Rochman menatap lekat wajah Roki, dia memang tidak melihat ada kebohongan di matanya. Tak terasa hari semakin malam, kedua pria tersebut semakin larut dalam dunia mereka."Cepat katakan, apa rencana anda?" Rochman mulai tidak sabar menghadapi Roki.Roki tersenyum menatap Rochman. Dia pun mengangkat tangannya, menunjuk ke sebuah tempat. Di sana ada ada seorang wanita tengah duduk seorang diri, dan di hadapannya tersaji sebuah gelas berukuran sedang berisi minuman."Kamu lihat perempuan itu. Itu target pertama kamu. Jadi tugasmu, kamu rayu dia dan ajak dia bercinta. Kalau dia mau melayanimu, itu artinya taruhan pertama berhasil, lalu masih ada dua perempuan lagi yang akan jadi taruhan buat kamu."Rochman benar-benar tidak mengerti dengan rencana Roki, yang dianggapnya gila!Rochman terus menatap wanita yang dimaksud, dia benar-benar tidak habis pikir dengan Roki. Entah apa yang ada dalam benaknya.Brakkk!Rochman tersentak ketika meja Roki menggebrak meja. Beruntungnya suasana diskotik s
**Kediaman Rumah AntonioKeesokan hari, Antonio baru saja pulang dari sebuah perusahaan menjalankan bisnisnya. Pria itu duduk di ruang tengah seraya menghidupkan televisi.Mendadak Antonio teringat dengan Nia. "Duh, aku harus mulai dari mana, ya?" lirihnya.Dan bertepatan dengan itu, ponsel Antonio berdering, dia mendapat telpon dari sang ibunda."Halo, Ma?" Antonio pun menempelkan ponsel pada telinganya.[Nio, mana janji kamu? Katanya mau mengenalkan calon istri kamu, mama tunggu-tunggu kenapa kamu tidak datang juga?]"Ih Mama, baru saja kemarin Mama ke rumah sekarang sudah nagih saja. Ini aku baru rencana besok minggu aku ke sana."[Baik, mama tunggu. Awas kalau bohong.]Tut ....Panggilan pun berakhir.Antonio beranjak dari duduknya. "Huft, kenapa aku jadi pusing sekali."Kemudian Antonio keluar dari rumahnya, dia pun mengendarai mobilnya perlahan membelah jalanan yang padat.Tak lama mobil yang dikendarai Antonio telah tiba di sebuah gang. Dia pun memarkirkan mobilnya di pinggir ja
"Oh iya, apakah anda mau bersulang bersamaku?" tanya wanita itu membuyarkan lamunan Rochman.Rochman melirik ke arah gelas di hadapannya, sebenarnya pria itu sudah merencanakan sesuatu. "Sepertinya kita belum kenalan." Rochman berusaha mengalihkan pembicaraan."Astaga, anda benar juga." Wanita itu menepuk lembut keningnya."Aku Rochman," ujar Rochman memperkenalkan diri terlebih dahulu."Aku Caca," balas wanita itu.Mereka berdua pun berjabat tangan ...."Em, gimana kalau aku pesankan minuman yang paling enak di sini?" usul Rochman seolah sudah sering singgah di tempat tersebut.Caca menatap Rochman sesaat kemudian seulas senyum tersungging di bibirnya. "Boleh deh," katanya."Okey tunggu sebentar, aku akan ke depan." Rochman segera beranjak dari tempat duduknya dan berlalu meninggalkan Caca. Pria itu menuju ke bar minuman."Mas, saya pesan minuman terenak di sini satu saja," kata Rochman kepada seorang pelayan yang tengah berjaga di bar minuman."Baik, Mas." Pelayan itu segera mengamb
"Siapa dia?" Rochman bertanya sambil berbisik di telinga Lexa."Jadi gini, pemilik perusahaan ini sedang ada tugas penting di luar kota, jadi diwakilkan dengan anaknya," jawab Lexa yang juga berbisik."Jadi, dia anak pemilik perusahaan ini?" tanya Rochman lagi dan dijawab dengan anggukan kepala Lexa.Lama Rochman menatap pria itu, wajahnya semakin terpampang jelas. Entah mengapa membuat Rochman benci dengannya. Pria itu adalah Antonio, dia tengah mewakilkan ayahnya meeting dengan perusahaan yang kini dikelola oleh Rochman.Sementara itu Antonio pun sama tengah menatap Rochman, 'itu kan Rochman. Sedang apa dia di sini? Apa dia sekarang kerja di perusahaan Cahaya Terang?' batinnya.Namun Antonio tidak mempedulikan hal itu, dengan penuh percaya diri dia melangkahkan kaki mendekati Rochman. "Halo tetanggaku, apa bisa kita mulai meetingnya?"Rochman menatap sengit kepada Antonio. Dia pun beranjak dari duduknya dan berdiri berhadapan dengan Antonio. "Maaf, saya tidak tertarik bekerja sama d
Rochman pun mengepalkan kedua tangannya, 'tunggu saja, aku akan membuat perhitungan denganmu,' batinnya."Kamu akan membayar semua yang sudah kamu lakukan," ucap Rochman kemudian segera berlalu dari hadapan Antonio.Sementara Antonio tersenyum smirk menatap kepergian Rochman, 'dasar laki-laki miskin, bisa apa kamu,' batinnya kemudian menutup pintu rumah.****Rochman kini telah berada dalam rumahnya. Dia pun menghempaskan tubuhnya di atas sofa. Pria itu mengedarkan pandangannya ke sekeliling. Mendadak saja netranya tertuju pada sebuah bingkai foto yang di dalamnya terdapat foto Jhulie. Benda tersebut terletak di sebelah televisi.Rochman pun beranjak dari duduknya menuju televisi, dan mengambil benda itu, "kenapa aku baru sadar kalau masih ada barangnya dia,' lirihnya.Kemudian Rochman berjalan menuju gudang, dia membuka pintu gudang kemudian melempar benda itu ke dalam gudang dan menutup kembali pintu gudang."Aku tidak ingin menyimpan apa-apa yang berbau dia. Sebenarnya foto itu juga
Roki tertawa kecil. "Dia itu mantan istriku," ucapnya spontan."Apa? Mantan istri anda? Tapi kenapa anda buat sebagai taruhan untuk saya?" heran Rochman."Namanya taruhan ya siapa pun boleh, lagian dia sudah menjadi mantan," ucap Roki."Maaf, saya dengar dari Puput kalau mantan anda selingkuh dengan teman anda sendiri," kata Rochman sambil menuangkan minuman ke dalam sloki."Ya, tapi teman saya juga sudah punya istri, dan akhirnya mereka ketahuan istrinya. Ya sekarang bubar deh," papar Roki.Rochman pun terdiam, dia tidak tahu hendak berbicara apa lagi. Mereka berdua kini telah menghabiskan minumannya, dan hari mulai larut."Saya pulang dulu, besok harus ke kantor lebih awal," pamit Rochman kepada Roki."Silahkan," angguk Roki."Apa anda tidak ngantor besok?" tanya Rochman sebelum beranjak dari duduknya."Aku sudah menyuruh orang untuk mengurus perusahaanku, dan kalau kamu berhasil memenangkan taruhanku, perusahaan itu akan jadi milik kamu seutuhnya dan orang yang aku suruh mengurus p
Di tempat lain ....Sore itu, Jhulie tengah duduk di rumahnya. Tiba-tiba dia teringat dengan Antonio, dan seketika terlintas sebuah rencana jahat dalam benaknya.'Aku harus menghabisi Nio, dia sudah menghancurkan hidupku. Gara-gara dia aku jadi kehilangan calon bayi dalam perutku. Tahu gitu dulu waktu aku hamil aku baik-baikin Rochman saja, pasti kita sekarang ini sudah hidup bahagia bersama si buah hati, karna waktu aku hamil dengan Nio kan aku masih resmi menjadi istri Richman,' batin Jhulie sambil mengepalkan tangannya.'Tapi, gimana caranya? Aku terlalu takut untuk membunuh orang. Tapi aku juga tidak mau kalau Nio hidup berkeliaran memainkan perempuan seenaknya,' lanjut Jhulie dalam hati.Jhulie terus memikirkan cara untuk menyingkirkan Antonio. Tiba-tiba cacing dalam perutnya berdemo. "Duh lapar sekali, makan apa ya enaknya?" lirihnya.Jhulie pun berjalan dan mengintai dari balik tirai jendela rumahnya. "Masih terang, sebaiknya aku cari makan dulu deh sambil menikmati udara sore,
Di tempat lain, Rochman telah berada di dalam diskotik, pria itu mengedarkan pandangannya ke sekeliling. Namun dia tidak menemukan sesuatu yang dia cari."Mana perempuan itu? Katanya di meja nomer lima, ini kok tidak ada," lirih Rochman sambil terus mengedarkan pandangannya ke sekeliling.Sudah tiga jam Rochman duduk di tempat itu, dan waktu pun sudah menjelang dini hari, namun dia tidak juga menemukan target keduanya.Akhirnya Rochman mengirim pesan kepada Roki, memberitahukan bahwa wanita yang menjadi target berikutnya tidak dia temukan.Tak lama Roki mengirim pesan balasan yang menyuruh Rochman pulang dan datang kembali ke tempat itu pada malam berikutnya.Dengan gontai Rochman menyeret langkahnya keluar dari diskotik dan masuk ke mobilnya dan mengendarai mobilnya dengan malas."Huft, tahu gini aku mending tidur saja di rumah, mana badan capek, sial ...." Rochman mulai menggerutu.******Kediaman Rumah AntonioPagi hari, Jhulie bangun dan berjalan ke kamar mandi dan langsung menggu
Hari demi hari, Rochman mendampingi Puput menjalani kehamilan pertamanya dengan bahagia. Ibunda Rochman dan orang-orang di sekeliling menghujaninya dengan berbagai macam perhatian.Bahkan Rochman kini sudah tak berani menyentuh Puput setiap malam, meskipun dokter memperbolehkan hal itu, di masa kehamilan tua.Dan hari yang dinantikan pun tiba ... suatu malam, Puput merasakan dorongan yang kuat dari dalam perutnya. 'Duh, sakit sekali,' batinnya.Puput bahkan tak sanggup untuk berjalan lagi. Dia hanya membungkukkan badannya, bertumpu pada ranjang sambil meringis menikmati rasanya kontraksi.Rochman yang mengetahui hal itu benar-benar panik, tak henti-hentinya dia mengusap punggung istrinya sambil sesekali mengusap keringat di dahinya."Sepertinya, kamu sudah mau melahirkan, sayang," kata Rochman."Iya nih, Mas, sakit sekali, tidak kuat aku." keluh Puput.Rochman bertambah panik, dia menemui sang ibu di dalam kamarnya, dan menceritakan apa yang dirasakan oleh istrinya."Kalau begitu, ayo
Satu minggu kemudian, Rochman mengajak sang ibu ke rumah Puput untuk melamar wanita tersebut."Put, apa kamu mau menerima Rochman di hati kamu?"Puput tersipu, dia menatap lekat ke arah Ibunda Rochman. "I-iya, Bu, saya mau."Ibunda Rochman tersenyum ramah, "terimakasih, ibu titip anak ibu ya, semoga kalian selalu diberikan kemudahan dalam segala hal, setelah menikah nanti.""Amin," lirih Puput.Kemudian Ibunda Rochman memakaikan cincin di jari manis Puput. Seketika Puput terharu, netranya tampak berkabut. Kemudian Puput memeluk Ibunda Rochman penuh haru."Jadi, satu minggu lagi kalian akan menikah?" tanya Ibunda Rochman kepada Rochman, wanita itu kembali memastikan rencana anaknya."Iya, Ma, dan aku sudah mantap," sahut Rochman antusias."Ibu pesan, jaga Puput baik-baik," kata Ibunda Rochman."Pasti, Bu," angguk Puput.Lama mereka berbincang, Rochman dan ibunya pun pamit undur diri. Mereka akan kembali ke rumahnya untuk mempersiapkan segala sesuatunya.Kini Ibunda Rochman berada di rum
Rochman menghirup aroma wangi dari tubuh Puput, membuat bagian bawah Rochman menegang. Perlahan Puput menjauhkan kembali wajahnya. Niat hati ingin menggoda Puput, namun justru dia sendiri yang terpancing.Rochman pun berjalan ke arah kulkas, dia membuka lemari pendingin itu, kemudian kembali mengambil air mineral dan berjalan lagi melewati Puput. "Pokoknya kamu jangan pulang dulu."Kemudian Rochman berjalan masuk ke dalam kamarnya, dia ingin menetralkan hati dan sesuatu yang menggelora itu.Sementara Puput bernapas lega, dia pun memegangi dadanya, merasakan detak jantungnya semakin kencang. 'Duh, kenapa aku seperti ini?' batinnya. Wanita itu benar-benar tak habis pikir mengenai tubuhnya.Tak lama Rochman keluar lagi menghampiri Puput. Tanpa aba-aba, pria itu langsung mendaratkan sebuah kecupan pada bibir Puput membuat wanita berstatus janda itu terbelalak.Namun Puput tak kuasa melawan Rochman, dan terjadilah pagut memagut dari kedua bibir itu. Lama mereka berdua berpagutan, akhirnya P
Kedua insan itu, kini saling meluapkan rasa cinta pada diri mereka masing-masing. Kini, tak ada lagi rasa ragu dan malu pada diri Puput, dia justru merasa nyaman dalam dekapan Rochman.Perlahan, Rochman melepaskan pelukannya kemudian kedua tangannya menangkup kedua sisi wajah Puput. Manik mata Rochman menelisik wajah Puput. Perlahan bibir Rochman mendekat.Namun seketika itu juga, Puput segera menjauhkan wajahnya. "Mas, ini di luar rumah, tidak enak kalau ada yang lihat."Rochman pun segera melepaskan tangan yang melekat pada wajah Puput."Ya sudah aku pulang dulu. Sudah malam," pamit Puput."Tunggu sebentar, jadi kamu mau menerima lamaranku?" harap Rochman.Puput pun membalikkan badan, dan berjalan menjauhi Rochman sambil bergumam ...."Tidak dalam waktu dekat ini, tadi itu aku hanya bilang, kalau aku cinta sama kamu."Rochman menepuk keningnya, kemudian menggelengkan kepala, merasa konyol dengan tingkah Puput. "Dia habis mimpi apa, sih?"****Keesokan hari, Puput bangun lebih awal.
"Hehe, ya sudah ayo." Rochman dan Puput pun segera kembali ke kantor.****Malam hari tiba, Rochman saat itu masih menonton televisi di ruang tengah. Saat itu dia tengah berada di rumah ibunya."Kamu belum tidur?" tanya Ibunda Rochman menghampiri anaknya dan duduk di sebelahnya."Belum ngantuk, Ma," ujar Rochman."Jangan tidur terlalu larut, tidak baik untuk kesehatan," pesan Ibunda Rochman."Iya, Ma." Rochman mengangguk."Oh ya, Ma, Loli sekarang dipenjara," kata Rochman.Ibunda Rochman terkesiap mendengar penuturan anaknya. "Jadi dia sudah ketangkap?""Sudah," jawab Rochman singkat."Ya sudah tidak perlu diungkit lagi, biarkan dia menerima balasan yang setimpal," kata Ibunda Rochman."Iya, Ma." Lagi-lagi Rochman hanya mengangguk."Terus, gimana hubungan kamu dengan Puput?" tanya Ibunda Rochman lagi"Aku belum bisa cerita sekarang, Ma. Mama doakan saja semoga bisa lanjut ke jenjang yang lebih serius," tutur Rochman. Dia tidan ingin berbicara lebih detail mengenai Puput yang belum sah
Puput terkesiap, dia segera beranjak dari tempat duduknya, dan bergegas menuju kamar mandi. Beberapa saat kemudian, wanita itu telah berpenampilan rapi.Rochman tersenyum melihat Puput, "sekarang, giliran saya mandi," ujarnya kemudian berjalan menuju kamar mandi untuk melaksanakan ritual mandinya.Selesai mandi, Rochman mengajak Puput ke suatu tempat. Dia mengendarai mobilnya."Kita mau ke mana, Mas?" tanya Puput heran."Kita cari makan," sahut Rochman berdalih."Tapi, kita kan baru saja makan." Puput mengerutkan keningnya."Iya, tapi saya lapar lagi. Tidak tahu kenapa, saya lihat kamu bawaannya lapar terus, hehe." Rochman pun terkekeh.Puput menggelengkan kepalanya, merasa konyol dengan tingkah Rochman.Kini mereka sampai sebuah tempat, seketika Puput merasa aneh mengapa Rochman membawanya ke sebuah penjara."Lho, ini kan penjara, Mas?""Yang bilang toilet umum siapa?" kelakar Rochman kemudian mengajak Puput turun.Mereka berdua masuk ke dalam, dan disambut oleh seorang polisi. Rochm
Keesokan hari, Puput kembali bekerja seperti biasa. Saat itu waktu sudah menunjukkan pukul dua belas siang. Rochman masuk ke ruangan Puput."Mau makan siang di mana, Sayang?" tanya Rochman."Di mana saja deh, memang Mas mau makan di mana?" Puput balik bertanya."Saya mau makan di foodcourt bawah saja hari ini," jawab Rochman."Owh ...." Puput hanya mengangguk."Kamu mau ikut?" tanya Rochman lagi."Skip dulu deh, saya sedang malas kemana-mana. Mau delivery order saja sepertinya," ujar Puput.Rochman menatap Puput dengan sepasang alis terangkat. "Tumben, biasanya selalu mau kalau saya ajak makan," katanya."Hehe, lagi ingin pesan sesuatu saja dari sini." Puput menunjukkan ponselnya yang menampilkan salah satu aplikasi pesan makanan online di sana."Oh ya sudah, saya pesankan sekalian ya. Saya juga malas cari makan, kalau tidak sama kamu," tutur Rochman dijawab dengan anggukan kepala Puput.Setengah jam kemudiaan, Puput turun ke lobi untuk mengambil makan siang yang telah dia pesan dari
Keesokan harinya, Rochman mendatangi rumah Puput.Puput yang sudah rapi dan wangi menyambut Rochman."Saya sudah siap, Mas," kata Puput yang mengira Rochman akan menjemputnya untuk ke kantor bersama."Hari ini saya libur, jadi mau jalan-jalan ke Bali," ucap Rochman antusias.Puput mengerutkan keningnya, "bukannya ini bukan hari libur, ya? Tidak tanggal merah juga," gumamnya sambil menatap Rochman dengan tatapan meminta penjelasan."Em, begini, Put, saya kan ada meeting mendadak sama klien tapi di Bali. Jadi, saya mau ajak kamu ikut sekalian sama saya, dan urusan kantor sudah saya pasrahkan sama si Lexa."Rochman terpaksa berbohong, supaya Puput mau ikut bersamanya, karena tak dipungkiri pria itu memang ingin mendekatkan dirinya kepada Puput lebih intens lagi."Gitu ya? Terus, apa saya harus bawa baju ganti?" ujar Puput."Tidak perlu, nanti beli saja di sana, lagian cuma dua hari kok," tutur Rochman.Puput mengangguk dan mereka berdua pun pergi ke Bali sesuai jadwal yang telah direncan
Tak lama Rochman tiba di rumah. Dia langsung mengajak Puput masuk. Saat itu Ibunda Rochman duduk di ruang depan."Lho, ada tamu rupanya," kata Ibunda Rochman.Rochman tersenyum dan duduk bergabung bersama ibunya."Cie, ada yang lagi happy nih," ledek Ibunda Rochman saat melihat sosok Puput. Wanita itu dapat menyimpulkan kalau Puput adalah pacar baru anak laki-lakinya."Ma, kenalkan ini Puput calon istriku," kata Rochman kepada sang ibunda."Wah, cantik. Kapan kalian nikah?" ujar Ibunda Rochman."Mama ini, langsung bahas nikah terus," kelakar Rochman."Maksud mama kamu kan sudah berumur, jadi langsung saja nikah, daripada pacaran terus nanti ujungnya bubar seperti yang sudah-sudah," tutur Ibunda Rochman."Iya, Ma. Tapi Puput ini janda." Rochman pun menceritakan perihal mengenai Puput, latar belakang juga musibah yang menimpa wanita itu, membuat Ibunda Rochman merasa iba."Nak, kamu boleh menganggap ibu seperti ibu kamu sendiri. Ibu juga merestui hubungan kalian," kata Ibunda Rochman me