Saat dalam perjalanan pulang ke rumah, Hazel ingin mengatakan sesuatu, tetapi kembali mengurungkannya.Sergio menyadari tatapan ragunya, lalu tersenyum tidak berdaya. "Mau tanya apa, tanya saja."Mendengar itu, Hazel langsung mengutarakan keraguan di dalam hatinya. "Kepribadian kalian bertiga berbeda jauh, kenapa kalian bisa jadi teman baik?"Sergio berpikir serius, lalu menjawab, "Sebenarnya dulu hubungan kami nggak bagus dan saling nggak suka. Lalu setelah dewasa, teman kami yang paling tua dibunuh oleh sekelompok pembunuh. Demi membalas dendam, kami bertiga berdamai untuk sementara waktu."Seiring berjalannya waktu, proses kerja sama itu pun membuat mereka jadi mengerti satu sama lain.Dari konfrontasi dan permusuhan di antara mereka, perlahan-lahan mereka mulai memahami dan mempercayai satu sama lain.Meski nada bicara Sergio terkesan meremehkan, kata-katanya penuh keseriusan.Hazel tidak berani bertanya lagi dan menutup mulutnya.Sergio menoleh dan meliriknya, berkata dengan sedik
Sergio dan Hazel saling bertukar pandang. Reaksi pertama mereka adalah tidak percaya dengan situasi yang dikatakan Irma.Meski Hazel hanya pernah bertemu Erlina beberapa kali, kelihatannya Erlina bukan orang yang bisa berbuat bodoh.Namun, kepanikan yang ditunjukkan Irma sepertinya bukanlah sesuatu yang mengada-ada.Hazel ragu-ragu sejenak lalu menyarankan, "Om, kenapa nggak kesana dan lihat dulu saja? Syukur-syukur dia nggak apa-apa, tapi kalau sampai terjadi sesuatu, hatiku pasti nggak akan bisa tenang."Sebenarnya, Hazel dan Erlina tidak memiliki banyak dendam pribadi. Mereka hanya bertukar kata beberapa kali selama bertahun-tahun ini.Dia memang menyukai Sergio, tetapi tubuhnya 'kan tidak bersalah.Jika Sergio cukup tegas, tidak peduli berapa banyak wanita yang menggodanya, para wanita itu tidak akan bisa menggoyahkan pernikahan mereka.Hazel juga tidak menginginkan pria yang bisa dengan mudah digoda oleh wanita lain.Sergio ingin mengatakan kalau hidup dan mati orang lain bukanlah
Irma membuka mulutnya dan ingin mengatakan sesuatu. Namun, ketika melihat tatapan mata Sergio yang tegas dan dingin, dia menelan kembali apa yang ingin dia katakan.Dia hanya bisa menahan amarah dan tidak punya tempat untuk melampiaskannya. Jadi, dia hanya menatap tajam ke arah Hazel.Karena kedatangan Hazel, semua rencana mereka menjadi sia-sia.Wanita jalang kecil ini benar-benar pembawa sial.Untungnya, Justin sudah memutuskan pertunangannya dengan Hazel. Jika Justin benar-benar menikah dengan Hazel, nyawanya mungkin akan dipertaruhkan.Namun, dia segera mengalihkan pandangannya dan membawa mereka berdua ke atas.Dia benar-benar takut terjadi sesuatu pada Erlina.Bagaimanapun, ini bukan sesuatu yang mereka rencanakan sebelumnya.Saat itu, Erlina hanya menyuruhnya untuk menelepon Sergio dan mengatakan kalau dia hilang.Entah harus menggunakan cara apa, Irma harus berhasil membujuk Sergio.Sayangnya, Sergio lebih sulit untuk dihadapi dari yang dia kira. Meski sudah memohon, Sergio tet
Erlina sengaja meninggikan suaranya dan sedikit tersedak, seolah sedang menatap pria yang tidak berperasaan.Mereka yang ada di bawah memegang ponsel dan merekam situasi ini.Bahkan ada selebriti internet yang memulai siaran langsung. Kalimat ini juga disertakan dalam video tersebut.Tidak hanya mereka yang ada di lokasi kejadian, warga internet yang belum mengetahui kebenarannya pun menganggap kalau Erlina habis ditinggalkan oleh seorang pria bajingan.Sergio mengerutkan kening, matanya menyalurkan rasa dingin yang menusuk. "Meninggalkanmu? Aku nggak pernah menjanjikan apa pun padamu, kamu juga bukan siapa-siapaku. Meninggalkan katamu?""Kak Sergio, dari pertama kali aku bertemu denganmu, aku memutuskan kalau aku akan menikahimu suatu saat nanti. Sekarang, kamu malah menikah sama wanita lain. Kamu anggap aku apa? Kalau kamu nggak mau nikah sama aku, aku akan lompat dari sini!"Suara Sergio sangat acuh, tanpa kehangatan sedikit pun, "Karena kamu ingin menikah denganku, apa itu berarti
Doter dan perawat membawa Erlina untuk melakukan pemeriksaan menyeluruh, sementara Hazel dan Sergio menunggu di koridor. Tidak ada satu pun dari keduanya yang berbicara.Sergio memeluk Hazel erat-erat, membelai punggungnya dengan tangannya yang hangat.Dia memang tidak mengatakan sepatah kata pun, tetapi tindakannya menyalurkan kenyamanan.Hazel dengan cepat pulih dari keterkejutan akibat kejadian tadi dan menatap Sergio."Om, aku boleh tanya sesuatu?"Sergio menunduk dan menatap penuh kelembutan pada mata Hazel yang jernih."Hmm, tanya saja."Hazel ragu-ragu sejenak dan menggigit bibir bawahnya, tidak yakin apakah dia harus menanyakannya.Melihat ini, Sergio tersenyum dan mengatakan, "Kalau belum yakin, kamu nggak perlu tanya."Hazel menggelengkan kepalanya dan menanyakan keraguan di hatinya, "Om, apa Om benar-benar nggak pernah ... menjalin hubungan dengan Erlina sebelumnya?"Sebelum hari ini, meskipun Hazel penasaran dengan pertanyaan ini, dia tidak akan pernah menanyakannya.Karena
Setelah mengatakan itu, Irma merasakan hawa dingin yang menusuk punggungnya, membuat bahunya menciut.Dia berbalik dan melihat kalau Sergio tengah menatapnya tajam."Kak, katakan sama Erlina kalau nggak ada yang perlu dibicarakan di antara kita. Aku nggak mau hal semacam ini terjadi lagi lain kali."Sergio meraih tangan Hazel, kemudian melangkah pergi.Tiba-tiba terdengar deru langkah kaki di belakang, yang disusul oleh suara lemah Erlina, "Kak Sergio, kenapa kamu lebih memilih Hazel daripada aku? Apa ada yang kurang dalam diriku? Aku bisa mengubahnya."Langkah Hazel terhenti. Dia berbalik dan melihat Erlina berdiri di depan pintu bangsal. Tubuhnya kurus dan rambutnya acak-acakan, bahkan terlihat ada beberapa goresan di wajahnya.Meski begitu, kecantikan di dalam dirinya tetap tidak bisa disembunyikan.Sergio meliriknya dan berkata dengan tenang, "Apa benar hanya karena suka denganku, jadi kamu ingin menikah denganku?"Menatap mata gelap dan dalam Sergio, jantung Erlina berdebar kencan
Melihat Hazel, senyum di wajah Darra langsung berubah kaku, tetapi ekspresinya bisa berubah normal dengan cepat."Kak, kamu akhirnya datang juga. Hari ini Ayah sudah boleh pulang. Selama dirawat pun terus nanyain Kakak."Saat Justin melihat Hazel dan Sergio, ekspresinya berubah kaku. Dia ingin berbalik dan pergi.Apa yang terjadi di kediaman lama hari itu meninggalkan bayangan psikologis yang mendalam dalam dirinya. Setiap malam dalam mimpinya, Sergio memperingatkannya untuk tidak menyakiti Hazel.Hari ini Justin datang ke rumah sakit karena ingin memberi tahu Darra yang sebenarnya.Terakhir kali, dia berniat memberi tahu Darra bahwa Hazel telah menikahi Sergio. Namun, Darra tidak memberinya kesempatan untuk berbicara sama sekali.Dia ragu-ragu cukup lama dan akhirnya memutuskan untuk memberi tahu Darra secara langsung agar Darra bisa bersiap secara mental.Tanpa diduga, dia malah kembali dipertemukan dengan Hazel dan Sergio.Dia berinisiatif untuk menyapa Sergio, lalu memberi isyarat
Kini, Hazel sudah menikah dengan Sergio. Jika Justin menikah dengan Darra, Keluarga Hardwin akan menjadi bahan perbincangan di kalangan para keluarga kaya.Pada saat itu, reputasi Keluarga Hardwin akan hancur.Dia sangat menyukai Darra. Namun, apa dia benar-benar ingin mempertaruhkan seluruh Keluarga Hardwin?Penyebab dari semua ini adalah Hazel.Hazel memang terlahir untuk menjadi musuh bebuyutannya, yang memiliki tujuan untuk mengalahkannya.Kalau tidak, kenapa Justin harus menghadapi dilema berkali-kali?Darra tercengang saat mendengar itu."Kak Justin, apa maksudmu?"Bibir tipis Justin sedikit terbuka, ingin mengatakan yang sebenarnya.Namun ketika melihat ekspresi Hazel yang seolah sedang menonton pertunjukan bagus, dia kehilangan kata-kata dan menelan kembali apa yang ingin dia ucapkan.Melihat Justin terdiam, hati Darra benar-benar terpuruk.Selain Sergio, Liana memiliki keputusan akhir dalam Keluarga Hardwin.Jika Liana tidak menyetujui pernikahan mereka, apa yang harus dia lak
Mendengar pengakuan Hazel yang tiba-tiba, hati Sergio langsung luluh.Dia mengulurkan tangan dan mengusap kepala Hazel, dengan lembut mendaratkan ciuman di puncak rambutnya."Hmm."Bisa mendapatkan pengakuan dari istrinya, Sergio merasa bahwa apa yang dia lakukan kali ini tidak sia-sia.Tidak sia-sia dia menunda pembicaraan kerja sama yang sangat penting untuk datang ke sini dan mendukung Hazel.Setelah waktu yang tidak diketahui, Hazel akhirnya melepaskan Sergio dan mengangkat wajahnya dari dada bidang pria itu.Matanya masih tertutup lapisan kabut berair karena menangis, menambah sedikit kesan sayu pada diri Hazel.Sergio tidak berdaya, menyapukan ujung jarinya dengan lembut di ujung matanya yang memerah. Sudut bibirnya tanpa sadar terangkat naik."Dasar cengeng. Kamu menangis saat sedih dan kamu menangis saat senang ...."Hazel yang mendengar itu langsung menatapnya, terlihat sangat menyedihkan."Bagaimana lagi, aku nggak bisa menahannya ...."Saat Sergio membela dan melindunginya,
Di tengah-tengah kalimatnya, dahi Hazel terkena sentilan dari Sergio.Sambil menutupi dahinya dengan rasa sakit, Hazel mengangkat kepalanya dan menatap pelakunya dengan wajah memelas. "Sakit! Om apa sih?""Memberimu pelajaran!"Sergio menjawab pelan. Melihat Hazel benar-benar kesakitan, dia pun menjadi tidak tega. Dia mengulurkan tangan dan mengusap tempat yang baru saja dia pukul.Dia melanjutkan, "Kamu selalu jadi yang nomor satu di mataku, jadi nggak ada yang namanya merepotkan. Hazel, aku malah senang kalau kamu sering menggangguku. Itu menandakan kalau aku cukup berharga di hatimu."Hazel tersentak tersadar, tidak menyangka akan mendengar kata-kata seperti itu dari bibir Sergio.Meskipun suara pria itu tenang, nadanya bercampur dengan nada pasrah yang tidak kentara.Entah kenapa jantung Hazel terasa seperti ditusuk dengan keras oleh sesuatu, hatinya terasa masam."Om, terima kasih ...."Tidak pernah ada orang yang membela dan mencintai Hazel seperti yang dilakukan Sergio.Perasaan
Sebahagia apa Hazel saat ini, sebesar itu pula rasa pahit yang ada di hati mereka yang dipaksa untuk meminta maaf.Mereka menyesalinya.Mengapa mereka tidak tahu diri dan berani menyinggung Hazel?Mengapa mereka mengatakan sesuatu seperti Hazel sudah mengkhianati Sergio dan Sergio akan marah dan meninggalkannya?Cara Sergio menatap Hazel begitu lepas dan penuh cinta.Di bagian mana itu menunjukkan rusaknya hubungan mereka?Orang yang awalnya bersikap sombong sekarang menundukkan kepala mereka. Rasanya, mereka ingin sekali mengecilkan tubuh mereka, meminimalkan rasa kehadiran mereka di ruangan ini."Kita nggak seharusnya mengganggu Hazel karena dia masih muda.""Apa lagi?"Sergio mengangkat matanya dengan dingin, menyalurkan penindasan yang kuat di bawah matanya.Apa lagi ....Semua orang diam-diam berteriak di dalam hati.Kenapa mereka malah mengganggu dewa kematian ini!"Kita nggak bisa menilai dengan baik dan salah paham dengan Bu Hazel.""Kita seharusnya nggak menyebutkan rumor ngga
Namun, Sergio tidak berniat membiarkan mereka lolos begitu saja.Matanya sedikit menyipit, aura dingin yang gelap terpancar dari kedalaman matanya. "Hmm? Maksud kalian aku berbohong?"Saat kata-kata ini terlontar, mereka menjadi makin panik."Bukan, bukan begitu!""Kesalahpahaman, itu semua salah paham!""Tuan Sergio, kami harusnya menghormati Bu Hazel, mana mungkin kami mengancamnya? Kami hanya ingin bertanya tentang video itu, itu saja."Sergio tertawa dingin, matanya yang tajam seperti elang menyapu semua orang yang hadir.Bibirnya yang tipis terbuka sedikit, suaranya yang dingin sangat menindas. Kata-kata yang diucapkannya membuat semua orang gemetar."Kesalahpahaman? Aku sudah melihat video itu, jelas sekali kalau sudut pengambilan gambarnya lah yang salah. Kalian bahkan nggak paham soal beginian, kenapa nggak ganti saja posisi dewan direksi JY Group dengan orang lain?"Walaupun nada suara Sergio datar, semua orang bisa merasakan kalau dia sedang marah!Mereka ingin melarikan diri
Suara rendah dan dingin, yang menyalurkan penindasan itu bergema dengan tajam di ruang konferensi yang besar, membuat siapa pun yang mendengarnya bergidik ngeri.Semua orang yang hadir menoleh secara bersamaan. Seketika, mata mereka membelalak kaget."Tu ... Tuan Sergio?"Kenapa sosok agung ini datang ke mari?Perasaan menindas yang dibawa Sergio kepada mereka saat Sergio terakhir kali muncul di ruang konferensi tampaknya masih tersisa sampai hari ini.Banyak orang secara tidak sadar menahan napas, tidak berani bernapas keras-keras. Mereka menatap lurus ke arah Sergio, ingin melihat apa yang ingin dia lakukan.Sergio bahkan tidak melirik mereka satu detik pun, langsung berjalan ke arah Hazel dan berdiri di depannya."Hazel, apa semuanya baik-baik saja? Apa kamu diganggu?"Hazel juga terkejut dengan kedatangannya. Lalu, dia bertanya dengan tidak percaya, "Om, kenapa kamu datang?"Sorot mata pria yang gelap dan dalam itu tiba-tiba menjadi lebih lembut. Dia mengulurkan tangan untuk mengus
Hazel berkata dengan suara dingin, "Daripada peduli dengan hal ini, kamu harusnya merenungkan seberapa besar kontribusimu kepada perusahaan."Pria itu terdiam, lalu menjadi jengkel dan menggebrak meja di depannya. "Apa maksudmu?""Seperti apa yang sudah aku katakan." Ekspresi di wajah Hazel tidak berubah, nada suaranya sangat tenang, "Alasan kenapa perusahaan jatuh ke dalam situasi saat ini nggak terlepas dari orang-orang sepertimu yang hanya tahu cara mengacau dan berpuas diri."Pria itu membuka mulutnya, ingin membalas sesuatu, tetapi dia melihat tatapan Hazel yang sedingin es."Kalau kamu nggak mau aku menguak semua tabiatmu, lebih baik diam."Suara Hazel jernih dan dingin, matanya menyalurkan ketegasan di dalamnya dan tubuhnya memancarkan aura kuat yang membawa tekanan tak terlihat."Kamu ...."Wajah pria itu memerah, tetapi dia tidak bisa mengucapkan sepatah kata pun untuk membalas. Dia terpaksa diam.Ruang konferensi menjadi hening, semua orang memiliki persepsi baru tentang Haze
Hazel memijit punggungnya yang, lalu berjuang untuk bangun dari tempat tidur untuk mandi.Apa yang terjadi semalam memang sangat berlebihan, membuat wajah Hazel terlihat lebih pucat.Jarak yang dekat ke kamar mandi saja membutuhkan waktu beberapa menit untuk berjalan ke sana.Usai selesai mandi dan berganti pakaian, dia hampir terlambat ke kantor.Hazel segera beranjak dari tempat tidurnya dan bergegas keluar sambil menyapa Adam."Selamat pagi, Pak Adam. Aku berangkat dulu, sampai jumpa nanti malam ....""Nyonya, sarapan dulu sebelum berangkat. Yang namanya pekerjaan pasti nggak ada selesainya."Adam menghentikan Hazel, mencoba menasihatinya dengan cemas.Hazel melambaikan tangannya, terlihat sedikit terburu-buru. "Nggak usah. Pagi ini ada rapat dan aku sudah hampir terlambat."Adam mengerutkan kening tidak setuju dan menariknya kembali. "Jangan sampai nggak sarapan. Nyonya, Tuan secara khusus meminta saya untuk mengawasi Nyonya sarapan sebelum berangkat kerja. Bahaya kalau tekanan dar
Meskipun Hazel memiliki tubuh yang kurus, tubuhnya tetap berisi di beberapa bagian.Sergio sangat menyukainya.Hazel menatap tatapan membara yang tersembunyi di bagian bawah mata Sergio, entah bagaimana, pikirannya tiba-tiba teringat kembali saat di mana mereka berada di tempat tidur.Wajahnya langsung memerah. Dia langsung beranjak, mencoba melarikan diri."Om, aku sudah kenyang, mau istirahat dulu!"Namun saat Hazel berdiri, pergelangan tangannya dipegang oleh Sergio.Dengan sedikit tarikan, tubuh Hazel jatuh ke belakang. Saat kembali tersadar, dia sudah berada di pangkuan Sergio.Hazel tersipu malu dan berbisik, "Apa yang kamu lakukan?""Menurutmu?"Sergio mendekat perlahan, menempelkan dahinya ke dahi Hazel. Matanya yang gelap dan teduh menyembunyikan api yang membara.Bulu mata Hazel yang panjang dan lentik berkedip beberapa kali dan menatapnya dengan memelas. "Aku nggak tahu."Sergio menempelkan bibirnya ke bibir Hazel, suaranya serak seolah berisi butiran pasir, "Aku ... menging
Sergio tidak bisa menahan tawa saat melihat rasa malu Hazel, sampai menciut seperti ini.Dia mengulurkan tangan dan mengusap rambut Hazel yang sedikit berantakan, suaranya jelas dan pelan, "Ya, nggak akan aku buka."Setelah mengatakan itu, dia meninggikan suaranya dan berkata kepada Adam yang berada di luar pintu, "Ya. Hari ini pasti kalian lelah, istirahatlah lebih awal."Adam terdiam sejenak, lalu dengan cepat menyadari kalau mungkin dia sudah mengganggu kesenangan tuan dan nyonyanya.Dia menunjukkan senyum penuh kasih, lalu mengiakan dengan penuh pengertian, "Baik, saya akan mengatur situasi agar nggak ada yang akan mengganggu kalian malam ini!"Mendengar kata-kata Adam, Hazel tahu kalau Adam sudah salah paham.Dia mengangkat pipinya yang memerah dari dada Sergio dan menatap tajam ke arah pelakunya."Kamu sengaja melakukan ini?"Sergio menarik kembali senyuman di wajahnya. "Ya, aku memang sengaja."Hazel terkesiap dan ingin memukulnya. Namun, belum sempat dia mengepalkan tinjunya ya