Di tempat lain ....Sore itu, Jhulie tengah duduk di rumahnya. Tiba-tiba dia teringat dengan Antonio, dan seketika terlintas sebuah rencana jahat dalam benaknya.'Aku harus menghabisi Nio, dia sudah menghancurkan hidupku. Gara-gara dia aku jadi kehilangan calon bayi dalam perutku. Tahu gitu dulu waktu aku hamil aku baik-baikin Rochman saja, pasti kita sekarang ini sudah hidup bahagia bersama si buah hati, karna waktu aku hamil dengan Nio kan aku masih resmi menjadi istri Richman,' batin Jhulie sambil mengepalkan tangannya.'Tapi, gimana caranya? Aku terlalu takut untuk membunuh orang. Tapi aku juga tidak mau kalau Nio hidup berkeliaran memainkan perempuan seenaknya,' lanjut Jhulie dalam hati.Jhulie terus memikirkan cara untuk menyingkirkan Antonio. Tiba-tiba cacing dalam perutnya berdemo. "Duh lapar sekali, makan apa ya enaknya?" lirihnya.Jhulie pun berjalan dan mengintai dari balik tirai jendela rumahnya. "Masih terang, sebaiknya aku cari makan dulu deh sambil menikmati udara sore,
Di tempat lain, Rochman telah berada di dalam diskotik, pria itu mengedarkan pandangannya ke sekeliling. Namun dia tidak menemukan sesuatu yang dia cari."Mana perempuan itu? Katanya di meja nomer lima, ini kok tidak ada," lirih Rochman sambil terus mengedarkan pandangannya ke sekeliling.Sudah tiga jam Rochman duduk di tempat itu, dan waktu pun sudah menjelang dini hari, namun dia tidak juga menemukan target keduanya.Akhirnya Rochman mengirim pesan kepada Roki, memberitahukan bahwa wanita yang menjadi target berikutnya tidak dia temukan.Tak lama Roki mengirim pesan balasan yang menyuruh Rochman pulang dan datang kembali ke tempat itu pada malam berikutnya.Dengan gontai Rochman menyeret langkahnya keluar dari diskotik dan masuk ke mobilnya dan mengendarai mobilnya dengan malas."Huft, tahu gini aku mending tidur saja di rumah, mana badan capek, sial ...." Rochman mulai menggerutu.******Kediaman Rumah AntonioPagi hari, Jhulie bangun dan berjalan ke kamar mandi dan langsung menggu
Lantaran tak menemukan seseorang yang diharapkan, Jhulie pun akhirnya meninggalkan rumah Rochman.Sementara Rochman kini berada di ruangan kerjanya, dia mulai menghidupkan laptopnya. Tangan pria itu sudah berada di atas keyboard. Saat dia akan mengetik sesuatu, seketika ingatannya kembali tertuju Pada mantan istrinta.'Kenapa aku jadi ingat Jhulie terus?' batinnya.Tok ... tok ... tok ....Suara ketukan pintu membuyarkan lamunan Rochman. Tak lama masuklah Lexa membawa tumpukan berkas-berkas yang harus dicek oleh Rochman. Sekilas Lexa melihat Rochman tampak lesu."Anda sakit, Bos?" tanya Lexa menatap Rochman cemas."Sakit? Siapa, Xa?" Rochman terkesiap."Maksud saya anda. Muka Bos pucat sekali," sahut Lexa."Em tidak, saya baik-baik saja. Mungkin saya kecapean," dalih Rochman."Jaga kesehatan, Bos, sekarang sedang musim pancaroba dan banyak orang sakit," kata Lexa kemudian segera berlalu dari ruangan itu.'Hem, aku harus fokus kerja, tidak boleh mikir yang sudah berlalu,' batin Rochman
Namun selang beberapa menit, seorang wanita menduduki meja yang sedari tadi diperhatikan oleh Rochman. Dan Rochman pun terkesiap.'Itu dia orangnya,' batin Rochman sembari beranjak dari duduknya dan melangkah menuju meja yang dimaksud.Setelah menarik kursi, Rochman duduk di hadapan wanita tersebut. "Selamat ma ...." Ucapannya terhenti manakala mengetahui siapa yang wanita itu.'Sidney?' batin Rochman dengan hati penuh tanda tanya.Sementara Sidney menoleh menyadari kehadiran seseorang. "Lho, kamu.""Eh i-iya," gagap Rochman salah tingkah seketika. 'Kenapa harus dia sih, bisa-bisanya Roki kenal dengan perempuan ini,' batinnya.Bersamaan dengan itu, ponsel Rochman bergetar. Ada satu pesan dari Roki. Dan Rochman pun segera membaca pesan tersebut.[Ayo segera laksanakan taruhan kedua!]Begitulah pesan dari Roki.'Sial!' umpat Rochman dalam hati.Pria itu bingung harus memulai dari mana. Sebelumnya dia sangat menyukai Sidney, namun setelah dilabrak suaminya, Rochman jadi tidak memiliki ras
"Tapi apa?" sela Sidney, wanita itu terlihat ingin tahu sekali."Sudahlah jangan bahas suami kamu, kita kan sedang berdua," lirih Rochman yang enggan mendengar hal mengenai Jackson."Ya sudah sekarang kita bercinta. Terakhir kita hanya bercinta semu saja," ujar Sidney sambil tersenyum simpul.Sebenarnya Rochman merasa enggan, namun dia kembali teringat dengan taruhan yang sudah disepakati. Sudah setengah main tidak mungkin juga dia akan membatalkan di tengah jalan. Karena hadiah dari taruhan itu benar-benar menggiurkan walau terkesan tidak masuk akal.Rochman pun mulai melucuti pakaian Sidney satu persatu, tanpa melakukan pemanasan terlebih dahulu. Sidney yang memang tengah kasmaran dengan pria yang sedang bersamanya itu pun pasrah saja.Kemudian Rochman mulai mendorong Sidney perlahan hingga wanita itu terjatuh pelan di atas kasur king zise.Sebelum ke diskotik, Rochman sengaja meminum obat perangsang supaya adik kecilnya dapat bekerja dengan baik. Dan saat itu adik kecil Rochman mem
Dan malam hari tiba, Sidney Tengah menonton televisi. Bertepatan dengan itu, terdengar suara klakson mobil. Sidney cepat-cepat beranjak dari duduknya dan membukakan pintu untuk suaminya."Anda pasti lelah sekali, aku buatkan minum ya," sambut Sidney."Boleh," ucap Jackson. Seulas senyum tersungging di bibirnya.Sidney pun berjalan ke dapur dan membuka kulkas, dia mengambil botol berisi sirup lalu menuangkannya ke dalam gelas. Sebelum memberikannya kepada Jackson, dia memasukkan pil doping ke dalam minuman tersebut, setelah itu dia memberikannya kepada suaminya.Tanpa rasa curiga sedikitpun, Jackson segera meneguk minuman dalam gelas hingga habis lantaran pria itu pun merasakan haus yang luar biasa.Setelah minum, Jackson bergegas menuju kamar mandi untuk membersihkan diri. Setelah berganti pakaian, Jackson duduk di ruang tengah sambil menikmati acara televisi.Satu jam kemudian, Jackson terlihat seperti orang ling lung. Hal itu dimanfaatkan oleh Sidney. Singkat cerita, Sidney akhirnya
"Benar," angguk Roki ramah."Ya sudah, makasih ya. Maaf merepotkan," ujar Jhulie sok bijak."Tidak ada yang direpotkan kok," kata Roki santai."Kalau gitu, aku duluan. Oh iya, boleh minta nomer telponnya?" ujar Jhulie dengan penuh percaya diri.Roki menatap Jhulie untuk beberapa saat, kemudian dia memicingkan matanya, 'hem ... sepertinya dia bisa aku manfaatkan,' batinnya sambil tersenyum evil."Oh ada, silahkan disave," kata Roki sambil mengeluarkan ponselnya.Kemudian mereka bertukar nomor telpon, dan saling menyimpannya. Setelah itu Jhulie berlalu dari hadapan Roki. Sementara Roki tersenyum penuh makna.****Di sisi lain, Rochman semakin menikmati perannya sebagai CEO di perusahaan Mitha yang kini telah dipasrahkan kepada dirinya. Pria itu termenung di dalam ruangannya, menatap komputer di hadapannya.Tok ... tok ... tok ....Rochman tersentak mendengar suara ketukan pintu. "Masuk," ucapnya dari dalam.Pintu pun terbuka, dan masuklah Lexa.Deg ....Jantung Rochman berdegup kencang,
Tak terasa waktu terus berputar ... sore hari pun tiba. Di tempat lain, Rochman baru saja tiba di rumahnya. Dia menghempaskan tubuhnya di atas sofa. "Capek juga mengurus kantor, tapi aku senang dengan posisiku yang sekarang ini. Benar-benar beruntung aku," gumamnya.Kriiing ....Tiba-tiba terdengar bunyi ponsel yang terletak dalam saku kemeja Rochman."Siapa sih, baru saja santai sebentar sudah diganggu, huft," keluh Rochman seraya mengeluarkan benda pipih tersebut dan melekatkannya di telinga."Halo?" Panggilan pun tersambung ....[Halo, Rochman, apa aku bisa ke rumah mu? Mau main-main saja.]Ternyata Roki yang menelpon Rochman."Oh, boleh boleh, sebentar saya share lookasi rumah saya."Tak lama panggilan berakhir, Rochman segera mengirim lokasi rumahnya kepada Roki, kemudian dia bergegas ke kamar mandi untuk membersihkan diri.Dan Satu jam kemudian, Roki datang ke rumah Rochman ...."Tumben sekali anda kesini, sepertinya ada sesuatu yang penting sekali," telaah Rochman ketika kedua p
Hari demi hari, Rochman mendampingi Puput menjalani kehamilan pertamanya dengan bahagia. Ibunda Rochman dan orang-orang di sekeliling menghujaninya dengan berbagai macam perhatian.Bahkan Rochman kini sudah tak berani menyentuh Puput setiap malam, meskipun dokter memperbolehkan hal itu, di masa kehamilan tua.Dan hari yang dinantikan pun tiba ... suatu malam, Puput merasakan dorongan yang kuat dari dalam perutnya. 'Duh, sakit sekali,' batinnya.Puput bahkan tak sanggup untuk berjalan lagi. Dia hanya membungkukkan badannya, bertumpu pada ranjang sambil meringis menikmati rasanya kontraksi.Rochman yang mengetahui hal itu benar-benar panik, tak henti-hentinya dia mengusap punggung istrinya sambil sesekali mengusap keringat di dahinya."Sepertinya, kamu sudah mau melahirkan, sayang," kata Rochman."Iya nih, Mas, sakit sekali, tidak kuat aku." keluh Puput.Rochman bertambah panik, dia menemui sang ibu di dalam kamarnya, dan menceritakan apa yang dirasakan oleh istrinya."Kalau begitu, ayo
Satu minggu kemudian, Rochman mengajak sang ibu ke rumah Puput untuk melamar wanita tersebut."Put, apa kamu mau menerima Rochman di hati kamu?"Puput tersipu, dia menatap lekat ke arah Ibunda Rochman. "I-iya, Bu, saya mau."Ibunda Rochman tersenyum ramah, "terimakasih, ibu titip anak ibu ya, semoga kalian selalu diberikan kemudahan dalam segala hal, setelah menikah nanti.""Amin," lirih Puput.Kemudian Ibunda Rochman memakaikan cincin di jari manis Puput. Seketika Puput terharu, netranya tampak berkabut. Kemudian Puput memeluk Ibunda Rochman penuh haru."Jadi, satu minggu lagi kalian akan menikah?" tanya Ibunda Rochman kepada Rochman, wanita itu kembali memastikan rencana anaknya."Iya, Ma, dan aku sudah mantap," sahut Rochman antusias."Ibu pesan, jaga Puput baik-baik," kata Ibunda Rochman."Pasti, Bu," angguk Puput.Lama mereka berbincang, Rochman dan ibunya pun pamit undur diri. Mereka akan kembali ke rumahnya untuk mempersiapkan segala sesuatunya.Kini Ibunda Rochman berada di rum
Rochman menghirup aroma wangi dari tubuh Puput, membuat bagian bawah Rochman menegang. Perlahan Puput menjauhkan kembali wajahnya. Niat hati ingin menggoda Puput, namun justru dia sendiri yang terpancing.Rochman pun berjalan ke arah kulkas, dia membuka lemari pendingin itu, kemudian kembali mengambil air mineral dan berjalan lagi melewati Puput. "Pokoknya kamu jangan pulang dulu."Kemudian Rochman berjalan masuk ke dalam kamarnya, dia ingin menetralkan hati dan sesuatu yang menggelora itu.Sementara Puput bernapas lega, dia pun memegangi dadanya, merasakan detak jantungnya semakin kencang. 'Duh, kenapa aku seperti ini?' batinnya. Wanita itu benar-benar tak habis pikir mengenai tubuhnya.Tak lama Rochman keluar lagi menghampiri Puput. Tanpa aba-aba, pria itu langsung mendaratkan sebuah kecupan pada bibir Puput membuat wanita berstatus janda itu terbelalak.Namun Puput tak kuasa melawan Rochman, dan terjadilah pagut memagut dari kedua bibir itu. Lama mereka berdua berpagutan, akhirnya P
Kedua insan itu, kini saling meluapkan rasa cinta pada diri mereka masing-masing. Kini, tak ada lagi rasa ragu dan malu pada diri Puput, dia justru merasa nyaman dalam dekapan Rochman.Perlahan, Rochman melepaskan pelukannya kemudian kedua tangannya menangkup kedua sisi wajah Puput. Manik mata Rochman menelisik wajah Puput. Perlahan bibir Rochman mendekat.Namun seketika itu juga, Puput segera menjauhkan wajahnya. "Mas, ini di luar rumah, tidak enak kalau ada yang lihat."Rochman pun segera melepaskan tangan yang melekat pada wajah Puput."Ya sudah aku pulang dulu. Sudah malam," pamit Puput."Tunggu sebentar, jadi kamu mau menerima lamaranku?" harap Rochman.Puput pun membalikkan badan, dan berjalan menjauhi Rochman sambil bergumam ...."Tidak dalam waktu dekat ini, tadi itu aku hanya bilang, kalau aku cinta sama kamu."Rochman menepuk keningnya, kemudian menggelengkan kepala, merasa konyol dengan tingkah Puput. "Dia habis mimpi apa, sih?"****Keesokan hari, Puput bangun lebih awal.
"Hehe, ya sudah ayo." Rochman dan Puput pun segera kembali ke kantor.****Malam hari tiba, Rochman saat itu masih menonton televisi di ruang tengah. Saat itu dia tengah berada di rumah ibunya."Kamu belum tidur?" tanya Ibunda Rochman menghampiri anaknya dan duduk di sebelahnya."Belum ngantuk, Ma," ujar Rochman."Jangan tidur terlalu larut, tidak baik untuk kesehatan," pesan Ibunda Rochman."Iya, Ma." Rochman mengangguk."Oh ya, Ma, Loli sekarang dipenjara," kata Rochman.Ibunda Rochman terkesiap mendengar penuturan anaknya. "Jadi dia sudah ketangkap?""Sudah," jawab Rochman singkat."Ya sudah tidak perlu diungkit lagi, biarkan dia menerima balasan yang setimpal," kata Ibunda Rochman."Iya, Ma." Lagi-lagi Rochman hanya mengangguk."Terus, gimana hubungan kamu dengan Puput?" tanya Ibunda Rochman lagi"Aku belum bisa cerita sekarang, Ma. Mama doakan saja semoga bisa lanjut ke jenjang yang lebih serius," tutur Rochman. Dia tidan ingin berbicara lebih detail mengenai Puput yang belum sah
Puput terkesiap, dia segera beranjak dari tempat duduknya, dan bergegas menuju kamar mandi. Beberapa saat kemudian, wanita itu telah berpenampilan rapi.Rochman tersenyum melihat Puput, "sekarang, giliran saya mandi," ujarnya kemudian berjalan menuju kamar mandi untuk melaksanakan ritual mandinya.Selesai mandi, Rochman mengajak Puput ke suatu tempat. Dia mengendarai mobilnya."Kita mau ke mana, Mas?" tanya Puput heran."Kita cari makan," sahut Rochman berdalih."Tapi, kita kan baru saja makan." Puput mengerutkan keningnya."Iya, tapi saya lapar lagi. Tidak tahu kenapa, saya lihat kamu bawaannya lapar terus, hehe." Rochman pun terkekeh.Puput menggelengkan kepalanya, merasa konyol dengan tingkah Rochman.Kini mereka sampai sebuah tempat, seketika Puput merasa aneh mengapa Rochman membawanya ke sebuah penjara."Lho, ini kan penjara, Mas?""Yang bilang toilet umum siapa?" kelakar Rochman kemudian mengajak Puput turun.Mereka berdua masuk ke dalam, dan disambut oleh seorang polisi. Rochm
Keesokan hari, Puput kembali bekerja seperti biasa. Saat itu waktu sudah menunjukkan pukul dua belas siang. Rochman masuk ke ruangan Puput."Mau makan siang di mana, Sayang?" tanya Rochman."Di mana saja deh, memang Mas mau makan di mana?" Puput balik bertanya."Saya mau makan di foodcourt bawah saja hari ini," jawab Rochman."Owh ...." Puput hanya mengangguk."Kamu mau ikut?" tanya Rochman lagi."Skip dulu deh, saya sedang malas kemana-mana. Mau delivery order saja sepertinya," ujar Puput.Rochman menatap Puput dengan sepasang alis terangkat. "Tumben, biasanya selalu mau kalau saya ajak makan," katanya."Hehe, lagi ingin pesan sesuatu saja dari sini." Puput menunjukkan ponselnya yang menampilkan salah satu aplikasi pesan makanan online di sana."Oh ya sudah, saya pesankan sekalian ya. Saya juga malas cari makan, kalau tidak sama kamu," tutur Rochman dijawab dengan anggukan kepala Puput.Setengah jam kemudiaan, Puput turun ke lobi untuk mengambil makan siang yang telah dia pesan dari
Keesokan harinya, Rochman mendatangi rumah Puput.Puput yang sudah rapi dan wangi menyambut Rochman."Saya sudah siap, Mas," kata Puput yang mengira Rochman akan menjemputnya untuk ke kantor bersama."Hari ini saya libur, jadi mau jalan-jalan ke Bali," ucap Rochman antusias.Puput mengerutkan keningnya, "bukannya ini bukan hari libur, ya? Tidak tanggal merah juga," gumamnya sambil menatap Rochman dengan tatapan meminta penjelasan."Em, begini, Put, saya kan ada meeting mendadak sama klien tapi di Bali. Jadi, saya mau ajak kamu ikut sekalian sama saya, dan urusan kantor sudah saya pasrahkan sama si Lexa."Rochman terpaksa berbohong, supaya Puput mau ikut bersamanya, karena tak dipungkiri pria itu memang ingin mendekatkan dirinya kepada Puput lebih intens lagi."Gitu ya? Terus, apa saya harus bawa baju ganti?" ujar Puput."Tidak perlu, nanti beli saja di sana, lagian cuma dua hari kok," tutur Rochman.Puput mengangguk dan mereka berdua pun pergi ke Bali sesuai jadwal yang telah direncan
Tak lama Rochman tiba di rumah. Dia langsung mengajak Puput masuk. Saat itu Ibunda Rochman duduk di ruang depan."Lho, ada tamu rupanya," kata Ibunda Rochman.Rochman tersenyum dan duduk bergabung bersama ibunya."Cie, ada yang lagi happy nih," ledek Ibunda Rochman saat melihat sosok Puput. Wanita itu dapat menyimpulkan kalau Puput adalah pacar baru anak laki-lakinya."Ma, kenalkan ini Puput calon istriku," kata Rochman kepada sang ibunda."Wah, cantik. Kapan kalian nikah?" ujar Ibunda Rochman."Mama ini, langsung bahas nikah terus," kelakar Rochman."Maksud mama kamu kan sudah berumur, jadi langsung saja nikah, daripada pacaran terus nanti ujungnya bubar seperti yang sudah-sudah," tutur Ibunda Rochman."Iya, Ma. Tapi Puput ini janda." Rochman pun menceritakan perihal mengenai Puput, latar belakang juga musibah yang menimpa wanita itu, membuat Ibunda Rochman merasa iba."Nak, kamu boleh menganggap ibu seperti ibu kamu sendiri. Ibu juga merestui hubungan kalian," kata Ibunda Rochman me