"Ya sudah, yuk, aku antar pulang," ujar Rochman.Mereka pun kembali ke taman kota. Sesampainya, Lolita segera turun dan menghampiri sepeda motornya yang terparkir di tempat itu. Sedangkan Rochman mengekor di belakang Lolita."Aku antar pulang," kata Rochman.Lolita mengerutkan keningnya .... "Antar gimana? Kita kan bawa kendaraan sendiri-sendiri.""Iya kita naik kendaraan sendiri-sendiri sampai depan rumah kamu," tutur Rochman."Aku bisa pulang sendiri," kata Lolita."Kamu itu perempuan, tidak baik pulang malam-malam, dan lagi aku yang ajak kamu jadi aku harus tanggung jawab," ujar Rochman bersikeras."Oke, kalau kamu memang memaksa," lirih Lolita.Kemudian kedua insan itu mengendarai kendaraannya masing-masing. Dua puluh menit, mereka sampai di depan rumah Lolita."Lolita menghentikan sepeda motornya, namun dia diam saja tak beranjak dari posisinya membuat Rochman heran."Ya sudah, kalau kamu mau masuk," kata Rochman.Kemudian Lolita turun dari sepeda motornya, dan menghampiri pria b
Karena tidak ingin berdebat, Sidney pun berlalu meninggalkan Rochman.******Kediaman Rumah Antonio"Gimana ini, Mas, sudah satu tahun lebih aku belum hamil juga?" ujar Jhulie sambil memegangi perutnya yang datar itu."Gimana kalau kita melakukan program bayi tabung?" usul Antonio."Bayi tabung? Gimana itu, Mas?" heran Jhulie yang tidak memahami hal tersebut."Besok kita ke dokter, aku akan menemanimu. Sekarang aku mau ke kantor dulu. Papa memberiku banyak pekerjaan," tutur Antonio.Jhulie pun mengangguk dan Antonio segera berlalu.****Sore hari sepulang membantu ayahnya di kantor, Antonio singgah di rumah kedua orang tuanya. Dia datang bersama ayahnya."Gimana, Nio, kapan kalian akan memberikan kami seorang cucu? Kami sudah semakin tua dan ingin sekali menimang cucu," ujar Ibunda Antonio setelah mereka berkumpul di ruang tengah."Sabar, Ma, aku juga lagi usaha ini. Gimana kalau aku melakukan program hamil dengan memakai sarana bayi tabung?" ujar Antonio."Ya dicoba saja dulu, siapa
Antonio terbelalak. "Maksud kamu apa? Kamu lupa sama perjanjian kita? Ingat, ya ... perjanjian tetaplah perjanjian!" tegasnya.Jhulie pun diam, dia merasa berdebat pun percuma ....****Keesokan hari, seperti biasa Rochman berangkat ke kantornya. Hari itu dia akan mengecek dana perusahaan yang masuk.Dalam perjalanan, Rochman dicegah sebuah sepeda motor yang dikendarai oleh seorang pria. Rochman pun menghentikan mobilnya lalu membuka kaca jendela mobil."Ada apa, Mas?" Rochman bertanya kepada pria tersebut sambil melongokkan kepalanya."Mas, maaf mengganggu sebentar. Numpang tanya, bengkel yang dekat sini mana, ya? Ini saya mau tambah angin, sepertinya ban motor saya kurang angin," tutur pengendara sepeda motor."Oh kalau gitu mari ikuti mobil saya," kata Rochman.Kemudian Rochman kembali mengendarai mobilnya. Jalan menuju bengkel di sekitar tempat itu melewati jalan yang sepi.Ketika berada di sebuah jalan yang cukup sepi, tiga pemuda pengendara sepeda motor menghadang mobil Rochman.
"Hem si Bos tidur lagi, sepertinya Bos benar-benar merasakan sakit yang luar biasa," gumam Lexa lirih. Wanita itu menatap Rochman dengan penuh iba.Tak lama seorang perawat masuk ke dalam ruangan. Dia mengantarkan makanan untuk Rochman."Permisi, Mbak, ini saya bawakan sarapan untuk pasien. Tolong dimakan supaya cepat pulih," kata perawat itu sambil meletakkan makanan di meja dekat kasur."Oh iya, Sus, terimakasih," kata Lexa tersenyum ramah.Setelah perawat keluar, selang beberapa menit Rochman membuka mata. Dia mengedarkan pandangannya ke sekeliling."Bos sudah bangun?" tanya Lexa kemudian meraih mangkuk berisi bubur dan menyuapi Rochman perlahan.Rochman pun memakan bubur itu perlahan. Beberapa saat kemudian, Lexa meletakkan mangkuk berisi bubur yang hanya tinggal separuh di atas meja, karena Rochman tak menghabiskannya."Sekarang anda istirahat saja biar cepet pulih, dan bisa cepat pulang," ujar Lexa."Saya ingin pulang sekarang," mohon Rochman."Kata dokter, besok baru boleh pula
Keesokan hari, Lexa mengantar Rochman ke rumah sakit. Sesampainya mereka mendaftar dan menunggu. Beberapa lama kemudian, seorang dokter masuk dan mengajak Rochman untuk melakukan visum. Setelah semua selesai, dokter mengatakan kalau hasil visum akan keluar dua minggu lagi. Setelah mengucapkan terimakasih, Rochman meminta Lexa mengantarnya ke bengkel tempat mobilnya diservis. Dia akan mengambil mobil yang kemarin diservis dan hari itu sudah siap pakai.Keesokan hari, mata Rochman mengerjap ketika cahaya matahari pagi mengintip di balik jendela kamar. Pria itu beranjak dari tidurnya dan berjalan menuju ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Kini sakit yang dirasakan mulai berkurang. Selesai membersihkan diri, Rochman masuk ke dalam kamarnya.Dalam sekejap Rochman sudah rapi dengan kemeja hitam arang andalannya. Dia memandang dirinya melalui pantulan cermin. Kemudian pandangannya dia lemparkan ke sembarang arah, hatinya mencelos. Entah kenapa perasaannya tak menentu.Setelah siap, Rochm
"Baiklah," pasrah Lolita."Kalau bisa aku mau secepatnya, kita tunangan enam bulan saja terus kita nikah, jangan lama-lama. Aku takut kamu keburu diambil orang," ledek Rochman.Lolita tersipu, "ih, Mas ini bisa saja." Gadis itu menurunkan pandangannya.Perlahan Rochman mengangkat dagu Lolita dan kini wajah mereka menjadi sejajar. Rochman menatap lekat bibir mungil Lolita yang menggoda. Rochman ingin sekali mengecupnya, namun dia sadar dia sedang berada di rumah Lolita, khawatir para tetangga akan mengetahui perbuatannya."Minggu depan kita tunangan," ucap Rochman jelas dan pasti.Lolita terkesiap, "em, i-iya, Mas."Tak lama, Rochman mengeluarkan sesuatu dari saku celananya. Sebuah kotak kecil berwarna merah hati. Rochman membuka kotak itu, dia mengeluarkan cincin berlian dengan mutiara di tengahnya. Kemudian memakaikan di jari tengah Lolita."Debaran ini dan juga hati ini sepenuhnya terisi oleh kamu, Li. Hari ini aku akan melamarmu," ujar Rochman dengan penuh keyakinan.Lolita terngan
Dan Rochman pun memblokir nomor Sidney. Dia pun kembali melanjutkan istirahatnya.******Kediaman Rumah AntonioMalam hari tiba, terlihat Antonio berjalan hilir mudik di depan kamarnya. Saat itu Jhulie sudah tertidur pulas di dalam kamar. "Ah kenapa aku jadi pusing begini?" ucapnya lirih sambil meremas surainya."Mungkin sebotol minuman bisa membuatku berpikir," ucapnya lagi kemudian segera keluar mengendarai mobilnya.Beberapa lama kemudian Antonio tiba di sebuah diskotik. Setelah memarkirkan mobil, dia masuk ke dalam dan langsung memesan minuman kepada pelayan. Kini di hadapan pria itu sudah tersedia satu botol minuman bersama satu gelas sloki.Perlahan Antonio menuang minuman ke dalam sloki dan meneguknya. Hal itu dia lakukan hingga habis. Dalam sekejap saja tubuh pria itu sudah dikuasai alkohol.Antonio keluar dari diskotik dan kembali mengendarai mobilnya. Dalam perjalanan, dia melewati sebuah tempat bertuliskan Rumah Bordir. Antonio pun menghentikan mobilnya dan menatap ke arah t
Selesai bermain, Antonio segera ke manar mandi untuk membersihkan diri. Setelah itu dia berpakaian dan duduk di atas ranjang. Dan kini Melati pun telah selesai membersihkan diri dan berpakaian.Diam-diam Antonio kembali menatap Melati, 'sepertinya aku akan sering-sering ke tempat ini,' batinnya."Apa saya boleh minta nomer telpon kamu?" tanya Antonio kepada Melati.Melati menoleh ke arah Antonio. "Boleh," jawabnya singkat. Dan mereka pun saling bertukar nomor.Kemudian Melati mengambil uang dua juta yang terletak di bibir kasur. "Tuan, apa ini buat saya?" tanyanya seraya menatap Antonio."Ya, memang buat siapa lagi? Atau masih kurang?" sahut Antonio sambil membetulkan kerah bajunya."Justru ini terlalu banyak," kata Melati."Memangnya, berapa bayaran kamu setiap melayani tamu?" tanya Antonio."Jujur saya baru pertama kerja di sini, dan andalah tamu pertama yang saya layani. Tapi kata mami kita dapat tiga ratus ribu setiap melayani tamu," papar Melati."Mami? Maksud kamu perempuan tadi
Hari demi hari, Rochman mendampingi Puput menjalani kehamilan pertamanya dengan bahagia. Ibunda Rochman dan orang-orang di sekeliling menghujaninya dengan berbagai macam perhatian.Bahkan Rochman kini sudah tak berani menyentuh Puput setiap malam, meskipun dokter memperbolehkan hal itu, di masa kehamilan tua.Dan hari yang dinantikan pun tiba ... suatu malam, Puput merasakan dorongan yang kuat dari dalam perutnya. 'Duh, sakit sekali,' batinnya.Puput bahkan tak sanggup untuk berjalan lagi. Dia hanya membungkukkan badannya, bertumpu pada ranjang sambil meringis menikmati rasanya kontraksi.Rochman yang mengetahui hal itu benar-benar panik, tak henti-hentinya dia mengusap punggung istrinya sambil sesekali mengusap keringat di dahinya."Sepertinya, kamu sudah mau melahirkan, sayang," kata Rochman."Iya nih, Mas, sakit sekali, tidak kuat aku." keluh Puput.Rochman bertambah panik, dia menemui sang ibu di dalam kamarnya, dan menceritakan apa yang dirasakan oleh istrinya."Kalau begitu, ayo
Satu minggu kemudian, Rochman mengajak sang ibu ke rumah Puput untuk melamar wanita tersebut."Put, apa kamu mau menerima Rochman di hati kamu?"Puput tersipu, dia menatap lekat ke arah Ibunda Rochman. "I-iya, Bu, saya mau."Ibunda Rochman tersenyum ramah, "terimakasih, ibu titip anak ibu ya, semoga kalian selalu diberikan kemudahan dalam segala hal, setelah menikah nanti.""Amin," lirih Puput.Kemudian Ibunda Rochman memakaikan cincin di jari manis Puput. Seketika Puput terharu, netranya tampak berkabut. Kemudian Puput memeluk Ibunda Rochman penuh haru."Jadi, satu minggu lagi kalian akan menikah?" tanya Ibunda Rochman kepada Rochman, wanita itu kembali memastikan rencana anaknya."Iya, Ma, dan aku sudah mantap," sahut Rochman antusias."Ibu pesan, jaga Puput baik-baik," kata Ibunda Rochman."Pasti, Bu," angguk Puput.Lama mereka berbincang, Rochman dan ibunya pun pamit undur diri. Mereka akan kembali ke rumahnya untuk mempersiapkan segala sesuatunya.Kini Ibunda Rochman berada di rum
Rochman menghirup aroma wangi dari tubuh Puput, membuat bagian bawah Rochman menegang. Perlahan Puput menjauhkan kembali wajahnya. Niat hati ingin menggoda Puput, namun justru dia sendiri yang terpancing.Rochman pun berjalan ke arah kulkas, dia membuka lemari pendingin itu, kemudian kembali mengambil air mineral dan berjalan lagi melewati Puput. "Pokoknya kamu jangan pulang dulu."Kemudian Rochman berjalan masuk ke dalam kamarnya, dia ingin menetralkan hati dan sesuatu yang menggelora itu.Sementara Puput bernapas lega, dia pun memegangi dadanya, merasakan detak jantungnya semakin kencang. 'Duh, kenapa aku seperti ini?' batinnya. Wanita itu benar-benar tak habis pikir mengenai tubuhnya.Tak lama Rochman keluar lagi menghampiri Puput. Tanpa aba-aba, pria itu langsung mendaratkan sebuah kecupan pada bibir Puput membuat wanita berstatus janda itu terbelalak.Namun Puput tak kuasa melawan Rochman, dan terjadilah pagut memagut dari kedua bibir itu. Lama mereka berdua berpagutan, akhirnya P
Kedua insan itu, kini saling meluapkan rasa cinta pada diri mereka masing-masing. Kini, tak ada lagi rasa ragu dan malu pada diri Puput, dia justru merasa nyaman dalam dekapan Rochman.Perlahan, Rochman melepaskan pelukannya kemudian kedua tangannya menangkup kedua sisi wajah Puput. Manik mata Rochman menelisik wajah Puput. Perlahan bibir Rochman mendekat.Namun seketika itu juga, Puput segera menjauhkan wajahnya. "Mas, ini di luar rumah, tidak enak kalau ada yang lihat."Rochman pun segera melepaskan tangan yang melekat pada wajah Puput."Ya sudah aku pulang dulu. Sudah malam," pamit Puput."Tunggu sebentar, jadi kamu mau menerima lamaranku?" harap Rochman.Puput pun membalikkan badan, dan berjalan menjauhi Rochman sambil bergumam ...."Tidak dalam waktu dekat ini, tadi itu aku hanya bilang, kalau aku cinta sama kamu."Rochman menepuk keningnya, kemudian menggelengkan kepala, merasa konyol dengan tingkah Puput. "Dia habis mimpi apa, sih?"****Keesokan hari, Puput bangun lebih awal.
"Hehe, ya sudah ayo." Rochman dan Puput pun segera kembali ke kantor.****Malam hari tiba, Rochman saat itu masih menonton televisi di ruang tengah. Saat itu dia tengah berada di rumah ibunya."Kamu belum tidur?" tanya Ibunda Rochman menghampiri anaknya dan duduk di sebelahnya."Belum ngantuk, Ma," ujar Rochman."Jangan tidur terlalu larut, tidak baik untuk kesehatan," pesan Ibunda Rochman."Iya, Ma." Rochman mengangguk."Oh ya, Ma, Loli sekarang dipenjara," kata Rochman.Ibunda Rochman terkesiap mendengar penuturan anaknya. "Jadi dia sudah ketangkap?""Sudah," jawab Rochman singkat."Ya sudah tidak perlu diungkit lagi, biarkan dia menerima balasan yang setimpal," kata Ibunda Rochman."Iya, Ma." Lagi-lagi Rochman hanya mengangguk."Terus, gimana hubungan kamu dengan Puput?" tanya Ibunda Rochman lagi"Aku belum bisa cerita sekarang, Ma. Mama doakan saja semoga bisa lanjut ke jenjang yang lebih serius," tutur Rochman. Dia tidan ingin berbicara lebih detail mengenai Puput yang belum sah
Puput terkesiap, dia segera beranjak dari tempat duduknya, dan bergegas menuju kamar mandi. Beberapa saat kemudian, wanita itu telah berpenampilan rapi.Rochman tersenyum melihat Puput, "sekarang, giliran saya mandi," ujarnya kemudian berjalan menuju kamar mandi untuk melaksanakan ritual mandinya.Selesai mandi, Rochman mengajak Puput ke suatu tempat. Dia mengendarai mobilnya."Kita mau ke mana, Mas?" tanya Puput heran."Kita cari makan," sahut Rochman berdalih."Tapi, kita kan baru saja makan." Puput mengerutkan keningnya."Iya, tapi saya lapar lagi. Tidak tahu kenapa, saya lihat kamu bawaannya lapar terus, hehe." Rochman pun terkekeh.Puput menggelengkan kepalanya, merasa konyol dengan tingkah Rochman.Kini mereka sampai sebuah tempat, seketika Puput merasa aneh mengapa Rochman membawanya ke sebuah penjara."Lho, ini kan penjara, Mas?""Yang bilang toilet umum siapa?" kelakar Rochman kemudian mengajak Puput turun.Mereka berdua masuk ke dalam, dan disambut oleh seorang polisi. Rochm
Keesokan hari, Puput kembali bekerja seperti biasa. Saat itu waktu sudah menunjukkan pukul dua belas siang. Rochman masuk ke ruangan Puput."Mau makan siang di mana, Sayang?" tanya Rochman."Di mana saja deh, memang Mas mau makan di mana?" Puput balik bertanya."Saya mau makan di foodcourt bawah saja hari ini," jawab Rochman."Owh ...." Puput hanya mengangguk."Kamu mau ikut?" tanya Rochman lagi."Skip dulu deh, saya sedang malas kemana-mana. Mau delivery order saja sepertinya," ujar Puput.Rochman menatap Puput dengan sepasang alis terangkat. "Tumben, biasanya selalu mau kalau saya ajak makan," katanya."Hehe, lagi ingin pesan sesuatu saja dari sini." Puput menunjukkan ponselnya yang menampilkan salah satu aplikasi pesan makanan online di sana."Oh ya sudah, saya pesankan sekalian ya. Saya juga malas cari makan, kalau tidak sama kamu," tutur Rochman dijawab dengan anggukan kepala Puput.Setengah jam kemudiaan, Puput turun ke lobi untuk mengambil makan siang yang telah dia pesan dari
Keesokan harinya, Rochman mendatangi rumah Puput.Puput yang sudah rapi dan wangi menyambut Rochman."Saya sudah siap, Mas," kata Puput yang mengira Rochman akan menjemputnya untuk ke kantor bersama."Hari ini saya libur, jadi mau jalan-jalan ke Bali," ucap Rochman antusias.Puput mengerutkan keningnya, "bukannya ini bukan hari libur, ya? Tidak tanggal merah juga," gumamnya sambil menatap Rochman dengan tatapan meminta penjelasan."Em, begini, Put, saya kan ada meeting mendadak sama klien tapi di Bali. Jadi, saya mau ajak kamu ikut sekalian sama saya, dan urusan kantor sudah saya pasrahkan sama si Lexa."Rochman terpaksa berbohong, supaya Puput mau ikut bersamanya, karena tak dipungkiri pria itu memang ingin mendekatkan dirinya kepada Puput lebih intens lagi."Gitu ya? Terus, apa saya harus bawa baju ganti?" ujar Puput."Tidak perlu, nanti beli saja di sana, lagian cuma dua hari kok," tutur Rochman.Puput mengangguk dan mereka berdua pun pergi ke Bali sesuai jadwal yang telah direncan
Tak lama Rochman tiba di rumah. Dia langsung mengajak Puput masuk. Saat itu Ibunda Rochman duduk di ruang depan."Lho, ada tamu rupanya," kata Ibunda Rochman.Rochman tersenyum dan duduk bergabung bersama ibunya."Cie, ada yang lagi happy nih," ledek Ibunda Rochman saat melihat sosok Puput. Wanita itu dapat menyimpulkan kalau Puput adalah pacar baru anak laki-lakinya."Ma, kenalkan ini Puput calon istriku," kata Rochman kepada sang ibunda."Wah, cantik. Kapan kalian nikah?" ujar Ibunda Rochman."Mama ini, langsung bahas nikah terus," kelakar Rochman."Maksud mama kamu kan sudah berumur, jadi langsung saja nikah, daripada pacaran terus nanti ujungnya bubar seperti yang sudah-sudah," tutur Ibunda Rochman."Iya, Ma. Tapi Puput ini janda." Rochman pun menceritakan perihal mengenai Puput, latar belakang juga musibah yang menimpa wanita itu, membuat Ibunda Rochman merasa iba."Nak, kamu boleh menganggap ibu seperti ibu kamu sendiri. Ibu juga merestui hubungan kalian," kata Ibunda Rochman me