Sudah lebih dari satu jam Levana dan Rave tidak berpindah tempat. Keduanya duduk berseberangan di taman belakang sejak kedua orang tua Rave memilih untuk pergi dan melanjutkan pekerjaan mereka.Tidak ada sepatah kata pun yang keluar dari mulut keduanya. Levana hanya fokus pada tanaman di tamannya itu, sedangkan Rave yang mana Levana bisa rasakan, pandangannya tidak pernah lepas memperhatikan gerak-geriknya.“Sebaiknya kau pergi,” usir Levana sembari mengembuskan napasnya. Lelah karena Rave terus-terusan memperhatikannya dalam diam.“Kau mengusirku?” tanya Rave tak percaya.Mata Levana kini melirik ke arah sang suami. “Tidakkah seharusnya kau masih harus bekerja? Jangan karena kau mempunyai jabatan tinggi di kantor jadi kau dengan seenaknya kerja sesuka hatimu,” lanjut Levana yang semakin membuat Rave tak menyangka kata-kata itu keluar dari mulut Levana.“Apa pedulimu? Bukan kau yang menggajiku,” sahut Rave cepat.Entah apa yang terjadi pada Levana, suasana hatinya sekarang cepat sekal
“Kau terlalu mempercayainya, Theresa!” Terdengar teguran sang ayah pada ibu Levana yang terlihat begitu tenang mendengar cerita Levana.“Dia temanku, Vincent, wajar jika aku mempercayainya!” balas sang ibu yang membuat Levana refleks menarik napas panjang.Kedua orang tuanya tidak akan pernah memiliki pendapat yang sama jika menyangkut kebaikan Francis Maverick, ayah mertua Levana.Sang ibu yang merupakan teman dekat Francis dahulu selalu menganggap Francis adalah pria yang baik. Berbeda dengan sang ayah yang menganggap Francis adalah pria kejam yang bahkan tidak peduli pada orang lain.“Dan Levana adalah putri kita, Theresa, putri kita satu-satunya. Jika kau memang menganggap Francis adalah orang yang baik, seharusnya dia tidak menyarankan membantu perusahaan kita dengan menukarkan kehidupan Levana. Lama-lama aku juga muak dengan ayah dan anak itu,” seru sang ayah yang mana membuat mereka bertiga sama-sama terdiam.Jika boleh protes, Levana akan menganggap orang tuanya sama saja. San
Sudah hampir satu jam Levana menunggu kedatangan seseorang di Hotel Royal, lokasi yang dipilih untuk bertemu, tetapi orang yang Levana tunggu tidak datang juga. Semakin lama menunggu membuat Levana semakin cemas.“Kau sudah lama menunggu, Levana? Maaf karena ada rapat penting yang harus aku hadiri,” ucap seseorang di saat Levana baru saja hendak menghubunginya.“Tuan Maverick!” seru Levana yang terlihat sangat lega saat melihat kedatangan ayah mertuanya.Francis Maverick pun langsung menarik kursi di seberang Levana dan langsung mendudukinya. “Apa yang ingin kau bicarakan?” tanya Francis yang mana tangan kanannya tiba-tiba terangkat untuk memanggil pelayan, memesan teh hangat untuk dirinya sendiri.“Tarik napas dalam dan keluarkan perlahan, Levana. Tenangkan dirimu, kau terlihat sangat cemas saat ini,” tegur Francis yang kini tengah memperhatikan gerak-gerik Levana.Yang bisa dilakukan Levana saat ini hanya mengikuti apa yang dikatakan ayah mertuanya. Tarik napas dalam dan embuskan pe
Teguran Rave berhasil membuat Levana dan Francis menjadi sorotan. Bisik-bisik dari pengunjung lain pun terdengar, membuat Levana merasa tidak nyaman, terlebih saat ayah mertuanya terlihat begitu santai.“Tuan, apa sebaiknya kita pindah ke tempat lain?” tegur asisten Francis yang bisa didengar oleh Levana dan Rave, dan ditolak langsung oleh pria tua itu.“Kenapa aku harus pindah? Lagi pula bodoh sekali menganggap ayahnya tengah berkencan dengan istrinya sendiri,” sindir Francis yang mana membuat Rave tak nyaman mendengarnya. Fokus Francis pun kini melirik ke arah putra satu-satunya itu. “Kau tak akan duduk?”Entah mendapat keberanian dari mana, Levana justru mendorong tubuh Rave agar duduk tepat di sampingnya, berhadapan langsung dengan Francis Maverick.“Atas dasar apa kau menganggap aku dan Levana memiliki hubungan?” tegur Francis yang membuat Rave menatap tajam ayahnya sendiri.“Wajar bukan aku merasa ada yang tidak beres antara kau dan Levana, Dad, mengingat Levana tidak pernah mau
“Kau pulang bersamaku,” cetus Rave yang membuat langkah Levana terhenti.Dengan sigap Levana membalikkan badannya saat dirinya baru saja mengantar Francis pulang lebih dulu. “Aku datang bersama Damian, tentu saja aku akan pulang bersamanya,” tolak Levana yang mana membuat Damian yang berada di sana terlihat gugup.“Pulanglah bersama dengan Damian,” perintah Rave pada asistennya diikuti dengan tangannya yang menengadah.Tanpa banyak bicara dan dengan pekerjaannya yang selalu sigap, kunci mobil pun diletakkan sang asisten di atas tangan Rave. Berhasil mendapatkan kunci mobilnya, Rave pun langsung merangkul bahu Levana dan memaksanya untuk masuk ke dalam mobil.“Tidak bisakah kau menanyakan keinginanku dahulu?” tegur Levana yang tidak dipedulikan oleh Rave.“Cepat pakai sabuk pengamanmu,” perintah Rave yang mana mau tidak mau dituruti oleh Levana.Jarak antara Hotel Royal dengan kediamannya di Belgrave tidak terlalu jauh karena berada di pusat kota London. Hanya saja Levana merasa jika R
“Itu sebabnya aku tidak mau menceritakan semuanya padamu karena aku sadar dengan statusku sendiri,” ujar Levana tiba-tiba yang berhasil menghentikan langkah kaki Rave.Sang suami pun langsung membalikkan badannya dan menatap lekat ke arah Levana, menandakan jika suaminya itu menginginkan penjelasan dari Levana. Namun, Levana sendiri hanya memilih diam hingga Rave yang kini memilih bersuara.“Jujur saja aku tidak peduli padamu, Levana, tapi aku benci fakta jika aku tidak mengetahui apa yang sebenarnya terjadi padamu, hingga membuat ayahku yang harus turun tangan mengurusnya.” Rave pada akhirnya bersuara.Baru saja Levana hendak menjawab ucapan sang suami, Rave kembali melanjutkan ucapannya. “Terlebih saat kau lebih memilih menuruti apa yang dikatakan oleh ayahku dibanding apa yang aku tawarkan padamu.”Levana langsung bereaksi dengan cepat. “Bukankah sudah kukatakan sebelumnya karena Tuan Maverick, maka perjodohan itu terjadi. Dari awal semuanya atas kehendak ayahmu, itu sebabnya aku m
Embusan napas berat Levana kini terdengar, membuatnya berulang kali menarik dan mengeluarkan napas panjang. Bicara berdua dengan Rave dari hati ke hati cukup sulit dan butuh banyak bersabar.“Sebelumnya kau sendiri yang bilang tidak peduli padaku, lalu kenapa kau kini menanyakan tentang alasan aku pindah?” ujar Levana berusaha mengontrol emosinya.“Tidak ada hubungannya aku peduli padamu atau tidak. Yang aku tanyakan alasan kau mendadak pindah, Levana.” Rave masih teguh pada pertanyaannya.Tangan Levana pun perlahan melepaskan pegangan tangan Rave di lengannya. “Sebelum aku menjawab pertanyaanmu, kau harus menjawab pertanyaanku dahulu. Apa kau peduli padaku?” tegas Levana yang justru membuat Rave mengembuskan napas beratnya.“Apa susahnya hanya memberitahuku tentang alasanmu pindah!” keluh Rave.Levana yang mendengar keluhan Rave pun tertawa. “Tentu sulit bagiku untuk menjelaskannya padamu karena itu tidak ada gunanya. Kau saja tidak peduli padaku, untuk apa aku menceritakannya padamu
“Aku tidak tahu bagaimana jadinya jika tidak bertemu denganmu, Levana,” seru Freya yang terlihat lega.Baik Levana maupun Freya kini tengah berada di klinik hewan milik Levana. Anjing milik Freya harus dirawat selama beberapa hari dan wanita itu tidak cukup percaya ada yang merawat anjing miliknya. Itu sebabnya Freya memilih anjingnya dirawat di klinik milik Levana.“Kau yakin Winki tidak dirawat di klinik sekitaran Belgrave saja, Freya? Mengingat jarak dari rumahmu lumayan jika Winki dirawat di sini,” ujar Levana yang kembali memastikan.“Tidak, Levana. Aku justru jauh lebih tenang jika kau dan karyawanmu yang merawat Winki,” sahut Freya yang kini dibalas anggukan kepala oleh Levana. “Kau sibuk, Levana? Bagaimana jika kita mengobrol di café?”Tawaran Freya langsung disetujui oleh Levana. Lagi pula dirinya tidak tahu apa yang hendak dilakukan di rumah, walau kedua orang tuanya sedang berada di rumah. Dirinya sedang butuh udara segar sekarang.“Um.. Freya, apa kau tahu café yang cukup