"Wahai kaum adam, ketahuilah! selain hati rapuh kalian yang mudah terkoyak, ingatlah bahwa hati kaum hawa bahkan lebih rapuh lagi dari pada kalian dan jika hati kalian bisa terkoyak hanya karena hembusan angin, hati perempuan dapat terkoyak bahkan sebelum anginnya berhembus, hati kami berada satu langkah dari pada kalian dalam hal mudah untuk tersakiti, sekian! terima kasih atas perhatiannya!"
Fera mengakhiri pidato singkat tak bermanfaatnya di depan kelas, dan tanpa ba bi bu dia langsung saja kembali ke tempat duduknya di iringi dengan suara jangkrik yang bergema diseluruh kelas.Teman-teman sekelas dan guru bahasa Indonesianya menatap kearahnya dengan mulut terbuka lebar, seolah tidak percaya bahwa telinga mereka baru saja mendengar pidato singkat, padat dan kurang jelas dari Fera.
Levi menggelengkan kepalanya heran menatap Fera, "Apa?" tanya Fera polos. Levi mengurungkan niatnya untuk berkata-kata kasar pada sahabatnya ini dan memilih untuk mengurut dadanya dan melihat ke depan kelas.
Sekarang ini sedang berlangsung salah satu dari pelajaran kesukaan Fera, Bahasa Indonesia.
Bu guru Asminah menaikan kembali kacamatanya yang merosot dan menatap ke seluruh kelas, rata-rata siswa dan siswi di kelas ini berbisik-bisik setelah Fera selesai berpidato di depan kelas.
Materi pelajaran hari ini memang mengharuskan setiap murid untuk menyiapkan pidato pendek dan menyampaikannya di depan kelas, temanya terserah kepada siswa/i itu sendiri, dan Fera memanfaatkan kesempatan ini untuk menyampaikan isi hati absurdnya yang sudah lama ingin sekali dia sampaikan pada teman-teman sekelasnya.
Seorang siswa bertanya pada Bu guru Asminah.
"Buk, memangnya pidato seperti itu di perbolehkan ya?" Fera menggerakkan kepalanya menatap tajam kepada Idris, satu-satunya siswa yang serius pada pelajaran di kelasnya. "Ya boleh lah, kata Bu guru saja temanya terserah pada kita kan? lalu apa masalanya?" Jawab Fera sewot." Bukan seperti itu juga Fera, pokonya kamu harus mempersiapkan pidato yang lain. Yang tadi itu tidak di hitung."
Ujar Bu Asminah kemudian, memadamkan api semangat dari dalam diri Fera dan mengobarkan api kemenangan di dalam hatinya Idris."Rasain!" ledek Idris pada Fera dan yang Fera lakukan hanya mengeluh tentang betapa tidak adilnya pidato bagusnya tadi tidak dihitung oleh gurunya ini. Lalu parahnya lagi, seluruh kelas termasuk Levi juga setuju kalau Fera harus mengulang pidatonya sekali lagi. Setelah rengekannya berhenti karena tidak ada satupun yang setuju dengannya.
Fera kemudian menatap Idris tajam lalu diarahkan kedua jari nya seolah ingin menusuk matanya sendiri lagi diarahkannya lagi jari telunjuk dan jari tengah itu kepada matanya Idris,yang artinya 'Aku mengawasimu'.
***
"Vi" panggilku pada Levi, sekarang jam istirahat sedang berlangsung dikelas hanya tersisa beberapa orang saja termasuk aku, Levi dan Melisa. Sedangkan yang lainnya bertugas untuk membeli makanan di kantin, kami hanya menitipkan jajanan kami pada mereka.
"Hm?" Sahutnya tidak tertarik dan sibuk mencatat Pr Bahasa Inggris yang setelah istirahat berakhir pelajarannya akan dimulai.
Tentu saja aku sudah selesai mengerjakan Pr yang diberikan oleh guru Favoritku itu 2 hari yang lalu. yang sedang dicatat oleh Levi dan Melisa sekarang saja adalah buku Bahasa Inggrisku."Loe seriusan suka sama si kelvin kelvin itu? " Tanyaku penasaran, aku memandangi wajahnya yang tadi sangat serius dan perlahan rona merah menghiasi kedua pipinya, dia mencubit lenganku "Apaan sih!" bantahnya keki, dan memilih untuk mengabaikanku. "Aww.. sakit Vi!" keluhku seraya mengusap bekas cubitannya Levi.
Melisa mengerutkan keningnya, "Seriusan? Levi suka sama cowok?" Telisiknya tidak percaya, pulpennya berhenti di atas kertas, yang aku yakin dia belum selesai menyalin jawabannya.
"Iya Mel, kemarin tau gak sih? pas anak multi media yang matanya hijau matre itu ke kelas?"
kataku lagi mencoba mengingat-ngigat hal kemarin."Terus-terus?" Tanyanya penasaran.
"Please Fer! gak usah bahas itu lagi oke?" Levi merajuk."Eh, apa pulak? gue kan juga berhak tau Vi, tentang orang yang loe suka, gue kan juga sahabat loe, sama kayak Fera!" Dan Levi memilih bungkam dan kembali mencatat, memilih untuk menghiraukan kami berdua dan menganggap bahwa kami adalah makhluk tak kasat mata."Jadi, kemarin itu pas si Kelvin itu masuk ke kelas, Levi jadi gugup banget terus dia jadi malu-malu kucing, mukanya meraaahh.. banget, terus pas gue tanya, mau gue kenalin sama dia gak? dia bilangnya gini. Apaan sih! persis banget kayak tadi"
Ujarku penjang lebar pada Melisa yang sekarang sedang tersenyum lebar."Hohoho... Levi... Boleh tuh mau dikenalin, mau aja kenapa? biar gak jadi secret admirer lagi. Mau lah, mau lah ya ya ya!" Desak Melisa kemudian, aku hanya tertawa melihat wajah Levi yang sudah memerah seperti buah apel hingga ke telinganya.
" Aku ke toilet dulu"
bagai berbicara pada tembok, Levi langsung berdiri kemudian pergi keluar kelas dengan tergesa-gesa.Aku dan Melisa hanya tertawa melihat tingkah polos anak itu.***
Ctik
Suara pemantik api yang dinyalakan terdengar dari belakang lab pemasaran. Kelvin dan kroni-kroninya berkumpul di tempat sempit namun strategis untuk berbuat onar itu, ruang lab pemasaran yang terletak di ujung sekolah yang di belakangnya terdapat pagar yang tinggi namun bisa di lewati itu menjadi tempat berkumpul yang pas bagi Kelvin dan rekan sejawatnya untuk membolos pelajaran.
Kelvin, Randi, Gio, sean dan julian. Mereka adalah sohib akrab yang juga satu tim di klub bola voli pria, mereka tidak terpisahkan satu sama lainnya dan juga mereka berlima adalah patner in crime.
Kelvin sedang menghisap rokoknya dan Randi sedang memakan kripik kentang yang baru saja di buka bungkusnya. Gio berjongkok diatas lantai semen yang kotor itu juga sedang menghisap rokoknya.
Sean berdiri sambil bersidekap mulutnya asik mengunyah permen karet.Julian juga berjongkok di samping Gio dan menghisap rokoknya.Asap membumbung dan bau rokok memenuhi tempat itu.
Dari samping lab itu, keluar asap-asap putih yang berasal dari mereka.Lab pemasaran berada di belakang ruang kelas Akutansi yang mana itu adalah ruangan kelasnya Fera.
"Bro, gue heran deh, kenapa sampai sekarang gak ada cewek yang suka sama gue? " cetus Gio tiba-tiba.
Kelvin meliriknya jengah. 'Eh dasar jones satu ini, asik itu-itu aja yg dibahas' batin kelvin keki.
"Tauk, bauk kali badan loe" kata Kelvin asal."Enak aja ngatain gue bauk, lu kali bauk" Gio yang tidak terima bangkit dari kuburnya -eh, duduknya, diketekinya kepala Kelvin, "nih, cium-cium bauk kan kata lu"
"Eh sianyeng! Ku kepret nanti lu! "
Sementara Kelvin dan Gio sedang mengketek-keteki ria, Sean, Julian, dan Randi memilih untuk menghisap rokok saja dan mengabaikan mereka.
'Idiot' serentak terbesit kata keren itu dari kepala mereka melihat perangai Kelvin dan Gio.Kegaduhan itu terdengar hingga ketelinga Levi yang berniat ke toilet, koridor yang dilaluinya mengundang rasa penasaran Levi untuk melihat siapa penyebab kegaduhan itu.
Levi melirik ke kelasnya, dan melirik ke belakang Lab pemasaran, karena kedua bagunan itu sedikit berdekatan makanya ini memungkinkan.
Mata Levi membulat, dia berdiri didepan 5 orang siswa yang dua dari mereka saling mengketeki sesamanya, dan ketiga orang lagi sedang merokok. Hukum rokok haram disekolah bagi murid bukan?
Levi yang tidak melihat siapa yang sedang berketekan berlari ke ruang guru yang berada tak jauh dari situ
"Buk, ada murid yang merokok dibelakang Lab"Lapor Levi tergesa-gesa setelah membuka pintu yang tertutup, seorang Bapak guru satu-satunya yang berada di ruangan itu menoleh padanya."Ibuk siapa?"
Levi terkejut, pak... Pak guru killer???!!Sebuah seringai terpatri di hatinya."Eh bukan buk tapi pak, di belakang Lab pemasaran ada yang ngerokok pak"
Setelah melapor Levi pun menunjukkan jalan pada Bapak killer itu untuk meringkus para siswa bandel.
Saat sudah sampai Bapak itu menanyakanya.
"Mana anaknya? ""Itu pak! Mereka tuh!"
Tunjuk Levi pada 5 siswa bandel yang terkejut. Puntung rokok berjatuhan dibawah kaki mereka."KALIAN??!!"Bapak killler itu terkejut melihat biang onar itu kembali berbuat onar."A...aku bisa jelaskan.." Kelvin pucat pasi, sehabis diketeki Gio dan menyesap rokok dia menjadi seperti itu.
Levi baru menyadari orang dilaporkannya rupanya Kelvin, 'mati aku' meradanglah dia.
Bersambung..
Jadi setelah insiden dibelakang Lab, kelima orang siswa laki-laki itu pun dihukum menghadap bendera di tengah lapangan sembari memberi hormat.Saat itu matahari berada diatas kepala dan membuat mereka kepanasan setengah mati tentu saja mereka harus melakukan itu hingga selesai jam istirahat usai."Kalian liat tadi siapa cewek yang cepuin kita ke guru?" Tanya Gio penasaran."ada, aku tau siapa dia "Jawan Kelvin spontan."siapa? aku mau kasih dia pelarajaran" Balas jawab salah satu teman Kelvin dan Gio.Kelvin menatapnya datar dan menjawab."Gak usah, biar aku aja nanti yang kasih dia pelajaran"disisi lain Levi menceritakan apa yang dialaminya pada Fera.setelah mencermati ceritanya Fera dengan penasaran bertanya."Terus kenapa kamu ngadu soal mereka ke guru Vi?"awalnya Levi terdiam, mencoba mencari alasan mengapa dia harus melaporkan pada guru tentang aksi nakal siswa dia menyuruh Fera unt
Tidak terasa Ujian Akhir Semester sudah tiba, Fera belajar siang dan malam untuk menghadapi UAS hari ini, dia menyiapkan peralatan ujiannya kedalam tas dan mengendarai sepedanya setelahnya. Mengayuhnya perlahan-lahan sembari mengingat-ingat apa yang dipelajarinya semalaman suntuk.Pagi ini ujiannya ialah matematika di jam pertama dan bahasa indonesia di jam kedua, ugh sungguh menguras otak Fera yang memang tidak menyukai pelajaran matematika apalagi dijam pertama di pagi hari.Bel sekolah belum berbunyi, sepeda Fera sudah memasuki pintu gerbang sekolah dan buk guru dan pak guru yang sedang piket pun berdiri di depan gerbang, Fera turun dari sepedanya dan menyalami guru-guru itu satu-persatu sebelum menaikinya lagi hingga ke tempat parkir.Fera turun dari sepedanya dan menurunkan penompang belakang sepedanya lalu mengunci ban sepeda depannya sambil duduk dan menundukkan kepalanya. Suara motor terdengar di belakang punggungnya dan orang it
Fera PovIni sepertinya hari keberuntunganku, pertama, aku sebangku dengan gebetanku, kedua, soal matematika yang keluar sangat mudah dan aku mengerti isi soalnya dengan cepat bagaimana tidak aku telah belajar mati-matian untuk ujian ini.sekarang waktunya istirahat dan aku bahkan tidak berani memulai pembicaraan dengannya. sebelumnya dia bertanya namaku dan aku hanya menjawab seadanya lalu bertanya namanya kembali dan pembicaraan kami berhenti disitu. Sangat canggung, oh jantungku yang sangat tidak mau berkompromi sama sekali berdegup dengan kencang ketika aku duduk disampingnya.untung saja aku hafal ayat kursi dan mengulang-ngulangnya didalam hati agar kegugupanku hilang dan aku bisa menjawab soal ujian dengan kondisi tubuh yang normal.tentu saja aku menatap diam-diam padanya saat dia dengan serius menjawab soalnya, raut wajahnya, hidungnya yang mancung bibirnya yang pink dan kulitnya yang putih alisnya juga tebal dan tatapan m
Baru kali ini aku sangat menanti-nantikan Ujian Akhir Semester dengan tidak sabar begini, inginku bertemu dengan gebetanku secepatnya dan menyatakan perasaanku, oh tidak! tidak dulu nanti dia akan menganggap aku freak jika aku mengungkapkan perasaanku secepat ini dan ilfil dan akan menjauhi ku selama-lamanya. TIDAKK !! aku tidak ingin hal itu terjadi.Aku harus mencari cara bagaimana bisa untuk lebih dekat dengannya pokoknya harus.Jadi dengan semangat 45 akan bertemu dengan gebetan besok aku pun belajar dengan senang hati dan menjadi lebih bersemangat.Besoknya dipagi hari, aku menggoreng telur dan memasak nasi goreng kesukaanku dan memasukannya kedalam kotak makan siang. Aku dan Levi memang sering makan siang dengan kotak bekal bersama setelah memasukkannya kedalam tas. Aku bergegas ke sekolah dengan menaiki sepeda.Bel Pelajaran pertama sudah dimulai, aku sudah duduk di kursi ku dan Faber pun mengambil tempatnya disebelahku.&nbs
Hubungan ku dengan Faber masih pada tahap pdkt-an tidak ada progres apapun.Padahal ini sudah hari terakhir ujian loh, tapi kayaknya aku kena friendzone deh.Aku sama dia udah tukar-tukaran nomor telepon dan kadang-kadang juga nge-chat tapi temanya gak jauh-jauh dari sekolah.Uh.. capek ya ngejar orang.Namun aku tidak boleh patah arang harus terus berusaha untuk bisa mendapatkan hatinya Faber.Setelah ujian ini kami akan libur semester, dan rapor akan dibagikan minggu depan di hari sabtu." Hhh...""Kenapa loe ? Kok lesu gitu?" Tanya Levi.aku, Levi dan temanku yang dua orang lagi itu sednag makan bekal bersama. Kami memakannya di taman sekolah.Aku menceritakan apa yang sedang kualami pada Levi dan teman-temanku lainnya."Udah loe gerak dulu aja, biar gak lou gak baper mulu" celetuk mellisa saat aku mengutarakan isi hatiku."Kayaknya ide ba
"ehh.. kok mereka disini?" tanyaku spontan dengan suara yang agak sedikit besar.Mamakku bertanya dengan heran."mereka itu siapa?" aku menunjuk pada lapangan skateboard."Itu mak, teman sekolahku""Ohh hobi mungkin?""mungkin mah, enak ya mereka punya hobi keren kayak gini" gumanku pelan namun ayahku tetap mendengar suaraku ini."kamu kan juga bisa punya hobi keren, anak ayah masa gak ada hobi keren sih, coba diingat-ingat dulu, pasti ada kan?""menyanyi?" tanyaku pada ayahku." Itu juga Keren!""Awww thank you ayah"sungguh aku benar terharu ayahku sangat sportif dan ibuku selalu memberikanku semangat saat aku perlu semangat untuk menghadapi sesuatu.kami sudah selesai makan.aku memutuskan untuk tidak menyapa mereka dan memilih untuk makan saja dan setelah ini aku akan menggunakan waktuku untuk melukis dan ibuku sedang mengambil foto-foto
Matahari bersinar dari timur dengan membawa asa setiap insan yang tinggal dibumi menjadi terbumbung tinggi seperti tingginya andromeda di lautan bintang. aku menatap langit dengan perasaan yang tenang dan dengan kesejukan embun di pagi hari aku mengayuh sepedaku kesekolah. Hari pertama sekolah di tahun ke tiga. Aku tidak sabar akan menerima pelajaran seperti apa dan akan melanjutkan kegiatan seperti apa setelah ini. Oh iya, sebelumnya aku diinfokan oleh teman sekelasku bahwasanya kami akan melakukan PRAKERIN sebentar lagi. PRAKERIN adalah kepanjangan dari (Praktek kerja industri) untuk siswa kelas tiga sepertiku aku akan memulai semester pertama dari tahun ke tiga ku untuk mulai kerja lapangan. Aku sudah naik kelas dan sudah mendapatkan nama tujuan lapangan yang akan lalui selama satu semester di kantor dinas sosial daerah. Aku akan berkerja sebagai magang dengan waktu hanya tiga bulan dan setelah itu kami akan dikembalikan lagi ke sekolah. hari ini setelah mengambil bet
Hari-hari Fera dikantor sangat tenang, staf yang berkerja di instansi yang sama dengannya pun orangnya ramah-ramah dan baik hati mereka mengajarinya banyak hal, mulai dari mencatat dokumen yang masuk, mengajarinya bagaimana cara membuat surat permohonan yang benar dan juga mengajarinya akutansi untuk keperluan pengeluaran dana yang dikeluarkan oleh pemerintah.Hari ini, seperti hari yang biasa-biasanya dia duduk di meja yang telah disediakan oleh pegawai disini dan menyuruhnya untuk menyusun berkas dan mengelompokkannya untuk ditata kembali kedalam lemari berkas.seseorang tiba-tiba mengetuk di pintu kantor dan seorang ibu-ibu datang sambil menggendong kucing anggoranya yang terlihat sangat lemas."Tolong ini bentar" panggil ibu itu pada staff yang segera merespon dan mengambil kucing itu dari tangannya. Fera melihatnya dengan seksama dan penasaran kenapa ibu ini membawa kucingnya yang sakit kesini bukannya ke pet shop."Kenapa ini
Secara mengejutkan Faber tiba-tiba mengirim pesan padaku dia bertanya apakah aku ada waktu luang atau tidak. Aku yang sedang mencatat laporan masuk dan laporan keluar pun heran. Kok tiba-tiba nggak ada angin gak ada hujan Faber tiba-tiba ngajak aku keluar gini ya. Aku segera membalas pesannya. 'Engg.. kebetulan sehabis dari sini enggak sih rencananya mau pulang ke rumah'kirimFaber membacanya, lalu membalas. 'Mau keluar cari makan siang bareng gak?''Balasannya. Jantungku berdebar-debar. Wah apa maksudnya ini. 'Uhm.. boleh, dimana?'kirim. Faber segera membalas.'di rumah makan padang mau?' balas Faber. Rumah makan padang? Banyak minyaknya gak tuh? Batinnku.'uhm.. boleh'kirim.'kujemput?' Faber mengirim pesan begini dan wajahku segera memerah. 'eh.. Gak usah, aku bawa kereta sendiri' 'oh okeh kalau gitu, see you'balasnya.'see you too'balasku juga. wowapa inikah pertanda bahwa dia juga menyukaiku? omg apa yang harus aku lakukan? apa yang harus kulakukan? omg omg in
Hari-hari Fera dikantor sangat tenang, staf yang berkerja di instansi yang sama dengannya pun orangnya ramah-ramah dan baik hati mereka mengajarinya banyak hal, mulai dari mencatat dokumen yang masuk, mengajarinya bagaimana cara membuat surat permohonan yang benar dan juga mengajarinya akutansi untuk keperluan pengeluaran dana yang dikeluarkan oleh pemerintah.Hari ini, seperti hari yang biasa-biasanya dia duduk di meja yang telah disediakan oleh pegawai disini dan menyuruhnya untuk menyusun berkas dan mengelompokkannya untuk ditata kembali kedalam lemari berkas.seseorang tiba-tiba mengetuk di pintu kantor dan seorang ibu-ibu datang sambil menggendong kucing anggoranya yang terlihat sangat lemas."Tolong ini bentar" panggil ibu itu pada staff yang segera merespon dan mengambil kucing itu dari tangannya. Fera melihatnya dengan seksama dan penasaran kenapa ibu ini membawa kucingnya yang sakit kesini bukannya ke pet shop."Kenapa ini
Matahari bersinar dari timur dengan membawa asa setiap insan yang tinggal dibumi menjadi terbumbung tinggi seperti tingginya andromeda di lautan bintang. aku menatap langit dengan perasaan yang tenang dan dengan kesejukan embun di pagi hari aku mengayuh sepedaku kesekolah. Hari pertama sekolah di tahun ke tiga. Aku tidak sabar akan menerima pelajaran seperti apa dan akan melanjutkan kegiatan seperti apa setelah ini. Oh iya, sebelumnya aku diinfokan oleh teman sekelasku bahwasanya kami akan melakukan PRAKERIN sebentar lagi. PRAKERIN adalah kepanjangan dari (Praktek kerja industri) untuk siswa kelas tiga sepertiku aku akan memulai semester pertama dari tahun ke tiga ku untuk mulai kerja lapangan. Aku sudah naik kelas dan sudah mendapatkan nama tujuan lapangan yang akan lalui selama satu semester di kantor dinas sosial daerah. Aku akan berkerja sebagai magang dengan waktu hanya tiga bulan dan setelah itu kami akan dikembalikan lagi ke sekolah. hari ini setelah mengambil bet
"ehh.. kok mereka disini?" tanyaku spontan dengan suara yang agak sedikit besar.Mamakku bertanya dengan heran."mereka itu siapa?" aku menunjuk pada lapangan skateboard."Itu mak, teman sekolahku""Ohh hobi mungkin?""mungkin mah, enak ya mereka punya hobi keren kayak gini" gumanku pelan namun ayahku tetap mendengar suaraku ini."kamu kan juga bisa punya hobi keren, anak ayah masa gak ada hobi keren sih, coba diingat-ingat dulu, pasti ada kan?""menyanyi?" tanyaku pada ayahku." Itu juga Keren!""Awww thank you ayah"sungguh aku benar terharu ayahku sangat sportif dan ibuku selalu memberikanku semangat saat aku perlu semangat untuk menghadapi sesuatu.kami sudah selesai makan.aku memutuskan untuk tidak menyapa mereka dan memilih untuk makan saja dan setelah ini aku akan menggunakan waktuku untuk melukis dan ibuku sedang mengambil foto-foto
Hubungan ku dengan Faber masih pada tahap pdkt-an tidak ada progres apapun.Padahal ini sudah hari terakhir ujian loh, tapi kayaknya aku kena friendzone deh.Aku sama dia udah tukar-tukaran nomor telepon dan kadang-kadang juga nge-chat tapi temanya gak jauh-jauh dari sekolah.Uh.. capek ya ngejar orang.Namun aku tidak boleh patah arang harus terus berusaha untuk bisa mendapatkan hatinya Faber.Setelah ujian ini kami akan libur semester, dan rapor akan dibagikan minggu depan di hari sabtu." Hhh...""Kenapa loe ? Kok lesu gitu?" Tanya Levi.aku, Levi dan temanku yang dua orang lagi itu sednag makan bekal bersama. Kami memakannya di taman sekolah.Aku menceritakan apa yang sedang kualami pada Levi dan teman-temanku lainnya."Udah loe gerak dulu aja, biar gak lou gak baper mulu" celetuk mellisa saat aku mengutarakan isi hatiku."Kayaknya ide ba
Baru kali ini aku sangat menanti-nantikan Ujian Akhir Semester dengan tidak sabar begini, inginku bertemu dengan gebetanku secepatnya dan menyatakan perasaanku, oh tidak! tidak dulu nanti dia akan menganggap aku freak jika aku mengungkapkan perasaanku secepat ini dan ilfil dan akan menjauhi ku selama-lamanya. TIDAKK !! aku tidak ingin hal itu terjadi.Aku harus mencari cara bagaimana bisa untuk lebih dekat dengannya pokoknya harus.Jadi dengan semangat 45 akan bertemu dengan gebetan besok aku pun belajar dengan senang hati dan menjadi lebih bersemangat.Besoknya dipagi hari, aku menggoreng telur dan memasak nasi goreng kesukaanku dan memasukannya kedalam kotak makan siang. Aku dan Levi memang sering makan siang dengan kotak bekal bersama setelah memasukkannya kedalam tas. Aku bergegas ke sekolah dengan menaiki sepeda.Bel Pelajaran pertama sudah dimulai, aku sudah duduk di kursi ku dan Faber pun mengambil tempatnya disebelahku.&nbs
Fera PovIni sepertinya hari keberuntunganku, pertama, aku sebangku dengan gebetanku, kedua, soal matematika yang keluar sangat mudah dan aku mengerti isi soalnya dengan cepat bagaimana tidak aku telah belajar mati-matian untuk ujian ini.sekarang waktunya istirahat dan aku bahkan tidak berani memulai pembicaraan dengannya. sebelumnya dia bertanya namaku dan aku hanya menjawab seadanya lalu bertanya namanya kembali dan pembicaraan kami berhenti disitu. Sangat canggung, oh jantungku yang sangat tidak mau berkompromi sama sekali berdegup dengan kencang ketika aku duduk disampingnya.untung saja aku hafal ayat kursi dan mengulang-ngulangnya didalam hati agar kegugupanku hilang dan aku bisa menjawab soal ujian dengan kondisi tubuh yang normal.tentu saja aku menatap diam-diam padanya saat dia dengan serius menjawab soalnya, raut wajahnya, hidungnya yang mancung bibirnya yang pink dan kulitnya yang putih alisnya juga tebal dan tatapan m
Tidak terasa Ujian Akhir Semester sudah tiba, Fera belajar siang dan malam untuk menghadapi UAS hari ini, dia menyiapkan peralatan ujiannya kedalam tas dan mengendarai sepedanya setelahnya. Mengayuhnya perlahan-lahan sembari mengingat-ingat apa yang dipelajarinya semalaman suntuk.Pagi ini ujiannya ialah matematika di jam pertama dan bahasa indonesia di jam kedua, ugh sungguh menguras otak Fera yang memang tidak menyukai pelajaran matematika apalagi dijam pertama di pagi hari.Bel sekolah belum berbunyi, sepeda Fera sudah memasuki pintu gerbang sekolah dan buk guru dan pak guru yang sedang piket pun berdiri di depan gerbang, Fera turun dari sepedanya dan menyalami guru-guru itu satu-persatu sebelum menaikinya lagi hingga ke tempat parkir.Fera turun dari sepedanya dan menurunkan penompang belakang sepedanya lalu mengunci ban sepeda depannya sambil duduk dan menundukkan kepalanya. Suara motor terdengar di belakang punggungnya dan orang it
Jadi setelah insiden dibelakang Lab, kelima orang siswa laki-laki itu pun dihukum menghadap bendera di tengah lapangan sembari memberi hormat.Saat itu matahari berada diatas kepala dan membuat mereka kepanasan setengah mati tentu saja mereka harus melakukan itu hingga selesai jam istirahat usai."Kalian liat tadi siapa cewek yang cepuin kita ke guru?" Tanya Gio penasaran."ada, aku tau siapa dia "Jawan Kelvin spontan."siapa? aku mau kasih dia pelarajaran" Balas jawab salah satu teman Kelvin dan Gio.Kelvin menatapnya datar dan menjawab."Gak usah, biar aku aja nanti yang kasih dia pelajaran"disisi lain Levi menceritakan apa yang dialaminya pada Fera.setelah mencermati ceritanya Fera dengan penasaran bertanya."Terus kenapa kamu ngadu soal mereka ke guru Vi?"awalnya Levi terdiam, mencoba mencari alasan mengapa dia harus melaporkan pada guru tentang aksi nakal siswa dia menyuruh Fera unt