa buluk yang ada di ruang tv, berniat untuk mengambil remot dan mematikan televisi tersebut. Namun sayang nya, belum sempat dia melakukan hal tersebut, langkah nya terhenti saat telinga nya mendengar suara desahan di antara berisik nya suara

  • Hear Me   47. 03 am

    Pukul tiga pagi, Jeff masih terjaga di sebuah apartmen yang beberapa waktu lalu menampung nya saat hujan badai dengan gemuruh petir yang lantang, singgah di ibu kota. Adalah apartmen milik Rinji yang saat ini sedang bermain peran sebagai Jianna. Awal nya, Jeff hanya mau mengantar kan gadis itu pulang, karena tidak bisa membiar kan wanita pulang sendirian malam-malam. Di tambah lagi, saat itu angin mulai bertiup kencang dari biasa nya, lalu di susul suara petir beserta kilat nya mulai menampak kan diri, menerangi bumi di kota Jakarta untuk seperkian detik secara terus-terusan. Maka dari itu, Rinji menyaran kan Jeff untuk singgah. Meskipun pada awal nya Jeff enggan, tapi semesta berkata lain. Saat kaki nya hendak kembali menyentuh tanah-- setelah memastikan Rinji selamat sampai unit nya, hujan dengan deras nya membasahi seluruh kota Jakarta, di susul amukan petir yang membuat malam menjelang pagi kala itu terasa mencekam, dan Jeff berakhir singgah di unit Rinji. Sebab, lelaki gagah pe

  • Hear Me   46. Ice Cream

    Rinji tidak habis pikir dengan diri nya sendiri malam ini. Bagaimana bisa dia menangis tersedu-sedu dalam dekapan seorang pria asing yang bahkan belum satu tahun dia kenal. Dildar yang sudah dia kenal dua tahunan ini, tidak dia biar kan melihat sisi rapuh nya, tapi Jeffrey, pria yang sekarang sedang menikmati ice cream itu sudah tahu sisi lemah Rinji, ya meskipun sisi lemah yang di tampil kan adalah milik Jianna. Tapi tetap saja, Rinji dan Jianna adalah orang yang sama. Entah lah, Rinji pun bingung. Mungkin karena ini hari merah nya. Bukan kah perasan perempuan menjadi campur aduk ketika sedang dalam masa periode nya. Tapi tidak bisa di pungkiri juga, Rinji suka dengan perlakukan Jeff. Dia nyaman dengan bagaimana lelaki itu memperlakukan nya tadi. Memeluk nya sambil membisik kan kalimat penenang, Rinji benar-benar suka, sampai dia sedikit berdebat ketika mata nya bersirobok dengan mata Jeff. Dan sontak, dia langsung berdeham sambil mencoba untuk terlihat biasa saja, padahal jantung

  • Hear Me   45. Peluk untuk Jia dan Rinji

    "Seperti nya, ada satu hal yang harus kamu tahu tentang saya." Ucap Jeff pada akhir nya. Hal itu membuat Rinji tidak bergeming untuk beberapa saat, sebelum akhir nya berdeham dan bertanya penasaran."Apa itu?" "Saya tidak mudah berteman dengan perempuan." Entah apa yang ada di kepala Jeff saat itu, sampai dia harus mengatakan kalimat tersebut."Benar kah? Lalu kenapa mau berteman dengan ku? Kamu juga mau berteman sedekat itu dengan anak boss mu." Hardik Rinji, membuat Jeff menarik napas nya dalam-dalam dan menghembus kan nya perlahan. "Vella, dia itu sudah saya anggap sebagai adik saya sendiri." "Lalu bagaimana dengan ku?" Tanya Rinji, yang sejujur nya, dia pun menyesal telah menanya kan kalimat itu. Tapi, sungguh, dia benar-benar penasaran perihal alasan Jeff mau berteman begitu saja dengan nya. Karena seharus nya, jika Jeff benar-benar tidak mudah berteman dengan wanita, Jianna Alatas tidak akan pernah berteman dengan Jeff. Rinji pun demikian, apalagi sampai di ajak ke pantai, h

  • Hear Me   44. Pertemuan Tidak di Sengaja

    "Jadi, benar kan kalau kamu memperlakukan semua wanita sama saja?" "Bersikap manis, perhatian, ya... Seperti lelaki pada umum nya." Demi Tuhan, kalimat itu masih tengiang-ngiang di kepala Jeff, bahkan ketika dia hendak memejam kan kedua mata nya. Waktu sudah menunjuk kan pukul sebelas malam dan Jeff sulit memejam kan mata nya hanya karena kata demi kata yang Jianna ucap kan tadi siang. "Wanita memang rumit." Gumam Jeff seraya menghembuskan napas frustasi nya. Kemudian, pria itu memilih untuk bangkit dari ranjang, lantas bergegas keluar. Sebelum itu, terlebih dahulu dia menyambar hoodi cokelat milik nya yang ada di lemari. Jeff butuh udara segar. Maka nya, dia memilih untuk berjalan kaki. Di pikir-pikir, sudah lama juga Jeff tidak jalan santai seperti ini. Dulu, waktu dia masih sekolah, dia sering melakukan nya. Rumah Jeff masuk gang sempit yang hanya bisa di lewati satu kendaraan sepeda motor. Namun, ketika keadaan mulai berubah, semua itu Jeff tinggal kan, sebab, dia terlalu sib

  • Hear Me   43. Red Day

    Hening menyelimuti sepasang anak Adam dan Hawa yang saat ini sama-sama sedang menatap ke arah bawah pada jalan raya yang ramai. Kendaraan umum, mobil pribadi, sepeda motor, seolah saling balapan untuk sampai ke tujuan masing-masing. Belum lagi suara klakson kendaraan yang saling bersahutan, kian menambah keributan pada jalanan tersebut, hingga pada atap rumah sakit pun kebisingan nya masih terasa. Hal itu sontak membuat Rinji menghela napas lelah. Dia tidak suka keramaian yang seperti itu, karena membuat kepala nya jadi semakin runyam. Maka dari itu, dia memilih untuk membalik kan tubuh nya, menyandar kan punggung mungil nya pada tembok pembatas di sana. Dan apa yang di lakukan gadis tersebut, tentu saja memancing atensi Jeff yang ada di samping nya. "Kenapa?" Tanya pria itu. Rinji menggeleng. "Tidak suka keramaian?" "Bukan. Hanya saja, di bawah sana sangat berisik. Dan aku tidak suka. Karena itu menambah keributan di kepala ku saja." Saat menjadi diri nya sendiri di samping pri

  • Hear Me   42. Sorot Mata Itu

    "Bukan kah tidak ada Ibu yang tidak menyayangi anak nya?" Benar, Mauryn setuju dengan apa yang Tamara bilang. Dan tentu nya, dia juga amat sangat menyayangi Jianna, putri tunggal nya, sampai-sampai dia terjun langsung seperti ini itu, semua nya hanya untuk memastikan laki-laki yang kemarin bepergian dengan anak gadis nya. Bagaimana pun, Mauryn sadar kalau Jia gadis kecil nya sudah menginjak dewasa dan memiliki paras yang begitu cantik. Jadi wajar saja kalau banyak laki-laki terpikat."Nama nya Jeffrey. Dia harta paling berharga yang saya miliki di dunia ini." Suara Tamara kembali terdengar, membuat kesadaran Mauryn kembali."Dia pasti anak yang membangga kan.""Sangat. Sejak kecil, dia sudah mengerti banyk hal dan ketika dewasa, dia tumbuh menjadi laki-laki bertanggung jawab. Butik ini adalah bukti nyata dari hasil kerja keras nya selama ini." Kalau di lihat dari sorot mata nya, tidak ada bualan sedikit pun yang Mauryn tangkap dari kedua mata Tamara, ketika menceritakan sosok Jeffrey

  • Hear Me   41. Pertemuan Kedua Ibu

    "Lo lagi sibuk apa sih, Sam?" Tanya Dildar pada teman lelaki yang duduk di hadapan nya. Laki-laki itu sedang bersantai sebab sekarang waktu nya jam istirahat. Dan kebetulan dia bertemu Samuel, sohib nya sejak pertama kali masuk kerja. "Baca google.""Anjrit. Tumben? Ngapain deh?" Karena nya Dildar jadi terkikik geli. "Cari informasi lah.""Informasi artis idola lo yang dari Korea itu?" "Bukan. Ini gue lagi cari informasi Jianna Alatas.""Siapa tuh?" Sontak, Samuel langsung mendongak. Lelaki itu kemudian menatap Dildar dengan tidak percaya. "Lo nggak tahu, Dil?""Tahu apa?""Jianna Alatas, putri semata wayang Abraham Alatas, pemilik gedung 45 lantai itu loh, Dil." Dildar mengernyit. "Emang gue harus tahu?" Samuel mendengus. Berbicara dengan Dildar memang sedikit menguras emosi nya. "ENGGAK HARUS! TAPI AWAS AJA KALO LO KETAHUAN NAKSIR SAMA TUH CEWEK!""Ya elah... Naksir sama yang setara sama kedudukan gue aja belum tentu di terima, apalagi naksir cewek kalangan atas. Enggak leve

  • Hear Me   40. Bincang Malam

    "Ah iya, bukan kah Ayah kamu sedang di rawat di rumah sakit?" Tunggu, bagaimana bisa Jeff tahu kalau ayah Rinji berada di rumah sakit. Atau jangan-jangan lelaki itu sudah tahu kalau sebenar nya, diri nya adalah Jianna Alatas. "Rinji?""Hah? Oh iya. Kamu tahu dari mana, Jeff?""Kamu lupa, kalau saya yang mengantar kan kamu ke rumah sakit?" Pernyataab Jeff langsung membuat Rinji menepuk jidat nya. Bisa-bisa nya dia melupakan kejadian malam itu. "Ah iya! Maaf Jeff, aku benar-benar lupa. Akhir-akhir ini aku benar-benar memiliki kesibukan yang luar biasa, jadi... Aku lupa beberapa kejadian yang udah terjadi beberapa waktu lalu." Jelas Rinji sambil berharap Jeff tidak tersinggung. Karena sungguh, meskipun Rinji amat sangat berterima kasih pada lelaki itu yang sudah menolong nya, Rinji benar-benar lupa. Tentu saja, itu semua karena jadwal nya yang super padat, hal itu benar-benar membuat memori otak nya pun tidak terlalu fokus pada beberapa hal atau kejadian yang sudah terlewat beberapa w

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status