Share

Bab 62 Tiga Pendekar

Author: Nyx Rai
Sudut pandang Marcel:

Adrian menyeringai dengan gembira ke arah teleponnya.

Apa yang kulewatkan di sini? Aku akan menerima penolakan Jeremy Rahadian sebagai tindakan taat aturan seandainya dia tidak secepat itu setuju untuk membantu Adrian tanpa ragu-ragu.

Itu adalah kesempatan besar untuk bisa dekat denganku, dan bantuanku sangat berharga. Rasanya Jeremy bukan memilih untuk membantu Adrian karena persahabatan, melainkan memilih untuk tidak membantuku karena dendam pribadi.

Namun, aku bahkan tidak mengenal Jeremy Rahadian secara pribadi!

Aku cukup yakin Adrian akan menutup telepon, tetapi ketika dia melirikku, dia mendesah pelan dan menambahkan ke teleponnya, "Oh, aku baru tahu kalau putri Keluarga Salim yang lain juga nggak menjawab teleponnya. Entah apa itu terkait dengan hilangnya Val, tapi informasi ini mungkin bisa membantu. Silakan kamu menilai sendiri."

Adrian mengakhiri panggilan telepon, aku merasa seperti akan meledak karena malu dan marah yang bercampur aduk.

"Apa?" bentakku
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Hati Suamiku, Milik Pujaan Hatinya   Bab 63 Korban atau Pelaku?

    Sudut pandang Marcel:Memikirkan bahwa Adrian mungkin benar-benar lebih mengenal istriku daripada aku adalah perasaan terburuk di dunia. Rasanya seperti sudut hatiku yang paling intim ternoda oleh pria lain, seperti salju yang dikotori oleh jejak kaki asing yang jelek."Kamu ….""Dia di sini," potong Adrian, lalu menghentikan mobil dan melompat turun. Aku menyusulnya.Kami tiba di gedung apartemen Aurel. Aurel berdiri tepat di depan apartemennya, berbicara dengan seorang pria jangkung. Pria itu berambut pirang lembut. Sosoknya besar dengan otot-otot yang jelas di balik lengan pendek seragam polisinya. Namun, ketika pria itu berbalik ke arah kami, dagunya yang bulat langsung menyalakan sirkuit otakku."The Three Musketeers"! Bukan buku. Itu kami!Dahulu, aku bermain anggar dengan Adrian. Kami bertemu dengan seorang anak laki-laki lain di kelas anggar. Awalnya, kami menjadi teman biasa, lalu menjadi "The Three Musketeers", tiga kesatria musketri. Namun, itu sudah puluhan tahun yang lalu.

  • Hati Suamiku, Milik Pujaan Hatinya   Bab 64 Ular yang Cerdik

    Sudut pandang Valerie:Saat aku terbangun, semuanya gelap. Sesaat, kupikir hari masih malam, tetapi ternyata aku berada di ruangan gelap saat mataku mulai terbiasa dengan kegelapan.Pikiranku terasa hampa dan menyesuaikan diri lebih lambat daripada mataku, seolah-olah seseorang menyuntikkan kabut ke otakku.Apa yang terjadi? Di mana aku? Aku tadinya berada di dalam mobil? Hal terakhir yang bisa kuingat adalah mata Alisa yang ketakutan.Alisa!Ingatan tentang tadi malam menyerbu pikiranku saat nama itu membangkitkannya, dan saat terbangun, pelipisku terasa nyeri berdenyut. Aku mengerutkan kening, mencoba menggosok pelipisku, tetapi ternyata lenganku diikat ke lengan kursi kayu.Aku ingat sekarang.Aku tidak ingin keluar untuk menemui Alisa saat aku menerima pesannya. Dia tidak pernah menghubungiku, sama sekali. Dia punya pasukan untuk melakukan itu jika dia membutuhkanku. Tidak ada pula yang bisa kami bicarakan. Terakhir kali Alisa berbicara kepadaku, dia menunjukkan video Marcel saat m

  • Hati Suamiku, Milik Pujaan Hatinya   Bab 65 Musuh Bersama

    Sudut pandang Valerie:Pria itu berdiri dengan tangan menopang tubuhnya yang berat di atas meja, lalu mulai meregangkan anggota tubuhnya dalam serangkaian gerakan lambat yang menyakitkan, sama sekali mengabaikan aku dan Alisa. Rambutnya acak-acakan dan pakaiannya yang bau menggantung longgar di perutnya yang buncit.Kemudian, pria itu membuka sebotol air, berkumur sebelum menelan air di mulutnya, lalu memercikkan air ke wajah dan kepalanya hingga botolnya kosong. Dia meraih sesuatu yang tampak seperti kemeja kotor dan menyeka kepalanya.Dia tidak tampak seperti penjahat. Penjahat memiliki tubuh yang lebih baik dan mungkin juga gaya hidup yang lebih sehat.Namun, itu tidak berarti dia bukan predator. Dia menculik dua gadis, aku meminjam kata-kata Alisa sebagai argumen. Kemudian, dia mengikat kedua gadis itu ke kursi di ruangan gelap yang tampak seperti bangunan terbengkalai dan tampaknya berniat mengintimidasi dengan gerakan lambatnya. Itu seperti sandiwara sebelum kucing membunuh tikus

  • Hati Suamiku, Milik Pujaan Hatinya   Bab 66 Penguntit

    Sudut pandang Marcel:Aku berpisah dari Adrian setelah tuduhannya yang mengerikan itu.Alisa memang tidak menyukai Val, tetapi Alisa tidak akan pernah melakukan kejahatan. Aku tidak percaya malaikat tanpa dosa yang kutemui itu tiba-tiba bisa mencelakai seseorang dengan keji.Sekarang, 24 jam telah berlalu, dan polisi belum menemukan apa pun. Yang bisa mereka lakukan hanyalah memastikan bahwa kedua wanita itu meninggalkan rumah dengan sukarela dan menghilang dari titik buta kamera keamanan. Berapa banyak yang dibutuhkan untuk memenuhi kota dengan kamera sialan itu?Aku tidak butuh Adrian dan teman-teman polisinya! Aku juga punya teman! Aku mengajukan permintaan resmi orang hilang melalui seorang teman, dengan mengklaim bahwa aku punya alasan kuat bahwa istriku diculik dan diangkut keluar kota. BIF, Biro Investigasi Federal, dengan senang hati turun tangan.Berhubung salah satu wanita yang hilang adalah istriku, dan keduanya adalah kenalan dekatku, aku diinterogasi secara menyeluruh sebe

  • Hati Suamiku, Milik Pujaan Hatinya   Bab 67 Kumohon, Tuhan

    Sudut Pandang Marcel:Maksudku, aku tidak yakin apakah aku belum pernah melihat orang itu seumur hidupku. Mungkin ada sedikit perasaan tidak asing yang kurasakan saat melihat fotonya. Hatiku pun mencelus.Lebih sulit lagi jika pelakunya adalah orang asing, bukan si pemilik mobil."Sial!" Aku mengusap kepalaku, melempar foto-foto itu ke sofa dengan keras. Suara hantamannya tidak meredakan rasa gugupku."Nggak apa-apa." Jimmy hendak pergi, tetapi dia berhenti dan menepuk bahuku. "Kami bukan melacak pemiliknya, tetapi mobilnya. Jangan terlalu menyalahkan diri.""Jadi, apa kesepakatanmu dengan Adrian?" tanyaku kepada Jimmy, tahu dia mencoba menghiburku. Dia juga mengenal Adrian. Sebenarnya, aku mengenal Jimmy melalui Adrian. Jimmy dua tingkat lebih senior di perguruan tinggi."Kita beri tahu dia kalau penculik itu meneleponmu." Jimmy mengangkat bahu.Jimmy tidak yakin penculik itu akan melakukannya. Lagi pula, sudah lebih dari sehari. Jika menginginkan tebusan, penculik itu pasti akan sege

  • Hati Suamiku, Milik Pujaan Hatinya   Bab 68 Hari Terakhir

    Sudut pandang Valerie:Pria itu meninggalkan ruangan, meninggalkan kami terikat di kursi seharian penuh.Aku tahu karena meskipun jendela terbuka ke bagian dalam bangunan terbengkalai, perubahan cahaya masih menunjukkan waktu. Namun, mengetahui hal itu sama sekali tidak berguna. Orang asing yang berbahaya itu bukan lagi ancaman terbesar kami.Kelaparan adalah ancaman terbesar.Kami sudah lama tidak makan, atau bahkan minum."Ke mana dia pergi? Apa dia akan meninggalkan kita seperti ini selamanya?" Beberapa jam yang lalu, Alisa mampu mengeluh dengan keras seperti ini, tetapi sekarang dia hampir tidak bisa bicara.Namun, dia ada benarnya. Jika pria itu meninggalkan kami begitu saja di sembarang bangunan terbengkalai, berarti kecil kemungkinan bagi siapa pun untuk menemukan kami sementara dia bisa pergi dan mendapatkan semua alibi yang dia butuhkan. Menghukumnya juga tidak penting karena kami akan mati jauh sebelum itu terjadi.Perutku berbunyi.Nafsu makanku bertambah besar sejak hamil.

  • Hati Suamiku, Milik Pujaan Hatinya   Bab 69 Cinta Marcel

    Sudut pandang Valerie:"Aku turut berduka cita, tapi ini pertama kalinya aku dengar tentang ini." Aku berbicara kepada pria itu. Sekilas melihat kisah sedihnya membuatku merasa lebih mudah untuk berbicara dengan nada simpati. "Boleh aku tahu namanya?"Pria itu menatapku dengan tajam, tetapi dia menggumam, "Sabrina. Sabrina Kusuma.""Nama yang manis." Aku mencoba tersenyum kepadanya. Aku benar-benar merasa seperti kenal nama itu. Otakku menyimpan sekilas nama itu karena itu sangat istimewa. Namun, aku tidak bisa mengingat apa yang terjadi pada gadis itu. Aku tidak ingat hal itu berkaitan dengan Marcel.Jika kematiannya ada hubungannya dengan Marcel, aku pasti akan tahu. Aku menyimpan semua hal tentang Marcel seperti tetesan harta karun."Tunggu, aku kenal dia!" Alisa tiba-tiba terkesiap kaget. "Dia melompat dari gedung demi Justin Raharja! Dia adalah penggemar obsesif yang menguntit …."Apakah otaknya yang kekurangan energi mengalami malfungsi? Semua kata yang keluar dari Alisa adalah h

  • Hati Suamiku, Milik Pujaan Hatinya   Bab 70 Sisi Lain Cerita

    Sudut pandang Marcel:Namanya terdengar asing, tetapi nama putrinya tidak.Saat aku menyadari penculik itu yang menelepon, aku mengaktifkan pelantang dan menuliskan namanya untuk Jimmy. Mereka mendapatkan data seluruh hidupnya dengan kecepatan kilat.Namun, aku tidak membutuhkannya lagi.Justin Raharja adalah aktor berbakat, tetapi karena dia bukan siapa-siapa, dia tidak pernah mendapatkan peran yang sesuai dengan bakatnya sebelum aku mengontraknya empat tahun lalu. Justin kesulitan mendapatkan biaya kuliah, jadi dia bermaksud berhenti dari SMA untuk menjadi model. Setelah mendengar itu, aku menawarinya sebuah film dengan syarat dia harus kuliah. Dia kuliah, dengan nilai yang sangat bagus.Gadis itu, Sabrina Kusuma, adalah teman sekelas Justin di SMA. Aku tidak ingin menjelek-jelekkan orang yang sudah meninggal, jadi mari kita bahas fakta bahwa Justin memiliki kekasih di SMA yang dinikahinya tahun lalu, dan Sabrina tidak suka hal itu.Sabrina melompat dari gedung pada hari pernikahan

Latest chapter

  • Hati Suamiku, Milik Pujaan Hatinya   Bab 118 Rencana Jahatku

    Sudut pandang Valerie:Jika ada satu hal yang tidak pernah Alisa dustakan, itu adalah hasratnya terhadap Marcel. Aku bertaruh pada hal itu.Alisa cemberut dengan air mata yang mengalir di pipinya. Dia menatap kedua orang tuanya dengan penuh harap, tetapi tidak mengucapkan sepatah kata pun. Dia tidak bisa menyangkal kebohonganku, karena aku bisa membuatnya menjadi kenyataan."Valerie ...." Aveline berbicara dengan nada lebih lembut, terdengar ragu, "Kamu tahu Alisa sudah tinggal di kamar itu selama bertahun-tahun. Aku nggak tahu apakah ....""Maksudku ...." Aku mengambil koper dari tangan Alisa, menundukkan kepala agar tidak tertawa melihat betapa "pilu" nada suaraku, "Aku bisa pergi, kalau itu yang kalian inginkan.""Pergi ke mana?" Alisa membentak dengan nada melengking."Alisa Salim!" Joshua memperingatkan. Baik Aveline maupun Alisa langsung menutup mulut rapat-rapat. "Kalau Alisa begitu peduli padamu, maka aku nggak keberatan." Setelah berkata begitu, Joshua berbalik dan meninggalka

  • Hati Suamiku, Milik Pujaan Hatinya   Bab 117 Tawaran Alisa

    Sudut pandang Valerie:"Lelucon apa ini?" ujar Joshua dengan nada murung. Tatapannya yang tajam menancap pada kamerawan. "Ini vila Keluarga Salim, dan dia ....""Dia adalah kamerawanku. Malik Entertainment menugaskannya untukku. Untuk film pertamaku." Aku tersenyum padanya dan berhasil menyalakan amarah di matanya dengan kalimat itu, "Tidakkah Ayah bangga padaku?"Aurel benar. Berakting dengan emosi yang nyata membuat segalanya jauh lebih mudah. Aku memang senang melihat Joshua kesal, yang membuatku tersenyum lebih lebar dan membuatnya makin marah.Sempurna!Aveline melirik suaminya dengan khawatir. Setelah jeda singkat, Joshua Salim langsung berubah ke mode liciknya."Tentu saja bangga," katanya sambil membuka tangan dan berjalan mendekat. "Aku bangga karena kamu menolak bantuanku hanya demi membuktikan kemampuanmu sendiri. Itu baru putriku."Melihatnya makin dekat, aku merasa jijik hingga bulu kudukku meremang. Aku tidak tahan dipeluk olehnya. Bisa-bisa aku muntah.Kupikir Joshua tah

  • Hati Suamiku, Milik Pujaan Hatinya   Bab 116 Sandiwara Kakak Adik Penuh Kasih

    Sudut pandang Valerie:Aku membawa koper saat datang ke vila Keluarga Salim kali ini. Aku akan tampil perdana di depan ratu sandiwara, aku membutuhkan persiapan yang tepat.Aku menginap di rumah Aurel selama beberapa hari untuk memulihkan diri .... Umm, untuk bersenang-senang juga. Sekarang aku kembali fokus pada film karena tinggal di kota. Syuting dimulai dua minggu lagi, jadi aku menikmati kebebasan yang tersisa sendirian di apartemen, menyelesaikan suntingan terakhir naskah, dan bersantai.Kami berhasil membujuk Liana. Sekarang dia tinggal serumah dengan Aurel dan mereka berdua adalah pekerja keras. Mereka cocok satu sama lain.Pada hari kedua Liana bekerja, hari ketika mereka mulai bangun pagi-pagi dan pulang sangat larut, aku membawa koper kecilku ke medan pertempuranku sendiri.Kali ini, aku datang untuk menang.Hendrik, penjaga pintu, membiarkanku masuk sambil tersenyum, tanpa curiga apa pun. Inilah keuntungan memiliki musuh yang munafik. Mereka menyimpan pertarungan di dalam d

  • Hati Suamiku, Milik Pujaan Hatinya   Bab 115 Kembali ke Sarang

    Sudut pandang Valerie:Apa maksudnya itu?Aku menatap Adrian sementara sejuta kemungkinan berputar di kepalaku. Bagaimana dia tahu? Apakah dia tahu sesuatu? Apakah dia berbicara tentang masalah narkoba, atau ayahku, atau keduanya? Aku tidak berani mengikuti satu arah yang aku takuti ….Apakah ini berarti ... bahwa ibuku mungkin masih hidup?"Itu bisa ditunda," Aurel mengusap bahuku saat aku tampak membeku."Aku baik-baik saja," gumamku, tetapi aku memang sedikit bingung. Aku tidak merasa ingin menangis saat mendengarnya lagi, tetapi aku tidak tahu apakah aku bisa menanggung jika harapanku hancur lagi.Adrian menghela napas, memberiku tatapan pasrah. "Seperti inilah yang akan kamu rasakan kalau kamu menyelidikinya sendiri. Setiap potongan informasi baru, entah sudah dikonfirmasi atau belum, akan menjadi kereta luncur emosimu. Sejujurnya, aku rasa kamu nggak sanggup menanggungnya ….""Adrian Malik!" Aurel meledak marah. "Teganya kamu ….""Aurel," ucapku menghentikannya. "Nggak apa-apa. A

  • Hati Suamiku, Milik Pujaan Hatinya   Bab 114 Overdosis

    Sudut pandang Valerie:Aku tidak punya rencana.Aku bicara besar, tetapi aku sebenarnya tidak memiliki "rencana balas dendam" di dalam pikiranku. Menyakiti orang itu proyek besar dan memikirkannya saja sudah membuatku lelah."Apa pun yang kamu mau lakukan, kami ada untukmu," kata Aurel sambil melontarkan pandangan aneh ke Adrian.Aurel bisa saja berbicara untuk dirinya sendiri dan Liana dalam hal ini, tetapi canggung juga untuk mengecualikan Adrian begitu saja."Ya!" Adrian pura-pura tidak mengerti pandangan canggung Aurel, mengangguk dengan tegas, dan dengan suara yang tulus mengatakan, "Kami semua ada untukmu."Aurel mengalihkan pandangannya, menekan bibirnya ke bawah seolah-olah bibir itu mencoba tersenyum di luar kendalinya."Kamu akan tinggal denganku, 'kan?" Aurel mengalihkan topik yang dia mulai. "Aku juga membujuk Liana untuk tinggal di sini. Firma hukum Liana cuma 20 menit berjalan dari sini, dan kita bisa bertarung dengan bantal …."Hanya dalam satu menit, Aurel melirik Adria

  • Hati Suamiku, Milik Pujaan Hatinya   Bab 113 Rencana Balas Dendam

    Sudut pandang Valerie:Adrian tidak pergi. Sebaliknya, dia berjaga di depan kamar kecil dan menelepon Aurel.Ketika aku membuka pintu dan menyibakkan sedikit, Aurel langsung menemukanku. Dia datang dan membenamkan wajahku yang penuh air mata di dadanya, memelukku erat sampai mereka bisa membawaku keluar dari kamar kecil itu.Mereka membawaku ke rumah sakit untuk pemeriksaan lebih lanjut, lalu membawaku kembali ke rumah Aurel setelah memastikan aku dan janinku dalam keadaan baik-baik saja.Aku merasa mati rasa sepanjang proses itu, membiarkan mereka menggerakkanku seperti boneka tidak bernyawa.Hanya beberapa hari yang lalu aku berada di ruang tamu Aurel yang berantakan, dan rasanya seperti sudah beberapa kehidupan yang berlalu sejak malam itu. Liana menunggu kami dan aku langsung menangis saat mereka meletakkanku di sofa, membungkusku dengan selimut berbulu dan menyerahkan secangkir cokelat panas kepadaku.Aku merasa seperti di rumah. Aku akhirnya merasa aman.Aku tidak tahu sudah bera

  • Hati Suamiku, Milik Pujaan Hatinya   Bab 112 Suara Malaikat

    Sudut pandang Valerie:"Marcel nggak akan ...," gumam Alisa kepadaku seraya menggenggam potongan-potongan kertas yang sobek di tangannya. Entah apa orang lain melihatnya, tetapi aku jelas melihat kebencian di matanya."Apa maksudnya itu?" Aku menaikkan suaraku saat mengeluarkan ponsel, merekam video untuk ratu drama ini. "Tolong, itu bukan pernyataan kalau kamu tertarik kepada suami saudarimu, 'kan?""Hentikan!" Melihatku merekam, Alisa menutup wajahnya seperti vampir yang terpapar matahari. Kamera membangkitkan semangat aktingnya, dan dia langsung berhenti.Joshua Salim berjalan mendekat dan menarik Alisa dari lantai, sedikit lebih kasar dari yang seharusnya."Kamu marah kepadanya sekarang?" Aku mengarahkan kameraku ke Joshua Salim. "Kamu nggak marah saat dia menyerangku dengan kebenaran kejam tentang keluargaku. Baru sekarang kamu melihat betapa memalukannya dia bagi nama keluargamu?"Joshua Salim menatapku tajam, mencoba meraih ponselku. Aku mundur dengan cepat, dan Adrian datang de

  • Hati Suamiku, Milik Pujaan Hatinya   Bab 111 Datang dan Memohonlah Kepadaku

    Sudut pandang Valerie:"Val, aku minta maaf …." Marcel datang, mencoba untuk memelukku."Aku nggak peduli dengan permintaan maafmu," potongku, menghujaninya dengan tatapan tajamku. "Dia adalah gadis pembohong dan jahat, dan dia akan membayar untuk itu, hari ini!""Val." Adrian datang di antara aku dan Marcel dengan sikap melindungi, berbisik kepadaku, "Kamu terluka. Aku akan urus Alisa Salim nanti, tapi sekarang ….""Nggak apa-apa." Aku mendorongnya perlahan. "Ini hanya perlu waktu sebentar."Adrian terlihat khawatir, tetapi dia merapatkan bibirnya dan tetap berada di sisiku sebagai penjaga dalam diam."Apa kamu sudah menandatanganinya?" Aku menunjuk map yang ada di tangan Marcel. "Berikan kepadaku."Marcel terkejut dengan tatapan enggan.Seluruh duniaku berubah menjadi merah saat dia bergerak. Astaga! Aku menarik napas dalam-dalam untuk menahan amarah yang hampir meledak. "Aku tetap tinggal, jadi berikan map itu!""Val, kamu sedang dalam keadaan syok …." Marcel menghentikan kata-katan

  • Hati Suamiku, Milik Pujaan Hatinya   Bab 110 Hari Pembalasan untuk Alisa

    Sudut pandang Valerie:Aku menatap ke atas dengan terkejut dan melihat Alisa menangis. Menangis seperti boneka yang sangat tersakiti, dia menghapus wajahnya, tetapi air mata terus mengalir begitu cepat sehingga tetesan-tetesannya terus jatuh di dekat kakiku.Tidak ada hal baik yang terjadi saat dia menangis."Ibumu memohon pada Ayah untuk membawamu pulang ...." Alisa menangis begitu keras hingga napasnya terengah-engah, dan itu membuat ucapannya terputus-putus. "Kalau kamu sangat ingin pergi, pergilah, tapi Ayah menyelamatkanmu ketika ibumu sudah menjadi dingin karena obat-obatan yang dia pakai! Ayah pasti akan menyelamatkannya kalau dia …!""Kamu pikir aku akan percaya kebohongan kejammu?" dengusku kepada usahanya yang gagal. Aku mencoba berdiri dengan pergelangan kaki yang terpelintir. "Pemadat? Serius? Kamu sendiri yang bilang kalau aku dibuang di panti asuhan, perlu aku ingatkan?"Alisa tidak pernah pemalu kecuali saat dia berbohong. Dia tahu bahwa bermain sebagai korban akan membe

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status