Aliika sudah berada disebuah gedung acara perayaan ulang tahun pernikahan klien sekaligus teman kuliahnya. Disini ramai namun Aliika merasa sepi. Karena ia sendirian. Dan kebanyakan orang disini membawa pasangan mereka masing-masing.“Kiw.. cewek.” Ceplos seseorang dari arah belakang Aliika. Aliika langsung menoleh dan terkejut melihat orang yang tadi menggodanya.“Danu… kamu disini?” tanya Aliika ramah.“Tentu. Justin rekan bisnis ku.” Ucap Danu. Aliika membalas ucapan Danu dengan mengangguk.Perasaan Aliika tiba-tiba gelisah. Antara senang dan khawatir. Tentu karena Sagara selalu memperingatkannya agar menjauhi Danu.“Kok kamu disini? Sendirian lagi.” Ujar Danu sambil celingak-celinguk mencari sesuatu. Dan dia tidak menemukan sesuatu itu.“Justin itu teman kuliahku dan juga rekan bisnisku. Eum.. lebih baik kita temui langsung saja si pemilik acara gimana?” tawar Aliika. Danu mengangguk.Tere yang melihat Aliika berjalan mendekatinya. Wanita itu langsung berlari ke arah Aliika. Memel
“Berani sekali kamu pergi dengan laki-laki busuk itu! Kurang jelas apa yang aku bicarakan, Al!!” teriak Sagara di depan wajah Aliika. Kini mereka sudah berada di dalam kamar. Dan Sagara mulai mengamuk dengan emosi yang sepertinya sulit untuk ia kontrol. Aliika hanya bisa menangis dan ketakutan. “Aku tidak ada niat datang dengan Danu, Kak. Kita gak sengaja bertemu.” Jelas Aliika dengan suara bergetar. “Masih bohong aja!” “Aku gak bohong. Bukankah seharusnya disini yang marah aku? Karena Kak Sagara datang sama Soraya.” “Kenapa kamu marah? Perjanjian kita adalah aku tetap berhubungan dengan Soraya dan kau menjauhi Danu. Kau lupa? Hah!” ucap Sagara penuh penekanan. Aliika menunduk, “Kak Sagara jahat! Tapi kenapa aku gak pernah bisa benci sama Kak Sagara? Kenapa Kak?” ucap Aliika lirih. Wanita itu mendongak menatap sendu Sagara. Pipi itu telah penuh dengan telaga kesedihan. Sagara menyunggingkan bibir, “Aku jahat? Beberapa hari ini aku sudah berusaha untuk baik sama kamu, Al. Baiklah
Aliika terbangun dari tidur dan tak menemukan keberadaan Sagara disana. Mungkin semalam Sagara pergi dan tak kembali. Wanita itu heran saat mata nya menelisik setiap inci tubuhnya. Ia sudah berpakaian dan berselimut.Sebuah dress dengan bagian lengan bertali dan panjang diatas lutut. Sangat pas bahkan terlihat sedikit terbuka untuk Aliika pakai.Wanita itu menebak jika pasti Sagara yang memakaikan baju dan selimut. Sebab dirumah ini Sagara membuat peraturan bahwa hanya Aliika dan Sagara yang boleh masuk ke kamar mereka dan ruang kerja Sagara.Jadi untuk urusan kamar Aliika sendiri yang akan membersihkan begitu juga dengan ruangan Sagara laki-laki itu sendiri yang akan membersihkannya. Karena disana terlalu banyak dokumen penting dan Sagara tidak ingin orang lain mengotak-atik.Suara gemericik air dari kamar mandi membuat Aliika tersadar dari lamunan. Pasti Sagara sedang mandi untuk segera ke kantor. Karena sekarang sudah pukul delapan pagi.Aliika turun dari ranjang. Saat dia ingin be
Seorang dokter sudah datang dan memeriksa keadaan Aliika. Dengan hati-hati dokter keluarga Guwanna itu memeriksa Aliika agar tidak sampai membangunkan wanita itu yang sedang terlelap. Sagara memperhatikan dengan serius, untuk memastikan semua baik-baik saja.Beberapa saat kemudian dokter dengan pawakan sudah tua itu selesai dengan kegiatannya. Mengajak Sagara sedikit menjauh dari ranjang untuk memberitahukan keadaan Aliika.“Bagaimana dok?” tanya Sagara dengan suara pelan namun penuh kecemasan.“Gejala tipes. Kelelahan, pola tidur tidak teratur dan daya tahan tubuh yang kurang baik. Jadi saya sarankan agar istri tuan istirahat total dua atau tiga hari dan meminum obat yang sudah saya resepkan.” Jelas dokter itu kemudian berjalan menuju tasnya berada. Untuk mengambil kertas resep obat dan menuliskan obat apa saja yang dibutuhkan Aliika.Sagara akan menyusul dokter itu namun tiba-tiba benda pipih di saku celana laki-laki itu bergetar. Membuat ia mengurungkan niat. Saat Sagara melihat s
Setelah memastikan semua barang pentingnya terbawa, Aliika keluar dari kamar untuk berangkat ke butik. Aliika akan ke butik diantar oleh supir, tadinya Sagara menawarkan akan mengantar Aliika. Namun ternyata tiba-tiba Sagara di telepon oleh Sandra bahwa ada jadwal meeting dengan klien baru.Jadi Sagara meminta maaf pada Aliika karena tidak bisa mengantar istrinya itu. Hari sudah terik, karena memang sudah menunjukkan pukul sebelas siang.Aliika berdiri di teras rumah. Menunggu supir yang akan mengantarnya. Mata Aliika tiba-tiba tertuju pada seorang anak kecil di luar gerbang rumah, berusaha mengambil bola yang masuk ke pekarangan rumah Aliika.Anak itu terlihat susah payah menjangkau bola itu dengan memasukkan sebelah tangannya melalui celah gerbang. Sepertinya satpam rumah tidak menyadari keberadaan anak itu.Aliika memutuskan untuk menemui anak itu. Berjalan menyusuri pelataran rumah yang luas untuk mengambil bola itu. Kemudian ia menuju pos agar dibukakan pintu gerbang. Satpam itu
Aliika menatap sengit pria di depannya ini, geram mendengar ucapan yang terlontar dari bibir busuknya. Tanpa memikirkan konsekuensi yang akan Aliika terima, ia langsung menendang milik Bagas dengan cukup keras. Membuat Bagas mengerang kesakitan.“Bitch!” umpat Bagas masih meringis kesakitan. Dua orang suruhan Bagas menghampiri pria itu berniat untuk menolong, namun dengan kasar Bagas langsung menolak.Bagas kembali mendekat ke arah Aliika dan langsung menampar wanita itu dengan cukup keras. Aliika merasakan panas di pipinya, terutama di dekat mata.“Beraninya kau!!” teriak Bagas. Air mata keluar dari kedua mata Aliika. Bukan dari ketakutan melainkan rasa kesal terhadap pria busuk ini.Dengan brutal Aliika terus menendangkan kaki nya, berusaha untuk memberi pelajaran pada Bagas lagi. Namun kali ini Bagas berhasil menghindar.Bagas mengangkat tangan bersiap untuk menampar Aliika kedua kalinya. Wanita itu sudah memejamkan matanya, namun sebuah suara membuat kelopak mata itu kembali terbu
Sagara sedang sibuk membenahi dasi yang sudah mengalung di leher dimana nadi berwarna biru itu menonjol jelas. Sesekali ia melirik ke arah Aliika yang tengah nyaman dengan dunia riasan. Bermacam make up di meja rias itu yang Sagara tak pahami bagian apa saja, telah dioleskan dengan natural di wajah mulus Aliika.Sejak kejadian di ruang kerja Sagara kemarin, mereka sama sekali belum saling bicara. Bahkan hanya untuk melihat ke arah Sagara saja, Aliika enggan melakukannya.Jujur Sagara kesal jika terus diabaikan seperti ini oleh Aliika. Namun ini adalah keinginan laki-laki itu sejak awal. Jadi Sagara juga memilih diam dan tak memperdulikan Aliika juga. Entah hal ini akan bertahan sampai kapan.Sagara sudah rapi dengan pakaiannya. Sedangkan Aliika masih berkutat dengan rambut panjang terurai itu, wanita itu berniat untuk menguncir kuda andalannya saja.Tanpa mengatakan apapun Sagara mengambil ponsel miliknya dan berjalan keluar dari kamar.Aliika melihat kepergian Sagara melalui pantulan
Berjam-jam Sagara hanya diam di ruang kerjanya. Memikirkan apa yang sedang terjadi pada alur kehidupannya. Semua terasa berantakan dan hancur. Hatinya kacau.Tak terasa kantuk mulai menyerang. Sagara memilih untuk tidur. Ia akan tidur dikamar lain karena ini bukan saat yang tepat untuk berada didekat Aliika. Mereka butuh waktu sendiri. Namun Sagara ingin ke kamar utama sebentar memakai pakaian karena sedari tadi tubuh Sagara hanya berlapiskan kaos dalam.Perlahan Sagara membuka pintu kamar. Namun ia tak menemukan keberadaan Aliika disana. Pintu kamar mandi tertutup artinya Aliika berada disana.Sagara memilih masuk ke walk in closet dan memakai pakaian yang tebal. Bahkan setelah ia keluar Aliika masih berada didalam kamar mandi. Tak terdengar suara aktifitas apapun disana. Dan entah sejak kapan Aliika berada disana.Padahal waktu sudah menunjukkan pukul sebelas dini hari. Dan itu bukan waktu untuk mandi.Tanpa mengetuk pintu, Sagara langsung masuk kedalam kamar mandi. Tak peduli jika
“Vion! Aku punya berita bagus buat kamu.” Teriak Aeera berlari ke arah Vion yang sedang terduduk diam di pojok ruangan sambil bermain lego yang ia tumpuk seperti istana.Vion menoleh malas ke arah Aeera, “Apa?” tanya Vion singkat.“Kamu marah sama aku? Kan yang buat salah Arjuna bukan aku Vion. Lalu kenapa kamu malah marah sama aku?”Vion berdecak, “Aku sepertinya ada pr. Jadi kalau mau ngomong, langsung ngomong aja.”“Ish jangan gitu dong. Oke aku ngomong sekarang. Besok pas acara natal, Mommy aku ngajak keluargamu buat main kerumahku.” Aeera menggandeng lengan Vion. Anak itu langsung melepaskan rengkuhan tangan Aeera.“Nanti aku tanyakan dulu sama Mamah.” Ucap Vion kemudian berlalu darisana. Aeera nampak sedih dengan sikap Vion yang berubah dingin padanya. Dan ini semua karena Arjuna. Aeera kembali mendekati Vion.Anak itu sedang berkutat dengan buku tulis. Ternyata benar Vion sedang mengerjakan pr. Aeera duduk disamping Vion, meletakkan kepala di meja dan menoleh menatap Vion. Anak
Aliika masih terngiang dengan ucapan Aeera hari itu. Pasti Vion anak yang dibicarakan oleh Aeera telah kehilangan salah satu orangtuanya. Aliika berharap Vion adalah anak baik yang bisa menjadi teman untuk Aeera.“Permisi.” Ucap seorang wanita yang sudah membawa sebuah kain bahan berwarna putih dan merah. Aliika mendongak setelah tadi fokus di depan laptopnya.“Iya? Ada yang bisa saya bantu?”“Maaf apakah saya bisa meminta tolong anda untuk membuatkan baju dari bahan ini?” tanya wanita itu. Aliika tersenyum dan mengangguk lalu mengambil bahan itu untuk ia lihat.“Apakah baju untuk anda Nyonya. Jika iya saya bisa mengukurnya langsung sekarang.” Ujar Aliika.Wanita itu tersenyum canggung, “Sebenarnya untuk saya dan kedua anak saya. Untuk perayaan natal mendatang.”Aliika mengangguk, “Baiklah tapi saya perlu anak anda untuk datang kesini agar saya mudah untuk mengukurnya. Karena jika hanya di kira-kira nanti takut hasilnya tidak sesuai.” Jelas Aliika ramah.“Baiklah besok saya akan bawa
Aeera dan Arjuna sekarang sudah berumur 7 tahun dan telah memasuki kelas 1 SD. Mereka sekolah di asrama elite di daerah Jakarta. Dan pagi ini Aliika akan mengantar kedua anaknya itu ke sekolah. Bersama tubuhnya yang sudah berbadan dua dengan usia kandungan telah menginjak satu bulan.Kehamilan Aliika bukan tanpa sebab, Aeera dan Arjuna lah yang menginginkan untuk memiliki adik. Dan keinginan mereka saling bertolak belakang. Aeera yang menginginkan adik perempuan dan Arjuna yang menginginkan adik laki-laki. Dan untuk pemeriksaan terakhir dokter mendiagnosis jika anaknya laki-laki. Tapi tidak tahu nanti perkembangan selanjutnya.“Okeh siapa yang sudah siap untuk berangkat sekolah angkat tangan.” Riang Aliika bertanya kepada kedua anaknya.“Aku!” seru mereka bersama sambil mengacungkan tangan ke atas. Aliika tersenyum simpul dengan tingkah mereka yang terlihat menggemaskan itu.Aliika menggandeng kedua anaknya di sisi kanan dan kiri. Kali ini ia yang akan mengantar sendiri anaknya. Kare
Aliika membawakan air bersih dan juga kotak obat untuk Sagara. Wanita itu harus segera mengobati suaminya karena takut akan infeksi. Sagara sudah duduk di sofa ruang keluarga. Disana sudah ada seluruh keluarga besar tak terkecuali Danu, Vita, dan Radit.Sagara terlihat sangat memprihatinkan, banyak luka di sekujur tubuh dan wajah. Membuat Aliika menatapnya sedih. Dengan telaten dan hati-hati Aliika mengoleskan antiseptik ditubuh dan wajah Sagara.Sagara terlihat diam dan senyum-senyum sendiri menatap Aliika. Membuat wanita itu seketika kesal, ia lalu memukul lengan Sagara membuat suaminya itu mengaduh kesakitan.“Kok aku dipukul si? Emangnya aku salah apa, Sayang?” tanya Sagara menampakkan wajah bersedih seperti anak kecil.“Ya lagian kamu mah orang lagi luka gitu masih sempet-sempetnya tengil.” Kesal Aliika. Ia lalu kembali mengobati luka Sagara.Miranda terkekeh pelan dengan kedua manusia di hadapannya ini, “Mama bersyukur kamu sudah kembali Sagara. Mama khawatir banget sama kamu.”
Aliika membuka matanya perlahan, kepalanya terasa pusing dan sangat berat. Ia mencoba bangkit dan menyandarkan tubuh di kepala ranjang. Ia mulai mengedarkan pandangan dan bertanya-tanya ada dimana dirinya saat ini.Aliika kembali mengingat kejadian tadi siang, matanya membelalak, “Lintang. Ya saat itu aku dilecehkan oleh Lintang. Lalu ia membiusku.” Gumam Aliika. Ia kembali mengedarkan pandangan dan mulai berpikir bagaimana cara untuk pergi dari sini.Ia lalu berdiri dan berjalan menuju pintu, dan saat ia menekan handle itu ternyata terkunci dari luar. Aliika semakin kesal ia kembali mengedarkan pandangan untuk mencari celah yang bisa digunakan untuk kabur.Aliika mengernyit dan tersenyum senang saat melihat sebuah jendela. Ia berlari ke arah jendela itu. Mencoba untuk membukanya. Namun sial karena jendela itu macet dan sulit untuk dibuka. Ia semakin bingung harus lewat mana lagi.Aliika terus memukul jendela itu sampai ia mendengar suara kunci membuka pintu itu. Aliika tak menyerah i
“Apa kau yakin Al, jika pelacakan nomor itu berada di rumah Danu.” Tanya Andrian.Aliika mengangguk mantap, “Aku melihat sendiri kode lokasi itu dan tepat berada dirumah Danu Kak.”Andrian bertopang dagu, berpikir tentang kebetulan ini. Bagaimana bisa lokasi itu dirumah Danu. Ataukah Danu ingin membalas dendam pada Sagara. Dan merebut kembali Aliika.Bahkan sudah sekian tahun tapi kenapa Danu masih ingin memiliki Aliika. Sebegitu cinta kah dia dengan sepupunya ini?“Tapi masalahnya Danu tidak mau mengakui jika ia menculik mas Sagara. Dan ya memang wajahnya meyakinkan jika dia tidak terlibat dengan penculikan ini.” Jelas Aliika.Andrian mengepal, rahangnya mengeras. Jika memang Danu menculik Sagara untuk memiliki Aliika dan malah membuat Aliika menjadi tersakiti. Ia tak akan segan untuk membunuh Danu.Andrian berdiri dan langsung menyambar jaket. Membuat Aliika terkejut begitu juga Lola. Aliika segera mengikuti langkah Andrian yang berjalan keluar rumah.“Kak stop stop.” Tahan Aliika,
“Kamu ngapain tadi kesana?” tanya Radit pada Vita. Mereka saat ini sudah berada di apartemen Vita. Setelah mengantar Aliika, Radit langsung membawa Vita ke apartemen. Lelaki itu nampak emosi. Vita memutar mata jengah, “Ya aku ingin menemui kak Aliika lah. Yakali bertemu sama kamu, jijik kali.” Ekspresi Radit terkejut saat mendengar ucapan Vita ia mondar mandir mencengkram rambut frustasi, “Wahh memang kurang ajar ya kamu Vit. Terus kesana cuman mau genit sama cowok lain gitu?” Radit tak habis pikir dengan gadis satu ini. Sepertinya sok cantik dan caper. “Kamu kenapa sih, marah-marah ga jelas.” Vita memicing, “Cemburu ya?” goda Vita sambil menaik turunkan alisnya. “Apa sih ga usah kepedean deh. Siapa juga yang cemburu.” Ujar Radit nampak panik. Raut wajah laki-laki itu sudah memerah dan panas. Laki-laki itu pun memilih untuk pergi dari sana. Dan melanjutkan mengulik informasi mengenai Lintang sesuai yang diperintahkan oleh Rama sebelumnya. ***** Aliika sedang berada di balkon me
Setelah menyimpulkan fakta jika itu hanya sebuah jebakan Aliika kemudian memilih untuk pamit dari sana. Begitu juga dengan Lintang ia juga memilih pamit dan menyusun kembali rencananya. Saat akan melangkah menuju pintu, Danu dengan cekatan membalik badan Lintang dan langsung menghantamnya dengan bogeman hingga Lintang beringsut ke bawah.“Danu!” teriak Aliika. Seakan tuli Danu kembali mendekati Lintang dan menarik kerahnya dan terus menghujamnya dengan tinjuan.Aliika yang panik hanya bisa terus berteriak untuk Danu berhenti namun usaha itu sia-sia, “Kau cepat pisahkan mereka Radit.” Perintah Aliika kepada Radit. Radit sebenarnya malas untuk memisahkan mereka. Biarkan saja Danu menghajar Lintang yang memang kurang ajar itu. Tapi mau bagaimana lagi ia harus patuh pada Nyonya nya.“Baik Nyonya.” Radit mendekat ke zona perkelahian itu dan langsung menarik paksa Danu. Laki-laki itu sedang dilanda emosi jadi Danu menepis kasar Radit membuat Radit sedikit kesal.“Sialan.” Umpat Radit. Radi
Sudah seminggu Aliika sendiri tanpa kehadiran sang suami. Belum ada tanda-tanda mengenai nasib Sagara. Hidup harus terus berjalan karena sekarang Aliika punya Aeera dan Arjuna. Ia harus berusaha untuk tetap tegar dalam mengurus kedua anaknya tanpa suami. Wanita itu tengah bermain di ruang keluarga bersama Aeera dan Arjuna. Tadi ia juga sempat menelepon Vita untuk datang. Namun gadis itu tidak bisa karena sedang bekerja. Alhasil Aliika tidak bisa memaksanya. Tadi juga Lola mengatakan akan datang berkunjung namun entahlah jadi atau tidaknya Aliika juga tidak bisa berharap lebih. Tok tok tok Ketukan pintu membuat fokusnya teralihkan. Aliika menebak jika itu pasti Lola, namun kenapa wanita itu tidak langsung masuk saja. Aliika pun memilih untuk berjalan membuka kan pintu. Betapa terkejutnya Aliika saat mengetahui siapa yang datang. Aliika menatap jengah laki-laki di hadapannya ini, “Aku sudah lelah dengan perlakuanmu Lintang. Jadi kumohon enyahlah, jika kau ingin membantuku untuk menc