Rochman yang tidak ingin berdebat pun segera berlalu dari hadapan suami Santi dan juga Santi."Dasar brengsek tidak tahu diri. Pengecut," umpat suami Santi."Pah, aku minta maaf aku khilaf," ucap Santi menghampiri suaminya."Khilaf kok terus," sindir suami Santi kemudian segera berlalu dari hadapan Santi. Pria itu masuk ke kamar tamu dan segera menguncinya.Santi pun pasrah, dengan gontai dia masuk kamarnya dan merebahkan tubuhnya di atas kasur. Seketika kembali terlintas wajah Rochman dalam benaknya.Santi pun tersenyum hingga tanpa sadar matanya terpejam ....****Pagi itu di di kediaman rumah Antonio, Jhulie berdiri dengan tatapan kosong menghadap jendela kamar, dia menatap cahaya matahari yang baru saja terbit.Air mata yang mengalir seakan mewakili segala kegundahan yang menumpuk dalam hatinya.Serpihan kenangannya bersama Rochman kembali terlintas dalam benaknya."Ya Tuhan, kenapa sesakit ini?" batin Jhulie sambil kedua tangannya saling meremas.Namun Jhulie segera tersadar dari
Rochman pun masuk ke ruangannya. Dia duduk dan mengecek berkas-berkas yang ada di atas meja.'Sebaiknya aku mulai jaga jarak dengan Lexa. Aku tidak ingin kejadian kemarin terulang lagi,' batin Rochman sambil tangannya menata berkas di hadapannya.Tak terasa sore hari pun tiba, para karyawan kantor bersiap pulang begitupun dengan Rochman. Pria itu keluar dari ruangan dan menuju ke parkiran mobil. Mendadak dia terkejut melihat wanita di hadapannya.'Miss Sidney?' batin Rochman.Sidney berjalan menghampiri Rochman. "Mas, kita harus bicara," katanya."Maaf, Miss, sudah tidak ada lagi yang harus dibicarakan." Rochman melewati tubuh langsing Sidney dan mendekati mobilnya.Hubungan yang pernah terjadi melalui beberapa kali pertemuan pun mereka rasakan. Namun kini tinggal kenangan yang akan terkikis oleh waktu.Sidney terus mengikuti Rochman. "Mas, saya minta maaf atas semua kesalahanku."Namun Rochman tetap diam tak menghiraukan ucapan Sidney. Pria itu sudah tidak ingin lagi berurusan denga
"Maaf, saya sedang tidak ingin membahas urusan hati, bukankah itu yang ingin anda bicarakan? Saya sudah pernah bilang, kalau kita tidak ada hubungan apa-apa, kejadian waktu itu anggap saja saya khilaf." Rochman sengaja tidak memberi harapan kepada Sidney, khawatir akan berujung rumit.Sidney pun diam, kemudian dengan lemas dia berpamitan pulang. Rochman menutup pintu dan menguncinya. Pria itu tampak pusing dengan semuanya. Pikirannya kacau.****Keesokan hari, Rochman sudah berada di ruang kerjanya. Dia menelpon Lex untuk menyuruhnya datang ke ruangannya. Dan beberapa saat kemudian setelah mengetuk pintu, Lexa masuk ke dalam ruangan Rochman."Ada apa, Bos?" tanya wanita itu setelah duduk di hadapan Rochman."Bagaimana perkembangan keuangan perusahaan kita?" Rochman bertanya balik."Tiga bulan ini, keuangan perusahaan kita semakin membaik. Uang hasil penggelapan yang disimpan di rekening bekas karyawan bernama Dio dulu, sudah berhasil ditarik seluruhnya," papar Lexa."Baguslah kalau be
"Oh iya, maaf apa anda tahu Mbak Puput kemana? Dari tadi saya pencet bel, tapi tidak ada yang buka, dan sepertinya rumah ini kosong," tutur Rochman."Lho, memang Masnya tidak tahu, kalau Puput sudah pindah keluar kota ikut suaminya. Dan rumah ini juga sudah dijual," jelas wanita itu."Gitu ya?" lirih Rochman.Tak lama seorang wanita lain menghampiri mereka. "Ada apa, Jeng?" tanyanya."Ini, Jeng, Masnya nyariin si Puput.""Oh dia kan sudah pindah keluar kota, dan tidak kembali kesini lagi.""Iya betul.""Dan dengar-dengar sih, dulu ada laki-kaki yang sering datang kesini berusaha ganggu si Puput. Makanya suaminya tidak rela.""Ganggu gimana maksud Jeng?""Masa tidak tahu, ya pokoknya ganggu si Puput deh. Padahal Puput sudah bersuami, tapi si lakinya malah genit sama si Puput."Deg!Jantung Rochman berdetak kencang seketika mendengar obrolan kedua wanita di dekatnya itu."Ekhem, maaf kalau begitu saya permisi dulu. Terimakasih infonya." Rochman pun segera berpamitan dan berlalu dari tem
"Kalau terganggu, aku akan pulang." Santi segera beranjak dari duduknya namun dengan sigap dicegah oleh Rochman. Pria itu meraih pergelangan tangan Santi membuat Santi terkesiap."Gitu saja ngambek, aku kan hanya bercanda," ledek Rochman sambil meringis.Dan Santi pun duduk kembali, dia pun tahu kalau Rochman memang tidaklah serius."Jadi begini ... aku dan suamiku minggu depan sudah tidak menempati rumah itu lagi," kata Santi.Rochman mengerutkan keningnya. "Maksudnya gimana?""Rumah kita sudah terjual dan kita akan tinggal di malaysia. Mungkin suamiku tidak ingin kita terus berhubungan, dan kemungkinan juga aku akan ganti nomer. Untuk itu aku kesini ingin memberitahu kamu tentang hal ini supaya kamu tidak penasaran kalau suatu saat kamu menghubungiku. Sekali lagi aku minta maaf," papar Santi sambil menurunkan pandangannya.Rochman menghela napas .... "Tidak apa-apa, aku sudah mengikhlaskan semuanya. Semoga kamu bisa bahagia bersama suami kamu. Maaf kalau kemarin-kemarin aku selalu m
"Eh tidak apa-apa." Lolita tersipu membuat Rochman semakin bertambah gemas.Selesai makan, Rochman membayar makanannya kemudian mengantar Lolita kembali ke alun-alun."Besok jangan lupa ya, aku tunggu di rumah." Rochman kembali mengingatkan Lolita."Oke, besok pagi aku pasti ke sana," angguk Lolita.Cukup lama kedua insan itu berbincang serius, kemudian Lolita berpamitan pulang karena hari sudah petang."Hati-hati pulangnya," kata Rochman dijawab dengan anggukan kepala Lolita.Lolita pun mengendarai sepeda motornya dan berlalu dari hadapan Rochman. Manik mata Rochman terus bergerak mengikuti kemana Lolita melaju hingga menghilang.Rochman kembali duduk dengan tatapan kosong, entah apa yang merasukinya, dia terus terbayang-bayang wajah Lolita. Tak lama kemudian pria itu mengusap wajahnya dengan telapak tangannya.'Ah, kenapa aku jadi mikirin dia? Apa sudah saatnya aku berhenti mengganggu istri orang, dan menjalin hubungan dengan perempuan singel seperti yang mama bilang,' batinnya sera
Keesokan hari, Rochman telah sampai di seberang jalan restoran milik Lexa. Setelah memarkirkan mobilnya di pinggir jalan, Rochman menginjakkan kakinya di depan restoran tersebut. Dia melepas kacamata yang sedari tadi bertengger menutupi matanya.Rochman berniat mengajak Lolita jalan, karena saat itu waktunya gadis tersebut pulang kerja.Pandangannya menyapu sekitar restoran baru itu. Pria itu kagum dengan restoran di hadapannya itu, benar-benar terlihat bersih dan nyaman.Dia juga tersenyum, melihat para pelanggan yang mulai berdatangan.Tak lama Rochman melihat seorang gadis bertubuh tinggi langsing dengan surai panjang yang dibiarkan tergerai di bahunya. Gadis itu berjalan ke arah parkiran motor."Loli ...." Tak menyia-nyiakan waktu, Rochman bergegas menghampiri."Loli!"Satu kali panggilan berhasil membuat gadis cantik itu menoleh."Lho, Mas? Kapan datang?" tanya Lolita heran."Baru saja, kok," jawab Rochman."Mas ngapain kesini?" tanya Lolita lagi."Aku mau ajak kamu jalan," sahut
"Apanya yang gombal?" heran Rochman menahan tawa."Kamu itu," tuding Lolita.Rochman pun menghirup napas dalam-dalam, kemudian menghembuskannya perlahan. Dia dapat menyimpulkan kalau Lolita belum percaya sepenuhnya kepada dirinya."Astaga, aku sampai lupa. Kamu pasti lapar, kan? Gini saja deh, kita makan dulu yuk, masalah pembicaraan tadi jangan terlalu dianggap serius. Aku tidak menyuruh kamu jawab sekarang, kok. Kamu boleh pikir-pikir dulu, kalau kamu sudah siap kamu bisa jawab dan aku juga tidak memaksa kamu buat menerimaku," pasrah Rochman.Seketika Lolita merasa bersalah, dia menurunkan pandangannya. Sebenarnya gadis bukan tidak suka terhadap Rochman, hanya saja dia masih merasa ragu. Jujur Lolita pernah trauma dengan seorang pria yang kini telah menjadi masa lalunya. Jadi dia belum siap untuk menjalin kasih dengan seorang pria, apalagi pria yang kini menyukainya telah berstatus duda."Halo? Gimana? Mau tidak makan malam denganku?" Rochman membuyarkan lamunan Lolita."Eh iya, Mas
Hari demi hari, Rochman mendampingi Puput menjalani kehamilan pertamanya dengan bahagia. Ibunda Rochman dan orang-orang di sekeliling menghujaninya dengan berbagai macam perhatian.Bahkan Rochman kini sudah tak berani menyentuh Puput setiap malam, meskipun dokter memperbolehkan hal itu, di masa kehamilan tua.Dan hari yang dinantikan pun tiba ... suatu malam, Puput merasakan dorongan yang kuat dari dalam perutnya. 'Duh, sakit sekali,' batinnya.Puput bahkan tak sanggup untuk berjalan lagi. Dia hanya membungkukkan badannya, bertumpu pada ranjang sambil meringis menikmati rasanya kontraksi.Rochman yang mengetahui hal itu benar-benar panik, tak henti-hentinya dia mengusap punggung istrinya sambil sesekali mengusap keringat di dahinya."Sepertinya, kamu sudah mau melahirkan, sayang," kata Rochman."Iya nih, Mas, sakit sekali, tidak kuat aku." keluh Puput.Rochman bertambah panik, dia menemui sang ibu di dalam kamarnya, dan menceritakan apa yang dirasakan oleh istrinya."Kalau begitu, ayo
Satu minggu kemudian, Rochman mengajak sang ibu ke rumah Puput untuk melamar wanita tersebut."Put, apa kamu mau menerima Rochman di hati kamu?"Puput tersipu, dia menatap lekat ke arah Ibunda Rochman. "I-iya, Bu, saya mau."Ibunda Rochman tersenyum ramah, "terimakasih, ibu titip anak ibu ya, semoga kalian selalu diberikan kemudahan dalam segala hal, setelah menikah nanti.""Amin," lirih Puput.Kemudian Ibunda Rochman memakaikan cincin di jari manis Puput. Seketika Puput terharu, netranya tampak berkabut. Kemudian Puput memeluk Ibunda Rochman penuh haru."Jadi, satu minggu lagi kalian akan menikah?" tanya Ibunda Rochman kepada Rochman, wanita itu kembali memastikan rencana anaknya."Iya, Ma, dan aku sudah mantap," sahut Rochman antusias."Ibu pesan, jaga Puput baik-baik," kata Ibunda Rochman."Pasti, Bu," angguk Puput.Lama mereka berbincang, Rochman dan ibunya pun pamit undur diri. Mereka akan kembali ke rumahnya untuk mempersiapkan segala sesuatunya.Kini Ibunda Rochman berada di rum
Rochman menghirup aroma wangi dari tubuh Puput, membuat bagian bawah Rochman menegang. Perlahan Puput menjauhkan kembali wajahnya. Niat hati ingin menggoda Puput, namun justru dia sendiri yang terpancing.Rochman pun berjalan ke arah kulkas, dia membuka lemari pendingin itu, kemudian kembali mengambil air mineral dan berjalan lagi melewati Puput. "Pokoknya kamu jangan pulang dulu."Kemudian Rochman berjalan masuk ke dalam kamarnya, dia ingin menetralkan hati dan sesuatu yang menggelora itu.Sementara Puput bernapas lega, dia pun memegangi dadanya, merasakan detak jantungnya semakin kencang. 'Duh, kenapa aku seperti ini?' batinnya. Wanita itu benar-benar tak habis pikir mengenai tubuhnya.Tak lama Rochman keluar lagi menghampiri Puput. Tanpa aba-aba, pria itu langsung mendaratkan sebuah kecupan pada bibir Puput membuat wanita berstatus janda itu terbelalak.Namun Puput tak kuasa melawan Rochman, dan terjadilah pagut memagut dari kedua bibir itu. Lama mereka berdua berpagutan, akhirnya P
Kedua insan itu, kini saling meluapkan rasa cinta pada diri mereka masing-masing. Kini, tak ada lagi rasa ragu dan malu pada diri Puput, dia justru merasa nyaman dalam dekapan Rochman.Perlahan, Rochman melepaskan pelukannya kemudian kedua tangannya menangkup kedua sisi wajah Puput. Manik mata Rochman menelisik wajah Puput. Perlahan bibir Rochman mendekat.Namun seketika itu juga, Puput segera menjauhkan wajahnya. "Mas, ini di luar rumah, tidak enak kalau ada yang lihat."Rochman pun segera melepaskan tangan yang melekat pada wajah Puput."Ya sudah aku pulang dulu. Sudah malam," pamit Puput."Tunggu sebentar, jadi kamu mau menerima lamaranku?" harap Rochman.Puput pun membalikkan badan, dan berjalan menjauhi Rochman sambil bergumam ...."Tidak dalam waktu dekat ini, tadi itu aku hanya bilang, kalau aku cinta sama kamu."Rochman menepuk keningnya, kemudian menggelengkan kepala, merasa konyol dengan tingkah Puput. "Dia habis mimpi apa, sih?"****Keesokan hari, Puput bangun lebih awal.
"Hehe, ya sudah ayo." Rochman dan Puput pun segera kembali ke kantor.****Malam hari tiba, Rochman saat itu masih menonton televisi di ruang tengah. Saat itu dia tengah berada di rumah ibunya."Kamu belum tidur?" tanya Ibunda Rochman menghampiri anaknya dan duduk di sebelahnya."Belum ngantuk, Ma," ujar Rochman."Jangan tidur terlalu larut, tidak baik untuk kesehatan," pesan Ibunda Rochman."Iya, Ma." Rochman mengangguk."Oh ya, Ma, Loli sekarang dipenjara," kata Rochman.Ibunda Rochman terkesiap mendengar penuturan anaknya. "Jadi dia sudah ketangkap?""Sudah," jawab Rochman singkat."Ya sudah tidak perlu diungkit lagi, biarkan dia menerima balasan yang setimpal," kata Ibunda Rochman."Iya, Ma." Lagi-lagi Rochman hanya mengangguk."Terus, gimana hubungan kamu dengan Puput?" tanya Ibunda Rochman lagi"Aku belum bisa cerita sekarang, Ma. Mama doakan saja semoga bisa lanjut ke jenjang yang lebih serius," tutur Rochman. Dia tidan ingin berbicara lebih detail mengenai Puput yang belum sah
Puput terkesiap, dia segera beranjak dari tempat duduknya, dan bergegas menuju kamar mandi. Beberapa saat kemudian, wanita itu telah berpenampilan rapi.Rochman tersenyum melihat Puput, "sekarang, giliran saya mandi," ujarnya kemudian berjalan menuju kamar mandi untuk melaksanakan ritual mandinya.Selesai mandi, Rochman mengajak Puput ke suatu tempat. Dia mengendarai mobilnya."Kita mau ke mana, Mas?" tanya Puput heran."Kita cari makan," sahut Rochman berdalih."Tapi, kita kan baru saja makan." Puput mengerutkan keningnya."Iya, tapi saya lapar lagi. Tidak tahu kenapa, saya lihat kamu bawaannya lapar terus, hehe." Rochman pun terkekeh.Puput menggelengkan kepalanya, merasa konyol dengan tingkah Rochman.Kini mereka sampai sebuah tempat, seketika Puput merasa aneh mengapa Rochman membawanya ke sebuah penjara."Lho, ini kan penjara, Mas?""Yang bilang toilet umum siapa?" kelakar Rochman kemudian mengajak Puput turun.Mereka berdua masuk ke dalam, dan disambut oleh seorang polisi. Rochm
Keesokan hari, Puput kembali bekerja seperti biasa. Saat itu waktu sudah menunjukkan pukul dua belas siang. Rochman masuk ke ruangan Puput."Mau makan siang di mana, Sayang?" tanya Rochman."Di mana saja deh, memang Mas mau makan di mana?" Puput balik bertanya."Saya mau makan di foodcourt bawah saja hari ini," jawab Rochman."Owh ...." Puput hanya mengangguk."Kamu mau ikut?" tanya Rochman lagi."Skip dulu deh, saya sedang malas kemana-mana. Mau delivery order saja sepertinya," ujar Puput.Rochman menatap Puput dengan sepasang alis terangkat. "Tumben, biasanya selalu mau kalau saya ajak makan," katanya."Hehe, lagi ingin pesan sesuatu saja dari sini." Puput menunjukkan ponselnya yang menampilkan salah satu aplikasi pesan makanan online di sana."Oh ya sudah, saya pesankan sekalian ya. Saya juga malas cari makan, kalau tidak sama kamu," tutur Rochman dijawab dengan anggukan kepala Puput.Setengah jam kemudiaan, Puput turun ke lobi untuk mengambil makan siang yang telah dia pesan dari
Keesokan harinya, Rochman mendatangi rumah Puput.Puput yang sudah rapi dan wangi menyambut Rochman."Saya sudah siap, Mas," kata Puput yang mengira Rochman akan menjemputnya untuk ke kantor bersama."Hari ini saya libur, jadi mau jalan-jalan ke Bali," ucap Rochman antusias.Puput mengerutkan keningnya, "bukannya ini bukan hari libur, ya? Tidak tanggal merah juga," gumamnya sambil menatap Rochman dengan tatapan meminta penjelasan."Em, begini, Put, saya kan ada meeting mendadak sama klien tapi di Bali. Jadi, saya mau ajak kamu ikut sekalian sama saya, dan urusan kantor sudah saya pasrahkan sama si Lexa."Rochman terpaksa berbohong, supaya Puput mau ikut bersamanya, karena tak dipungkiri pria itu memang ingin mendekatkan dirinya kepada Puput lebih intens lagi."Gitu ya? Terus, apa saya harus bawa baju ganti?" ujar Puput."Tidak perlu, nanti beli saja di sana, lagian cuma dua hari kok," tutur Rochman.Puput mengangguk dan mereka berdua pun pergi ke Bali sesuai jadwal yang telah direncan
Tak lama Rochman tiba di rumah. Dia langsung mengajak Puput masuk. Saat itu Ibunda Rochman duduk di ruang depan."Lho, ada tamu rupanya," kata Ibunda Rochman.Rochman tersenyum dan duduk bergabung bersama ibunya."Cie, ada yang lagi happy nih," ledek Ibunda Rochman saat melihat sosok Puput. Wanita itu dapat menyimpulkan kalau Puput adalah pacar baru anak laki-lakinya."Ma, kenalkan ini Puput calon istriku," kata Rochman kepada sang ibunda."Wah, cantik. Kapan kalian nikah?" ujar Ibunda Rochman."Mama ini, langsung bahas nikah terus," kelakar Rochman."Maksud mama kamu kan sudah berumur, jadi langsung saja nikah, daripada pacaran terus nanti ujungnya bubar seperti yang sudah-sudah," tutur Ibunda Rochman."Iya, Ma. Tapi Puput ini janda." Rochman pun menceritakan perihal mengenai Puput, latar belakang juga musibah yang menimpa wanita itu, membuat Ibunda Rochman merasa iba."Nak, kamu boleh menganggap ibu seperti ibu kamu sendiri. Ibu juga merestui hubungan kalian," kata Ibunda Rochman me