Erlina berinisiatif mengambil sepotong iga dan menaruhnya di piring Sergio. "Kak Sergio, makan yang banyak. Kalau nggak makan tepat waktu, nanti perutmu sakit."Begitu dia mengatakan ini, semua orang di depan meja makan mengalihkan pandangan kepadanya.Terutama rekan-rekannya yang lain. Sorot mata mereka melirik Erlina dan Sergio bergantian, lalu berkedip ambigu.Ditatap seperti itu membuat pipi Erlina perlahan memerah.Namun detik berikutnya, suara dingin Sergio terdengar, "Nona Erlina, aku orang yang gila kebersihan. Kalau kamu benar-benar mengenalku, mana mungkin kamu bahkan nggak tahu tentang hal ini?"Erlina tertegun dan pipinya langsung memerah.Kali ini bukan karena malu, tetapi karena marah.Dia segera membela diri, "Kak Sergio, aku ambil pakai sendok di piring makanannya. Tentu saja aku tahu kalau kamu gila kebersihan."Bibir Sergio tertarik pelan, lalu dia mengatakan, "Gejala yang aku alami ini mengacu pada mental. Kecuali istriku, aku nggak akan makan makanan yang diambilkan
Mendengar perkataan Sergio, ekspresi wajah Erlina tiba-tiba meredup.Dia tidak percaya dan bertanya dengan suara gemetar, "Kak Sergio, Om, Hazel kekanakan sekali, apa Om nggak merasa tertekan? Pantas saja Kak Justin lebih memilih bersama anak haram itu dan mencampakkannya.""Cukup!" Sergio tidak tahan mendengar orang lain mengatakan hal buruk tentang Hazel.Dia menegur dengan suara yang dalam, "Bukan karena Hazel cemburu, tapi sebagai suaminya, aku harus memiliki kesadaran diri sebagai seorang suami. Aku mengatakan banyak hal kepadamu karena nggak mau kamu melakukan hal yang nggak perlu setelah ini. Dalam hidup ini, hanya ada satu wanita dalam hidupku. Orang itu adalah Hazel."Erlina tiba-tiba merasakan dengungan di telinganya dan sesuatu meledak di kepalanya.Dia merasakan napasnya menjadi sulit dan ingin berteriak dengan marah.Ada suara di dalam hati yang terus meneriakkan kalau Sergio hanya bisa mencintai Erlina dalam hidup ini. Tidak ada yang bisa merebutnya darinya.Sergio tidak
Adam mengambil kotak makanan penutup itu sambil tersenyum, lalu memuji, "Tuan, Anda benar-benar peduli dengan Nyonya. Nyonya pasti akan sangat senang saat mengetahui hal ini."Sergio tersenyum dan langsung naik ke atas.Dia membuka pintu kamar tidur dan melihat Hazel tengah duduk di meja dekat jendela, tengah mengetikkan sesuatu di laptopnya dengan penuh konsentrasi dan keseriusan. Dia bahkan tidak sadar kalau Sergio melangkah masuk.Sergio berjalan mendekat dan memeluk Hazel dari belakang.Hazel bertubuh mungil, dada bidang Sergio lebih dari cukup untuk menampungnya.Merasakan kehangatan datang dari belakang, Hazel menoleh dengan senyuman di wajahnya. "Om sudah pulang?""Hmm. Lagi ngapain?"Sergio melirik ke layar laptop dan melihat layar itu penuh dengan kata-kata.Seperti ... skripsi?Hazel mengangguk dan berkata, "Lagi ngerjain skripsi. Satu bulan lagi aku akan lulus, jadi aku harus mulai bersiap."Inilah kesulitan mengambil jurusan ganda karena harus menulis dua skripsi.Dalam beb
Sergio keluar dari kamar mandi dan mendapati Hazel masih menulis skripsinya di laptop. Jadi, dia mengatakan, "Hazel, sudah malam. Tidur dan lanjutkan besok lagi.""Ya, tunggu sampai aku selesai menulis satu paragraf lagi!"Hazel menyetujuinya dengan santai, tetapi kecepatan mengetik di papan ketik tidak melambat.Sergio berjalan mendekat, mengambil mouse dan menyimpan dokumen. Dia mematikan laptop, lalu menarik Hazel ke tempat tidur."Om!" Melihat laptop dimatikan, Hazel tiba-tiba menjadi geram.Sergio dengan lembut mengusap bagian atas kepalanya, lalu menunjuk ke jam dinding di kamar. "Perhatikan baik-baik, sekarang jam berapa?"Hazel melihat lebih dekat dan langsung terkejut.Sudah jam satu lebih?Hazel pun tersadar. Dia menyentuh ujung hidungnya, melepas sandal rumah dan naik ke tempat tidur. "Om, aku akan langsung tidur, selamat malam."Melihat penampilannya yang lincah dan menawan, Sergio tak kuasa menahan tawa.Dia berjalan ke sisi lain tempat tidur, mengangkat selimut dan berbar
Bagi Hazel, meskipun Casey berkomplot melawannya, dia juga sudah menerima akibatnya. Dendamnya pun terselesaikan.Namun, jika Casey bersikeras melimpahkan kesalahan karena dihukum kepadanya, Hazel tidak bisa berbuat apa-apa.Lagi pula, entah seberapa banyak kita menjelaskan kepada orang yang tidak bisa membedakan mana yang benar dan salah, semuanya hanya sia-sia.Melihat kepergian Hazel, Casey makin marah dan mulai mengutuk Hazel....Setelah memasuki perpustakaan, Hazel mencari tempat duduk dan duduk secara acak dan mulai mencari informasi.Setelah menyibukkan diri sepanjang pagi, dia akhirnya mendapatkan informasi yang dia butuhkan, lalu beranjak pergi.Saat ini, ponselnya tiba-tiba berdering.Hazel membuka ponselnya dan melihat kalau itu pesan dari Erlina. Isinya adalah foto.Foto itu diambil di ruang pribadi sebuah restoran, dengan Sergio dan Erlina duduk bersebelahan.Dilihat dari foto yang diambil, Erlina terlihat penuh perhatian saat mengambilkan makanan untuk Sergio. Bahkan sor
Melihat Erlina menangis, Bahtiar perlahan mulai mempercayai perkataannya.Dia menghela napas dalam-dalam dan membujuk dengan penuh pengertian, "Kalau kalian benar-benar saling mencintai, kalian makin harus menyelesaikan kesalahpahaman ini. Entah cara apa pun yang kamu lakukan, kamu harus berhasil membujuk Sergio. Bagaimanapun, kalian itu pohon keberuntungan kami!"Bahtiar selalu merasa resah. Bagaimana jika Sergio marah pada Kapital Jewelry karena Erlina?Namun, dia tidak bisa mencecar Erlina. Bagaimanapun, kalau apa yang dikatakan Erlina benar, perusahaan mereka masih harus mengandalkan hubungan ini untuk bisa menjalin kerja sama dengan Perusahaan Hardwin.Pada akhirnya, Bahtiar hanya bisa menghela napas dalam hati dan berkali-kali mengingatkan Erlina untuk memperbaiki hubungannya dengan Sergio.Erlina diusir dari ruangan bahkan tanpa sempat berbicara.Dia sekarang sedang menunggangi terjebak dalam situasi yang sulit, di mana dia tidak bisa berhenti begitu saja.Andai Bahtiar tahu kal
Resepsionis itu masih terus tersenyum sopan, "Maaf, Nona. Hari ini saya menggantikan pekerjaan rekan yang lain, jadi kemarin tidak di sini."Ekspresi wajah Erlina langsung membeku dan ekspresinya perlahan berubah muram."Aku desainer Kapital Jewelry dan punya masalah mendesak dengan presdir kalian. Kalau kerja sama kedua perusahaan sampai tertunda, apa kamu mau tanggung jawab?"Ketika mendengar ini, resepsionis ini langsung menunjukkan ekspresi ragu-ragu.Jika Erlina benar-benar datang untuk membicarakan kerja sama, dia mungkin tidak akan bisa mempertahankan pekerjaannya lagi di sini.Dia berpikir sejenak dan berkata, "Begini saja, saya akan menelepon kantor presdir dulu."Dia tidak memberi kesempatan pada Erlina untuk berbicara dan langsung melakukan panggilan internal.Telepon segera diangkat, suara rendah dan magnetis terdengar dari dalam, "Ya."Resepsionis itu menjelaskan dengan singkat apa yang terjadi, lalu bertanya, "Tuan, Nona Erlina datang dan mengatakan ingin bertemu Tuan unt
Di sisi lain, Erlina pergi dengan marah. Kekesalan di dalam hatinya pun belum hilang.Hanya ada satu pikiran di benaknya. Dia tidak bisa menunggu lebih lama lagi!Dia harus menikahi Sergio secepat mungkin dan memiliki status yang terhormat.Dia tidak pernah ingin menjalani kehidupan seperti ini lagi, diintimidasi dan dipermalukan oleh orang lain!Namun, dia tahu kalau dia tidak boleh terburu-buru dalam menjalankan rencana hal ini. Ini harus dilakukan selangkah demi selangkah.Dia menyalakan ponselnya, mencari kontak Line Hazel dan mengirim pesan, "Ayo bertemu. Ada yang ingin aku katakan padamu."Ketika Hazel menerima pesan itu, dia sedang menikmati teh sore bersama Winda.Awalnya, dia berencana untuk tinggal di rumah sepanjang hari dan mengerjakan skripsi. Namun, Winda memaksanya untuk keluar, mengatakan kalau dia khawatir Hazel akan merasa bosan kalau hanya berada di rumah terlalu lama.Sebenarnya, Winda sendirilah yang tidak betah berlama-lama di rumah.Hazel tidak berdaya, tetapi te
Mendengar pengakuan Hazel yang tiba-tiba, hati Sergio langsung luluh.Dia mengulurkan tangan dan mengusap kepala Hazel, dengan lembut mendaratkan ciuman di puncak rambutnya."Hmm."Bisa mendapatkan pengakuan dari istrinya, Sergio merasa bahwa apa yang dia lakukan kali ini tidak sia-sia.Tidak sia-sia dia menunda pembicaraan kerja sama yang sangat penting untuk datang ke sini dan mendukung Hazel.Setelah waktu yang tidak diketahui, Hazel akhirnya melepaskan Sergio dan mengangkat wajahnya dari dada bidang pria itu.Matanya masih tertutup lapisan kabut berair karena menangis, menambah sedikit kesan sayu pada diri Hazel.Sergio tidak berdaya, menyapukan ujung jarinya dengan lembut di ujung matanya yang memerah. Sudut bibirnya tanpa sadar terangkat naik."Dasar cengeng. Kamu menangis saat sedih dan kamu menangis saat senang ...."Hazel yang mendengar itu langsung menatapnya, terlihat sangat menyedihkan."Bagaimana lagi, aku nggak bisa menahannya ...."Saat Sergio membela dan melindunginya,
Di tengah-tengah kalimatnya, dahi Hazel terkena sentilan dari Sergio.Sambil menutupi dahinya dengan rasa sakit, Hazel mengangkat kepalanya dan menatap pelakunya dengan wajah memelas. "Sakit! Om apa sih?""Memberimu pelajaran!"Sergio menjawab pelan. Melihat Hazel benar-benar kesakitan, dia pun menjadi tidak tega. Dia mengulurkan tangan dan mengusap tempat yang baru saja dia pukul.Dia melanjutkan, "Kamu selalu jadi yang nomor satu di mataku, jadi nggak ada yang namanya merepotkan. Hazel, aku malah senang kalau kamu sering menggangguku. Itu menandakan kalau aku cukup berharga di hatimu."Hazel tersentak tersadar, tidak menyangka akan mendengar kata-kata seperti itu dari bibir Sergio.Meskipun suara pria itu tenang, nadanya bercampur dengan nada pasrah yang tidak kentara.Entah kenapa jantung Hazel terasa seperti ditusuk dengan keras oleh sesuatu, hatinya terasa masam."Om, terima kasih ...."Tidak pernah ada orang yang membela dan mencintai Hazel seperti yang dilakukan Sergio.Perasaan
Sebahagia apa Hazel saat ini, sebesar itu pula rasa pahit yang ada di hati mereka yang dipaksa untuk meminta maaf.Mereka menyesalinya.Mengapa mereka tidak tahu diri dan berani menyinggung Hazel?Mengapa mereka mengatakan sesuatu seperti Hazel sudah mengkhianati Sergio dan Sergio akan marah dan meninggalkannya?Cara Sergio menatap Hazel begitu lepas dan penuh cinta.Di bagian mana itu menunjukkan rusaknya hubungan mereka?Orang yang awalnya bersikap sombong sekarang menundukkan kepala mereka. Rasanya, mereka ingin sekali mengecilkan tubuh mereka, meminimalkan rasa kehadiran mereka di ruangan ini."Kita nggak seharusnya mengganggu Hazel karena dia masih muda.""Apa lagi?"Sergio mengangkat matanya dengan dingin, menyalurkan penindasan yang kuat di bawah matanya.Apa lagi ....Semua orang diam-diam berteriak di dalam hati.Kenapa mereka malah mengganggu dewa kematian ini!"Kita nggak bisa menilai dengan baik dan salah paham dengan Bu Hazel.""Kita seharusnya nggak menyebutkan rumor ngga
Namun, Sergio tidak berniat membiarkan mereka lolos begitu saja.Matanya sedikit menyipit, aura dingin yang gelap terpancar dari kedalaman matanya. "Hmm? Maksud kalian aku berbohong?"Saat kata-kata ini terlontar, mereka menjadi makin panik."Bukan, bukan begitu!""Kesalahpahaman, itu semua salah paham!""Tuan Sergio, kami harusnya menghormati Bu Hazel, mana mungkin kami mengancamnya? Kami hanya ingin bertanya tentang video itu, itu saja."Sergio tertawa dingin, matanya yang tajam seperti elang menyapu semua orang yang hadir.Bibirnya yang tipis terbuka sedikit, suaranya yang dingin sangat menindas. Kata-kata yang diucapkannya membuat semua orang gemetar."Kesalahpahaman? Aku sudah melihat video itu, jelas sekali kalau sudut pengambilan gambarnya lah yang salah. Kalian bahkan nggak paham soal beginian, kenapa nggak ganti saja posisi dewan direksi JY Group dengan orang lain?"Walaupun nada suara Sergio datar, semua orang bisa merasakan kalau dia sedang marah!Mereka ingin melarikan diri
Suara rendah dan dingin, yang menyalurkan penindasan itu bergema dengan tajam di ruang konferensi yang besar, membuat siapa pun yang mendengarnya bergidik ngeri.Semua orang yang hadir menoleh secara bersamaan. Seketika, mata mereka membelalak kaget."Tu ... Tuan Sergio?"Kenapa sosok agung ini datang ke mari?Perasaan menindas yang dibawa Sergio kepada mereka saat Sergio terakhir kali muncul di ruang konferensi tampaknya masih tersisa sampai hari ini.Banyak orang secara tidak sadar menahan napas, tidak berani bernapas keras-keras. Mereka menatap lurus ke arah Sergio, ingin melihat apa yang ingin dia lakukan.Sergio bahkan tidak melirik mereka satu detik pun, langsung berjalan ke arah Hazel dan berdiri di depannya."Hazel, apa semuanya baik-baik saja? Apa kamu diganggu?"Hazel juga terkejut dengan kedatangannya. Lalu, dia bertanya dengan tidak percaya, "Om, kenapa kamu datang?"Sorot mata pria yang gelap dan dalam itu tiba-tiba menjadi lebih lembut. Dia mengulurkan tangan untuk mengus
Hazel berkata dengan suara dingin, "Daripada peduli dengan hal ini, kamu harusnya merenungkan seberapa besar kontribusimu kepada perusahaan."Pria itu terdiam, lalu menjadi jengkel dan menggebrak meja di depannya. "Apa maksudmu?""Seperti apa yang sudah aku katakan." Ekspresi di wajah Hazel tidak berubah, nada suaranya sangat tenang, "Alasan kenapa perusahaan jatuh ke dalam situasi saat ini nggak terlepas dari orang-orang sepertimu yang hanya tahu cara mengacau dan berpuas diri."Pria itu membuka mulutnya, ingin membalas sesuatu, tetapi dia melihat tatapan Hazel yang sedingin es."Kalau kamu nggak mau aku menguak semua tabiatmu, lebih baik diam."Suara Hazel jernih dan dingin, matanya menyalurkan ketegasan di dalamnya dan tubuhnya memancarkan aura kuat yang membawa tekanan tak terlihat."Kamu ...."Wajah pria itu memerah, tetapi dia tidak bisa mengucapkan sepatah kata pun untuk membalas. Dia terpaksa diam.Ruang konferensi menjadi hening, semua orang memiliki persepsi baru tentang Haze
Hazel memijit punggungnya yang, lalu berjuang untuk bangun dari tempat tidur untuk mandi.Apa yang terjadi semalam memang sangat berlebihan, membuat wajah Hazel terlihat lebih pucat.Jarak yang dekat ke kamar mandi saja membutuhkan waktu beberapa menit untuk berjalan ke sana.Usai selesai mandi dan berganti pakaian, dia hampir terlambat ke kantor.Hazel segera beranjak dari tempat tidurnya dan bergegas keluar sambil menyapa Adam."Selamat pagi, Pak Adam. Aku berangkat dulu, sampai jumpa nanti malam ....""Nyonya, sarapan dulu sebelum berangkat. Yang namanya pekerjaan pasti nggak ada selesainya."Adam menghentikan Hazel, mencoba menasihatinya dengan cemas.Hazel melambaikan tangannya, terlihat sedikit terburu-buru. "Nggak usah. Pagi ini ada rapat dan aku sudah hampir terlambat."Adam mengerutkan kening tidak setuju dan menariknya kembali. "Jangan sampai nggak sarapan. Nyonya, Tuan secara khusus meminta saya untuk mengawasi Nyonya sarapan sebelum berangkat kerja. Bahaya kalau tekanan dar
Meskipun Hazel memiliki tubuh yang kurus, tubuhnya tetap berisi di beberapa bagian.Sergio sangat menyukainya.Hazel menatap tatapan membara yang tersembunyi di bagian bawah mata Sergio, entah bagaimana, pikirannya tiba-tiba teringat kembali saat di mana mereka berada di tempat tidur.Wajahnya langsung memerah. Dia langsung beranjak, mencoba melarikan diri."Om, aku sudah kenyang, mau istirahat dulu!"Namun saat Hazel berdiri, pergelangan tangannya dipegang oleh Sergio.Dengan sedikit tarikan, tubuh Hazel jatuh ke belakang. Saat kembali tersadar, dia sudah berada di pangkuan Sergio.Hazel tersipu malu dan berbisik, "Apa yang kamu lakukan?""Menurutmu?"Sergio mendekat perlahan, menempelkan dahinya ke dahi Hazel. Matanya yang gelap dan teduh menyembunyikan api yang membara.Bulu mata Hazel yang panjang dan lentik berkedip beberapa kali dan menatapnya dengan memelas. "Aku nggak tahu."Sergio menempelkan bibirnya ke bibir Hazel, suaranya serak seolah berisi butiran pasir, "Aku ... menging
Sergio tidak bisa menahan tawa saat melihat rasa malu Hazel, sampai menciut seperti ini.Dia mengulurkan tangan dan mengusap rambut Hazel yang sedikit berantakan, suaranya jelas dan pelan, "Ya, nggak akan aku buka."Setelah mengatakan itu, dia meninggikan suaranya dan berkata kepada Adam yang berada di luar pintu, "Ya. Hari ini pasti kalian lelah, istirahatlah lebih awal."Adam terdiam sejenak, lalu dengan cepat menyadari kalau mungkin dia sudah mengganggu kesenangan tuan dan nyonyanya.Dia menunjukkan senyum penuh kasih, lalu mengiakan dengan penuh pengertian, "Baik, saya akan mengatur situasi agar nggak ada yang akan mengganggu kalian malam ini!"Mendengar kata-kata Adam, Hazel tahu kalau Adam sudah salah paham.Dia mengangkat pipinya yang memerah dari dada Sergio dan menatap tajam ke arah pelakunya."Kamu sengaja melakukan ini?"Sergio menarik kembali senyuman di wajahnya. "Ya, aku memang sengaja."Hazel terkesiap dan ingin memukulnya. Namun, belum sempat dia mengepalkan tinjunya ya