Kini hanya Rochman dan Lolita berdua di tempat itu ..."Mas, aku minta maaf, bukannya aku tidak mau terus terang tentang statusku, tapi ....""Sssttt ... sudah tidak perlu diteruskan, aku tidak masalah kok. Lagian sekarang aku sudah tahu kan tentang statusku." Rochman menyela ucapan Lolita."Jadi, Mas tetap mau terima aku, dengan status jandaku ini?" tanya Lolita."Kenapa tidak? Aku sendiri juga duda, tidak masalah kan janda ketemu duda," kelakar Rochman membuat Lolita tersipu.Sore hari, Ibu Lolita pulang berjualan bersama Abi, dan Rochman masih berada di rumah Lolita. Ibu Lolita masuk dan berjalan ke belakang. Tak lama dia kembali lagi membawa nampan berisi segelas teh hangat. Dia meletakkannya di atas meja di hadapan Rochman."Duh repot-repot, Bu." Rochman merasa canggung hati seketika."Tidak apa-apa, hanya air kok," ucap Ibu Lolita seraya duduk di samping Lolita."Apa kamu benar-benar serius dengan anak saya?" tanya Ibu Lolita kepada Rochman."Tentu saja saya serius, Bu. Tapi sep
"Sudah dong, kan Loli cerita ke mama. Mama pikir dia juga sudah cerita ke kamu," ujar Ibunda Rochman dijawab dengan gelengan kepala Rochman."Ya sudah tidak apa-apa, mungkin dia malu atau bisa jadi nunggu waktu yang tepat," kata Ibunda Rochman lagi."Ya, mungkin juga begitu, Ma," lirih Rochman.****Satu minggu kemudian ....Rumah yang sederhana akan menjadi saksi bisu pertunangan seorang pria yang tidak lagi berstatus lajang, dengan seorang gadis yang juga sudah berstatus janda.Wajah sang pria memancarkan kebahagiaan, karena akan bertunangan dengan wanita yang dia cintai. Begitupun dengan wajah sang wanita.Hari itu adalah hari pertunangan Rochman dan Lolita. Mereka sudah mempersiapkan acara itu sebelumnya.Entah mengapa, Rochman mendadak gugup. Pria tampan yang tidak lagi lajang itupun meremas pinggiran jasnya, serta menggigit bibir bagian bawah. Jika acara itu dilakukan antara Rochman dan Lolita saja, mungkin Rochman tidak akan segugup itu. Namun dia akan melakukan acara itu di ha
Tak terasa mobil yang dikendarai Rochman telah sampai di depan rumah, dan mereka semua turun kemudian masuk ke rumah. Kini mereka berkumpul di ruang depan. Tak terasa hari sudah petang."Man, besok mama pulang ya, karna mama tidak tenang kalau ninggal rumah lama-lama," kata Ibunda Rochman mengawali pembicaraan.Rochman memasang wajah kecewa, kemudian menatap ibunya dalam-dalam. "Mama kok tega sekali, baru di sini sebentar saja sudah tidak betah," keluhnya."Bukan tidak betah, tapi mama juga tidak mau ganggu kemesraan kamu. Kamu nikmatin saja hari bahagiamu, jangan sibuk bekerja terus. Dan besok kalau kalian nikah, mama pasti ke sini lagi," tutur Ibunda Rochman tenang."Ih, Mama ini, masa main ke sini kalau aku mau nikah saja. Mainlah ke sini setiap minggu atau setiap hari juga boleh, kalau perlu aku akan jemput," kelakar Rochman.Ibunda Rochman tersenyum, "kita sudah punya kehidupan sendiri-sendiri, dan kamu sudah dewasa sekarang, sekian puluh tahun kita hidup bersama, dan sekarang su
Rochman pun menghampiri Lolita. "Sudah matang mienya?" tanyanya."Sudah, Mas, ayo kita makan," ujar Lolita.Kini mereka berdua duduk berhadapan dan menikmati semangkuk mie instan."Enak," lirih Rochman."Jelas enak ini kan makanan siap saji dan sudah ada bumbunya," sanggah Lolita.Rochman terkekeh, "ya sudah lain kali kamu masak buatku, eh buat kita juga dong.""Iya besok kalau sudah jadi istri kamu," seloroh Lolita.Selesai makan mereka bersiap-siap.****Di tempat lain ....Antonio dan Jhulie tengah sarapan bersama."Hueeekkkk!"Tiba-tiba Antonio merasakan mual pada perutnya, dan seketika tubuhnya pun terasa lemas. Pria itu pun berlari ke toilet, dia memuntahkan cairan bening kemudian kembali lagi ke ruang makan."Kamu kenapa, Mas?" tanya Jhulie mengerutkan keningnya.Antonio hanya menggeleng sambil meringis."Kamu sakit? Muka kamu pucat lho, Mas," lanjut Jhulie."Aku juga tidak tahu nih, kok tiba-tiba mual, badanku juga lemas sekali," keluh Antonio."Fix kamu sakit," tebak Jhulie.
Antonio menatap lekat kepada Melati .... "Gimana kalau besok sore kita ketemu lagi di tempat ini. Ada hal penting yang akan saya bicarakan. Sekarang saya sedang ada urusan," dalihnya."Baiklah, Tuan," lirih Melati.Kemudian Antonio mengeluarkan uang satu juta, dan memberikannya kepada Melati, "ini untuk pegangan kamu. Kalau bisa kamu tidak perlu kerja di tempat itu lagi. Nanti tiap minggu saya akan menemui kamu dan memberikan uang untuk kamu."Melati terbelalak melihat uang tersebut, "tapi, Tuan itu terlalu banyak.""Ambillah, saya tahu kamu butuh," paksa Antonio.Melati pun mengambil uang tersebut. "Terimakasih, Tuan.""Hei, tolong jangan panggil saya Tuan, panggil Mas saja biar lebih akrab," ujar Antonio."Baik, Mas," angguk Melati.Kemudian Antonio berpamitan kepada Melati, dan dia pun menyuruh Melati pulang naik taxi online, sedangkan Antonio segera berlalu dari tempat itu.****Di tempat lain, Rochman dan Lolita telah tiba di bandara. Rochman mengajak Lolita untuk turun setelah s
Setelah berpakaian, Lolita keluar dari kamar mandi, kemudian duduk di bibir ranjang sambil menonton acara televisi. Tak ada obrolan di antara mereka berdua. Rochman pun tampak fokus dengan acara televisi.Tak terasa malam pun merayap datang, kedua insan itu sudah berada di dalam kamar. Lolita terlihat gelisah, dia mencoba memejamkan matanya, namun tek juga terlelap.Sementara Rochman sedang memainkan ponselnya. Mereka tidur di dua kasur yang berbeda."Kamu kenapa, sayang? Kok sepertinya gelisah gitu?" tanya Rochman yang sedari tadi memperhatikan tingkah Lolita."Aku tidak bisa tidur, Mas," jawab Lolita lirih masih membolak-balikkan tubuhnya. "Tidak bisa tidur, atau takut?" tanya Rochman dengan wajah tenang."Takut apa, Mas?" Lolita mengerutkan keningnya."Takut aku makan kamu," kelakar Rochman."Hem, kebiasaan kamu, Mas," dehem Lolita. Namun dalam hatinya membenarkan ucapan Rochman. Wanita itu memang khawatir Rochman akan berbuat yang tidak-tidak jika dirinya tertidur pulas.Rochman
Sekali lagi Rochman memasang telinga, 'sepertinya suaranya dari arah belakang,' batinnya.Lolita justru tak menggubris seruan Sidney, karena dia mengira suara-suara orang-orang yang berada di taman pada umumnya. Wanita itu sedang asik mengamati orang-orang melayu yang berlalu lalang di tempat itu.Rochman pun menoleh ke belakang. Betapa terkejutnya pria itu melihat wanita yang sedang berdiri. "Miss Sidney?" lirihnya sambil mengucek matanya seolah tak percaya dengan kehadiran wanita itu yang kini telah berada di sekatnya."Mas Rochman, apa kabar? Sedang apa di sini? Mainnya kok jauh sekali." Sidney menghujani Rochman dengan berbagai pertanyaan.Dan saat itulah Lolita sadar dengan percakapan di sebelahnya. Dia pun menoleh ke belakang. Seketika keningnya berkerut."Siapa dia, Mas?" tanya Lolita kepada Rochman.Rochman menoleh ke arah Lolita, lidahnya seolah kaku tak dapat bicara. Kemudian pria itu beralih menatap Sidney. 'Duh, ini kenapa ada dia di sini sih?' Rochman membatin sambil meng
Di tempat lain ...."Sayang, ayo kita ke dokter sekarang ....!" Pagi itu terdengar suara Antonio yang telah berpenampilan rapi."Iya sebentar, ini aku hampir selesai make-up," sahut Jhulie dari dalam kamar.Setelah siap mereka berdua pun menuju dokter kandungan. Kini mereka berada di dalam sebuah ruangan dengan seorang dokter di hadapannya."Jadi bayi tabung harus melalui proses, dan bisa berhasil bisa juga gagal. Juga ada resikonya semacam komplikasi kesehatan yang bisa terjadi saat menjalani bayi tabung. Jadi bisa hamil ektopik, keguguran, juga hamil kembar. Dan bisa juga sampai kembar lima," papar sang dokter.Jhulie dan Antonio terbelalak, mereka saling berpandangan ....'Wah kalau hamil kembar bisa repot, dan aku tidak ingin punya anak kembar apalagi sampai dobel,' batin Antonio.'Kalau sampai keguguran, aku yang rugi, dulu aku sudah keguguran masa sekarang harus keguguran lagi,' kata suara hati Jhulie."Em, Dok, kalau kami pikirkan dulu gimana?" usul Antonio."Tidak masalah, say
Hari demi hari, Rochman mendampingi Puput menjalani kehamilan pertamanya dengan bahagia. Ibunda Rochman dan orang-orang di sekeliling menghujaninya dengan berbagai macam perhatian.Bahkan Rochman kini sudah tak berani menyentuh Puput setiap malam, meskipun dokter memperbolehkan hal itu, di masa kehamilan tua.Dan hari yang dinantikan pun tiba ... suatu malam, Puput merasakan dorongan yang kuat dari dalam perutnya. 'Duh, sakit sekali,' batinnya.Puput bahkan tak sanggup untuk berjalan lagi. Dia hanya membungkukkan badannya, bertumpu pada ranjang sambil meringis menikmati rasanya kontraksi.Rochman yang mengetahui hal itu benar-benar panik, tak henti-hentinya dia mengusap punggung istrinya sambil sesekali mengusap keringat di dahinya."Sepertinya, kamu sudah mau melahirkan, sayang," kata Rochman."Iya nih, Mas, sakit sekali, tidak kuat aku." keluh Puput.Rochman bertambah panik, dia menemui sang ibu di dalam kamarnya, dan menceritakan apa yang dirasakan oleh istrinya."Kalau begitu, ayo
Satu minggu kemudian, Rochman mengajak sang ibu ke rumah Puput untuk melamar wanita tersebut."Put, apa kamu mau menerima Rochman di hati kamu?"Puput tersipu, dia menatap lekat ke arah Ibunda Rochman. "I-iya, Bu, saya mau."Ibunda Rochman tersenyum ramah, "terimakasih, ibu titip anak ibu ya, semoga kalian selalu diberikan kemudahan dalam segala hal, setelah menikah nanti.""Amin," lirih Puput.Kemudian Ibunda Rochman memakaikan cincin di jari manis Puput. Seketika Puput terharu, netranya tampak berkabut. Kemudian Puput memeluk Ibunda Rochman penuh haru."Jadi, satu minggu lagi kalian akan menikah?" tanya Ibunda Rochman kepada Rochman, wanita itu kembali memastikan rencana anaknya."Iya, Ma, dan aku sudah mantap," sahut Rochman antusias."Ibu pesan, jaga Puput baik-baik," kata Ibunda Rochman."Pasti, Bu," angguk Puput.Lama mereka berbincang, Rochman dan ibunya pun pamit undur diri. Mereka akan kembali ke rumahnya untuk mempersiapkan segala sesuatunya.Kini Ibunda Rochman berada di rum
Rochman menghirup aroma wangi dari tubuh Puput, membuat bagian bawah Rochman menegang. Perlahan Puput menjauhkan kembali wajahnya. Niat hati ingin menggoda Puput, namun justru dia sendiri yang terpancing.Rochman pun berjalan ke arah kulkas, dia membuka lemari pendingin itu, kemudian kembali mengambil air mineral dan berjalan lagi melewati Puput. "Pokoknya kamu jangan pulang dulu."Kemudian Rochman berjalan masuk ke dalam kamarnya, dia ingin menetralkan hati dan sesuatu yang menggelora itu.Sementara Puput bernapas lega, dia pun memegangi dadanya, merasakan detak jantungnya semakin kencang. 'Duh, kenapa aku seperti ini?' batinnya. Wanita itu benar-benar tak habis pikir mengenai tubuhnya.Tak lama Rochman keluar lagi menghampiri Puput. Tanpa aba-aba, pria itu langsung mendaratkan sebuah kecupan pada bibir Puput membuat wanita berstatus janda itu terbelalak.Namun Puput tak kuasa melawan Rochman, dan terjadilah pagut memagut dari kedua bibir itu. Lama mereka berdua berpagutan, akhirnya P
Kedua insan itu, kini saling meluapkan rasa cinta pada diri mereka masing-masing. Kini, tak ada lagi rasa ragu dan malu pada diri Puput, dia justru merasa nyaman dalam dekapan Rochman.Perlahan, Rochman melepaskan pelukannya kemudian kedua tangannya menangkup kedua sisi wajah Puput. Manik mata Rochman menelisik wajah Puput. Perlahan bibir Rochman mendekat.Namun seketika itu juga, Puput segera menjauhkan wajahnya. "Mas, ini di luar rumah, tidak enak kalau ada yang lihat."Rochman pun segera melepaskan tangan yang melekat pada wajah Puput."Ya sudah aku pulang dulu. Sudah malam," pamit Puput."Tunggu sebentar, jadi kamu mau menerima lamaranku?" harap Rochman.Puput pun membalikkan badan, dan berjalan menjauhi Rochman sambil bergumam ...."Tidak dalam waktu dekat ini, tadi itu aku hanya bilang, kalau aku cinta sama kamu."Rochman menepuk keningnya, kemudian menggelengkan kepala, merasa konyol dengan tingkah Puput. "Dia habis mimpi apa, sih?"****Keesokan hari, Puput bangun lebih awal.
"Hehe, ya sudah ayo." Rochman dan Puput pun segera kembali ke kantor.****Malam hari tiba, Rochman saat itu masih menonton televisi di ruang tengah. Saat itu dia tengah berada di rumah ibunya."Kamu belum tidur?" tanya Ibunda Rochman menghampiri anaknya dan duduk di sebelahnya."Belum ngantuk, Ma," ujar Rochman."Jangan tidur terlalu larut, tidak baik untuk kesehatan," pesan Ibunda Rochman."Iya, Ma." Rochman mengangguk."Oh ya, Ma, Loli sekarang dipenjara," kata Rochman.Ibunda Rochman terkesiap mendengar penuturan anaknya. "Jadi dia sudah ketangkap?""Sudah," jawab Rochman singkat."Ya sudah tidak perlu diungkit lagi, biarkan dia menerima balasan yang setimpal," kata Ibunda Rochman."Iya, Ma." Lagi-lagi Rochman hanya mengangguk."Terus, gimana hubungan kamu dengan Puput?" tanya Ibunda Rochman lagi"Aku belum bisa cerita sekarang, Ma. Mama doakan saja semoga bisa lanjut ke jenjang yang lebih serius," tutur Rochman. Dia tidan ingin berbicara lebih detail mengenai Puput yang belum sah
Puput terkesiap, dia segera beranjak dari tempat duduknya, dan bergegas menuju kamar mandi. Beberapa saat kemudian, wanita itu telah berpenampilan rapi.Rochman tersenyum melihat Puput, "sekarang, giliran saya mandi," ujarnya kemudian berjalan menuju kamar mandi untuk melaksanakan ritual mandinya.Selesai mandi, Rochman mengajak Puput ke suatu tempat. Dia mengendarai mobilnya."Kita mau ke mana, Mas?" tanya Puput heran."Kita cari makan," sahut Rochman berdalih."Tapi, kita kan baru saja makan." Puput mengerutkan keningnya."Iya, tapi saya lapar lagi. Tidak tahu kenapa, saya lihat kamu bawaannya lapar terus, hehe." Rochman pun terkekeh.Puput menggelengkan kepalanya, merasa konyol dengan tingkah Rochman.Kini mereka sampai sebuah tempat, seketika Puput merasa aneh mengapa Rochman membawanya ke sebuah penjara."Lho, ini kan penjara, Mas?""Yang bilang toilet umum siapa?" kelakar Rochman kemudian mengajak Puput turun.Mereka berdua masuk ke dalam, dan disambut oleh seorang polisi. Rochm
Keesokan hari, Puput kembali bekerja seperti biasa. Saat itu waktu sudah menunjukkan pukul dua belas siang. Rochman masuk ke ruangan Puput."Mau makan siang di mana, Sayang?" tanya Rochman."Di mana saja deh, memang Mas mau makan di mana?" Puput balik bertanya."Saya mau makan di foodcourt bawah saja hari ini," jawab Rochman."Owh ...." Puput hanya mengangguk."Kamu mau ikut?" tanya Rochman lagi."Skip dulu deh, saya sedang malas kemana-mana. Mau delivery order saja sepertinya," ujar Puput.Rochman menatap Puput dengan sepasang alis terangkat. "Tumben, biasanya selalu mau kalau saya ajak makan," katanya."Hehe, lagi ingin pesan sesuatu saja dari sini." Puput menunjukkan ponselnya yang menampilkan salah satu aplikasi pesan makanan online di sana."Oh ya sudah, saya pesankan sekalian ya. Saya juga malas cari makan, kalau tidak sama kamu," tutur Rochman dijawab dengan anggukan kepala Puput.Setengah jam kemudiaan, Puput turun ke lobi untuk mengambil makan siang yang telah dia pesan dari
Keesokan harinya, Rochman mendatangi rumah Puput.Puput yang sudah rapi dan wangi menyambut Rochman."Saya sudah siap, Mas," kata Puput yang mengira Rochman akan menjemputnya untuk ke kantor bersama."Hari ini saya libur, jadi mau jalan-jalan ke Bali," ucap Rochman antusias.Puput mengerutkan keningnya, "bukannya ini bukan hari libur, ya? Tidak tanggal merah juga," gumamnya sambil menatap Rochman dengan tatapan meminta penjelasan."Em, begini, Put, saya kan ada meeting mendadak sama klien tapi di Bali. Jadi, saya mau ajak kamu ikut sekalian sama saya, dan urusan kantor sudah saya pasrahkan sama si Lexa."Rochman terpaksa berbohong, supaya Puput mau ikut bersamanya, karena tak dipungkiri pria itu memang ingin mendekatkan dirinya kepada Puput lebih intens lagi."Gitu ya? Terus, apa saya harus bawa baju ganti?" ujar Puput."Tidak perlu, nanti beli saja di sana, lagian cuma dua hari kok," tutur Rochman.Puput mengangguk dan mereka berdua pun pergi ke Bali sesuai jadwal yang telah direncan
Tak lama Rochman tiba di rumah. Dia langsung mengajak Puput masuk. Saat itu Ibunda Rochman duduk di ruang depan."Lho, ada tamu rupanya," kata Ibunda Rochman.Rochman tersenyum dan duduk bergabung bersama ibunya."Cie, ada yang lagi happy nih," ledek Ibunda Rochman saat melihat sosok Puput. Wanita itu dapat menyimpulkan kalau Puput adalah pacar baru anak laki-lakinya."Ma, kenalkan ini Puput calon istriku," kata Rochman kepada sang ibunda."Wah, cantik. Kapan kalian nikah?" ujar Ibunda Rochman."Mama ini, langsung bahas nikah terus," kelakar Rochman."Maksud mama kamu kan sudah berumur, jadi langsung saja nikah, daripada pacaran terus nanti ujungnya bubar seperti yang sudah-sudah," tutur Ibunda Rochman."Iya, Ma. Tapi Puput ini janda." Rochman pun menceritakan perihal mengenai Puput, latar belakang juga musibah yang menimpa wanita itu, membuat Ibunda Rochman merasa iba."Nak, kamu boleh menganggap ibu seperti ibu kamu sendiri. Ibu juga merestui hubungan kalian," kata Ibunda Rochman me