Home / Romansa / Hati Suamiku, Milik Pujaan Hatinya / Bab 159 Dua Kali dalam Sehari

Share

Bab 159 Dua Kali dalam Sehari

Author: Nyx Rai
Sudut pandang Valerie:

Aku harus mengakui, Okto Sabian memang aktor yang bagus.

Aku tidak menambahkan terlalu banyak perubahan dalam peran Adrian di film ini. Dalam cerita, dia hanya seorang pengagum yang menyenangkan, suka menggoda, dan mencintai dengan tulus. Karakter datar seperti ini biasanya tidak terlalu menarik perhatian penonton. Dia bukan tokoh yang penting untuk plot, hanya bonus tersembunyi dalam film ini untukku.

Namun, Okto berhasil membuatnya jadi memikat.

Dia membentuk karakter anak nakal yang menyebalkan, ditakuti sekaligus dikagumi oleh teman-temannya, melakukan segalanya dengan caranya sendiri, dan merupakan kebalikan dari kesatria berzirah putih. Namun, meski begitu, dia tidak terkesan sebagai penjahat, melainkan karakter dengan banyak lapisan.

Jika cinta antara laki-laki dan gadis yang dia selamatkan adalah cheesecake manis, maka perasaannya terhadap "Valerie" seperti semangkuk sayap ayam pedas. Berbahaya sekaligus menggoda, menakutkan tetapi tetap menarik.

"Aku tah
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter

Kaugnay na kabanata

  • Hati Suamiku, Milik Pujaan Hatinya   Bab 160 Pertanyaan Marcel

    Sudut pandang Valerie:"Hmm ...."Tindakan yang manis, tetapi ini sesuatu yang dilakukan seorang suami untuk istrinya ketika mereka benar-benar tinggal bersama. Kami tidak.Aku ragu saat melihat tangannya yang terulur, sedikit gentar karena tidak tahu bagaimana menolak tanpa terlihat terlalu kasar. Aku tidak ingin menjadikannya musuh lagi. Membenci seseorang itu melelahkan. Namun, aku juga tidak tahu bagaimana bersikap ramah tanpa memberinya harapan palsu.Kami tidak bisa bersama lagi."Aku datang membawa hadiah," katanya, mengeluarkan dua berkas dari belakang punggungnya seolah-olah itu adalah bunga rahasia. "Ambil tanganku dan ini milikmu. Aku yakin kamu nggak mau melewatkan setidaknya salah satunya."Surat cerai? Aku hampir mengatakannya, tetapi aku menelannya kembali. Itu terlalu kejam."Apa itu?" tanyaku sebelum mengambil tangannya. Dia mengangkat alis, tampak sedikit terkejut sebelum tertawa. "Kupikir kamu akan bertanya apakah ini surat cerai kita."Itu akan jadi lelucon yang ba

  • Hati Suamiku, Milik Pujaan Hatinya   Bab 161 Kesempatan Kedua

    Sudut pandang Valerie:Aku berhenti, tetapi aku tidak tahu bagaimana harus berbalik.Untuk waktu yang lama, aku terhenti di sana, dan selama itu, Marcel menunggu dengan sabar di belakangku.Betapa indahnya jika dia mengajukan pertanyaan ini kepadaku di titik mana pun dalam pernikahan kami. Jika dia meragukan Alisa sedikit saja di sepanjang waktu ketika aku masih berharap, aku akan langsung memberitahunya yang sebenarnya. Jika aku memiliki sedikit kepercayaan bahwa dia akan memercayaiku, aku pasti akan melakukannya.Namun, sekarang ....Aku berbalik, hanya untuk menemukan dia berdiri di rumput hijau ketika aku sudah berada di aspal hitam yang dingin. Ada garis tegas di antara kami, seperti lima tahun yang bisa kami lompati. Dia menatapku dengan sorot mata yang terlalu rumit sehingga aku tidak bisa memahaminya. Di matanya ada harapan, perjuangan, keraguan, dan ... ketakutan.Takut akan apa? Takut aku adalah gadis yang dia selamatkan? Atau bukan?"Pertanyaannya adalah ...." Aku menarik na

  • Hati Suamiku, Milik Pujaan Hatinya   Bab 162 Penyihir Kecil

    Sudut pandang Valerie:"Aku ... berutang … kepadamu?" Aku mengangkat alis, menusukkan jariku ke dadanya dengan alis berkerut.Marcel terkekeh melihat "seranganku", memeluk pinggangku lebih erat. "Aku berutang kepadamu sejuta permintaan maaf dan lebih banyak lagi. Aku berutang kepadamu suami yang baik, rumah yang nyaman, dan lima tahun kebahagiaan, tapi ya, satu hal ini, kamu berutang kepadaku.""Aku memberimu kesempatan dan sejuta kesempatan setelah itu," dengusku kepadanya, mencoba mendorongnya pergi dengan lenganku sebagai penghalang di antara kami. Usaha yang sia-sia."Kamu nggak mencintaiku lagi, ya?" tanya Marcel, dan aku menundukkan pandangan. Dia menyentuh daguku dengan jari telunjuk, tetapi yang mengejutkan, ada senyum di matanya, bukan kesedihan."Aku tahu kamu nggak mencintaiku lagi, dan aku pantas mendapatkannya," lanjutnya. "Tapi, kamu memaksaku menikahimu saat aku nggak jatuh cinta kepadamu, dan kamu berutang kepadaku kesempatan untuk mengejarmu sekarang, ketika posisi kit

  • Hati Suamiku, Milik Pujaan Hatinya   Bab 161 Kesempatan Kedua

    Sudut pandang Valerie:Aku berhenti, tetapi aku tidak tahu bagaimana harus berbalik.Untuk waktu yang lama, aku terhenti di sana, dan selama itu, Marcel menunggu dengan sabar di belakangku.Betapa indahnya jika dia mengajukan pertanyaan ini kepadaku di titik mana pun dalam pernikahan kami. Jika dia meragukan Alisa sedikit saja di sepanjang waktu ketika aku masih berharap, aku akan langsung memberitahunya yang sebenarnya. Jika aku memiliki sedikit kepercayaan bahwa dia akan memercayaiku, aku pasti akan melakukannya.Namun, sekarang ....Aku berbalik, hanya untuk menemukan dia berdiri di rumput hijau ketika aku sudah berada di aspal hitam yang dingin. Ada garis tegas di antara kami, seperti lima tahun yang bisa kami lompati. Dia menatapku dengan sorot mata yang terlalu rumit sehingga aku tidak bisa memahaminya. Di matanya ada harapan, perjuangan, keraguan, dan ... ketakutan.Takut akan apa? Takut aku adalah gadis yang dia selamatkan? Atau bukan?"Pertanyaannya adalah ...." Aku menarik na

  • Hati Suamiku, Milik Pujaan Hatinya   Bab 162 Penyihir Kecil

    Sudut pandang Valerie:"Aku ... berutang … kepadamu?" Aku mengangkat alis, menusukkan jariku ke dadanya dengan alis berkerut.Marcel terkekeh melihat "seranganku", memeluk pinggangku lebih erat. "Aku berutang kepadamu sejuta permintaan maaf dan lebih banyak lagi. Aku berutang kepadamu suami yang baik, rumah yang nyaman, dan lima tahun kebahagiaan, tapi ya, satu hal ini, kamu berutang kepadaku.""Aku memberimu kesempatan dan sejuta kesempatan setelah itu," dengusku kepadanya, mencoba mendorongnya pergi dengan lenganku sebagai penghalang di antara kami. Usaha yang sia-sia."Kamu nggak mencintaiku lagi, ya?" tanya Marcel, dan aku menundukkan pandangan. Dia menyentuh daguku dengan jari telunjuk, tetapi yang mengejutkan, ada senyum di matanya, bukan kesedihan."Aku tahu kamu nggak mencintaiku lagi, dan aku pantas mendapatkannya," lanjutnya. "Tapi, kamu memaksaku menikahimu saat aku nggak jatuh cinta kepadamu, dan kamu berutang kepadaku kesempatan untuk mengejarmu sekarang, ketika posisi kit

  • Hati Suamiku, Milik Pujaan Hatinya   Bab 163 Putri Salim yang Satunya

    Sudut pandang Diego:"Tumben tanpa peliharaan kecilmu," ejek Okto.Aku hampir mati bosan di pesta Okto. Yah, semacam "pesta". Ini hanya klub tempat banyak aktor berkumpul, dia hanya mengundang beberapa orang lagi, dan memberi tema "kejujuran dan tantangan" untuk malam ini. Aku sesekali menikmati minum bersamanya, tetapi di tempat yang tenang, bukan yang seperti ini."Aku nggak akan tanpa dia kalau aku nggak terjebak di sini. Jadi, terima kasih untuk itu," kataku sambil memutar mata kepadanya, menyandarkan lengan dan leherku di belakang sofa sambil mencoba meredakan rasa sakit di sana. Okto menyebut Liana ekor kecilku karena aku akhir-akhir ini bekerja lembur, sesuatu yang biasanya tidak aku lakukan, hanya untuk menghabiskan waktu bersama Liana.Aku tidak pernah suka aturan mentor-murid di firma hukum, tetapi ketika Liana datang untuk bergabung, aku tidak bisa menahan diri untuk mengusir semua rekan yang tertarik kepadanya.Aku tidak pernah berpikir aku akan menginginkan satu murid untu

  • Hati Suamiku, Milik Pujaan Hatinya   Bab 164 Dunia yang Kelam

    Sudut pandang Diego"Gadis jahat itu? Yang sudah menikah? Yang golongan darahnya AB?" Aku berkedip kepada Okto, agak tidak bisa memproses apa yang dia katakan. "Seberapa banyak kamu minum malam ini?"Dia memutar matanya ke arahku. Dia memutar matanya kepadaku saat dia yang sedang konyol?"Paman Joni selalu bilang bahwa aku sudah menyelamatkan hidupmu, padahal sebenarnya aku sempat ragu untuk membantumu," ucap Okto tiba-tiba, duduk di sampingku. "Aku merasa nggak enak menerima bantuan kalian karena ... aku nggak tahu apa aku akan menyelamatkanmu andai bukan rekan timku yang melukaimu.""Apa maksudmu?""Maksudku …." Okto mengangkat gelasnya, memberiku senyum misterius saat melanjutkan, "Dunia ini adalah tempat yang kelam."Apa maksudnya?"Kamu tahu, aku kehilangan orang tua aku karena kecelakaan mobil?" Okto mendekat, suaranya rendah dan tatapannya berat, yang sangat jarang dilihat orang yang mengenalnya. "Mobil menabrak mereka, tapi itu bukan kecelakaan. Itu pembunuhan.""Apa? Kenapa ka

  • Hati Suamiku, Milik Pujaan Hatinya   Bab 165 Kobaran Lama

    Sudut pandang Diego:"Jadi kejutan yang kamu undang malam ini adalah Valerie Salim?"Okto melemparkan senyum khasnya. "Kamu bilang mau mengenalnya sambil mencari tahu apa dia benar-benar adalah Jelita, 'kan? Jadi, aku undang keduanya."Namun, keduanya tidak muncul.Kami menunggu hingga larut malam dan akhirnya Okto mulai cemas. Sambil beristirahat sejenak, aku menutup mata agar tidak melihat tatapan bersalahnya."Aneh ...," gumam Okto kepada dirinya sendiri, tetapi cukup keras agar aku mendengarnya. "Aku sangat yakin setidaknya Valerie Salim akan datang ...."Aku tidak bisa menahan tawaku dan Okto meninju bahuku dengan telinga merah."Apa?" Aku tertawa kepadanya. "Memangnya kamu sudah ketemu mereka berapa kali? Apa yang membuatmu begitu yakin ….""Aku melihat matanya!" potong Okto dengan tatapan serius. "Aku mengenali pandangan jernih di mata itu, seperti ... seperti seseorang yang mempertahankan kepolosannya setelah melihat kegelapan yang nyata .... Aku nggak tahu cara menjelaskannya,

Pinakabagong kabanata

  • Hati Suamiku, Milik Pujaan Hatinya   Bab 230 Makhluk Berdarah Dingin

    Tentu ada cincin yang jauh lebih mahal, tetapi bukan cincin ini.Tentu, ini adalah hati dari Marcel Tanzil yang terhebat, tetapi dia bahkan masih remaja ketika merancang cincin itu. Dia memiliki sumber daya terbatas … baiklah, terbatas sebagai seorang Keluarga Tanzil. Tetap saja, desainer cincin itu adalah teman keluarganya, dan batu permata itu, meskipun langka, hanya sebanding dengan uang jajan Marcel pada waktu itu.Yang paling berharga dari cincin itu hanyalah emosi yang disimpannya.Val kesal dengan strategi licik Marcel, mengikuti tawarannya hanya dengan menaikkan 150 juta setiap kali, lalu tiba-tiba menggandakannya. Siapa pun, bahkan Nico sekalipun, andai dia ada di sini hari ini, pasti akan ragu setidaknya untuk sesaat.Sambil menatap Marcel dengan tajam, Val tidak mengangkat papannya. Baiklah! Marcel sangat menginginkan cincin sialan itu? Dia boleh mendapatkannya! Toh Val bukan kemari untuk cincin bodoh itu juga.Marcel melihat ke arahnya. Merasa menang? Val bertekad untuk tid

  • Hati Suamiku, Milik Pujaan Hatinya   Bab 229 Hati Marcel

    Marcel mengajukan penawaran lagi.Val bahkan tidak mengalihkan pandangannya ke arah kedua pria yang menaikkan harga untuk cincin kecil itu. Dia bersandar ke kanan dengan sikunya di lengan kursi seperti kucing malas, mata ungunya yang dingin tampak acuh tak acuh, memancarkan aura ratu yang mematikan. Namun, hanya sedikit yang bisa melihat lengkungan halus di bibirnya.Dia tahu Marcel menginginkan cincin itu, sangat menginginkannya.Val datang untuk kalung ibunya, tetapi sesampainya di sana, dia tahu Marcel akan datang … karena cincin itu ada di daftar.Dia sudah tahu tentang cincin itu sejak lama. Sebenarnya, dia sudah tahu keberadaan cincin itu sepanjang hidupnya. Seperti remaja pada umumnya, dia ingin tahu segala sesuatu tentang pria yang disukainya, dan dia menemukan tentang cincin itu ketika itu masih sebuah gambar di buku catatan Marcel.Dia tahu bahwa Marcel sedang mendesain sebuah cincin, dia menyaksikan cincin itu menjadi nyata, disimpan oleh pria itu dalam kotak beludru kecil,

  • Hati Suamiku, Milik Pujaan Hatinya   Bab 228 Z, X, V

    "Pria di lantai dua."Papan Marcel bahkan tidak memiliki nomor, hanya satu huruf, Z.Tidak mungkin Marcel bisa melihat dan memperhatikan Alisa dari jendela besar di lantai dua itu, tetapi Alisa merasa seolah-olah Marcel meliriknya dengan dingin ketika dia baru saja mengangkat papannya.Air mata akibat merasa teraniaya memenuhi mata Alisa.Alisa seharusnya ada di sana. Dia seharusnya menjadi ratu dari Keluarga Tanzil, dan dia mendapatkan gelarnya dengan sah. Namun, pria itu sekarang menyingkirkan semua kata dan janji manisnya, dan hanya menatapnya dengan dingin.[ Marcel, No. 86 adalah aku. ]Alisa mengetik di ponselnya, tetapi ragu ketika jarinya melayang di atas tombol "kirim".Kata demi kata, Alisa menghapus pesan itu, dan mengirimkan pesan lain sebagai gantinya. [ Marcel, aku di lelang hari ini. ]Tidak ada balasan.Sambil memegang ponselnya, Alisa menatap Marcel. Pria itu duduk di sana dengan wajah datar, matanya bahkan tidak beralih ke meja tempat ponselnya berkedip.Alisa menggi

  • Hati Suamiku, Milik Pujaan Hatinya   Bab 227 Malam Beku

    "Mereka nggak datang!" desis Alisa kepada Joshua Salim, matanya melirik ke sekeliling dengan tergesa-gesa, tidak bisa tetap tenang lebih dari tiga detik.Alisa tidak sabar untuk menyingkirkan Valerie secara permanen dari hidupnya. Dia tidak tahu Valerie sedang hamil saat dia menjegalnya di tangga, tetapi itu tidak berarti dia tidak senang dengan hasilnya. Dia membuat Valerie masuk penjara. Dia mendapatkan Rumah Z, mesin pencetak uang. Dia juga mendapatkan gelar Nyonya Marcel.Dia dan Marcel memang tidak seperti dahulu lagi, tetapi hal itu sekarang tampaknya merupakan masalah yang jauh lebih sepele dibandingkan Valerie si psikopat yang datang mengejar dirinya.Sejak Valerie muncul di pesta reuni, Alisa tidak bisa tidur nyenyak sehari pun.Alisa tahu Valerie tidak akan melepaskannya begitu saja kali ini, dan dia tahu pasukan lamanya, yaitu ibunya, ayahnya, dan Marcel, tidak memiliki kekuatan atas Valerie sekarang. Bahkan kakak laki-lakinya yang hanya seorang penindas itu sedang bersembun

  • Hati Suamiku, Milik Pujaan Hatinya   Bab 226 Harapan Terakhir

    "Aku akan menceraikannya dengan syarat," tambah Alisa sambil cemberut. "Dia berutang pernikahan itu kepadaku. Dia juga nggak pernah memenuhi tanggung jawabnya sebagai suami.""Darah yang kita berikan kepadanya adalah darah Valerie sejak awal. Apa yang kamu harapkan saat kamu memaksanya menikahimu?" Joshua Salim menghela napas, menggelengkan kepala perlahan dengan kekecewaan di matanya.Joshua Salim telah melakukan hal-hal buruk demi istri dan putrinya. Dia pikir dirinya telah melakukan segala yang dia bisa untuk melindungi keluarganya, tetapi dia tidak pernah menduga putrinya hanya akan belajar trik kotor darinya."Ayah memaksa Ibu, tapi semuanya baik-baik saja," kata Alisa sambil mengangkat bahu dengan nada acuh tak acuh."Apa kamu bilang?" Joshua Salim mengangkat tangannya, dan Alisa membeku dengan air mata ketakutan. Pada akhirnya, tangan itu tidak mendarat.Joshua Salim menghela napas dalam-dalam dan panjang. Dia menggenggam tinjunya untuk menyembunyikan gemetar di tangannya.Aveli

  • Hati Suamiku, Milik Pujaan Hatinya   Bab 225 Perceraian

    "Ini akan membuat Valerie marah!"Alisa menghela napas sambil menatap ayahnya dan memutar matanya saat mereka melewati lorong temaram bersama para peserta lelang.Bukan berarti Alisa bersedia menyerah kepada Val soal kalung itu, tetapi menjual kalung itu secara terbuka kepada Val hanya akan menjadi deklarasi perang, sesuatu yang tidak akan dilakukan oleh ayahnya yang berhati-hati. Namun, Joshua Salim tampaknya sudah bertekad untuk melanjutkannya.Lelang ini memperbolehkan topeng, toh sebuah topeng sederhana tidak bisa menyembunyikan identitas seseorang, terutama di kalangan orang-orang yang mampu berada di sini. Namun, tetap saja, Alisa mengenakan topeng. Bukan hanya itu, dia juga mengenakan gaun yang lebih menantang dengan punggung yang terbuka hingga ke pinggangnya, untuk mengelabui orang, seperti yang dia katakan.Namun, Joshua Salim tahu ini hanyalah cara Alisa untuk melampiaskan perasaannya setelah perselisihan dengan Marcel. Dia mengenal putrinya lebih baik daripada siapa pun. Se

  • Hati Suamiku, Milik Pujaan Hatinya   Bab 224 Lelang Pusaka

    "Apa ... apa kamu tahu tentang Keluarga Kumala?" Apa kamu tahu bahwa kamu baru saja memarahi pewaris dari salah satu keluarga paling berkuasa di negara ini? Inilah pertanyaan sebenarnya, yang tidak berani ditanyakan oleh Val.Val melirik ke arah Nico, dengan sedikit kecemasan terdengar dalam suaranya yang bahkan tidak dia sadari sendiri.Mereka menjemput Liana sebelum mengakhiri hari itu. Nico bermain dengan Jelita sepanjang perjalanan ke rumah Liana. Val tidak ingin membicarakan Diego di depan Liana atau Jelita, jadi dia hanya diam karena rasa bersalah yang terus menggerogotinya.Kesepakatan Val dengan Nico adalah tentang Keluarga Salim. Nico membutuhkan Val karena pria itu tidak ingin ada noda di namanya, jadi Val berpikir pria itu tidak akan senang jika harus bermusuhan dengan Keluarga Kumala.Nico menoleh, matanya yang dalam tertuju pada Val sebelum dia mengangguk. "Ya, aku tahu."Val menelan ludah tanpa disadari.Haruskah dia memberitahu pria itu siapa Diego sebenarnya? Nico membe

  • Hati Suamiku, Milik Pujaan Hatinya   Bab 223 Ratu Kecilnya

    "Diego Kumala!" seru Val dengan marah. "Ini benar-benar nggak bisa dipercaya! Ini sudah sangat rendah, bahkan untukmu!"Di balik sudut jalan, berdiri pria yang dia marahi. Di wajah pria itu, ada rasa malu, terkejut, dan ... sedikit rasa marah, marah kepada adik iparnya yang baru saja mencampakkannya agar adik perempuannya tidak kehilangan kendali melihat si mantan suami menculik putri temannya.Betapa kacaunya keluarga asalmu."Liana menolakmu, 'kan?" Val menyilangkan tangan di depan dada, menatap Diego seperti induk kucing yang marah. "Itu sebabnya kamu bersembunyi di sini?""Ehh ... nggak juga ...." Pria itu menggaruk rambutnya dengan senyum meminta maaf. Liana tidak bilang "tidak". Wanita itu sama sekali tidak mengangkat teleponnya yang jutaan kali, begitu juga Val. "Ini murni kebetulan, tapi aku sangat senang bisa melihatmu, Jelita …."Val menyipitkan matanya. Diego cepat-cepat meminta maaf dan mengoreksi, "Maksudku, Valerie.""Namaku Val, dan aku lebih bahagia tanpa kamu, terima k

  • Hati Suamiku, Milik Pujaan Hatinya   Bab 222 Papa Mala

    "Siapa yang mengajarimu memanggilnya Mama Val?" tanya Marcel, mengamati Val dengan hati-hati agar tidak terlihat oleh Val, tetapi juga tidak kehilangan jejak Val.Marcel tidak tahu Val ada di sini dan tidak mengira Jelita akan melompat dari komidi putar saat melihatnya. Dia tahu bahwa Liana membawa Jelita ke sini, jadi dia datang."Dia memang Mama Val .…" jawab Jelita dengan nada terluka dan merasa bingung."Apa dia tahu aku papamu?" tanya Marcel, sudah mengetahui jawabannya.Val tidak tahu. Kalau tahu, Val pasti sudah menghubungkan semuanya.Marcel perlu memberi tahu Val, tetapi dia tidak bisa, karena Nico.Sekeras apa pun Marcel berusaha menyelidiki pria itu, dia tidak menemukan hal yang aneh. Pria itu terlihat bersih. Adam Samid. Itu nama yang ditemukan Marcel. Nama yang sangat biasa, hampir membosankan.Marcel bahkan menemukan mengapa Nico membenci Keluarga Salim. Perusahaan kecil milik Joshua Salim yang sangat dia jaga selama bertahun-tahun itu dibeli dari seorang "Samid" dengan h

Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status