Makin Erlina menjelaskan, dia makin merasa sedih. Air matanya pun jatuh tak terbendung.Semburan amarah tiba-tiba berkobar di dada Irma. Lalu, dia mencibir, "Entah sihir apa yang sudah diberikan Hazel kepada Sergio sampai mempermainkan kerja sama perusahaan. Benar-benar tidak patut!"Kalau Justin yang bertanggung jawab atas perusahaan, Irma tidak akan pernah membiarkan hal ini terjadi!Erlina menunduk dan dengan lembut menyeka air matanya. Namun, sorot matanya terkesan acuh, hanya menyisakan kebencian dan ejekan saja.Saat dia mendongak, semua emosi itu disembunyikan dengan baik, digantikan oleh kebingungan dan ketidak berdayaan yang tak ada habisnya."Tante, menurut tante apa yang harus aku lakukan? Atasanku sudah memberiku peringatan. Kalau aku nggak bisa memperbaiki situasi ini, aku akan dipecat!"Irma juga terlihat kesulitan, benaknya terus memikirkan solusi untuk masalah ini.Perusahaan Hardwin ada di tangan Sergio dan sangat sulit untuk melakukan sesuatu kepada perusahaan.Kalau
Hazel terbangun karena dering ponselnya. Dia mengerutkan kening dan berusaha membuka matanya.Sebuah tangan hangat menepuk punggungnya dengan lembut.Segera setelah itu, suara dalam dan serak pria itu terdengar, menyalurkan perasaan nyaman yang menenangkan. "Tidur lagi saja."Hazel kembali mengantuk karena ada yang menutup telinganya untuk menghalangi suara bising ponsel yang terdengar.Dia segera tertidur lagi.Ketika bangun, hari sudah siang.Yang mengejutkan Hazel adalah Sergio tidak berangkat kerja hari ini.Ketika turun ke bawah, Hazel melihat Sergio sedang duduk di sofa ruang tamu dengan komputer di pangkuannya, tengah berkonsentrasi pada pekerjaannya."Lho, Om nggak pergi kerja?"Mendengar suara Hazel, Sergio mengalihkan pandangan dari layar laptop dan menjelaskan sambil terkekeh, "Tadi pagi Ibu telepon dan minta kita pulang ke rumah."Hazel tampak terkejut, "Ibu menelepon sepagi itu, apa ada sesuatu?"Sergio memandangnya dengan penuh arti dan berkata, "Aku dengar dari Pak Firda
Adapun setengah lainnya, Erlina ingin menggunakan Irma untuk menjadi perantara, yaitu meminta Burhan untuk meyakinkan Sergio agar dia setuju bekerja sama dengan Kapital Jewelry.Awalnya, semuanya berjalan lancar. Namun, siapa yang akan menyangka kalau Liana akan muncul di tengah jalan!Erlina menunduk, jejak rasa jijik dan kebencian muncul di matanya.Mengapa wanita tua sialan ini tidak mati saja?Selama dia ada, Irma akan selalu ditindas dan tidak punya kuasa.Dia juga tidak akan bisa menikah dengan Sergio.Saat Erlina tengah tenggelam dalam lamunannya sendiri, tatapan tajam dan menusuk menyapu sosoknya, menyalurkan rasa dingin yang mencekam.Erlina tanpa sadar mengangkat matanya dan mendapati Liana sedang menatapnya.Mata Liana yang cerdik itu sepertinya bisa melihat semuanya.Bahu Erlina menyusut drastis. Dia pun menunduk makin dalam.Sekitar setengah jam kemudian, Irma menjadi makin tidak sabar. Dia tidak bisa menahan diri lagi dan mulai mengeluh, "Sungguh luar biasa. Beraninya mer
Erlina mengedipkan sebelah mata pada Irma, menyuruhnya berhenti bicara.Namun, Irma merasa kalau ini kesempatan langka karena bisa memojokkan Hazel. Jadi, tentu saja dia akan memberinya pelajaran dengan baik. Dia tidak terlihat menerima isyarat Erlina.Saat Irma mengangkat lengan bajunya, Erlina tahu semuanya sudah berakhir.Hazel memiliki bukti video di tangannya.Dia hanya merasa sangat menyesal saat ini.Jika dia tahu Irma akan bersikap sebodoh ini dengan makin mempermalukannya, dia seharusnya tidak datang ke rumah ini.Sekarang, dia berada dalam situasi sulit. Mendapat tatapan dingin dari Sergio, pikirannya tiba-tiba menjadi buntu. Dalam waktu singkat, dia tidak tahu apa yang harus dilakukan.Bibir merah Hazel tertarik membentuk senyuman tipis. Dia melangkah maju dan berkata, "Nona Erlina, kemampuanmu untuk menjatuhkan seseorang benar-benar telah mengajariku banyak hal."Mata Liana menatap keduanya bergantian. Lalu, dia bertanya dengan ragu, "Apa yang sebenarnya terjadi?"Erlina la
Hazel mengusap telinganya dan memandangnya dengan santai. "Suaranya terlalu kecil, aku nggak dengar.""Maaf, aku salah!" Erlina memejamkan mata dan meninggikan suaranya.Hazel mengangguk puas. "Katakan, di mana kesalahanmu?"Air mata Erlina jatuh tak terbendung dan dia mengeluh dengan tegas, "Hazel, sudah cukup. Aku sudah berlutut dan meminta maaf. Apa lagi yang kamu inginkan? Kamu juga nggak terluka, akulah yang menjadi korban di sini."Hazel menatapnya dengan tatapan dingin dan berkata, "Kamu terluka karena kamu menjatuhkan diri dari tangga, apa hubungannya denganku?"Erlina mengalihkan perhatiannya pada Sergio, berharap Sergio bisa membantunya.Namun, yang membuatnya kecewa adalah Sergio bahkan tidak mau memandangnya.Dia tidak punya pilihan selain meminta maaf lagi.Hazel mengangguk puas dan mengingatkan, "Aku tahu kamu ingin menjadi bagian dari Keluarga Hardwin, tapi Sergio itu milikku. Selama aku masih ada, kamu nggak akan punya kesempatan! Jadi, lebih baik kamu sadar diri saja."
Setelah keluar dari kediaman lama, Sergio meminta sopir kembali ke Grand Permata.Dia berkata kepada Hazel, "Aku akan mengantarmu pulang dulu, baru pergi ke perusahaan."Hazel tidak ingin Sergio bolak-balik, jadi dia berkata, "Aku bisa naik taksi pulangnya. Kamu langsung ke perusahaan saja, jangan khawatirkan aku."Sergio tiba-tiba menghampiri dan memeluk pinggang ramping Hazel.Dia tiba-tiba mendaratkan sebuah ciuman, yang sontak langsung membuat Hazel tertegun dan menatap Sergio dengan tatapan kosong.Sergio terhibur dengan keterkejutannya. Dia mengulurkan tangan dan mengusap puncak kepala Hazel.Melihat harmonisnya hubungan keduanya, sopir pun tersenyum. "Nyonya, apa Nyonya nggak mengerti? Tuan hanya ingin menghabiskan lebih banyak waktu dengan Nyonya."Hati Hazel sedikit bergetar, dia memandang Sergio dengan tatapan bertanya-tanya. "Benarkah begitu?"Sergio menempelkan keningnya ke kening Hazel, lalu mengecup pelan bibir merahnya."Bagaimana menurutmu?"Pipi Hazel tiba-tiba memerah
Awalnya, Krisna ingin memanfaatkan jamuan Keluarga Hardwin beberapa hari lalu untuk mendapatkan investasi. Namun, tidak ada satu pihak pun yang bersedia berinvestasi.Dia tahu pasti ada Sergio dibalik semua itu.Jadi, dia pergi ke Perusahaan Hardwin selama beberapa hari berturut-turut, mencoba mencari bantuan dari Sergio.Namun, pengamanan di Perusahaan Hardwin sangat ketat dan tidak mungkin dibobol secara paksa.Bahkan jika Sergio keluar, akan ada sekelompok pengawal di belakangnya. Dia bahkan tidak memiliki kesempatan untuk mendekat.Jadi, dia hanya bisa mendatangi rumah Sergio untuk mencoba peruntungannya.Tidak disangka dia akan benar-benar bertemu Sergio seperti ini.Hazel tertawa dan menjawab marah, "Krisna, kamu percaya diri sekali. Mau minta tolong pun setidaknya harus punya modal. JY Group sedang kacau sekarang, atas dasar apa kamu meminta Sergio untuk menyuntikkan modal?"Krisna menatap tajam ke arah Hazel dan menegurnya dengan galak, "Apa menurutmu mengelola perusahaan sesed
Wajah Krisna berkedut, tetapi dia hanya diam.Suasana hatinya saat ini benar-benar sangat buruk.Ini juga pertama kalinya dia menyadari secara mendalam apa artinya menjatuhkan batu ke kaki sendiri.Demi kerja keras Kirana? Itu hanyalah alasan yang digunakan untuk menipu Hazel, seorang gadis kecil yang belum berpengalaman.Pada saat itu, dia mendapatkan saham perusahaan dengan cara ini.Sangat disayangkan dia terlalu terbawa suasana hingga lupa kalau Sergio juga telah berkecimpung di dunia bisnis selama bertahun-tahun dan bisa melihat pikirannya secara sekilas.Melihatnya terdiam, Sergio tersenyum sinis, "Tuan Krisna, kalau nggak ikhlas sebaiknya jangan mudah berjanji. Aku jadi menganggapnya serius, 'kan!"Krisna tercekat hingga tidak bisa berkata-kata, wajahnya pun langsung memerah.Hazel menghampirinya dan mencibir, "Kamu nggak pantas menyebutkan ibuku! Kalau ibuku masih di sini, mana mungkin kamu akan punya kesempatan mengurus perusahaan? Aku sarankan, kalau nggak punya kemampuan, le
Mendengar pengakuan Hazel yang tiba-tiba, hati Sergio langsung luluh.Dia mengulurkan tangan dan mengusap kepala Hazel, dengan lembut mendaratkan ciuman di puncak rambutnya."Hmm."Bisa mendapatkan pengakuan dari istrinya, Sergio merasa bahwa apa yang dia lakukan kali ini tidak sia-sia.Tidak sia-sia dia menunda pembicaraan kerja sama yang sangat penting untuk datang ke sini dan mendukung Hazel.Setelah waktu yang tidak diketahui, Hazel akhirnya melepaskan Sergio dan mengangkat wajahnya dari dada bidang pria itu.Matanya masih tertutup lapisan kabut berair karena menangis, menambah sedikit kesan sayu pada diri Hazel.Sergio tidak berdaya, menyapukan ujung jarinya dengan lembut di ujung matanya yang memerah. Sudut bibirnya tanpa sadar terangkat naik."Dasar cengeng. Kamu menangis saat sedih dan kamu menangis saat senang ...."Hazel yang mendengar itu langsung menatapnya, terlihat sangat menyedihkan."Bagaimana lagi, aku nggak bisa menahannya ...."Saat Sergio membela dan melindunginya,
Di tengah-tengah kalimatnya, dahi Hazel terkena sentilan dari Sergio.Sambil menutupi dahinya dengan rasa sakit, Hazel mengangkat kepalanya dan menatap pelakunya dengan wajah memelas. "Sakit! Om apa sih?""Memberimu pelajaran!"Sergio menjawab pelan. Melihat Hazel benar-benar kesakitan, dia pun menjadi tidak tega. Dia mengulurkan tangan dan mengusap tempat yang baru saja dia pukul.Dia melanjutkan, "Kamu selalu jadi yang nomor satu di mataku, jadi nggak ada yang namanya merepotkan. Hazel, aku malah senang kalau kamu sering menggangguku. Itu menandakan kalau aku cukup berharga di hatimu."Hazel tersentak tersadar, tidak menyangka akan mendengar kata-kata seperti itu dari bibir Sergio.Meskipun suara pria itu tenang, nadanya bercampur dengan nada pasrah yang tidak kentara.Entah kenapa jantung Hazel terasa seperti ditusuk dengan keras oleh sesuatu, hatinya terasa masam."Om, terima kasih ...."Tidak pernah ada orang yang membela dan mencintai Hazel seperti yang dilakukan Sergio.Perasaan
Sebahagia apa Hazel saat ini, sebesar itu pula rasa pahit yang ada di hati mereka yang dipaksa untuk meminta maaf.Mereka menyesalinya.Mengapa mereka tidak tahu diri dan berani menyinggung Hazel?Mengapa mereka mengatakan sesuatu seperti Hazel sudah mengkhianati Sergio dan Sergio akan marah dan meninggalkannya?Cara Sergio menatap Hazel begitu lepas dan penuh cinta.Di bagian mana itu menunjukkan rusaknya hubungan mereka?Orang yang awalnya bersikap sombong sekarang menundukkan kepala mereka. Rasanya, mereka ingin sekali mengecilkan tubuh mereka, meminimalkan rasa kehadiran mereka di ruangan ini."Kita nggak seharusnya mengganggu Hazel karena dia masih muda.""Apa lagi?"Sergio mengangkat matanya dengan dingin, menyalurkan penindasan yang kuat di bawah matanya.Apa lagi ....Semua orang diam-diam berteriak di dalam hati.Kenapa mereka malah mengganggu dewa kematian ini!"Kita nggak bisa menilai dengan baik dan salah paham dengan Bu Hazel.""Kita seharusnya nggak menyebutkan rumor ngga
Namun, Sergio tidak berniat membiarkan mereka lolos begitu saja.Matanya sedikit menyipit, aura dingin yang gelap terpancar dari kedalaman matanya. "Hmm? Maksud kalian aku berbohong?"Saat kata-kata ini terlontar, mereka menjadi makin panik."Bukan, bukan begitu!""Kesalahpahaman, itu semua salah paham!""Tuan Sergio, kami harusnya menghormati Bu Hazel, mana mungkin kami mengancamnya? Kami hanya ingin bertanya tentang video itu, itu saja."Sergio tertawa dingin, matanya yang tajam seperti elang menyapu semua orang yang hadir.Bibirnya yang tipis terbuka sedikit, suaranya yang dingin sangat menindas. Kata-kata yang diucapkannya membuat semua orang gemetar."Kesalahpahaman? Aku sudah melihat video itu, jelas sekali kalau sudut pengambilan gambarnya lah yang salah. Kalian bahkan nggak paham soal beginian, kenapa nggak ganti saja posisi dewan direksi JY Group dengan orang lain?"Walaupun nada suara Sergio datar, semua orang bisa merasakan kalau dia sedang marah!Mereka ingin melarikan diri
Suara rendah dan dingin, yang menyalurkan penindasan itu bergema dengan tajam di ruang konferensi yang besar, membuat siapa pun yang mendengarnya bergidik ngeri.Semua orang yang hadir menoleh secara bersamaan. Seketika, mata mereka membelalak kaget."Tu ... Tuan Sergio?"Kenapa sosok agung ini datang ke mari?Perasaan menindas yang dibawa Sergio kepada mereka saat Sergio terakhir kali muncul di ruang konferensi tampaknya masih tersisa sampai hari ini.Banyak orang secara tidak sadar menahan napas, tidak berani bernapas keras-keras. Mereka menatap lurus ke arah Sergio, ingin melihat apa yang ingin dia lakukan.Sergio bahkan tidak melirik mereka satu detik pun, langsung berjalan ke arah Hazel dan berdiri di depannya."Hazel, apa semuanya baik-baik saja? Apa kamu diganggu?"Hazel juga terkejut dengan kedatangannya. Lalu, dia bertanya dengan tidak percaya, "Om, kenapa kamu datang?"Sorot mata pria yang gelap dan dalam itu tiba-tiba menjadi lebih lembut. Dia mengulurkan tangan untuk mengus
Hazel berkata dengan suara dingin, "Daripada peduli dengan hal ini, kamu harusnya merenungkan seberapa besar kontribusimu kepada perusahaan."Pria itu terdiam, lalu menjadi jengkel dan menggebrak meja di depannya. "Apa maksudmu?""Seperti apa yang sudah aku katakan." Ekspresi di wajah Hazel tidak berubah, nada suaranya sangat tenang, "Alasan kenapa perusahaan jatuh ke dalam situasi saat ini nggak terlepas dari orang-orang sepertimu yang hanya tahu cara mengacau dan berpuas diri."Pria itu membuka mulutnya, ingin membalas sesuatu, tetapi dia melihat tatapan Hazel yang sedingin es."Kalau kamu nggak mau aku menguak semua tabiatmu, lebih baik diam."Suara Hazel jernih dan dingin, matanya menyalurkan ketegasan di dalamnya dan tubuhnya memancarkan aura kuat yang membawa tekanan tak terlihat."Kamu ...."Wajah pria itu memerah, tetapi dia tidak bisa mengucapkan sepatah kata pun untuk membalas. Dia terpaksa diam.Ruang konferensi menjadi hening, semua orang memiliki persepsi baru tentang Haze
Hazel memijit punggungnya yang, lalu berjuang untuk bangun dari tempat tidur untuk mandi.Apa yang terjadi semalam memang sangat berlebihan, membuat wajah Hazel terlihat lebih pucat.Jarak yang dekat ke kamar mandi saja membutuhkan waktu beberapa menit untuk berjalan ke sana.Usai selesai mandi dan berganti pakaian, dia hampir terlambat ke kantor.Hazel segera beranjak dari tempat tidurnya dan bergegas keluar sambil menyapa Adam."Selamat pagi, Pak Adam. Aku berangkat dulu, sampai jumpa nanti malam ....""Nyonya, sarapan dulu sebelum berangkat. Yang namanya pekerjaan pasti nggak ada selesainya."Adam menghentikan Hazel, mencoba menasihatinya dengan cemas.Hazel melambaikan tangannya, terlihat sedikit terburu-buru. "Nggak usah. Pagi ini ada rapat dan aku sudah hampir terlambat."Adam mengerutkan kening tidak setuju dan menariknya kembali. "Jangan sampai nggak sarapan. Nyonya, Tuan secara khusus meminta saya untuk mengawasi Nyonya sarapan sebelum berangkat kerja. Bahaya kalau tekanan dar
Meskipun Hazel memiliki tubuh yang kurus, tubuhnya tetap berisi di beberapa bagian.Sergio sangat menyukainya.Hazel menatap tatapan membara yang tersembunyi di bagian bawah mata Sergio, entah bagaimana, pikirannya tiba-tiba teringat kembali saat di mana mereka berada di tempat tidur.Wajahnya langsung memerah. Dia langsung beranjak, mencoba melarikan diri."Om, aku sudah kenyang, mau istirahat dulu!"Namun saat Hazel berdiri, pergelangan tangannya dipegang oleh Sergio.Dengan sedikit tarikan, tubuh Hazel jatuh ke belakang. Saat kembali tersadar, dia sudah berada di pangkuan Sergio.Hazel tersipu malu dan berbisik, "Apa yang kamu lakukan?""Menurutmu?"Sergio mendekat perlahan, menempelkan dahinya ke dahi Hazel. Matanya yang gelap dan teduh menyembunyikan api yang membara.Bulu mata Hazel yang panjang dan lentik berkedip beberapa kali dan menatapnya dengan memelas. "Aku nggak tahu."Sergio menempelkan bibirnya ke bibir Hazel, suaranya serak seolah berisi butiran pasir, "Aku ... menging
Sergio tidak bisa menahan tawa saat melihat rasa malu Hazel, sampai menciut seperti ini.Dia mengulurkan tangan dan mengusap rambut Hazel yang sedikit berantakan, suaranya jelas dan pelan, "Ya, nggak akan aku buka."Setelah mengatakan itu, dia meninggikan suaranya dan berkata kepada Adam yang berada di luar pintu, "Ya. Hari ini pasti kalian lelah, istirahatlah lebih awal."Adam terdiam sejenak, lalu dengan cepat menyadari kalau mungkin dia sudah mengganggu kesenangan tuan dan nyonyanya.Dia menunjukkan senyum penuh kasih, lalu mengiakan dengan penuh pengertian, "Baik, saya akan mengatur situasi agar nggak ada yang akan mengganggu kalian malam ini!"Mendengar kata-kata Adam, Hazel tahu kalau Adam sudah salah paham.Dia mengangkat pipinya yang memerah dari dada Sergio dan menatap tajam ke arah pelakunya."Kamu sengaja melakukan ini?"Sergio menarik kembali senyuman di wajahnya. "Ya, aku memang sengaja."Hazel terkesiap dan ingin memukulnya. Namun, belum sempat dia mengepalkan tinjunya ya