Share

2.Kemudian

Penulis: Lieka Syam Sa'at
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Warning: Kata-kata kasar, tidak untuk ditiru.

Kelvin Backmore's pov

......................................

Sialan! aku sudah tau ini pasti akan terjadi cepat atau lambat, sejak dia ikut bergabung.

Namun aku dengan begitu naifnya berfikir kalau dia tidak akan membuat masalah dengan wajah polos dan otak dungunya itu. Benar-benar sialan!.

Pintu rumahku tertutup begitu saja seiring aku melangkah kedalamnya tanpa repot-repot mengunci pintu rumah (tidak perlu khawatir pencuri ,kawasan daerah ini aman dari hal itu) . Yah, tidak perlu memberi salam. Karena aku yakin,ibu dan ayahku masih sibuk mencari uang dan akan pulang jam 10 malam nanti dari perusahaan mereka,pembantuku sudah pulang dari sejam yang lalu.

Jam di dinding sudah menunjukkan pukul lima sore--Sekolah berakhir pukul 2 siang-- dan aku baru saja selesai bertanding dengan kelas lain di pertandingan voli antar kelas --khusus putra.

Aku menghirup udara dengan rakus dan mataku menatap sinis ke depan dengan seringai terulas di wajahku.Aku kembali mengusap wajahku gusar, netra hijauku menatap kearah depan, membuka pintu kamar dengan kasar.

Lalu melempar tas ku ke atas kasur begitu saja saat aku sudah berada di kamarku, kemudian melangkah kearah dapur dan mengambil sebotol air dingin lalu meneguknya dengan tergesa-gesa, sehingga menyebabkan banyak air yang mengalir dari sudut bibirku dan membasahi baju seragamku, Aku tidak peduli.

Kemudian melepas sepatu ku seraya berjalan-- setelah menaruh botol itu kembali kedalam kulkas-- melemparnya sembarangan, sehingga sepatuku pun jatuh secara acak di tempat berbeda--satu diatas sofa, satunya lagi diatas meja furniture -- aku tidak peduli.

Tidak seharusnya aku seperti ini, membiarkannya mengikuti pertandingan Voli tadi dengan tubuh tulangnya itu--tidak berlebihan menyebutnya begitu, mengingat tubuhnya yang teramat sangat kurus seperti kekurangan daging namun masih ideal hanya saja dia tidak mempunyai otot di perut dan lengannya,tidak seperti aku. Tentu saja!-- benar-benar sialan pangkat kuadrat!!.

Sungguh menjengkelkan mengingat banyak orang mendukungnya--rata-rata perempuan, karena wajahnya yang sangat tidak mau kuakui itu terlihat seperti boyband asal negeri gingseng yang digilai oleh hampir semua cewek-- padahal dia tidak ada apa-apanya. Cih, seharusnya mereka melihat cara dia membuat tim kelas kami kalah,haha. Dia hanya melihat bola itu terbang melewati net tepat kearahnya namun tidak berbuat apa-apa kecuali menatap bola itu jatuh tepat di hadapannya, dan kami kehilangan banyak poin karena dia melakukan banyak kecerobohan di tengah-tengah pertandingan.

Sungguh sialan!! dan aku pergi begitu saja saat mengetahui bahwa kelas kami kalah tanpa meninju mukanya terlebih dahulu, sifat ceroboh sialan ini entah datangnya dari mana dan aku malas memikirkan suatu hal berulang kali sehingga spontan berlaku suatu hal sialan lainnya--seperti pulang kerumah begitu saja, tanpa memukul tubuh kerempengnya itu.

Merebahkan diriku diatas kasur dengan kesal dan memukul kasurku yang dilapisi seprai berwarna hijau kesukaanku, aku mencengkram bantal gulingku erat, dan mengigitnya dengan keras. membayangkan yang kugigit dan kepukul sekarang itu dia. Faber Mclister si ceking itu.

Mungkin orang lain akan berpikir,' hal sepele itu dijadikan alasan untuk adu tinju?' maaf tapi orang itu salah.Itu sama sekali bukan hal sepele, Voli kelas kami tidak pernah kalah dari kelas lain sebelumnya, tidak pernah satupun sejak aku memegang peran sebagai kapten, baik di Tim Voli kelas maupun sebagai kapten Club Tim Voli Sekolah. Namun karena seorang sialan absen hari ini, tepat pada pertandingan ini diadakan dan si keparat mengajukan tubuh cekingnya untuk mengantikan anggota Voli pimpinanku dan aku si bodoh berkata iya dengan tergesa-gesa tanpa banyak berpikir, membuat keadaan sialan ini menjadi kalah.

Aku butuh pelampiasan amarah. Dan dia sosok yang tepat untuk disalahkan.

Aku akan menghajarnya besok,aku berjanji pada diriku sendiri ketika besok aku melihatnya di kelas. Awas saja.

Argghh...

Akan ku pukul si boyband itu!!

KRUUUKKK...

Ugh... Aku lapar,dan sangat malas--memasak makanan...Aku akan makan malam diluar saja.

Author's pov

..................

pada saat yang sama_

Faber sedang mengecek status-status yang sedang melewati berandanya di f******k dan tertawa sesekali ,kemudian 'NGGIIIIIING' berhenti lalu menyentuh telinga kirinya yang tiba-tiba berdeging keras.

Moodnya tiba-tiba anjlok dan memutuskan untuk memasukkan telepon pintarnya ke dalam saku celananya dan beranjak dari berbaringnya diatas kasur , keluar dari kamarnya seraya memegang tengkuknya yang merinding.

Firasat buruk menghampirinya tentang besok, hatinya mengatakan untuk tenang saja namun dia tidak bisa tenang.

Dia berharap tidak akan terjadi apa-apa padanya besok.

Dan dia kembali berfikir 'Tadi telingaku berdenging, kata orang ,Itu artinya ada yang sedang membicarakan kita. Memangnya siapa yang mau membicarakan aku?' dia menggelengkan kepalanya sedetik kemudian--masa bodoh.Sebelum ikut duduk di samping kakak perempuannya --sofa--di depan televisi yang sedang menonton drama korea.

Hhhhh...

'Lupakan saja, Aku akan bermain game online saja ketimbang rebutan remot dengannya untuk menonton acara tv.--kakaku orang yang cerewet dan keras kepala, kau sama saja berbicara dengan angin ketika berhadapan dengannya khususnya ketika aku berbicara dengannya'batinnya mendumel.

Kemudian kembali berpikir.

'Ah iya. Soal gadis itu yang bernama agea... bukan... uhmm... alea.. alia.. ahh aku menyerah! yang menyatakan perasaannya beberapa hari yang lalu. Sayang sekali aku tidak bisa menerima perasaannya padahal dia cantik. Tapi aku tidak mencintainya humm lebih baik begini dari pada aku mempermainkannya,--karena rasanya di permainkan itu sakit--(mengenang mantan)...Ah iya... Namanya alya'. Raut wajahnya terlihat sangat datar walaupun innernya bertingkah aneh.

Dan setelah itu Faber kembali fokus pada ponselnya.

Levi's pov

.............

Aku melirik jam di dinding yang menunjukkan pukul setengah sembilan,setengah jam lagi kami akan tutup dan setelah itu aku akan mengerjakan pr-ku.

Suara kendaraan samar- samar terdengar dari arah luar kedai kami,walaupun sudah malam, masih banyak kendaraan yang berlalu lalang di kawasan ini.

Hyuuhh...

Aku duduk di salah satu kursi pelanggan di kedai makanan kecil milik keluargaku ini, tak lupa mengelap keringatku yang bersarang dari tadi di wajahku.

Hari ini melelahkan sekali, dan juga sangat menyenangkan mengetahui kedai kami hari ini ramai pembeli dan sekarang keadaan kedai jadi sepi karena pembelinya sudah berkurang bahkan tidak ada pembeli lagi. Tak apa, persediaan kami pun hampir habis.--Besok ibuku akan belanja lagi.

Aku melihat siaran di televisi yang tergantung tepat di atas jendela kaca besar yang membatasi kedai kami dengan jalanan di depan sedangkan pintu masuk berada di sampingnya.

Suara raugan kendaraan yang lalu lalang sedikit teredam oleh kaca jendela.

Tidak ada acara yang menarik yang bisa di saksikan di televisi dan aku beranjak dari tempat dudukku menuju ke arah dapur dan melihat ibu dan ayahku sedang menghitung uang hasil pendapatan hari ini diatas meja.

Adik-adikku--keduanya perempuan-- sudah tekapar terlebih dahulu diatas kasur empuk mereka dilantai dua ruko kami--dikamar mereka--

,aku tersenyum lebar seraya mendekati ayah dan ibuku.

"Lima lima, lima enam, lima tujuh, lima delap-...." suara ibuku dan ayahku yang sedang menghitung jadi terdengar jelas.

"Seratus ... pas" ujar ayahku mengakhiri hitungannya dengan senyum puas.

"Jadi semuanya berjumlah 7 juta 500 ribu rupiah. " kata ibuku dengan wajah sumringah, hari ini adalah hari keberuntungan kami. Mengingat modal yang kami keluarkan untuk persediaan bahan makanan berkisar antara 4-5 juta setengah dan laba yang kami peroleh hari ini sangat besar di banding hari-hari sebelumnya.

"Wah... hari ini untung besar ya !" aku berseru senang dengan ceria, kelelahan yang kurasa tadi lenyap begitu saja.

"Iya, dan ayah akan menabungnya di Bank besok." kata ayahku lagi kemudian beranjak dari kursinya untuk menyimpan uangnya di lanati dua lalu kembali turun kemari setelah selesai, ibuku mengangguk setuju dengan wajah kelelahan namun seulas senyum terpatri di wajahnya yang sudah terlihat berkeriput di sekitar mulut dan dahinya. Dia segera berdiri dan kembali membereskan piring-piring yang sudah di cuci lalu menyusunnya di rak piring, Ayah dan ibuku melihatku sekilas dengan senyuman dan pandangan yang menyendu, terlihat seperti bangga,mungkin ...Karena aku anak yang berbakti selama ini dan tidak pernah membantah apapun perintah mereka atau karena hal lain...Tapi...Entahlah.

"Wahh.. asyik!!, kalau begitu aku akan kembali kedepan dan menyapu lagi agar terlihat sangat bersih "lalu aku membalikkan badanku dan berjalan ke depan kemudian mengambil sapu,lalu mulai menyapu dari sudut ruangan.

Criinggg

Bel pintu masuk berbunyi dan seorang pelanggan memasuki kedai kami, Aku mendogakkan pandanganku melihat orang itu.Rupanya seorang laki-laki yang umurnya mungkin sepantaran--sekitar 16 atau 17 tahun--denganku dan tubuhnya begitu jangkun namun berisi--ideal--sepertinya aku hanya setinggi bahunya.

Rambutnya hitam pekat, lurus, kaku dan juga berantakan layaknya tidak pernah disisir, seperti gaya rambut tokoh anime yang disukai Fera--Sasuke,maksudku temannya tokoh anime yang disukai Fera,Naruto. Kulitnya putih sekali namun raut wajahnya terlihat sangar tapi mempesona,dia memakai kaus oblong berwarna hijau botol, celana jeans hitam yang sedikit longgar-- terlihat seperti berandalan --dan dia memakai sneakers berwarna hitam .

Aku melirik kearah beranda lewat jendela, melihat motor sportnya terparkir tak jauh dari sini--tempat parkir di depan kedai kami namun terpisah dengan beranda sekitar 5 meter.

Aku menatapnya menilai, lalu menaruh sapuku di sudut ruangan dan kembali menghadapnya sambil membawa buku catatan. Dia sudah duduk di kursi yang terletak dekat dengan jendela kaca --helmnya dia taruh di bawah dan jaketnya dia sampirkan di sandaran kursi-- sambil memengang buku menu di tangan kanannya dan sebatang rokok yang baru dinyalakan di tangan kirinya.

Ughh aku benci rokok.

Aku berusaha menampilkan senyum andalan dan menghilangkan kernyitan tak suka ku ketika aku sudah berada di depannya bersiap mencatat.

Dia terlihat bingung memilih makanan yang mana dan terlihat fokus sebelum menegadah untuk menatapku.

Oh... Matanya berwarna hijau,wow, mata duitan.

Aku terpaku menatap mata indahnya sejenak namun segera tersadar dan menampar diriku kebawah.Innerku sedang menjerit-jerit lebay sekarang, Lalu aku kembali menatapnya. "Anda ingin pesan apa?" tanya ku ramah. Berusaha untuk tidak membuang rokok yang dia hembuskan dari tadi di dekatku. Asap memenuhi udara di sekitarku dan dia, lalu aku mundur selangkah, dia menatapku intens, dan aku mengeratkan peganganku pada pena dan buku pesanan.

"Sup buntut satu, bubur ayam satu, nasi goreng komplit satu dan minumnya kopi sama jus jeruk " katanya pelan-pelan masih menatapku intens tanpa sedikitpun melirik buku menu, sepertinya baru saja dihapalnya. Aku mencatat pesanannya dengan cepat.

"Sup buntut satu, bubur ayam satu, nasi goreng komplit satu dan minumnya kopi lalu jus jeruk baiklah, apakah anda ingin kopi yang pahit atau manis? " aku mengernyit membaca pesanan makanannya,kombinasi makanan yang aneh dan minumannya juga. Lalu aku menyimpulkan satu hal, perutnya terbuat dari karet atau dia sangat kelaparan dan sangat aneh.

"Tidak pahit dan tidak manis, netral" sahutnya cepat-cepat, aku kembali memandanginya dengan dahi berombak. Dia pikir dia sedang berada di mana?

"Baiklah, tunggu sebentar " dan aku segera beranjak ke dapur --Aku merasa dia menatap bokongku saat aku membalikkan badanku dan mulai berjalan, sungguh tidak sopan-- untuk memberikan pesanan pada ibu dan ayahku yang kini sedang menyiapkan alat-alat untuk memasak nasi goreng dan toping buburnya.

Sedangkan aku membantu mereka dengan menyiapkan sup buntut yang hangat dari dalam panci ke atas mangkok lalu mengisinya dengan beberapa toping.

Dan setelah menyiapkan minumannya aku segera kembali ke depan dan menghidangkan diatas mejanya.

"Dimana bubur dan nasi nya?" tanyanya heran saat aku hanya menghidangkan minuman dan sup buntutnya pesananannya diatas meja, kulihat dia mencicipi supnya sekilas.

"Tunggu sebentar, saya mengambilnya secara bergiliran" jelasku ,kembali memutar badanku ke arah dapur sebelum dia memanggilku.

"Berhenti, tolong kesini sebentar" pintanya dengan ramah. Membuatku mau tidak mau memaksaku untuk berhenti dan berjalan menuju ke mejanya lagi lalu berhenti di depannya.

"Ada yang bisa di bantu lagi?" ujarku lagi semanis mungkin, bukan bermaksud mengodanya. Hanya saja aku sedang memaksakan senyum ku yang keluar ,dari pada raut wajah kesal , sehingga terciptalah senyuman manis palsu ini.

"Hei... mungkin ini terdengar aneh. Tapi kau tau kan kalau aku juga berumur sepertinya sama denganmu dan terlihat masih SMA. Jadi jangan berbicara se formal itu denganku. Kau tau? aku sedikit risih " dia mengangkat tangannya di atas meja dan menompang dagunya sesaat kemudian memandangi wajahku dengan intens.

"Sejenis risih sialan dan keparat" dia mengumankanya pelan namun aku masih mendengarnya.

Mulut biadap.

Aku salah tingkah.

"Maaf tapi saya sedang berkerja dan ini sudah menjadi kewajiban saya"

Memangnya apa peduliku jika kau risih. Lebih baik aku segera menghidangkan pesanannya sebelum dia menahanku lebih lama agar bisa berbicara dengannya--agar dia cepat pergi dari sini.

"Santai saja" dia mengangkat tangan kirinya keudara mengarahkannya ke belakang kepalanya menompang sejenak sebelum menyender pada ujung kursi, lalu mengambil kopinya dengan tangan kanannya menyesapnya perlahan karena panas.

"Permisi" aku menghiraukannya dan kembali ke dapur, melihat ayahku sudah menyiapkan makanannya dan menaruhnya di nampan.

"Bawa itu, makanannya sudah siap"

Huufft... aku menarik nafas dalam-dalam sebelum bertemu dengannya lagi.

Lalu mengangkat nampanya lagi dan keluar dari pintu dapur menuju kearah mejanya ,sedetik kemudian kembali menaruh bubur dan nasi goreng pesanannya di atas meja, puntung rokoknya tersisa setengah dan dia mematikannya di dalam asbak rokok, bau asap rokok menyebar di udara, dan aku benci itu.

"Selamat menikmati" ujarku sambil menunduk dalam sekilas padanya dan memutuskan untuk kembali melangkah ke dapur.

"Tunggu. Siapa namamu? bisakah kau berikan nomor ponsel mu?" tanya pemuda itu untuk kesekian kalinya. Ya ampun kenapa banyak pelanggan mengesalkan didunia ini sih? Aku menatapnya, terpaku sejenak memandangi wajah tampannya membuat hatiku berdesir dan pembuluh darahku melebar sehingga banyak darah yang terpompa menuju ke wajahku yang perlahan-lahan memerah.

"Nama saya Levi, " aku menunjuk tag name yang tersemat di dadaku dengan sebal.

"Dan soal nomor telepon, anda bisa mencatat yang tertera di buku menu kalau sekiranya ingin memesan tempat, permisi" memandangnya dengan intens, sudut bibirnya sedikit berkedut melihat wajah ku yang sedikit memerah karena aku berhasil meredam detak jatungku yang tadinya berdetak cepat, apa ini? perasaan yang aku tidak tau...Ah aku akan bertanya pada Fera besok. sejurus kemudian aku berjalan secara tergesa-gesa kembali menjauhinya, menghiraukan dia yang kembali memanggil namaku dan membiarkanya menghabiskan makanannya, orang yang aneh.

Aku masuk ke dapur dengan dahi berkerut-kerut dan wajah yang bersemburat merah , ayah ku melihatku dengan penasaran.

"Ada apa nak?"

"Tidak ada yah."

dan aku kembali memaksakan senyumku pada ayahku, mencoba menghalau pemikiran naif yang sejak dari tadi mencoba memenuhi kepalaku, aku duduk di kursi di dekat meja di mana orang tua ku menghitung uang tadi.

Dan ayahku mencoba memaklumiku dengan senyum nya yang menenangkan, aku kembali rileks.

"Yah, bisakah aku kembali duluan? aku ingin mandi sebentar, tubuhku gatal-gatal... Uhmm nanti aku akan kembali turun untuk menutup kedai"pintaku perlahan pada ayahku dan pura-pura mengaruk lenganku,yang sebenarnya sih tidak gatal atau pun lengket.

Aku juga sudah mandi tadi sore, namun ini hanya alibi agar aku tidak perlu melayani pemuda aneh itu lagi, Dan... lagi pula ibuku juga sedang berada di meja kasir dan yang perlu dilakukan pemuda itu hanya berjalan kekasir dan membayar lalu pergi dari sini.

Ayah ku mengangguk tanpa suara saat dia sedang membasuh tangannya.

Aku langsung saja naik keatas lewat tangga di sebelah dapur.

Tak lama kemudian aku masuk ke kamar mandi setelah mengambil handuk dan baju tidur--aku tidak bisa berbohong secara sempurna dan harus melakukan kebohonganku agar seseorang percaya.

Setelah aku selesai mandi dan berpakaian lengkap.

Aku melangkah ke arah balkon dan melihat dia sudah keluar dari kedai,melangkah ke arah motor sport merah besarnya sedetik kemudian memakai jaket dan memakai sarung tangan lalu menaiki motornya, aku juga mengamatinya saat di akan memakai helmnya namun segera merapikan rambutnya di kaca spion kemudian mengapit helmnya di lengan kirinya.

Aku bedebar, dia sangat keren.

Sejenak aku terpaku dan pipiku memerah tak karuan, namun seakan mengetahui ada orang yang memperhatikannya dia kemudian mendogak, melihatku di balkon lantai dua.

Aku masih memandangnya seakan lupa untuk bersembunyi karena dia menarik garis lebar mulutnya sehingga menampakkan giginya.

Dia melambaikan tangannya kearah ku, dan aku begitu bodohnya membalas senyumanya, untung saja aku tidak membalas lambaian tangannya dan hanya menatapnya terpaku tanpa mengalihkan pandanganku sedetik pun darinya,hatiku berdebar-debar kencang.

Perlahan, dia berhenti melambai dan kembali memakai helmnya dengan masih tersenyum.

Menghidupkan motornya, menaikan gigi dan berputar kearah jalan raya, tapi sebelum itu dia melambai sekali lagi padaku dengan lembut dan aku hanya bisa tersenyum.

Ini. Sangat. Aneh.Dan aku bahkan tidak tau namanya... AISHH!!

Aku akan bertanya pada Fera apa yang terjadi denganku besok. Walaupun tidak pernah pacaran, dia tidak sepolos yang bisa kau bayangkan ketika kau melihat matanya yang seakan tidak tahu apa-apa. Dia sangat tahu, sangat,sangat tahu tentang hal ini dan sejenisnya yang lebih dirty.

Setelah itu aku kembali ke bawah dan membantu orang tuaku untuk menutup kedai,lalu kembali ke kamarku untuk mengerjakan pr MTK yang sangat mudah...kurasa.

***

Author's pov

Pagi yang cerah untuk memulai beragam aktivitas. Matahari merangkak perlahan bangkit dari tidurnya semalam.

Fera mengayuh sepedanya dengan kebut-kebutan, sesekali mengelap keringat yang mengucur di dahinya, pakaiannya nampak berantakan kemudian rambut hitam bergelombangnya awut-awutan,Sambil sesekali melirik jam tangan hitam yang melingkar di pergelangan tangannya.

07:15,...15 menit lagi sebelum gerbang tertutup sempurna.

Sudah menjadi kebiasaan Fera setiap hari ,mengunakan sepeda pink pastel kesayangannya untuk pergi ke sekolah, karena jaraknya memang dekat dan dia juga beralasan sebagai ganti olahraga pagi yang sangat jarang dilakukannya jika sekolah sedang libur dan hari ini dia bangun telat.

Saa Fera memacu sepedanya dengan cepat dan berbelok dengan tajam dan tanpa perhitungan saat berada di tingkungan sehingga menyebabkan dia terjerembab di samping jalan dan sepedanya terlempar tak jauh darinya.

Dia terkejut dan matanya membola saat terjatuh dari sepeda, dia terkejut hingga suaranya tidak sanggup keluar hanya untuk berteriak, mulutnya tertutup rapat, lutut dan lengannya terluka , mengeluarkan darah segar karena sempat mengesek aspal sebelum jatuh di area bebatuan kerikil di samping jalan. Dia masih terbaring diatas kerikil masih mencerna keadaan.

Seseorang dengan mengendarai motor sport merah besar baru saja menyerempetnya, motor itu pun jatuh di sebelah Fera, hampir mengenai kepalanya lalu pengendaranya yang memakai helm serta jaket khusus, terlempar tak jauh dari sepeda Fera berada.

Fera masih mematung di posisinya dan memikirkan tentang seragam yang di kenakannya menjadi kotor dan susah untuk di bersihkan, kulitnya yang putih pucat, semakin pucat pasi dan rambut hitamnya yang bergelombang sepinggang ,kusut masai. Beberapa dedaunan dan batu kerikil tersangkut disana.

Sedangkan pengendara tadi serta-merta bangun sambil mengerutu semenit setelah dia ikut tersungkur dengan kepala duluan menghantam aspal, untung saja dia menggunakan helm yang menutup seluruh kepalanya menyisakan matanya yang ditutupi kaca hitam sehingga dia tidak terluka maupun lecet karena jatuhnya pun tidak terlalu keras namun tetap saja jaket dan celana abu-abunya kotor di beberapa tempat.

"Hei sialan!"

dan menghampiri Fera yang bangun perlahan dengan kaku, dia--Fera-- segera mengecek lutut dan lengannya yang tiba tiba terasa perih." Hei gadis sialan. Kau benar-benar sialan! apa yang kau fikir kau lakukan sialan!!"

Pengendara itu seorang pemuda yang juga mengenakan seragam yang sama seperti Fera.

Fera melihatnya dengan datar dan mencoba bangun

"Hai keparat, " guman Fera datar masih terkejut akan apa yang menimpanya,disaat pemuda itu berdiri disampingnya untuk memberdirikan motor merahnya. Fera, tubuhnya sangat lemas sekarang saat dia perlahan mencoba untuk berdiri dan tertatih menuju kearah sepedanya dan wajah putih pucatnya mengernyit jelas tatkala luka-lukanya terasa sangat sakit ketika dia memberdirikan sepedanya--keranjang sepedanya penyok.

"Kau yang menyerempetku duluan keparat" ujarnya perlahan penuh emosi dan kesakitan dengan tangan bergetar karena sakit , dia kembali menaiki sepedanya belum mengayuhnya karena lutunya berdenyut dan darah masih mengalir membasahi rok lipit panjangnya, namun tidak deras hanya sekedar membekas.

"Ini semua karena kau mengayuh sepeda sialan dan berbelok dengan tajam tanpa melihat kesampingmu, Sialan"

"Dasar keparat, ini semua salahmu! kau yang menyerempetku duluan. Arghh aku bisa gila! " Fera ikut mengerutu dan melihat kearah jam nya yang selamat.

07:25 ... Masih tersisa 5 menit lagi.

"Kali ini kau beruntung, aku ada ulangan,sehingga tidak perlu kau kuhabisi sekarang, setidaknya akan kuhabisi kau lain waktu saat aku sedang dalam mood yang bagus." kata Fera penuh perhitungan seraya mengayuh sepedanya kembali dengan sedikit meringis.

Mencoba menikmati lukanya perlahan-lahan. Mengabaikan gerutuan pemuda itu dan kembali mengayuh sepedanya dengan cepat.

"Kembali kau gadis sialan! motorku menjadi lecet karena kau dan aku tidak takut di habisi oleh gadis sialan seperti kau! seperti kau bisa saja!"kelvin, pemuda itu kesal setengah mati, mendapatinya motornya lecet namun tidak terlalu parah, tapi bukan itu alasan sesungguhnya dia memanggil gadis itu kembali, melainkan khawatir melihat gadis itu terluka, dan mulut sialannya berkata-kata kasar tanpa bisa di kendalikannya. Dan dia menendang ban motornya dengan kesal sebelum kembali menaikinya dan ikut meluncur menuju jalan ke sekolah.

Jalanan itu sangat sepi dan berada di kawasan rumah-rumah dengan pagar yang sangat tinggi, dan sekolahnya juga terletak di daerah yang dekat dengan bukit yang di penuhi pepohonan.

Sehingga tidak ada orang yang melihat kecelakaan itu karena saat itu sedang sepi-sepinya.

Fera memasuki kawasan sekolah lalu menuju ke tempat parkir sepeda, di belakangnya menyusul motor sport berwarna merah yang menuju ke area parkir motor.

Fera segera berlari dengan cepat dari area parkir.

"Hei sialan! tunggu dulu!"

Mengabaikan kelvin yang memanggilnya kemudian memandanginya dengan terkejut, gadis itu berlari kesetanan seperti dia tidak mengalami luka apapun ditubuhnya padahal dia baru saja mengalami kecelakaan. Kelvin mengeleng-gelengkan kepalanya yang pusing lalu melepas helmnya dan memasukan jaketnya ke dalam tas yang sangat ringan, dia hanya membawa sebuah buku, satu pulpen,dan seragam olahraga yang tidak pernah absen lalu menyampirkan tas ranselnya di bahu,

tak lama kemudian mengejar Fera yang nampak dari kejauhan, dan memasuki. gedung A.

Dia mengejar gadis itu dengan cepat dan mendapati gadis itu masuk ke dalam kelasnya yang terlihat sangat ramai, kelvin mendogakkan kepalanya melihat plat nama kelas yang dimasuki Fera.

11-b Akuntansi, 'gurunya bahkan belum masuk, kenapa gadis itu terburu buru sekali?' pikirnya.

Netra hijaunya memandangi Fera lewat jendela, melihat gadis itu duduk di samping teman sebangkunya sekilas dan melihat dia mengigit bibirnya menahan sakit,teman-teman gadis itu mengerubunginya saat melihat rambut gadis itu seperti jaring yang menyangkutkan apa saja yang melewatinya. Beberapa dari mereka terlihat khawatir dan gadis itu hanya menggeleng lemah dengan wajahnya yang saat ini seputih kertas. Banyak yang mengerubungi Fera sehingga kelvin pun kesulitan melihat Fera lalu dia memutuskan untuk pergi dari situ.

Well, Kelvin merasa dia harus bertanggung jawab, dan sorot matanya menyendu.

'Aku akan kembali kesini setelah bel istirahat berbunyi' batinnya, seraya melihat wajah pucat pasi Fera sekali lagi, tatkala teman-teman gadis itu yang mengerubunginya mulai duduk di kursinya masing-masing. Hatinya merasa bersalah.

Dan dengan itu dia bergegas pergi ke gedung C, kelas 11-a multimedia--kelasnya.

Fyi : Setiap gedung di pisah menurut jurusannya, disekolah ini terdapat 3 jurusan, yaitu, Akuntansi, Pemasaran dan multimedia.

Setiap kelas di satu jurusan terbagi atas 4 kelas, 10-a, 10-b,10-c,10-d. dan begitu pun seterusnya pada kelas 11 dan 12.

Lalu dia masuk ke kelasnya dan melihat guru belum memasuki kelas, dalam hati ia sangat bersyukur dan kembali melangkah seperti memikul beban 100 ton ke kursinya yang berada di tengah-tengah dengan terengah-engah dan lelah--kepalanya tiba-tiba pusing dan memberat-- kemudian duduk lalu menaruh tasnya dia atas meja. Seraya memejam matanya lelah dan keringat berembun di wajahnya.

Randi, teman sebangkunya memandanginya sebentar sebelum bertanya.

"Hai bung, loe kenapa ngos-ngosan gitu? kayak baru di kejar banci aja?" matanya menatap kelvin dari atas kebawah dengan menyelidik, mendapati celana pemuda itu kotor di beberapa tempat dan sepatunya yang memiliki warna berbeda--sebelah berwarna hitam gelap sedangkan sebelahnya lagi berwarna hitam pudar hampir ke abu-abuan--dia terburu-buru memakainya setelah lama mencari dimana sepatunya bertengger kemarin.

Kelvin menutup lengannya diatas kepala dan menengadah setelah bersandar nyaman di kursi lalu menaikan kedua kakinya keatas kursi di depannya yang di tempati oleh Gio Rifaldi teman satu gengnya di tim Voli sekolah.Gio ingin protes tentang sepatunya yang akan mengotori kursi nya namun urung dilakukanya tatkala melihat wajah penat kelvin, dia kembali kepekerjaannya yang sebelumnya--menyontek pr yang tidak dikerjakannya semalam--memilih memajukan bokongnya sedikit kedepan agar tidak tersentuh alas kakinya kelvin.

"Hal sialan baru aja gue alamin, "Kelvin berkata dengan posisi yang tidak berubah.

"Bahas nanti aja" ujarnya sekali lagi ,"Keparat sialan itu...cih" gumannya pelan kemudian (saat teringat dengan wajah pucat Fera, kemudian kelvin sedikit meringis merasa bersalah)--sehingga Randi tidak mendengar kalimat terakhirnya--dengan lelah tatkala mengetahui Randi akan menanyakannya lagi.

Kelas sangat riuh redam dengan suara laki-laki yang mendominasi kelas. Sedangkan,murid perempuan yang cuma berjumlah 10 orang,mengobrol dengan sesamanya namun suara mereka tidak terdengar sejelas suara murid laki-laki.

Randi memilih mengangkat bahunya --terserah-- memutar bokongnya membelakangi kelvin, memilih untuk melanjutkannya obrolannya yang sempat tertunda dengan sean dan julian, tentang Voli mereka yang kalah bertanding kemarin.

Kelvin terlalu lelah sampai-sampai melupakannya janjinya pada dirinya sendiri hari ini untuk memukul wajah Faber ketika melihat mukanya itu. Setidaknya untuk saat ini, Kelvin terlalu lelah melakukan itu.

Bahkan Faber sedang tertawa di belakang dengan teman-temannya tanpa menyadari musibah yang akan segera menimpanya.

~Meanwhile~

Levi memandang Fera dengan perasaan tidak menentu, dia bingung harus bersikap seperti apa kepada Fera dan memutuskan untuk mengambil sisir dari dompetnya dan menyisir rambut berantakan Fera setelah menyingkirkan kerikil dan dedaunan yang menyangkut di rambut Fera.Sekarang, Fera sedang menangkupkan kedua tangannya di atas meja dan menenggelamkan wajah diatasnya sesaat setelah dia mencari posisi yang nyaman untuk memejamkan mata barng sejenak, dia sangat kelelahan walaupun tanpa berkeringat.

Kelas menjadi heboh tatkala Fera memasuki kelas tadi, bajunya kusut dan rok nya terkena rembesan darah di bagian lutut --Levi mengernyit menbayangkan itu pasti sangat perih-- dan rambut heboh yang megarnya melibihi singa--sepertinya singa kalah--,lenganya juga tergores dan mengeluarkan darah. Dia lebih mirip korban bencana alam yang baru saja kabur menyelamatkan nya setelah hampir mati akibat keadaan yang mendesak,dari pada seseorang yang ingin pergi sekolah dan belajar.

"Fer,loe kenapa bisa kayak gini?" Levi mencoba membujuk Fera untuk bercerita setelah teman-teman sekelasnya yang lain diacuhkannya saat mereka juga menanyakan apa yang terjadi padanya, seperti wartawan. Saat mereka semua mengerubunginya tadi.

Fera terdengar mendengkur pelan saat rambutnya selesai disisir oleh Levi hingga kembali rapi dan bergelombang, kulit Fera juga kembali terlihat seputih porselein dengan rona merah menghiasi kedua pipinya kembali--Keadaanyanya berangsur-angsur kembali normal.

"Fer, luka lu belum di taruh obat, ke uks bentar yuk. Nanti kita balik lagi ke sini, gurunya pun belum datang. Yah,?" bujuk levi, Fera tidak merespon.

"Fer... Ayok"

"Ngh, nanti aja, abis ulangan" Kata Fera pelan, dia tidak merubah posisinya.

karena dia merasa bahwa luka-lukanya makin lama terasa makin sakit, dan dia memilih untuk tidak banyak bergerak agar rasanya tidak semakin terasa.

"Hufft... Oke deh " Levi pun hanya tertunduk dan bangkit dari duduknya. Kemudian dia keluar kelas.

Fera pun tertidur.

Bersambung

Selanjutnya_

" Namamu siapa?"

"Untuk apa menanyakan namaku? "

kelvin berdengus kesal memandangi cewek keras kepala yang diserempetnya tadi pagi//

"Fer, ya ampun . Gue mau curhat tapi lupa" Levi mendadak cemberut saat melihat kelvin, cowok yang membuat hatinya berdebar tadi malam, keluar dari ruang uks tempat Fera berada sekarang. Dia pun masuk keruangan dan mendapati Fera dengan muka merahnya, Menahan amarah.

"Lu kayaknya ada affair ya sama cowok tadi?" Tanyanya kesal.

"What? That is big no!"

// "Ini dia si sialan!!" dan kelvin meninju punggung Faber dari belakang dengan keras, saat dia ingat janjinya kemarin, tepat pada saat mereka sedang melakukan pemanasan. Didepan guru.

Bab terkait

  • Hati yang lemah   3.Lalu

    Warning: Typo bertebaran, eyd yang berantakan, dan mature content pada awal cerita, jika tidak suka silahkan di skip saja bagian itu.___________________________________________________Aku tidak pernah membayangkan hal ini terjadi, mungkin kata ini terdengar klise namun bayangan itu muncul begitu saja dalam mimpiku.Laki-laki ini yang bahkan tidak aku ketahui namanya siapa dan wajahnya pun buram-- namun aku merasa sangat mengenalnya.Memenuhiku dengan perasaan bahagia didalam benakku, serasa kupu-kupu berterbangan menyeruak keluar dari dalam perutku, tubuhnya berbagi keringat dengan tubuhku, kemudian bercampur dengan suara desahan yang memenuhi tempat ini.Daun-daun berjatuhan seiring dengan gerakan pinggulnya, pohon apel besar yang kokoh menjadi tempat kami berbagi rasa dan menjadi peka satu sama lain.Tempat ini begitu tenang dan sep

  • Hati yang lemah   4.Aah itu

    "Baiklah.."Seorang perempuan paruh baya yang berumur sekitar 40-an, sedang mencatat dengan serius pada sebuah buku tulis besar sekitar 30 cm panjangnya yang memang ditujukan untuk mencatat tindak pelanggaran yang telah dilakukan di dalam sekolah ini.Perempuan yang berpakaian dinas dengan rambut disanggul ke atas dan bunga mawar segar yang terselip di bawah sanggulnya itu berbau harum.Membenarkan letak kacamatanya yang melorot sampai ditengah batang hidungnya itu sembari melotot pada kedua anak muda tanggung yang memiliki warna biru, merah dan keungguan pada wajah dan sekujur tubuh mereka, yang sedang duduk di balik mejanya, tepat di depan wajah perempuan itu. Sebuah nama tersemat pada bagian baju diatas dada kirinya 'Hadijah salim s.p.d', tertulis pada pin yang terbuat dari kayu sebesar jari telunjuk dan sepanjang jari jempol."Sshht"Faber meringis saat menyeka darah yang terdapat di sudut bibirnya yang robek lantaran berkelahi.

  • Hati yang lemah   5. Lagi-lagi

    _Saa Fera Pov_ Hari ini hari jum'at, " huaahh." aku menguap dengan mulut terbuka lebar. Ini masih pagi, dan aku masih sangat mengantuk.Levi menyentil dahiku keras"aww,.. Apa sih vi?" aku melihat Levi yang antensinya kembali berpusat pada guru yang sedang memberikan ceramah bermanfaat untuk memulai hari sebelum melakukan senam bersama yang memang rutin diadakan setiap jum'at pagi."Cewek, kalau nguap, mulutnya ditutup fer, Gak baik diliat gebetan nanti" Tukas Levi , Guru yang memberikan ceramah pun turun dari panggung kecil yang terbuat dari semen dan bata yang sudah diamplas dengan cantik berwarna abu-abu itu, kemudian digantikan oleh seorang perempuan paruhbaya yang berumur sekitar 30-an ke atas yang memakai baju training berwarna kuning mentereng. Dia mengkode ke sampingnya pada seorang siswa yang bertugas untuk menyalakan musik."Huaaah" aku kembali menguap lebar didepannya

  • Hati yang lemah   6.Selanjutnya

    "Wahai kaum adam, ketahuilah! selain hati rapuh kalian yang mudah terkoyak, ingatlah bahwa hati kaum hawa bahkan lebih rapuh lagi dari pada kalian dan jika hati kalian bisa terkoyak hanya karena hembusan angin, hati perempuan dapat terkoyak bahkan sebelum anginnya berhembus, hati kami berada satu langkah dari pada kalian dalam hal mudah untuk tersakiti, sekian! terima kasih atas perhatiannya!" Fera mengakhiri pidato singkat tak bermanfaatnya di depan kelas, dan tanpa ba bi bu dia langsung saja kembali ke tempat duduknya di iringi dengan suara jangkrik yang bergema diseluruh kelas.Teman-teman sekelas dan guru bahasa Indonesianya menatap kearahnya dengan mulut terbuka lebar, seolah tidak percaya bahwa telinga mereka baru saja mendengar pidato singkat, padat dan kurang jelas dari Fera.Levi menggelengkan kepalanya heran menatap Fera, "Apa?" tanya Fera polos. Levi mengurungkan niatnya untuk berkata-kata kasar pada sahabatnya ini dan memilih

  • Hati yang lemah   7.Awas Ya Kamu

    Jadi setelah insiden dibelakang Lab, kelima orang siswa laki-laki itu pun dihukum menghadap bendera di tengah lapangan sembari memberi hormat.Saat itu matahari berada diatas kepala dan membuat mereka kepanasan setengah mati tentu saja mereka harus melakukan itu hingga selesai jam istirahat usai."Kalian liat tadi siapa cewek yang cepuin kita ke guru?" Tanya Gio penasaran."ada, aku tau siapa dia "Jawan Kelvin spontan."siapa? aku mau kasih dia pelarajaran" Balas jawab salah satu teman Kelvin dan Gio.Kelvin menatapnya datar dan menjawab."Gak usah, biar aku aja nanti yang kasih dia pelajaran"disisi lain Levi menceritakan apa yang dialaminya pada Fera.setelah mencermati ceritanya Fera dengan penasaran bertanya."Terus kenapa kamu ngadu soal mereka ke guru Vi?"awalnya Levi terdiam, mencoba mencari alasan mengapa dia harus melaporkan pada guru tentang aksi nakal siswa dia menyuruh Fera unt

  • Hati yang lemah   8. Oh hai

    Tidak terasa Ujian Akhir Semester sudah tiba, Fera belajar siang dan malam untuk menghadapi UAS hari ini, dia menyiapkan peralatan ujiannya kedalam tas dan mengendarai sepedanya setelahnya. Mengayuhnya perlahan-lahan sembari mengingat-ingat apa yang dipelajarinya semalaman suntuk.Pagi ini ujiannya ialah matematika di jam pertama dan bahasa indonesia di jam kedua, ugh sungguh menguras otak Fera yang memang tidak menyukai pelajaran matematika apalagi dijam pertama di pagi hari.Bel sekolah belum berbunyi, sepeda Fera sudah memasuki pintu gerbang sekolah dan buk guru dan pak guru yang sedang piket pun berdiri di depan gerbang, Fera turun dari sepedanya dan menyalami guru-guru itu satu-persatu sebelum menaikinya lagi hingga ke tempat parkir.Fera turun dari sepedanya dan menurunkan penompang belakang sepedanya lalu mengunci ban sepeda depannya sambil duduk dan menundukkan kepalanya. Suara motor terdengar di belakang punggungnya dan orang it

  • Hati yang lemah   9. Tidak terduga

    Fera PovIni sepertinya hari keberuntunganku, pertama, aku sebangku dengan gebetanku, kedua, soal matematika yang keluar sangat mudah dan aku mengerti isi soalnya dengan cepat bagaimana tidak aku telah belajar mati-matian untuk ujian ini.sekarang waktunya istirahat dan aku bahkan tidak berani memulai pembicaraan dengannya. sebelumnya dia bertanya namaku dan aku hanya menjawab seadanya lalu bertanya namanya kembali dan pembicaraan kami berhenti disitu. Sangat canggung, oh jantungku yang sangat tidak mau berkompromi sama sekali berdegup dengan kencang ketika aku duduk disampingnya.untung saja aku hafal ayat kursi dan mengulang-ngulangnya didalam hati agar kegugupanku hilang dan aku bisa menjawab soal ujian dengan kondisi tubuh yang normal.tentu saja aku menatap diam-diam padanya saat dia dengan serius menjawab soalnya, raut wajahnya, hidungnya yang mancung bibirnya yang pink dan kulitnya yang putih alisnya juga tebal dan tatapan m

  • Hati yang lemah   10. Jurus PDKT tanpa henti

    Baru kali ini aku sangat menanti-nantikan Ujian Akhir Semester dengan tidak sabar begini, inginku bertemu dengan gebetanku secepatnya dan menyatakan perasaanku, oh tidak! tidak dulu nanti dia akan menganggap aku freak jika aku mengungkapkan perasaanku secepat ini dan ilfil dan akan menjauhi ku selama-lamanya. TIDAKK !! aku tidak ingin hal itu terjadi.Aku harus mencari cara bagaimana bisa untuk lebih dekat dengannya pokoknya harus.Jadi dengan semangat 45 akan bertemu dengan gebetan besok aku pun belajar dengan senang hati dan menjadi lebih bersemangat.Besoknya dipagi hari, aku menggoreng telur dan memasak nasi goreng kesukaanku dan memasukannya kedalam kotak makan siang. Aku dan Levi memang sering makan siang dengan kotak bekal bersama setelah memasukkannya kedalam tas. Aku bergegas ke sekolah dengan menaiki sepeda.Bel Pelajaran pertama sudah dimulai, aku sudah duduk di kursi ku dan Faber pun mengambil tempatnya disebelahku.&nbs

Bab terbaru

  • Hati yang lemah   15. Apa hanya perasaaanku saja

    Secara mengejutkan Faber tiba-tiba mengirim pesan padaku dia bertanya apakah aku ada waktu luang atau tidak. Aku yang sedang mencatat laporan masuk dan laporan keluar pun heran. Kok tiba-tiba nggak ada angin gak ada hujan Faber tiba-tiba ngajak aku keluar gini ya. Aku segera membalas pesannya. 'Engg.. kebetulan sehabis dari sini enggak sih rencananya mau pulang ke rumah'kirimFaber membacanya, lalu membalas. 'Mau keluar cari makan siang bareng gak?''Balasannya. Jantungku berdebar-debar. Wah apa maksudnya ini. 'Uhm.. boleh, dimana?'kirim. Faber segera membalas.'di rumah makan padang mau?' balas Faber. Rumah makan padang? Banyak minyaknya gak tuh? Batinnku.'uhm.. boleh'kirim.'kujemput?' Faber mengirim pesan begini dan wajahku segera memerah. 'eh.. Gak usah, aku bawa kereta sendiri' 'oh okeh kalau gitu, see you'balasnya.'see you too'balasku juga. wowapa inikah pertanda bahwa dia juga menyukaiku? omg apa yang harus aku lakukan? apa yang harus kulakukan? omg omg in

  • Hati yang lemah   14. Tanpa Kepastian

    Hari-hari Fera dikantor sangat tenang, staf yang berkerja di instansi yang sama dengannya pun orangnya ramah-ramah dan baik hati mereka mengajarinya banyak hal, mulai dari mencatat dokumen yang masuk, mengajarinya bagaimana cara membuat surat permohonan yang benar dan juga mengajarinya akutansi untuk keperluan pengeluaran dana yang dikeluarkan oleh pemerintah.Hari ini, seperti hari yang biasa-biasanya dia duduk di meja yang telah disediakan oleh pegawai disini dan menyuruhnya untuk menyusun berkas dan mengelompokkannya untuk ditata kembali kedalam lemari berkas.seseorang tiba-tiba mengetuk di pintu kantor dan seorang ibu-ibu datang sambil menggendong kucing anggoranya yang terlihat sangat lemas."Tolong ini bentar" panggil ibu itu pada staff yang segera merespon dan mengambil kucing itu dari tangannya. Fera melihatnya dengan seksama dan penasaran kenapa ibu ini membawa kucingnya yang sakit kesini bukannya ke pet shop."Kenapa ini

  • Hati yang lemah   13. Hati yang tenang

    Matahari bersinar dari timur dengan membawa asa setiap insan yang tinggal dibumi menjadi terbumbung tinggi seperti tingginya andromeda di lautan bintang. aku menatap langit dengan perasaan yang tenang dan dengan kesejukan embun di pagi hari aku mengayuh sepedaku kesekolah. Hari pertama sekolah di tahun ke tiga. Aku tidak sabar akan menerima pelajaran seperti apa dan akan melanjutkan kegiatan seperti apa setelah ini. Oh iya, sebelumnya aku diinfokan oleh teman sekelasku bahwasanya kami akan melakukan PRAKERIN sebentar lagi. PRAKERIN adalah kepanjangan dari (Praktek kerja industri) untuk siswa kelas tiga sepertiku aku akan memulai semester pertama dari tahun ke tiga ku untuk mulai kerja lapangan. Aku sudah naik kelas dan sudah mendapatkan nama tujuan lapangan yang akan lalui selama satu semester di kantor dinas sosial daerah. Aku akan berkerja sebagai magang dengan waktu hanya tiga bulan dan setelah itu kami akan dikembalikan lagi ke sekolah. hari ini setelah mengambil bet

  • Hati yang lemah   12. Saat angin berhembus

    "ehh.. kok mereka disini?" tanyaku spontan dengan suara yang agak sedikit besar.Mamakku bertanya dengan heran."mereka itu siapa?" aku menunjuk pada lapangan skateboard."Itu mak, teman sekolahku""Ohh hobi mungkin?""mungkin mah, enak ya mereka punya hobi keren kayak gini" gumanku pelan namun ayahku tetap mendengar suaraku ini."kamu kan juga bisa punya hobi keren, anak ayah masa gak ada hobi keren sih, coba diingat-ingat dulu, pasti ada kan?""menyanyi?" tanyaku pada ayahku." Itu juga Keren!""Awww thank you ayah"sungguh aku benar terharu ayahku sangat sportif dan ibuku selalu memberikanku semangat saat aku perlu semangat untuk menghadapi sesuatu.kami sudah selesai makan.aku memutuskan untuk tidak menyapa mereka dan memilih untuk makan saja dan setelah ini aku akan menggunakan waktuku untuk melukis dan ibuku sedang mengambil foto-foto

  • Hati yang lemah   11. Hari terakhir Ujian

    Hubungan ku dengan Faber masih pada tahap pdkt-an tidak ada progres apapun.Padahal ini sudah hari terakhir ujian loh, tapi kayaknya aku kena friendzone deh.Aku sama dia udah tukar-tukaran nomor telepon dan kadang-kadang juga nge-chat tapi temanya gak jauh-jauh dari sekolah.Uh.. capek ya ngejar orang.Namun aku tidak boleh patah arang harus terus berusaha untuk bisa mendapatkan hatinya Faber.Setelah ujian ini kami akan libur semester, dan rapor akan dibagikan minggu depan di hari sabtu." Hhh...""Kenapa loe ? Kok lesu gitu?" Tanya Levi.aku, Levi dan temanku yang dua orang lagi itu sednag makan bekal bersama. Kami memakannya di taman sekolah.Aku menceritakan apa yang sedang kualami pada Levi dan teman-temanku lainnya."Udah loe gerak dulu aja, biar gak lou gak baper mulu" celetuk mellisa saat aku mengutarakan isi hatiku."Kayaknya ide ba

  • Hati yang lemah   10. Jurus PDKT tanpa henti

    Baru kali ini aku sangat menanti-nantikan Ujian Akhir Semester dengan tidak sabar begini, inginku bertemu dengan gebetanku secepatnya dan menyatakan perasaanku, oh tidak! tidak dulu nanti dia akan menganggap aku freak jika aku mengungkapkan perasaanku secepat ini dan ilfil dan akan menjauhi ku selama-lamanya. TIDAKK !! aku tidak ingin hal itu terjadi.Aku harus mencari cara bagaimana bisa untuk lebih dekat dengannya pokoknya harus.Jadi dengan semangat 45 akan bertemu dengan gebetan besok aku pun belajar dengan senang hati dan menjadi lebih bersemangat.Besoknya dipagi hari, aku menggoreng telur dan memasak nasi goreng kesukaanku dan memasukannya kedalam kotak makan siang. Aku dan Levi memang sering makan siang dengan kotak bekal bersama setelah memasukkannya kedalam tas. Aku bergegas ke sekolah dengan menaiki sepeda.Bel Pelajaran pertama sudah dimulai, aku sudah duduk di kursi ku dan Faber pun mengambil tempatnya disebelahku.&nbs

  • Hati yang lemah   9. Tidak terduga

    Fera PovIni sepertinya hari keberuntunganku, pertama, aku sebangku dengan gebetanku, kedua, soal matematika yang keluar sangat mudah dan aku mengerti isi soalnya dengan cepat bagaimana tidak aku telah belajar mati-matian untuk ujian ini.sekarang waktunya istirahat dan aku bahkan tidak berani memulai pembicaraan dengannya. sebelumnya dia bertanya namaku dan aku hanya menjawab seadanya lalu bertanya namanya kembali dan pembicaraan kami berhenti disitu. Sangat canggung, oh jantungku yang sangat tidak mau berkompromi sama sekali berdegup dengan kencang ketika aku duduk disampingnya.untung saja aku hafal ayat kursi dan mengulang-ngulangnya didalam hati agar kegugupanku hilang dan aku bisa menjawab soal ujian dengan kondisi tubuh yang normal.tentu saja aku menatap diam-diam padanya saat dia dengan serius menjawab soalnya, raut wajahnya, hidungnya yang mancung bibirnya yang pink dan kulitnya yang putih alisnya juga tebal dan tatapan m

  • Hati yang lemah   8. Oh hai

    Tidak terasa Ujian Akhir Semester sudah tiba, Fera belajar siang dan malam untuk menghadapi UAS hari ini, dia menyiapkan peralatan ujiannya kedalam tas dan mengendarai sepedanya setelahnya. Mengayuhnya perlahan-lahan sembari mengingat-ingat apa yang dipelajarinya semalaman suntuk.Pagi ini ujiannya ialah matematika di jam pertama dan bahasa indonesia di jam kedua, ugh sungguh menguras otak Fera yang memang tidak menyukai pelajaran matematika apalagi dijam pertama di pagi hari.Bel sekolah belum berbunyi, sepeda Fera sudah memasuki pintu gerbang sekolah dan buk guru dan pak guru yang sedang piket pun berdiri di depan gerbang, Fera turun dari sepedanya dan menyalami guru-guru itu satu-persatu sebelum menaikinya lagi hingga ke tempat parkir.Fera turun dari sepedanya dan menurunkan penompang belakang sepedanya lalu mengunci ban sepeda depannya sambil duduk dan menundukkan kepalanya. Suara motor terdengar di belakang punggungnya dan orang it

  • Hati yang lemah   7.Awas Ya Kamu

    Jadi setelah insiden dibelakang Lab, kelima orang siswa laki-laki itu pun dihukum menghadap bendera di tengah lapangan sembari memberi hormat.Saat itu matahari berada diatas kepala dan membuat mereka kepanasan setengah mati tentu saja mereka harus melakukan itu hingga selesai jam istirahat usai."Kalian liat tadi siapa cewek yang cepuin kita ke guru?" Tanya Gio penasaran."ada, aku tau siapa dia "Jawan Kelvin spontan."siapa? aku mau kasih dia pelarajaran" Balas jawab salah satu teman Kelvin dan Gio.Kelvin menatapnya datar dan menjawab."Gak usah, biar aku aja nanti yang kasih dia pelajaran"disisi lain Levi menceritakan apa yang dialaminya pada Fera.setelah mencermati ceritanya Fera dengan penasaran bertanya."Terus kenapa kamu ngadu soal mereka ke guru Vi?"awalnya Levi terdiam, mencoba mencari alasan mengapa dia harus melaporkan pada guru tentang aksi nakal siswa dia menyuruh Fera unt

DMCA.com Protection Status