Share

Bab 70.

Penulis: BayS
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-11 00:03:51

“Tolongggg..!! Lepaskan ak..hhapphhh..! teriakkan Ratri terhenti di tengah jalan, karena seorang pengawal segera membekapnya.

Namun teriakkan yang sekejap saja dari Ratri itu. Rupanya sudah sangat cukup bagi Bimo, yang pada saat itu mobilnya melintas tak jauh dari lokasi.

Klekh.! Sethh.!

Bimo langsung membuka pintu mobilnya dan melesat cepat kerahkan aji 'Bayu Lampah'nya.

"Haahh..!" Ciitt..!

Atmo terkejut bukan main, melihat Bimo bisa melesat keluar mobil begitu saja bagaikan hantu.

Bimo melesat ringan melompati gerbang pagar, dan langsung mendarat di depan pos jaga.

Taph..!

“Heyy !! .... belum sempat seorang pengawal berkata..

Bughk..! ... Daghk..!!

Bimo langsung membagikan pukulan dan tendangan bertenaga dalamnya, pada keempat pengawal Anton itu.

Bimo menendang belakang leher, memukul leher samping, menyikut ulu hati, dan terakhir menendang perut dengan siku dengkulnya.

“Arghh..! Akhs..! ... Heghh !” seruan kaget dan kesakitan pun terdengar susul menyusul.

Ke empat peng
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Hasrat sang Konsultan Idaman   Bab 71.

    'Gagah, berkemampuan, dan ganteng juga si Bimo ini’, bathin Ratri. Mendadak wajah Ratri merona merah, mengingat saat kejadian tadi. Karena sepertinya Bimo juga sempat melihat bagian tubuhnya yang terbuka tadi. Akibat kenakalan para pengawal Anton di pos jaga itu. “Iya Bimo, makasih juga tadi bantuannya ya,” ucap Ratri pelan. Ratri benar-benar bertambah kagum dengan pengertian Bimo, yang sempat membawakan baju ganti, bagi Desi dan kakak iparnya itu. ‘Padahal dia bukan siapa-siapa keluarga kami’, pikir Ratri. “Ahh, itu kebetulan saya menguasai sedikit bela diri Mbak Ratri. Mari kita masuk Mbak, kasihan Desi dan Pak Rahadian sejak pagi belum ganti pakaian,” ucap Bimo tenang. 'Ahh.. Baik sekali kau Bimo', batin Ratri. Dan, hati Ratri pun mulai meleleh..! Klek.! “Asikk ! Om Bimo datang,” sorak Desi, sambil berlari dan langsung memegang tangan Bimo, yang baru saja masuk ke dalam kamar bersama Ratri. “Mas Bimo. Terimakasih ya. Tanpa bantuanmu, Desi dan Ratri mungkin tak jelas nasib

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-11
  • Hasrat sang Konsultan Idaman   Bab 72.

    ‘Jangankan hanya besok Bimo, selamanya juga aku tak ingin jauh-jauh darimu’, bathin Ratri. Tak terasa wajah Ratri memerah sendiri. Dia sadar dan merasa malu, karena hatinya telah membengkokkan makna kata-kata Bimo, demi perasaannya sendiri. Yahh, begitulah cinta. Wanita jenius seperti Ratri pun bisa di buat ‘linglung’, oleh rasa cinta. “Oh ya, saya minta foto istri Pak Rahadian adakah..? Biar saya mudah mendeteksi keberadaannya besok malam,” tanya Bimo. Karena dia memang mempunyai cara sendiri, untuk mengetahui keberadaan Wulan dan Anton. Dan Ratri pun menangkap kesempatan ini.“Aku ada Bimo. Aku kirim ke ponselmu ya,” sahut Ratri sambil mengeluarkan ponselnya, lalu mencari foto kakaknya di galerinya. “Nomormu Bimo..?” tanya Ratri tenang. Walau dalam hatinya bersorak senang, karena akan mendapatkan nomor kontak Bimo.“Baik Mbak, kirim saja ke nomor 08777xxxxxxx,” ucap Bimo jelas. Klik.! "Ok Bimo, sudah aku kirim ya,” ucap Ratri. “Baik Mbak Ratri. Terimakasih,” ucap Bimo, sete

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-11
  • Hasrat sang Konsultan Idaman   Bab 73.

    “Akhss..! Anton..! A-aku.. sampaiii.. Owhgghh..!” terdengar desahan bercampur dengusan keras Wulan, cukup mengekspresikan perasaan nikmat yang tengah melandanya. Tubuhnya mengejang keras, tangannya mencengkram kuat dada Anton, bahkan setengah mencakar. Setetes liur dari sudut bibir Wulan pun jatuh menerpa dada Anton, sambil pinggulnya menekan kuat tubuh Anton. Terlihat pinggulnya tersentak-sentak dan berkedut beberapa kali. “Oohkssk..! Wulaanss..enakss..! Aarrhhk..!” Anton juga meracau tak jelas, menandakan dia pun tengah di landa puncak kenikmatannya. Tubuhnya mengejang, dengan kedua tangannya meremas dan menarik keras bokong Wulan, agar lebih menekan ke bawah. Sementara ia menghentakkan bokongnya sendiri, dengan hunjaman yang keras ke arah atas. Memancurlah cairan kentalnya dengan deras, ke dalam liang panas milik Wulan, yang juga sedang mengalirkan cairan surganya. “Akkggss..! Uhhsg..! Nikmat sekali Anton brengsek..!" Wulan mendesah keras , lalu tersentak-sentak dengan nafas

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-11
  • Hasrat sang Konsultan Idaman   Bab 74.

    “Bimo. Tunggu sebentar aku ambilkan kunci kamarnya dulu ya,” ucap Ratri. “Iya Mbak,” ucap Bimo, yang akhirnya menunggu di kursi teras rumah. “Om Bimo, kenapa nggak tidur di dalam saja ?” tanya Desi polos, Desi duduk menemani Bimo di teras rumah. “Hehee. Om kan menjaga di luar Desi. Takut ada penjahat datang malam-malam,” sahut Bimo asal saja. “Ohh iya ya Om Bimo. Desi nggak mau lagi ketemu Om hitam-hitam yang di rumah ahh!” ujar Desi dengan mimik ketakutan.“Ini kunci kamarnya Bimo. Sekalian kunci gembok pagar juga ada di situ ya,” ucap Ratri, sambil menyerahkan sebuah gantungan kunci berisi 3 anak kunci. “Baik, terimakasih Mbak Ratri,,” ucap Bimo, sambil beranjak menuju pos jaga. “Dadah Om Bimo! Desi langsung bobo ya!" seru Desi dari depan pintu rumah. “Dadah Desi. Ketemu lagi besok ya,” ucap Bimo, lalu ia berbalik meneruskan langkahnya ke pos jaga. Sesampainya di dalam kamar yang bersebelahan dengan pos jaga itu. Bimo langsung merebahkan dirinya sejenak di ranjang kamar, ya

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-12
  • Hasrat sang Konsultan Idaman   Bab 75.

    “Aiihh ! M-maaf Bimo. A-aku... Ahh..! Cahaya apa itu?!” Ratri menatap sekilas kilatan cahaya merah di mata Bimo. Ratri buru-buru meletakkan suguhan yang dibawanya di meja kamar. Suguhan itu tadi hampir saja terjatuh. Akibat rasa terkejut yang dirasakan Ratri, saat ia melihat kondisi semi polos Bimo yang membuatnya terpana. “Ahhks ! Mbak Ratri, kenapa tak menunggu di luar dulu..?!” sesal Bimo, sambil menahan rasa nyeri yang mulai mendera kepalanya. “M-maaf Bimo. Kukira kau sudah tidur. Silahkan,” ucap Ratri gugup, seraya bergegas keluar dari kamar itu. Namun aneh bin ajaib..! Karena sekarang mata Ratrilah, yang berubah menjadi merah berkilat..! Ya, rupanya sukma Ki Brajangkala juga bisa merasuk, ke dalam tubuh wanita yang dikehendakinya. Langkah Ratri pun menjadi agak berat, saat meninggalkan kamar Bimo. ‘Hhhh..! Kutukkan keparat..! Enyahlah jauh-jauh dari hidupku !’ bathin Bimo berseru marah, memaki kutukan Ki Brajangkala. Bimo segera melahap 2 tangkup roti bakar, yang di

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-12
  • Hasrat sang Konsultan Idaman   Bab 76.

    'Kau adalah pria pertama yang melakukan ini padaku Bimo, dan aku merelakannya’, bathin Ratri. Ratri lalu membalas lumatan bibir Bimo dengan lebih ganas. Kini dirinya sudah di kuasai sepenuhnya oleh hasrat, yang menggelora dalam dirinya menuntut pelepasan.!Dengan mudah Ratri meloloskan dasternya. Hingga kini nampaklah tubuh utuh Ratri di hadapan Bimo. Sungguh eksotik dan membuat jantung Bimo berdebar, melihat lekuk seksi dan indah tubuh Ratri. Tubuh yang begitu matang, mulus, dan kencang, bak buah apel yang baru saja dipetik. Terlihat bra hitam berenda dan celana dalam yang juga berwarna hitam, sangat kontras dengan kulit Ratri yang berwarna putih mulus. Tak mau hanya dia yang polos, Ratri menarik celana pendek Bimo. Sretth..! Dan tanpa di minta Bimo pun membuka celana dalamnya. "Ahh..! Bimo..!" seru Ratri terpana, melihat betapa tegang dan perkasanya milik Bimo. Dan tubuh Ratri pun semakin bergetar. Kini dihadapannya nampak sosok polos pemuda, yang memang telah mulai di impi

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-13
  • Hasrat sang Konsultan Idaman   Bab 77.

    “Sttt, Bimo. Nanti kamu langsung keluar saja ya. Makasih Bimo sayank,” bisik Ratri, sambil sekilas mengecup bibir Bimo. Ratri pun beranjak menuju kamar Desi, yang berada di sebelah kamarnya. Dia langsung masuk dan memeluk Desi, yang tengah menunggunya sambil duduk di tepi ranjang. “Kok Desi takut sih bobo sendirian sayang..?” tanya Ratri. “Habis Dedi mimpi mendengar suara Tante Ratri seperti di cekik orang. Makanya Desi jadi takut terus bangun,” ucap Desi polos. Desi tak tahu, jika suara yang di kiranya mimpi itu memang nyata adanya. Wajah Ratri memerah bukan main, mendengar ucapan Desi yang polos itu, 'Untunglah bocah ini menganggap suaraku mimpi belaka, jika tidak bisa kacau’, bathin Ratri, merasa malu dan gemas pada Desi. Bimo keluar dari kamar Ratri, saat dirasa kondisi sudah aman dan Desi sudah tidur kembali. Bimo kembali memasuki kamarnya di sebelah pos jaga, dan langsung merebahkan diri di ranjang. Bimo agak was was juga, jika Desi sampai mengetahui Ratri dan dirinya b

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-13
  • Hasrat sang Konsultan Idaman   Bab 78.

    "T-tidak Bos..! Lebih dahsyat pukulan Bos,” sahut seorang pengawal panik. Dia tak bisa membayangkan, jika kepalanya yang terkena pukulan bosnya. “Kalau begitu cepat berpencar..! Cari mereka sampai dapat ..!” bentak Anton murka. “Siapp Boss..!!” ucap mereka semua serentak, lalu bergegas keluar dari ‘Big House’, dengan mengendarai sepeda motor mereka masing-masing. Mereka menyebar ke arah empat penjuru angin. Mereka terdiri dari 4 buah motor, dengan masing-masing berboncengan. Mereka bertekad menemukan dan melaporkan keberadaan Desi putri Wulan. Yang saat ini menjadi prioritas utama pencarian mereka. Mata mereka awas mencari di sepanjang jalan yang mereka lalui. Dan secara kebetulan, salah satu dari mereka melihat 3 sosok yang mereka cari tengah asyik berjalan-jalan di luar perumahan ‘Permata Indah’. Spontan mereka menghentikan motornya, dan mengamati ketiga sosok yang mereka cari itu dari kejauhan. Orang yang membonceng mengambil inisiatif untuk merekam Bimo, Desi, dan Ratri, d

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-14

Bab terbaru

  • Hasrat sang Konsultan Idaman   Bab 155.

    "Aihh..! A-ada apa dengan Nenek Vivian Mah..?!" Lidya tersentak kaget, mendengar isakkan ibunya di ponsel. Dia pun langsung menduga ada hal buruk yang telah terjadi, dengan sang Nenek yang disayanginya itu. "Mamah Vivian telah meninggal Lidya.." "Tidakk..! Nenek..!" Klikh..! Lidya pun langsung mematikan panggilan Helga, seraya langsung bergegas balik kembali ke arah garasinya. "Non..! A-ada apa Non Lidya..?!" seru kaget, cemas, dan panik Bi Inah. Dia melihat Lidya yang baru saja masuk ke rumah, lalu berseru keras dan langsung berlari kembali ke garasi. Brrmm..! Ngnngg..! Lidya kembali mengeluarkan audi hitamnya dari garasi, dan langsung melaju kembali di jalan raya. Bahkan tanpa dia sempat berganti pakaian kerjanya. Ya, Nenek Vivian adalah orang yang paling dekat dengan Lidya, sebelum Lidya masuk ke lingkungan bisnis ayahnya. Bahkan kedekatannya dengan sang nenek itu, melebihi kedekatannya dengan orangtuanya sendiri. 'Nenek..! M-maafkan Lily Nek..! Lily terlalu sibuk dengan

  • Hasrat sang Konsultan Idaman   Bab 154.

    "Ahhskk..! T-tuan Andreww...! A-akhu sam..paihhs..! Ahhsgk..!" erangan terbata bernuansa erotis, terdengar begitu menggetarkan dari wanita muda dan cantik di bawah himpitan tubuh Andrew. Nampak mata terbeliak, regangan tubuh, dan kedutan pinggulnya yang melenting ke atas. Seolah hendak melahap habis, tonggak keras milik Andrew yang juga menghujam dalam di liang surganya. Ya, wanita itu kini tengah melayang indah, di tengah surganya dunia yang hanya bisa dirasa dan tak pernah ada yang bisa melukiskannya dalam alam nyata."Haarghks..!" geraman Andrew pun menyusul, menandakan dia juga telah tiba pada klimaks asmaranya. Namun seketika saja muncul taring di mulutnya, seiring dengan memerahnya bola mata pria tampan itu. Lalu... Craasph..! Srrrpphhs..! taring Andrew pun menancap dalam dan mengoyak pembuluh darah di leher sang wanita, disertai suara menghirup yang begitu dalam oleh Andrew. Bersamaan dengan ledakkan klimaks yang tengah dirasakannya. "Ahhsskk..!! T-tuan Andrew...!!" seru t

  • Hasrat sang Konsultan Idaman   Bab 153.

    "Hmm. Baiklah Mas Bimo. Lalu bagaimana aku pergi ke Gorbo nanti Mas Bimo..?" ujar Devi agak bingung. "Kau bisa ikut dengan mobilku Devi. Dua koper roda itu saja kan bawaanmu nanti, Devi..? Itu masih bisa kok masuk bagasi mobilku," ujar Bimo menenangkan Devi. "Iya Mas Bimo," Devi akhirnya menuruti saja saran Bimo. Dia memang penuh percaya atas semua ucapan Bimo, karena dia mengetahui kemampuan Bimo. Akhirnya tak lama kemudian, Devi pun mendapat restu dan bahkan support dari Baskara dan Rini. Untuk bekerja di kantor Bimo. "Selamat bekerja di kantor Mas Bimo, Devi. Sering-seringlah pulang ke ruamh di waktu senggangmu nanti ya," ujar Rini lembut. "Baik Ibu, Ayah. Devi akan pulang jika ada waktu senggang," sahut Devi tersenyum. Kini hatinya merasa sangat lega, dan dia bisa berangkat dengan tenang serta nyaman, menuju tempat tinggal sekaligus tempat kerjanya di Gorbo. Ya, Baskara dan Rini akhirnya juga meminta maaf pada Bimo atas kesalah pahaman mereka selama ini terhadap Bimo. "Maaf

  • Hasrat sang Konsultan Idaman   Bab 152.

    "Ahhh...!!" seruan kaget Baskara dan Rini pun terdengar bersamaan, dengan ekspresi wajah seolah tak percaya. Baskara menatap dengan mata terbelalak, sementara Rini sampai mengangkat sebelah tangan menutupi mulutnya yang ternganga. Baskara bahkan sampai mengklik profil m-banking itu, untuk memastikan apakah itu benar-benar akun Bimo. Dan dia pun menemukan fakta, bahwa itu adalah benar akun asli milik Bimo Setiawan. Ya, nilai deretan panjang angka di saldo rekening Bimo, memang sungguh berada di luar dugaan Baskara dan istrinya. Tutt.. Tutt..! Ponsel Bimo yang masih berada di tangan Baskara berdering, dia serta Rini melihat dengan jelas 'Pak Hendra Winata' tertera di layarnya. "W-winata Group..?!" seru gugup Baskara dengan bibir bergetar, seketika dia memberikan kembali ponsel itu pada Bimo dengan tangan agak gemetar. "Maaf, boleh saya menerima panggilan dulu Pak, Bu..?" ujar Bimo tersenyum tenang, seolah tak melihat keterkejutan di wajah kedua orangtua Devi. "S-silahkan Bimo,"

  • Hasrat sang Konsultan Idaman   Bab 151.

    "Huhh..! Kebetulan sekali kalau begitu..! Ayo Bu, kita bicara langsung saja dengan Bimo..!" seru Baskara, seraya mengajak istrinya ikut menemui Bimo. Dan memang benar Bimolah yang datang berkunjung ke kediaman Baskara saat itu. Klekh..! "Wah..! Mas Bimo jadi juga datang ke sini. Silahkan duduk Mas," sambut Devi tersenyum gembira, melihat kedatangan Bimo. Kendati hatinya juga diliputi rasa was was akan sikap orangtuanya terhadap Bimo nanti. "Lho..! Ada tamu kok disuruh duduk di teras Devi. Persilahkan saja Bimo masuk ke ruang tamu sini. Kami juga hendak bicara dengannya," ujar Baskara dingin dari dalam pintu. Ya, Bsaskara dan Rini merasa enggan ikut keluar menyambut Bimo. Walau mereka juga agak terkejut, saat melihat Bimo datang dengan mengendarai mobil yang cukup berkelas. "Hmm..! Apakah itu mobilnya atau pinjaman ya Bu..?" bisik Baskara di dekat telinga Rini. "Entahlah Mas. Yang jelas kita tanya saja padanya, apa sebenarnya yang bisa dia tawarkan pada putri kita dengan bekerja

  • Hasrat sang Konsultan Idaman   Bab 150.

    Klik.! "Ya, halo Mbak Ratri,” sahut Bimo. “Pagi Bimo. Sedang sibukkah sekarang?” tanya Ratri. “Aku baru saja mandi Mbak. Bagaimana kabarnya nih?” sahut Bimo bertanya. " O ya Bimo. Tak lama setelah kamu pergi A' Rahadian meminta bantuanku, untuk mengirim dana ke rekeningmu sebesar 5 miliar. Semoga sudah kau terima ya Bimo." Ratri mengabarkan.“Lho, darimana Mbak Ratri tahu nomor rekeningku?” tanya Bimo heran. “Bukankah saat Bimo membawa A'a Rahadian ke rumah sakit, kamu yang membayarkan biayanya Bimo? Dari situlah aku mengetahui nomor rekeningmu,” sahut Ratri tenang. “Oh iya, hehe. Kalau begitu, sampaikan terimakasihku pada Mas Rahadian ya. Tapi sebetulnya tak perlu berlebihan Ratri. Mas Rahadian seharusnya bisa menggunakan uang itu untuk pengembangan bisnisnya saja." “Tidak Bimo. Bahkan menurutku kamu pantas menerima yang lebih dari itu." “Ahh, kalian ini. O iya, bagaimana kabar si Desi kecil Mbak?” “Wahh, dia sekarang jadi fans beratmu Bimo. Dimana-mana dia bercerita soal k

  • Hasrat sang Konsultan Idaman   Bab 149.

    Bruaghhk..! Braaghk..!! Ciittt...!! Gedubraghhk..!! "Arrghk..!!" terdengar teriakkan orang-orang dalam dua kendaraan itu. Dua APV hitam itu pun langsung miring dan terguling ke arah ladang singkong di seberang jalan. Taph..! Yoga mendarat ringan di dekat kedua mobil pengangkut yang terguling itu. Dan dengan cepat dia keluarkan pistol dari balik pakaiannya. Lalu... Darr..! Darr..! ... Darr..!! Dua pengemudi mobil dan dua rekannya yang mendampingi di dalam mobil pengangkut itu. Keempatnya tewas seketika dengan kepala berlubang, diterjang timah panas yang dilepaskan Yoga dengan tanpa ampun. Cittt...!! Tiga pengendara motor segera injak rem motor mereka dengan tiba-tiba dan berseru kaget dan marah ke arah Yoga. "Heii..!! S-siapa.. Dor, dor, ... Dorr..!! Namun rentetan tembakkan dari para anak buah Yoga langsung menjawab, dan menembus tubuh ketiga pengendara motor yang mengawal mobil pengangkut itu. "Ahkss..!!" Brugh..! ... Brugh..! Ketiga security pengawal itu pun ikut tewas

  • Hasrat sang Konsultan Idaman   Bab 148.

    "Hebat Mas Iwan. Kalau begitu Mas Iwan akan Lidya tempatkan di divisi pengawasan anggaran proyek saja ya. Jadi Mas Iwan bisa langsung terjun ke lapangan proyek nantinya," jelas Lidya. "Terimakasih Mbak Lidya. Saya siap ditempatkan dimanapun itu. Saya akan mencurahkan seluruh daya, kesetiaan, dan kemampuan saya pada perusahaan Mbak Lidya. Dan saya berterimakasih sekali atas bantuan dan pertolongan Mbak Lidya dan Mas Bimo. Rasanya sampai mati pun, saya tak akan bisa membalas hutang budi saya pada kalian berdua," ucap Iwan, dengan suara serak penuh rasa haru dan terimakasih. "Tak perlu terlalu dipikirkan Mas Iwan. Besok datanglah dengan membawa CV Mas Iwan ke kantor saya. Temuilah kepala personalia di sana. Ini kartu saya, perlihatkan saja pada kepala personalia. Selanjutnya Mas Iwan tinggal ikuti saja arahannya ya," ujar Lidya, ikut merasa terharu dan senang mendengar ucapan Iwan. "Benar Mas Iwan. Tak perlu terlalu dijadikan beban pikiran. Hanya saja, jika melihat orang disekitar M

  • Hasrat sang Konsultan Idaman   Bab 147.

    "Hahh..! K-kamu punya perusaahaan..?!" sentak terkejut Hesti, seolah tak percaya. Ya, walau memiliki sebuah perusahaan ternama, penampilan Lidya memang terkesan biasa saja. Lidya memang tak suka menunjukkan perhiasan atau pun gemerlap pakaian, yang biasa dikenakan oleh orang-orang kelas elite. Padahal jika Hesti dan Darma berkesempatan melihat semua perhiasan yang dimiliki Lidya di lemari koleksinya. Niscaya mata mereka akan katarak dan buta seketika..!Karena saking berkilau, langka, dan banyaknya koleksi perhiasan Lidya..! "T-tapi perusahaannya harus ternama. Minimal kami mengenalnya Lidya..!" seru gagap Hesti, tak mau menyerah begitu saja. "Ayah..! Kenapa Ayah mempermalukan Tari di depan orang-orang..?! Tari bukan barang dagangan, Ayah..!" sentak Tari, yang merasa malu sekali, terhadap prilaku kedua orangtuanya. Di depan Iwan dan kedua pendampingnya itu. "Kamu diam dulu Tari..! Ini untuk kebaikkanmu sendiri, dan juga nama baik keluarga..!" hardik Darma, seraya membelalakkan mat

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status