"Baiklah," pasrah Lolita."Kalau bisa aku mau secepatnya, kita tunangan enam bulan saja terus kita nikah, jangan lama-lama. Aku takut kamu keburu diambil orang," ledek Rochman.Lolita tersipu, "ih, Mas ini bisa saja." Gadis itu menurunkan pandangannya.Perlahan Rochman mengangkat dagu Lolita dan kini wajah mereka menjadi sejajar. Rochman menatap lekat bibir mungil Lolita yang menggoda. Rochman ingin sekali mengecupnya, namun dia sadar dia sedang berada di rumah Lolita, khawatir para tetangga akan mengetahui perbuatannya."Minggu depan kita tunangan," ucap Rochman jelas dan pasti.Lolita terkesiap, "em, i-iya, Mas."Tak lama, Rochman mengeluarkan sesuatu dari saku celananya. Sebuah kotak kecil berwarna merah hati. Rochman membuka kotak itu, dia mengeluarkan cincin berlian dengan mutiara di tengahnya. Kemudian memakaikan di jari tengah Lolita."Debaran ini dan juga hati ini sepenuhnya terisi oleh kamu, Li. Hari ini aku akan melamarmu," ujar Rochman dengan penuh keyakinan.Lolita terngan
Dan Rochman pun memblokir nomor Sidney. Dia pun kembali melanjutkan istirahatnya.******Kediaman Rumah AntonioMalam hari tiba, terlihat Antonio berjalan hilir mudik di depan kamarnya. Saat itu Jhulie sudah tertidur pulas di dalam kamar. "Ah kenapa aku jadi pusing begini?" ucapnya lirih sambil meremas surainya."Mungkin sebotol minuman bisa membuatku berpikir," ucapnya lagi kemudian segera keluar mengendarai mobilnya.Beberapa lama kemudian Antonio tiba di sebuah diskotik. Setelah memarkirkan mobil, dia masuk ke dalam dan langsung memesan minuman kepada pelayan. Kini di hadapan pria itu sudah tersedia satu botol minuman bersama satu gelas sloki.Perlahan Antonio menuang minuman ke dalam sloki dan meneguknya. Hal itu dia lakukan hingga habis. Dalam sekejap saja tubuh pria itu sudah dikuasai alkohol.Antonio keluar dari diskotik dan kembali mengendarai mobilnya. Dalam perjalanan, dia melewati sebuah tempat bertuliskan Rumah Bordir. Antonio pun menghentikan mobilnya dan menatap ke arah t
Selesai bermain, Antonio segera ke manar mandi untuk membersihkan diri. Setelah itu dia berpakaian dan duduk di atas ranjang. Dan kini Melati pun telah selesai membersihkan diri dan berpakaian.Diam-diam Antonio kembali menatap Melati, 'sepertinya aku akan sering-sering ke tempat ini,' batinnya."Apa saya boleh minta nomer telpon kamu?" tanya Antonio kepada Melati.Melati menoleh ke arah Antonio. "Boleh," jawabnya singkat. Dan mereka pun saling bertukar nomor.Kemudian Melati mengambil uang dua juta yang terletak di bibir kasur. "Tuan, apa ini buat saya?" tanyanya seraya menatap Antonio."Ya, memang buat siapa lagi? Atau masih kurang?" sahut Antonio sambil membetulkan kerah bajunya."Justru ini terlalu banyak," kata Melati."Memangnya, berapa bayaran kamu setiap melayani tamu?" tanya Antonio."Jujur saya baru pertama kerja di sini, dan andalah tamu pertama yang saya layani. Tapi kata mami kita dapat tiga ratus ribu setiap melayani tamu," papar Melati."Mami? Maksud kamu perempuan tadi
Kini hanya Rochman dan Lolita berdua di tempat itu ..."Mas, aku minta maaf, bukannya aku tidak mau terus terang tentang statusku, tapi ....""Sssttt ... sudah tidak perlu diteruskan, aku tidak masalah kok. Lagian sekarang aku sudah tahu kan tentang statusku." Rochman menyela ucapan Lolita."Jadi, Mas tetap mau terima aku, dengan status jandaku ini?" tanya Lolita."Kenapa tidak? Aku sendiri juga duda, tidak masalah kan janda ketemu duda," kelakar Rochman membuat Lolita tersipu.Sore hari, Ibu Lolita pulang berjualan bersama Abi, dan Rochman masih berada di rumah Lolita. Ibu Lolita masuk dan berjalan ke belakang. Tak lama dia kembali lagi membawa nampan berisi segelas teh hangat. Dia meletakkannya di atas meja di hadapan Rochman."Duh repot-repot, Bu." Rochman merasa canggung hati seketika."Tidak apa-apa, hanya air kok," ucap Ibu Lolita seraya duduk di samping Lolita."Apa kamu benar-benar serius dengan anak saya?" tanya Ibu Lolita kepada Rochman."Tentu saja saya serius, Bu. Tapi sep
"Sudah dong, kan Loli cerita ke mama. Mama pikir dia juga sudah cerita ke kamu," ujar Ibunda Rochman dijawab dengan gelengan kepala Rochman."Ya sudah tidak apa-apa, mungkin dia malu atau bisa jadi nunggu waktu yang tepat," kata Ibunda Rochman lagi."Ya, mungkin juga begitu, Ma," lirih Rochman.****Satu minggu kemudian ....Rumah yang sederhana akan menjadi saksi bisu pertunangan seorang pria yang tidak lagi berstatus lajang, dengan seorang gadis yang juga sudah berstatus janda.Wajah sang pria memancarkan kebahagiaan, karena akan bertunangan dengan wanita yang dia cintai. Begitupun dengan wajah sang wanita.Hari itu adalah hari pertunangan Rochman dan Lolita. Mereka sudah mempersiapkan acara itu sebelumnya.Entah mengapa, Rochman mendadak gugup. Pria tampan yang tidak lagi lajang itupun meremas pinggiran jasnya, serta menggigit bibir bagian bawah. Jika acara itu dilakukan antara Rochman dan Lolita saja, mungkin Rochman tidak akan segugup itu. Namun dia akan melakukan acara itu di ha
Tak terasa mobil yang dikendarai Rochman telah sampai di depan rumah, dan mereka semua turun kemudian masuk ke rumah. Kini mereka berkumpul di ruang depan. Tak terasa hari sudah petang."Man, besok mama pulang ya, karna mama tidak tenang kalau ninggal rumah lama-lama," kata Ibunda Rochman mengawali pembicaraan.Rochman memasang wajah kecewa, kemudian menatap ibunya dalam-dalam. "Mama kok tega sekali, baru di sini sebentar saja sudah tidak betah," keluhnya."Bukan tidak betah, tapi mama juga tidak mau ganggu kemesraan kamu. Kamu nikmatin saja hari bahagiamu, jangan sibuk bekerja terus. Dan besok kalau kalian nikah, mama pasti ke sini lagi," tutur Ibunda Rochman tenang."Ih, Mama ini, masa main ke sini kalau aku mau nikah saja. Mainlah ke sini setiap minggu atau setiap hari juga boleh, kalau perlu aku akan jemput," kelakar Rochman.Ibunda Rochman tersenyum, "kita sudah punya kehidupan sendiri-sendiri, dan kamu sudah dewasa sekarang, sekian puluh tahun kita hidup bersama, dan sekarang su
Rochman pun menghampiri Lolita. "Sudah matang mienya?" tanyanya."Sudah, Mas, ayo kita makan," ujar Lolita.Kini mereka berdua duduk berhadapan dan menikmati semangkuk mie instan."Enak," lirih Rochman."Jelas enak ini kan makanan siap saji dan sudah ada bumbunya," sanggah Lolita.Rochman terkekeh, "ya sudah lain kali kamu masak buatku, eh buat kita juga dong.""Iya besok kalau sudah jadi istri kamu," seloroh Lolita.Selesai makan mereka bersiap-siap.****Di tempat lain ....Antonio dan Jhulie tengah sarapan bersama."Hueeekkkk!"Tiba-tiba Antonio merasakan mual pada perutnya, dan seketika tubuhnya pun terasa lemas. Pria itu pun berlari ke toilet, dia memuntahkan cairan bening kemudian kembali lagi ke ruang makan."Kamu kenapa, Mas?" tanya Jhulie mengerutkan keningnya.Antonio hanya menggeleng sambil meringis."Kamu sakit? Muka kamu pucat lho, Mas," lanjut Jhulie."Aku juga tidak tahu nih, kok tiba-tiba mual, badanku juga lemas sekali," keluh Antonio."Fix kamu sakit," tebak Jhulie.
Antonio menatap lekat kepada Melati .... "Gimana kalau besok sore kita ketemu lagi di tempat ini. Ada hal penting yang akan saya bicarakan. Sekarang saya sedang ada urusan," dalihnya."Baiklah, Tuan," lirih Melati.Kemudian Antonio mengeluarkan uang satu juta, dan memberikannya kepada Melati, "ini untuk pegangan kamu. Kalau bisa kamu tidak perlu kerja di tempat itu lagi. Nanti tiap minggu saya akan menemui kamu dan memberikan uang untuk kamu."Melati terbelalak melihat uang tersebut, "tapi, Tuan itu terlalu banyak.""Ambillah, saya tahu kamu butuh," paksa Antonio.Melati pun mengambil uang tersebut. "Terimakasih, Tuan.""Hei, tolong jangan panggil saya Tuan, panggil Mas saja biar lebih akrab," ujar Antonio."Baik, Mas," angguk Melati.Kemudian Antonio berpamitan kepada Melati, dan dia pun menyuruh Melati pulang naik taxi online, sedangkan Antonio segera berlalu dari tempat itu.****Di tempat lain, Rochman dan Lolita telah tiba di bandara. Rochman mengajak Lolita untuk turun setelah s
Hari demi hari, Rochman mendampingi Puput menjalani kehamilan pertamanya dengan bahagia. Ibunda Rochman dan orang-orang di sekeliling menghujaninya dengan berbagai macam perhatian.Bahkan Rochman kini sudah tak berani menyentuh Puput setiap malam, meskipun dokter memperbolehkan hal itu, di masa kehamilan tua.Dan hari yang dinantikan pun tiba ... suatu malam, Puput merasakan dorongan yang kuat dari dalam perutnya. 'Duh, sakit sekali,' batinnya.Puput bahkan tak sanggup untuk berjalan lagi. Dia hanya membungkukkan badannya, bertumpu pada ranjang sambil meringis menikmati rasanya kontraksi.Rochman yang mengetahui hal itu benar-benar panik, tak henti-hentinya dia mengusap punggung istrinya sambil sesekali mengusap keringat di dahinya."Sepertinya, kamu sudah mau melahirkan, sayang," kata Rochman."Iya nih, Mas, sakit sekali, tidak kuat aku." keluh Puput.Rochman bertambah panik, dia menemui sang ibu di dalam kamarnya, dan menceritakan apa yang dirasakan oleh istrinya."Kalau begitu, ayo
Satu minggu kemudian, Rochman mengajak sang ibu ke rumah Puput untuk melamar wanita tersebut."Put, apa kamu mau menerima Rochman di hati kamu?"Puput tersipu, dia menatap lekat ke arah Ibunda Rochman. "I-iya, Bu, saya mau."Ibunda Rochman tersenyum ramah, "terimakasih, ibu titip anak ibu ya, semoga kalian selalu diberikan kemudahan dalam segala hal, setelah menikah nanti.""Amin," lirih Puput.Kemudian Ibunda Rochman memakaikan cincin di jari manis Puput. Seketika Puput terharu, netranya tampak berkabut. Kemudian Puput memeluk Ibunda Rochman penuh haru."Jadi, satu minggu lagi kalian akan menikah?" tanya Ibunda Rochman kepada Rochman, wanita itu kembali memastikan rencana anaknya."Iya, Ma, dan aku sudah mantap," sahut Rochman antusias."Ibu pesan, jaga Puput baik-baik," kata Ibunda Rochman."Pasti, Bu," angguk Puput.Lama mereka berbincang, Rochman dan ibunya pun pamit undur diri. Mereka akan kembali ke rumahnya untuk mempersiapkan segala sesuatunya.Kini Ibunda Rochman berada di rum
Rochman menghirup aroma wangi dari tubuh Puput, membuat bagian bawah Rochman menegang. Perlahan Puput menjauhkan kembali wajahnya. Niat hati ingin menggoda Puput, namun justru dia sendiri yang terpancing.Rochman pun berjalan ke arah kulkas, dia membuka lemari pendingin itu, kemudian kembali mengambil air mineral dan berjalan lagi melewati Puput. "Pokoknya kamu jangan pulang dulu."Kemudian Rochman berjalan masuk ke dalam kamarnya, dia ingin menetralkan hati dan sesuatu yang menggelora itu.Sementara Puput bernapas lega, dia pun memegangi dadanya, merasakan detak jantungnya semakin kencang. 'Duh, kenapa aku seperti ini?' batinnya. Wanita itu benar-benar tak habis pikir mengenai tubuhnya.Tak lama Rochman keluar lagi menghampiri Puput. Tanpa aba-aba, pria itu langsung mendaratkan sebuah kecupan pada bibir Puput membuat wanita berstatus janda itu terbelalak.Namun Puput tak kuasa melawan Rochman, dan terjadilah pagut memagut dari kedua bibir itu. Lama mereka berdua berpagutan, akhirnya P
Kedua insan itu, kini saling meluapkan rasa cinta pada diri mereka masing-masing. Kini, tak ada lagi rasa ragu dan malu pada diri Puput, dia justru merasa nyaman dalam dekapan Rochman.Perlahan, Rochman melepaskan pelukannya kemudian kedua tangannya menangkup kedua sisi wajah Puput. Manik mata Rochman menelisik wajah Puput. Perlahan bibir Rochman mendekat.Namun seketika itu juga, Puput segera menjauhkan wajahnya. "Mas, ini di luar rumah, tidak enak kalau ada yang lihat."Rochman pun segera melepaskan tangan yang melekat pada wajah Puput."Ya sudah aku pulang dulu. Sudah malam," pamit Puput."Tunggu sebentar, jadi kamu mau menerima lamaranku?" harap Rochman.Puput pun membalikkan badan, dan berjalan menjauhi Rochman sambil bergumam ...."Tidak dalam waktu dekat ini, tadi itu aku hanya bilang, kalau aku cinta sama kamu."Rochman menepuk keningnya, kemudian menggelengkan kepala, merasa konyol dengan tingkah Puput. "Dia habis mimpi apa, sih?"****Keesokan hari, Puput bangun lebih awal.
"Hehe, ya sudah ayo." Rochman dan Puput pun segera kembali ke kantor.****Malam hari tiba, Rochman saat itu masih menonton televisi di ruang tengah. Saat itu dia tengah berada di rumah ibunya."Kamu belum tidur?" tanya Ibunda Rochman menghampiri anaknya dan duduk di sebelahnya."Belum ngantuk, Ma," ujar Rochman."Jangan tidur terlalu larut, tidak baik untuk kesehatan," pesan Ibunda Rochman."Iya, Ma." Rochman mengangguk."Oh ya, Ma, Loli sekarang dipenjara," kata Rochman.Ibunda Rochman terkesiap mendengar penuturan anaknya. "Jadi dia sudah ketangkap?""Sudah," jawab Rochman singkat."Ya sudah tidak perlu diungkit lagi, biarkan dia menerima balasan yang setimpal," kata Ibunda Rochman."Iya, Ma." Lagi-lagi Rochman hanya mengangguk."Terus, gimana hubungan kamu dengan Puput?" tanya Ibunda Rochman lagi"Aku belum bisa cerita sekarang, Ma. Mama doakan saja semoga bisa lanjut ke jenjang yang lebih serius," tutur Rochman. Dia tidan ingin berbicara lebih detail mengenai Puput yang belum sah
Puput terkesiap, dia segera beranjak dari tempat duduknya, dan bergegas menuju kamar mandi. Beberapa saat kemudian, wanita itu telah berpenampilan rapi.Rochman tersenyum melihat Puput, "sekarang, giliran saya mandi," ujarnya kemudian berjalan menuju kamar mandi untuk melaksanakan ritual mandinya.Selesai mandi, Rochman mengajak Puput ke suatu tempat. Dia mengendarai mobilnya."Kita mau ke mana, Mas?" tanya Puput heran."Kita cari makan," sahut Rochman berdalih."Tapi, kita kan baru saja makan." Puput mengerutkan keningnya."Iya, tapi saya lapar lagi. Tidak tahu kenapa, saya lihat kamu bawaannya lapar terus, hehe." Rochman pun terkekeh.Puput menggelengkan kepalanya, merasa konyol dengan tingkah Rochman.Kini mereka sampai sebuah tempat, seketika Puput merasa aneh mengapa Rochman membawanya ke sebuah penjara."Lho, ini kan penjara, Mas?""Yang bilang toilet umum siapa?" kelakar Rochman kemudian mengajak Puput turun.Mereka berdua masuk ke dalam, dan disambut oleh seorang polisi. Rochm
Keesokan hari, Puput kembali bekerja seperti biasa. Saat itu waktu sudah menunjukkan pukul dua belas siang. Rochman masuk ke ruangan Puput."Mau makan siang di mana, Sayang?" tanya Rochman."Di mana saja deh, memang Mas mau makan di mana?" Puput balik bertanya."Saya mau makan di foodcourt bawah saja hari ini," jawab Rochman."Owh ...." Puput hanya mengangguk."Kamu mau ikut?" tanya Rochman lagi."Skip dulu deh, saya sedang malas kemana-mana. Mau delivery order saja sepertinya," ujar Puput.Rochman menatap Puput dengan sepasang alis terangkat. "Tumben, biasanya selalu mau kalau saya ajak makan," katanya."Hehe, lagi ingin pesan sesuatu saja dari sini." Puput menunjukkan ponselnya yang menampilkan salah satu aplikasi pesan makanan online di sana."Oh ya sudah, saya pesankan sekalian ya. Saya juga malas cari makan, kalau tidak sama kamu," tutur Rochman dijawab dengan anggukan kepala Puput.Setengah jam kemudiaan, Puput turun ke lobi untuk mengambil makan siang yang telah dia pesan dari
Keesokan harinya, Rochman mendatangi rumah Puput.Puput yang sudah rapi dan wangi menyambut Rochman."Saya sudah siap, Mas," kata Puput yang mengira Rochman akan menjemputnya untuk ke kantor bersama."Hari ini saya libur, jadi mau jalan-jalan ke Bali," ucap Rochman antusias.Puput mengerutkan keningnya, "bukannya ini bukan hari libur, ya? Tidak tanggal merah juga," gumamnya sambil menatap Rochman dengan tatapan meminta penjelasan."Em, begini, Put, saya kan ada meeting mendadak sama klien tapi di Bali. Jadi, saya mau ajak kamu ikut sekalian sama saya, dan urusan kantor sudah saya pasrahkan sama si Lexa."Rochman terpaksa berbohong, supaya Puput mau ikut bersamanya, karena tak dipungkiri pria itu memang ingin mendekatkan dirinya kepada Puput lebih intens lagi."Gitu ya? Terus, apa saya harus bawa baju ganti?" ujar Puput."Tidak perlu, nanti beli saja di sana, lagian cuma dua hari kok," tutur Rochman.Puput mengangguk dan mereka berdua pun pergi ke Bali sesuai jadwal yang telah direncan
Tak lama Rochman tiba di rumah. Dia langsung mengajak Puput masuk. Saat itu Ibunda Rochman duduk di ruang depan."Lho, ada tamu rupanya," kata Ibunda Rochman.Rochman tersenyum dan duduk bergabung bersama ibunya."Cie, ada yang lagi happy nih," ledek Ibunda Rochman saat melihat sosok Puput. Wanita itu dapat menyimpulkan kalau Puput adalah pacar baru anak laki-lakinya."Ma, kenalkan ini Puput calon istriku," kata Rochman kepada sang ibunda."Wah, cantik. Kapan kalian nikah?" ujar Ibunda Rochman."Mama ini, langsung bahas nikah terus," kelakar Rochman."Maksud mama kamu kan sudah berumur, jadi langsung saja nikah, daripada pacaran terus nanti ujungnya bubar seperti yang sudah-sudah," tutur Ibunda Rochman."Iya, Ma. Tapi Puput ini janda." Rochman pun menceritakan perihal mengenai Puput, latar belakang juga musibah yang menimpa wanita itu, membuat Ibunda Rochman merasa iba."Nak, kamu boleh menganggap ibu seperti ibu kamu sendiri. Ibu juga merestui hubungan kalian," kata Ibunda Rochman me