Pagi hari kedua orang tua Antonio mengunjungi anak dan menantunya. Mereka telah sampai di rumah Antonio."Eh, Mama, Papa, ayo masuk," sambut Jhulie.Ibunda Antonio mengerutkan keningnya melihat perut Jhulie yang masih datar. "Kamu belum hamil juga, Jhul?" tanyanya.Jhulie terkesiap, dia mendadak salah tingkah. "Eh, belum, Ma, " jawab Jhulie lirih."Kenapa? Kamu tidak sedang KB kan?" tanya Ibunda Antonio membuat Jhulie semakin terpojok."Mungkin dia memang belum dipercaya untuk momong anak, Ma, bisa saja mereka disuruh pacaran lebih lama, sudah tidak perlu dibahas lagi. Niat kita kan ke sini mau main kan," sela Ayah Antonio mencoba mencairkan suasana yang hampir tegang karena dia tahu raut wajah Jhulie terlihat kebingungan.Ibunda Antonio pun diam."Kalian dari mana?" tanya Jhulie berusaha bersikap tenang."Kita dari rumah," sahut Ibunda Antonio ramah."Apa kalian sudah makan?" tanya Jhulie lagi."Kita sudah makan tadi di rumah, kamu tidak perlu repot-repot ya." Ibunda Antoni terpaksa
"Iya, Mas, maksudku di dalam surat itu kan tertulis kalau anak kita lahir kamu akan menceraikanku, tapi misal aku tidak bisa hamil, berarti kamu tidak akan menceraikanku, kan?""Enak saja, aku tetap akan cari cara supaya aku bisa mendapatkan anak, tapi orang tuaku tahunya kamu yang hamil," ketus Antonio."Tapi pasti diundur kan perjanjian kontraknya, ini sudah hampir satu tahun, kalau proses hamil sembilan bulan hampir satu tahun, itu artinya kalau sudah dua tahun kamu belum jadi menceraikanku karna kamu belum dapat anak dariku," ujar Jhulie dengan nada mengejek.Braaakkk!Antonio menjadi emosi, dia menggebrak meja. "Dasar licik kamu."Setelah berkata demikian pria itu langsung masuk ke kamarnya.'Kamu yang licik, Mas. Lihat saja aku akan mengulur waktu untuk ikut program hamil, biar aku bisa menumpang hidup di sini lebih lama, hahaha,' batin Jhulie sambil tertawa dalam hati.****Di tempat lain, Rochman tengah berada di sebuah alun-alun. Dia pulang dari kerja. Dia pun mengeluarkan po
Jam pulang pun tiba, Rochman segera keluar kantor dia berjalan menuju parkiran mobil. Saat akan memasuki mobil, netranya tertuju pada seorang pria yang tengah mengendarai sepeda motor, dan pria itu tak asing bagi Rochman.'Itu bukannya suami Lexa?' batin Rochman sambil terus menatap pria tersebut dari kejauhan. Dan tak lama Lexa datang menghampiri dan langsung membonceng suaminya. Dengan lemas Rochman pun masuk ke mobil dan segera menggerakkan stang bundarnya.Di tengah jalan, dia melihat Santi sedang berdiri seolah sedang menunggu seseorang. "Itu kan Santi, ngapain dia di sana?" lirih Rochman terus mengemudikan mobilnya menghampiri Santi.Tin!Rochman membunyikan klakson mobil membuat Santi tersentak. Dia pun menoleh ke arah mobil di sampingnya dan menghampirinya. Perlahan kaca mobil terbuka."Lho, Mas Rocman?" sapa Santi."Kamu sedang apa di sini, sendiri lagi. Tidak sama suami kamu?" Rochman langsung menghujani pertanyaan kepada Santi."Aku dari mall, ini mau pulang nunggu taxi. S
Tak terasa hari menjelang malam, dan Rochman masih asik menonton televisi bersama Santi."Kamu tidak pulang, Mas?" tanya Santi."Kamu mengusirku?" Rochman balik bertanya."Lho, aku kan cuma tanya. Kalau mau menginap di sini ya tidak apa-apa, kan suamiku satu minggu lagi baru pulang," ujar Santi."Aku akan menginap di sini satu malam. Lagian besok kan sabtu, aku tidak ke kantor," kata Rochman."Iya tidak apa-apa, kok," pasrah Santi."Dan besok kamu harus memasak yang enak-enak untukku," kelakar Rochman."Siap, Bos," canda Santi.Waktu sudah menunjukkan pukul sepuluh malam."aku tidur duluan ya, Mas, ngantuk sekali. Kamu kalau masih mau nonton tivi dulu silahkan saja," kata Santi yang sudah menguap berkali-kali."Aku juga ngantuk, kita tidur saja yuk," sahut Rochman."Hem ... kamu itu suka sekali ikut-ikutan," cibir Santi.Rochman hanya terkekeh kemudian dia berjalan mengikuti Santi masuk kamarnya, tak lupa dia mengunci pintu kamarnya. Mereka berdua merebahkan tubuhnya di atas kasur den
Rochman yang tidak ingin berdebat pun segera berlalu dari hadapan suami Santi dan juga Santi."Dasar brengsek tidak tahu diri. Pengecut," umpat suami Santi."Pah, aku minta maaf aku khilaf," ucap Santi menghampiri suaminya."Khilaf kok terus," sindir suami Santi kemudian segera berlalu dari hadapan Santi. Pria itu masuk ke kamar tamu dan segera menguncinya.Santi pun pasrah, dengan gontai dia masuk kamarnya dan merebahkan tubuhnya di atas kasur. Seketika kembali terlintas wajah Rochman dalam benaknya.Santi pun tersenyum hingga tanpa sadar matanya terpejam ....****Pagi itu di di kediaman rumah Antonio, Jhulie berdiri dengan tatapan kosong menghadap jendela kamar, dia menatap cahaya matahari yang baru saja terbit.Air mata yang mengalir seakan mewakili segala kegundahan yang menumpuk dalam hatinya.Serpihan kenangannya bersama Rochman kembali terlintas dalam benaknya."Ya Tuhan, kenapa sesakit ini?" batin Jhulie sambil kedua tangannya saling meremas.Namun Jhulie segera tersadar dari
Rochman pun masuk ke ruangannya. Dia duduk dan mengecek berkas-berkas yang ada di atas meja.'Sebaiknya aku mulai jaga jarak dengan Lexa. Aku tidak ingin kejadian kemarin terulang lagi,' batin Rochman sambil tangannya menata berkas di hadapannya.Tak terasa sore hari pun tiba, para karyawan kantor bersiap pulang begitupun dengan Rochman. Pria itu keluar dari ruangan dan menuju ke parkiran mobil. Mendadak dia terkejut melihat wanita di hadapannya.'Miss Sidney?' batin Rochman.Sidney berjalan menghampiri Rochman. "Mas, kita harus bicara," katanya."Maaf, Miss, sudah tidak ada lagi yang harus dibicarakan." Rochman melewati tubuh langsing Sidney dan mendekati mobilnya.Hubungan yang pernah terjadi melalui beberapa kali pertemuan pun mereka rasakan. Namun kini tinggal kenangan yang akan terkikis oleh waktu.Sidney terus mengikuti Rochman. "Mas, saya minta maaf atas semua kesalahanku."Namun Rochman tetap diam tak menghiraukan ucapan Sidney. Pria itu sudah tidak ingin lagi berurusan denga
"Maaf, saya sedang tidak ingin membahas urusan hati, bukankah itu yang ingin anda bicarakan? Saya sudah pernah bilang, kalau kita tidak ada hubungan apa-apa, kejadian waktu itu anggap saja saya khilaf." Rochman sengaja tidak memberi harapan kepada Sidney, khawatir akan berujung rumit.Sidney pun diam, kemudian dengan lemas dia berpamitan pulang. Rochman menutup pintu dan menguncinya. Pria itu tampak pusing dengan semuanya. Pikirannya kacau.****Keesokan hari, Rochman sudah berada di ruang kerjanya. Dia menelpon Lex untuk menyuruhnya datang ke ruangannya. Dan beberapa saat kemudian setelah mengetuk pintu, Lexa masuk ke dalam ruangan Rochman."Ada apa, Bos?" tanya wanita itu setelah duduk di hadapan Rochman."Bagaimana perkembangan keuangan perusahaan kita?" Rochman bertanya balik."Tiga bulan ini, keuangan perusahaan kita semakin membaik. Uang hasil penggelapan yang disimpan di rekening bekas karyawan bernama Dio dulu, sudah berhasil ditarik seluruhnya," papar Lexa."Baguslah kalau be
"Oh iya, maaf apa anda tahu Mbak Puput kemana? Dari tadi saya pencet bel, tapi tidak ada yang buka, dan sepertinya rumah ini kosong," tutur Rochman."Lho, memang Masnya tidak tahu, kalau Puput sudah pindah keluar kota ikut suaminya. Dan rumah ini juga sudah dijual," jelas wanita itu."Gitu ya?" lirih Rochman.Tak lama seorang wanita lain menghampiri mereka. "Ada apa, Jeng?" tanyanya."Ini, Jeng, Masnya nyariin si Puput.""Oh dia kan sudah pindah keluar kota, dan tidak kembali kesini lagi.""Iya betul.""Dan dengar-dengar sih, dulu ada laki-kaki yang sering datang kesini berusaha ganggu si Puput. Makanya suaminya tidak rela.""Ganggu gimana maksud Jeng?""Masa tidak tahu, ya pokoknya ganggu si Puput deh. Padahal Puput sudah bersuami, tapi si lakinya malah genit sama si Puput."Deg!Jantung Rochman berdetak kencang seketika mendengar obrolan kedua wanita di dekatnya itu."Ekhem, maaf kalau begitu saya permisi dulu. Terimakasih infonya." Rochman pun segera berpamitan dan berlalu dari tem
Hari demi hari, Rochman mendampingi Puput menjalani kehamilan pertamanya dengan bahagia. Ibunda Rochman dan orang-orang di sekeliling menghujaninya dengan berbagai macam perhatian.Bahkan Rochman kini sudah tak berani menyentuh Puput setiap malam, meskipun dokter memperbolehkan hal itu, di masa kehamilan tua.Dan hari yang dinantikan pun tiba ... suatu malam, Puput merasakan dorongan yang kuat dari dalam perutnya. 'Duh, sakit sekali,' batinnya.Puput bahkan tak sanggup untuk berjalan lagi. Dia hanya membungkukkan badannya, bertumpu pada ranjang sambil meringis menikmati rasanya kontraksi.Rochman yang mengetahui hal itu benar-benar panik, tak henti-hentinya dia mengusap punggung istrinya sambil sesekali mengusap keringat di dahinya."Sepertinya, kamu sudah mau melahirkan, sayang," kata Rochman."Iya nih, Mas, sakit sekali, tidak kuat aku." keluh Puput.Rochman bertambah panik, dia menemui sang ibu di dalam kamarnya, dan menceritakan apa yang dirasakan oleh istrinya."Kalau begitu, ayo
Satu minggu kemudian, Rochman mengajak sang ibu ke rumah Puput untuk melamar wanita tersebut."Put, apa kamu mau menerima Rochman di hati kamu?"Puput tersipu, dia menatap lekat ke arah Ibunda Rochman. "I-iya, Bu, saya mau."Ibunda Rochman tersenyum ramah, "terimakasih, ibu titip anak ibu ya, semoga kalian selalu diberikan kemudahan dalam segala hal, setelah menikah nanti.""Amin," lirih Puput.Kemudian Ibunda Rochman memakaikan cincin di jari manis Puput. Seketika Puput terharu, netranya tampak berkabut. Kemudian Puput memeluk Ibunda Rochman penuh haru."Jadi, satu minggu lagi kalian akan menikah?" tanya Ibunda Rochman kepada Rochman, wanita itu kembali memastikan rencana anaknya."Iya, Ma, dan aku sudah mantap," sahut Rochman antusias."Ibu pesan, jaga Puput baik-baik," kata Ibunda Rochman."Pasti, Bu," angguk Puput.Lama mereka berbincang, Rochman dan ibunya pun pamit undur diri. Mereka akan kembali ke rumahnya untuk mempersiapkan segala sesuatunya.Kini Ibunda Rochman berada di rum
Rochman menghirup aroma wangi dari tubuh Puput, membuat bagian bawah Rochman menegang. Perlahan Puput menjauhkan kembali wajahnya. Niat hati ingin menggoda Puput, namun justru dia sendiri yang terpancing.Rochman pun berjalan ke arah kulkas, dia membuka lemari pendingin itu, kemudian kembali mengambil air mineral dan berjalan lagi melewati Puput. "Pokoknya kamu jangan pulang dulu."Kemudian Rochman berjalan masuk ke dalam kamarnya, dia ingin menetralkan hati dan sesuatu yang menggelora itu.Sementara Puput bernapas lega, dia pun memegangi dadanya, merasakan detak jantungnya semakin kencang. 'Duh, kenapa aku seperti ini?' batinnya. Wanita itu benar-benar tak habis pikir mengenai tubuhnya.Tak lama Rochman keluar lagi menghampiri Puput. Tanpa aba-aba, pria itu langsung mendaratkan sebuah kecupan pada bibir Puput membuat wanita berstatus janda itu terbelalak.Namun Puput tak kuasa melawan Rochman, dan terjadilah pagut memagut dari kedua bibir itu. Lama mereka berdua berpagutan, akhirnya P
Kedua insan itu, kini saling meluapkan rasa cinta pada diri mereka masing-masing. Kini, tak ada lagi rasa ragu dan malu pada diri Puput, dia justru merasa nyaman dalam dekapan Rochman.Perlahan, Rochman melepaskan pelukannya kemudian kedua tangannya menangkup kedua sisi wajah Puput. Manik mata Rochman menelisik wajah Puput. Perlahan bibir Rochman mendekat.Namun seketika itu juga, Puput segera menjauhkan wajahnya. "Mas, ini di luar rumah, tidak enak kalau ada yang lihat."Rochman pun segera melepaskan tangan yang melekat pada wajah Puput."Ya sudah aku pulang dulu. Sudah malam," pamit Puput."Tunggu sebentar, jadi kamu mau menerima lamaranku?" harap Rochman.Puput pun membalikkan badan, dan berjalan menjauhi Rochman sambil bergumam ...."Tidak dalam waktu dekat ini, tadi itu aku hanya bilang, kalau aku cinta sama kamu."Rochman menepuk keningnya, kemudian menggelengkan kepala, merasa konyol dengan tingkah Puput. "Dia habis mimpi apa, sih?"****Keesokan hari, Puput bangun lebih awal.
"Hehe, ya sudah ayo." Rochman dan Puput pun segera kembali ke kantor.****Malam hari tiba, Rochman saat itu masih menonton televisi di ruang tengah. Saat itu dia tengah berada di rumah ibunya."Kamu belum tidur?" tanya Ibunda Rochman menghampiri anaknya dan duduk di sebelahnya."Belum ngantuk, Ma," ujar Rochman."Jangan tidur terlalu larut, tidak baik untuk kesehatan," pesan Ibunda Rochman."Iya, Ma." Rochman mengangguk."Oh ya, Ma, Loli sekarang dipenjara," kata Rochman.Ibunda Rochman terkesiap mendengar penuturan anaknya. "Jadi dia sudah ketangkap?""Sudah," jawab Rochman singkat."Ya sudah tidak perlu diungkit lagi, biarkan dia menerima balasan yang setimpal," kata Ibunda Rochman."Iya, Ma." Lagi-lagi Rochman hanya mengangguk."Terus, gimana hubungan kamu dengan Puput?" tanya Ibunda Rochman lagi"Aku belum bisa cerita sekarang, Ma. Mama doakan saja semoga bisa lanjut ke jenjang yang lebih serius," tutur Rochman. Dia tidan ingin berbicara lebih detail mengenai Puput yang belum sah
Puput terkesiap, dia segera beranjak dari tempat duduknya, dan bergegas menuju kamar mandi. Beberapa saat kemudian, wanita itu telah berpenampilan rapi.Rochman tersenyum melihat Puput, "sekarang, giliran saya mandi," ujarnya kemudian berjalan menuju kamar mandi untuk melaksanakan ritual mandinya.Selesai mandi, Rochman mengajak Puput ke suatu tempat. Dia mengendarai mobilnya."Kita mau ke mana, Mas?" tanya Puput heran."Kita cari makan," sahut Rochman berdalih."Tapi, kita kan baru saja makan." Puput mengerutkan keningnya."Iya, tapi saya lapar lagi. Tidak tahu kenapa, saya lihat kamu bawaannya lapar terus, hehe." Rochman pun terkekeh.Puput menggelengkan kepalanya, merasa konyol dengan tingkah Rochman.Kini mereka sampai sebuah tempat, seketika Puput merasa aneh mengapa Rochman membawanya ke sebuah penjara."Lho, ini kan penjara, Mas?""Yang bilang toilet umum siapa?" kelakar Rochman kemudian mengajak Puput turun.Mereka berdua masuk ke dalam, dan disambut oleh seorang polisi. Rochm
Keesokan hari, Puput kembali bekerja seperti biasa. Saat itu waktu sudah menunjukkan pukul dua belas siang. Rochman masuk ke ruangan Puput."Mau makan siang di mana, Sayang?" tanya Rochman."Di mana saja deh, memang Mas mau makan di mana?" Puput balik bertanya."Saya mau makan di foodcourt bawah saja hari ini," jawab Rochman."Owh ...." Puput hanya mengangguk."Kamu mau ikut?" tanya Rochman lagi."Skip dulu deh, saya sedang malas kemana-mana. Mau delivery order saja sepertinya," ujar Puput.Rochman menatap Puput dengan sepasang alis terangkat. "Tumben, biasanya selalu mau kalau saya ajak makan," katanya."Hehe, lagi ingin pesan sesuatu saja dari sini." Puput menunjukkan ponselnya yang menampilkan salah satu aplikasi pesan makanan online di sana."Oh ya sudah, saya pesankan sekalian ya. Saya juga malas cari makan, kalau tidak sama kamu," tutur Rochman dijawab dengan anggukan kepala Puput.Setengah jam kemudiaan, Puput turun ke lobi untuk mengambil makan siang yang telah dia pesan dari
Keesokan harinya, Rochman mendatangi rumah Puput.Puput yang sudah rapi dan wangi menyambut Rochman."Saya sudah siap, Mas," kata Puput yang mengira Rochman akan menjemputnya untuk ke kantor bersama."Hari ini saya libur, jadi mau jalan-jalan ke Bali," ucap Rochman antusias.Puput mengerutkan keningnya, "bukannya ini bukan hari libur, ya? Tidak tanggal merah juga," gumamnya sambil menatap Rochman dengan tatapan meminta penjelasan."Em, begini, Put, saya kan ada meeting mendadak sama klien tapi di Bali. Jadi, saya mau ajak kamu ikut sekalian sama saya, dan urusan kantor sudah saya pasrahkan sama si Lexa."Rochman terpaksa berbohong, supaya Puput mau ikut bersamanya, karena tak dipungkiri pria itu memang ingin mendekatkan dirinya kepada Puput lebih intens lagi."Gitu ya? Terus, apa saya harus bawa baju ganti?" ujar Puput."Tidak perlu, nanti beli saja di sana, lagian cuma dua hari kok," tutur Rochman.Puput mengangguk dan mereka berdua pun pergi ke Bali sesuai jadwal yang telah direncan
Tak lama Rochman tiba di rumah. Dia langsung mengajak Puput masuk. Saat itu Ibunda Rochman duduk di ruang depan."Lho, ada tamu rupanya," kata Ibunda Rochman.Rochman tersenyum dan duduk bergabung bersama ibunya."Cie, ada yang lagi happy nih," ledek Ibunda Rochman saat melihat sosok Puput. Wanita itu dapat menyimpulkan kalau Puput adalah pacar baru anak laki-lakinya."Ma, kenalkan ini Puput calon istriku," kata Rochman kepada sang ibunda."Wah, cantik. Kapan kalian nikah?" ujar Ibunda Rochman."Mama ini, langsung bahas nikah terus," kelakar Rochman."Maksud mama kamu kan sudah berumur, jadi langsung saja nikah, daripada pacaran terus nanti ujungnya bubar seperti yang sudah-sudah," tutur Ibunda Rochman."Iya, Ma. Tapi Puput ini janda." Rochman pun menceritakan perihal mengenai Puput, latar belakang juga musibah yang menimpa wanita itu, membuat Ibunda Rochman merasa iba."Nak, kamu boleh menganggap ibu seperti ibu kamu sendiri. Ibu juga merestui hubungan kalian," kata Ibunda Rochman me