Mobil itu pun langsung melesat cepat menuju alamat yang disebutkan Bimo. Tak lama kemudian mobil Bimo sudah masuk ke jalan raya Flamboyan. "Kurangi kecepatan Pak Atmo. Kita mencari rumah nomor 7," ujar Bimo mengarahkan drivernya. Sementara hari sudah menjelang malam, adzan magribh pun baru saja berkumandang.Sementara itu Ratri dan Desi sudah sampai di depan pagar gerbang rumah kakaknya. Ratri menghentikan mobilnya, lalu ia turun mendekat ke pagar gerbang. Tampak rumah kakaknya agak gelap, hanya beberapa lampu saja yang dinyalakan di depan rumah. ‘Tidak seperti biasanya’, gumam bathin Ratri heran. “Hey..! Siapa kamu..?!” bentak seorang lelaki berkaos dan bercelana hitam, di pos jaga rumah. Di dalam pos itu nampak 3 orang lainnya, dengan seragam yang sama. “Kalian yang siapa..?! Aku mau bertemu Wulan kakakku..!” seru Ratri tak kalah set, bernyali juga dokter cantik yang satu ini. “Apa?! Cewek sialan..! Berani kau melawan kami..? Hahahaa..!" seru seorang di anatara mereka, samb
“Tolongggg..!! Lepaskan ak..hhapphhh..! teriakkan Ratri terhenti di tengah jalan, karena seorang pengawal segera membekapnya. Namun teriakkan yang sekejap saja dari Ratri itu. Rupanya sudah sangat cukup bagi Bimo, yang pada saat itu mobilnya melintas tak jauh dari lokasi. Klekh.! Sethh.! Bimo langsung membuka pintu mobilnya dan melesat cepat kerahkan aji 'Bayu Lampah'nya. "Haahh..!" Ciitt..! Atmo terkejut bukan main, melihat Bimo bisa melesat keluar mobil begitu saja bagaikan hantu. Bimo melesat ringan melompati gerbang pagar, dan langsung mendarat di depan pos jaga. Taph..! “Heyy !! .... belum sempat seorang pengawal berkata..Bughk..! ... Daghk..!! Bimo langsung membagikan pukulan dan tendangan bertenaga dalamnya, pada keempat pengawal Anton itu.Bimo menendang belakang leher, memukul leher samping, menyikut ulu hati, dan terakhir menendang perut dengan siku dengkulnya. “Arghh..! Akhs..! ... Heghh !” seruan kaget dan kesakitan pun terdengar susul menyusul. Ke empat peng
'Gagah, berkemampuan, dan ganteng juga si Bimo ini’, bathin Ratri. Mendadak wajah Ratri merona merah, mengingat saat kejadian tadi. Karena sepertinya Bimo juga sempat melihat bagian tubuhnya yang terbuka tadi. Akibat kenakalan para pengawal Anton di pos jaga itu. “Iya Bimo, makasih juga tadi bantuannya ya,” ucap Ratri pelan. Ratri benar-benar bertambah kagum dengan pengertian Bimo, yang sempat membawakan baju ganti, bagi Desi dan kakak iparnya itu. ‘Padahal dia bukan siapa-siapa keluarga kami’, pikir Ratri. “Ahh, itu kebetulan saya menguasai sedikit bela diri Mbak Ratri. Mari kita masuk Mbak, kasihan Desi dan Pak Rahadian sejak pagi belum ganti pakaian,” ucap Bimo tenang. 'Ahh.. Baik sekali kau Bimo', batin Ratri. Dan, hati Ratri pun mulai meleleh..! Klek.! “Asikk ! Om Bimo datang,” sorak Desi, sambil berlari dan langsung memegang tangan Bimo, yang baru saja masuk ke dalam kamar bersama Ratri. “Mas Bimo. Terimakasih ya. Tanpa bantuanmu, Desi dan Ratri mungkin tak jelas nasib
‘Jangankan hanya besok Bimo, selamanya juga aku tak ingin jauh-jauh darimu’, bathin Ratri. Tak terasa wajah Ratri memerah sendiri. Dia sadar dan merasa malu, karena hatinya telah membengkokkan makna kata-kata Bimo, demi perasaannya sendiri. Yahh, begitulah cinta. Wanita jenius seperti Ratri pun bisa di buat ‘linglung’, oleh rasa cinta. “Oh ya, saya minta foto istri Pak Rahadian adakah..? Biar saya mudah mendeteksi keberadaannya besok malam,” tanya Bimo. Karena dia memang mempunyai cara sendiri, untuk mengetahui keberadaan Wulan dan Anton. Dan Ratri pun menangkap kesempatan ini.“Aku ada Bimo. Aku kirim ke ponselmu ya,” sahut Ratri sambil mengeluarkan ponselnya, lalu mencari foto kakaknya di galerinya. “Nomormu Bimo..?” tanya Ratri tenang. Walau dalam hatinya bersorak senang, karena akan mendapatkan nomor kontak Bimo.“Baik Mbak, kirim saja ke nomor 08777xxxxxxx,” ucap Bimo jelas. Klik.! "Ok Bimo, sudah aku kirim ya,” ucap Ratri. “Baik Mbak Ratri. Terimakasih,” ucap Bimo, sete
“Akhss..! Anton..! A-aku.. sampaiii.. Owhgghh..!” terdengar desahan bercampur dengusan keras Wulan, cukup mengekspresikan perasaan nikmat yang tengah melandanya. Tubuhnya mengejang keras, tangannya mencengkram kuat dada Anton, bahkan setengah mencakar. Setetes liur dari sudut bibir Wulan pun jatuh menerpa dada Anton, sambil pinggulnya menekan kuat tubuh Anton. Terlihat pinggulnya tersentak-sentak dan berkedut beberapa kali. “Oohkssk..! Wulaanss..enakss..! Aarrhhk..!” Anton juga meracau tak jelas, menandakan dia pun tengah di landa puncak kenikmatannya. Tubuhnya mengejang, dengan kedua tangannya meremas dan menarik keras bokong Wulan, agar lebih menekan ke bawah. Sementara ia menghentakkan bokongnya sendiri, dengan hunjaman yang keras ke arah atas. Memancurlah cairan kentalnya dengan deras, ke dalam liang panas milik Wulan, yang juga sedang mengalirkan cairan surganya. “Akkggss..! Uhhsg..! Nikmat sekali Anton brengsek..!" Wulan mendesah keras , lalu tersentak-sentak dengan nafas
“Bimo. Tunggu sebentar aku ambilkan kunci kamarnya dulu ya,” ucap Ratri. “Iya Mbak,” ucap Bimo, yang akhirnya menunggu di kursi teras rumah. “Om Bimo, kenapa nggak tidur di dalam saja ?” tanya Desi polos, Desi duduk menemani Bimo di teras rumah. “Hehee. Om kan menjaga di luar Desi. Takut ada penjahat datang malam-malam,” sahut Bimo asal saja. “Ohh iya ya Om Bimo. Desi nggak mau lagi ketemu Om hitam-hitam yang di rumah ahh!” ujar Desi dengan mimik ketakutan.“Ini kunci kamarnya Bimo. Sekalian kunci gembok pagar juga ada di situ ya,” ucap Ratri, sambil menyerahkan sebuah gantungan kunci berisi 3 anak kunci. “Baik, terimakasih Mbak Ratri,,” ucap Bimo, sambil beranjak menuju pos jaga. “Dadah Om Bimo! Desi langsung bobo ya!" seru Desi dari depan pintu rumah. “Dadah Desi. Ketemu lagi besok ya,” ucap Bimo, lalu ia berbalik meneruskan langkahnya ke pos jaga. Sesampainya di dalam kamar yang bersebelahan dengan pos jaga itu. Bimo langsung merebahkan dirinya sejenak di ranjang kamar, ya
“Aiihh ! M-maaf Bimo. A-aku... Ahh..! Cahaya apa itu?!” Ratri menatap sekilas kilatan cahaya merah di mata Bimo. Ratri buru-buru meletakkan suguhan yang dibawanya di meja kamar. Suguhan itu tadi hampir saja terjatuh. Akibat rasa terkejut yang dirasakan Ratri, saat ia melihat kondisi semi polos Bimo yang membuatnya terpana. “Ahhks ! Mbak Ratri, kenapa tak menunggu di luar dulu..?!” sesal Bimo, sambil menahan rasa nyeri yang mulai mendera kepalanya. “M-maaf Bimo. Kukira kau sudah tidur. Silahkan,” ucap Ratri gugup, seraya bergegas keluar dari kamar itu. Namun aneh bin ajaib..! Karena sekarang mata Ratrilah, yang berubah menjadi merah berkilat..! Ya, rupanya sukma Ki Brajangkala juga bisa merasuk, ke dalam tubuh wanita yang dikehendakinya. Langkah Ratri pun menjadi agak berat, saat meninggalkan kamar Bimo. ‘Hhhh..! Kutukkan keparat..! Enyahlah jauh-jauh dari hidupku !’ bathin Bimo berseru marah, memaki kutukan Ki Brajangkala. Bimo segera melahap 2 tangkup roti bakar, yang di
'Kau adalah pria pertama yang melakukan ini padaku Bimo, dan aku merelakannya’, bathin Ratri. Ratri lalu membalas lumatan bibir Bimo dengan lebih ganas. Kini dirinya sudah di kuasai sepenuhnya oleh hasrat, yang menggelora dalam dirinya menuntut pelepasan.!Dengan mudah Ratri meloloskan dasternya. Hingga kini nampaklah tubuh utuh Ratri di hadapan Bimo. Sungguh eksotik dan membuat jantung Bimo berdebar, melihat lekuk seksi dan indah tubuh Ratri. Tubuh yang begitu matang, mulus, dan kencang, bak buah apel yang baru saja dipetik. Terlihat bra hitam berenda dan celana dalam yang juga berwarna hitam, sangat kontras dengan kulit Ratri yang berwarna putih mulus. Tak mau hanya dia yang polos, Ratri menarik celana pendek Bimo. Sretth..! Dan tanpa di minta Bimo pun membuka celana dalamnya. "Ahh..! Bimo..!" seru Ratri terpana, melihat betapa tegang dan perkasanya milik Bimo. Dan tubuh Ratri pun semakin bergetar. Kini dihadapannya nampak sosok polos pemuda, yang memang telah mulai di impi
"Aku datang Tuanku Bimo..!" suara berat bergema terdengar di belakang Bimo. "Siapa kau..?!" seru Bimo terkejut. Namun dia tetap fokus kerahkan daya bathinnya yang kini semakin kuat, untuk menahan desakkan daya magis Andrew cs. "Aku Brajangkala dan empat panglimaku, datang untuk membantu Tuan Bimo," sahut suara berat itu lagi. "Ahh..!" hanya seruan terkejut bingung saja yang keluar dari mulut Bimo. Dia sama sekali tak menduga, jika Brajangkala yang datang dengan membawa bala bantuan untuknya. Tadinya Bimo menyangka yang datang membantunya adalah Ki Sabdo, penasehat spiritual Hendra itu. Namun ternyata dia salah. 'Aneh..?! Atas dasar pertimbangan apa Brajangkala membantuku..?!' sentak bathin Bimo heran. Namun dia tak mau terlalu larut dlam kebingungannya itu. Karena Andrew cs kini terasa meningkatkan daya serang terhadapnya. "Ayo..! Maksimalkan penyaluran power kalian..! Rupanya si sialan itu juga memiliki pasukkan di belakangnya..!" seru murka Andrew, saat melihat sosok-sosok hal
Blaph..! Blaph..! ... Blashp..!!! Dan mewujudlah puluhan sosok tak lumrah manusia, yang melayang di sisi kiri dan kanan Andrew. Kesemua sosok yang muncul itu memiliki tubuh layaknya manusia, namun memiliki sayap bak sayap kelelawar di punggungnya.Sementara hampir semua sosok itu, memiliki dua tanduk kecil di kepalanya. Hanya satu sosok saja yang memiliki satu tanduk di kepalanya, namun sosoknya nampak memiliki aura hitam yang paling pekat dibanding sosok-sosok lainnya. "Hahahaa..!!" "Hihihii..!!" Terdengar tawa bergema riuh rendah seperti dari kejauhan. Suara tawa riuh rendah bergema itu, seolah bukan datang dari alam nyata. "Akhirnya kau butuh juga dengan bantuan kami Tuan Andrew..!" seru bergema sosok bertanduk satu itu. "Terpaksa Gallant..! Karena yang kuhadapi nanti bukanlah musuh biasa..! Bersiaplah Gallant, dan juga kalian semua..!" seru Andrew menyahuti, sekaligus mengingatkan para sekutunya. Wrrrnngg...! Sebuah helikopter nampak mendekat ke arah lokasi Andrew cs dan K
Sementara Andrew dan Lidya telah tiba di Hotel Mauli Sanayen. Andrew langsung mengarahkan dan membawa Lidya, menuju ke kamarnya yang terletak di lantai paling atas hotel itu. Setibanya di dalam kamarnya, Andrew langsung memberi garis darah ghaibnya. Dan dia langsung menerapkan ilmu'Tabir Wujud'nya pada sekeliling ruang tidur kamarnya. Ya, Andrew tak menyadari bahwa dia telah terlambat untuk itu. Karena Bimo telah melihat hotel tempatnya berada dalam lintasannya, tepat saat Andrew bergesekkan dengan Lidya di dalam mobil tadi. "Masuklah Ratuku sayang. Kita akan menjadikan malam ini penuh, bagi kita berdua," ucap lembut Andrew, mempersilahkan Lidya yang terpaku di sisinya. "Baik." Lidya berkata datar, seraya masuk ke dalam ruang tidur yang telah dipagari dengan ilmu 'Tabir Wujud' oleh Andrew itu. 'Hmm. Akan kusadarkan kau dari pengaruh hipnotisku, di tengah pemainan asmara kita nanti Lidya. Disaat kau sudah hanyut, dan tak bisa menolak lagi hunjaman asmaraku..! Hahahaa..!' bathin
"Baik." Ya, Lidya bagai kerbau dicucuk hidungnya terhadap Andrew. Dengan hanya mengenakan baju tidurnya, Lidya melangkah keluar dari kamarnya. Andrew pun mengikuti di belakangnya. Sungguh keadaan rumah Lidya sangat mendukung aksi Andrew, karena Bi Inah sudah tenggelam dalam mimpi di kamarnya. Lidya langsung meraih kunci mobilnya yang tergeletak di meja ruang tengah. Lalu dia pun menuju ke garasi, dengan Andrew menjajari langkahnya. Klekh..! Lidya pun masuk ke dalam mobil bersama Andrew yang duduk di sebelahnya. "Kita ke Hotel Mauli Sanayen Lidya sayang," ujar lembut Andrew, dengan menahan gejolak hasratnya yang meledak-ledak terhadap gadis jelita itu. Ya, Lidya memang memiliki kecantikkan yang natural. Bahkan tanpa make up seperto saat itu pun, dia tetaplah segar menantang di mata pria sehat dan normal mana pun juga. Termasuk Andrew..! "Baik," sahut datar Lidya, dingin tanpa ekspresi. Brrmm..! Tin..! Tinn..! Security yang berjaga di posko samping gerbang pun bergegas membuka
"Tanya Bos..! Berapa lama kami harus latihan dan siap kerja nantinya..?!" tanya seorang anggota lagi. "Itu sangat tergantung pada keseriusan, dan kemampuan kalian dalam menyerap ilmu yang kuberikan. Sepertinya waktu 2-4 bulan saja cukup untuk persiapan kalian bekerja. Asalkan kalian menjalani latihan dengan serius.Tinggalkan kebiasaan mabuk-mabukkan..! Karena itu hanya akan melemahkan kondisi dan stamina tubuh kalian..! Kalian mengerti..?!" kembali Bimo berkata lantang. "Hahh..?! Hanya 2 sampai 4 bulan saja..?!" "Siap Boss..!!!" "Yang penting dapat pekerjaan..! Kami siapp..!" Seruan-seruan gembira dan penuh harapan terdengar dari seluruh anggota. Karena sesungguhnya mereka semua juga telah berpikir, jika tak selamanya mereka akan hidup dari jalanan. Layaknya kebanyakkan orang, mereka juga ingin menjalani kehidupan yang wajar dan tenang di masa mendatang. Bekerja, menikah, dan memiliki keluarga..!Ya, tawaran Bimo bagaikan memberi 'jalan terang' bagi mereka untuk hidup lebih bai
"Selamat datang semuanya..! Masuklah..!" seru Bimo tersenyum lebar, seraya menuruni teras rumahnya menyambut Denta cs. "Baik Bos Bimo..! Ayo kawan semua..! Kita masuk..! Parkir yang rapih dan teratur..! Hahaha..!" seru Denta tergelak senang. Dia berada paling depan di barisan gank motornya. "Siapp..!!!" "Malam Bos Bimo..!!!" Ngungg..! Ngenngg..! ... Ngunngg..!!! Dan berbondong-bondong barisan gank motor itu pun masuk ke halaman kediaman Bimo. Nampak tak kurang dari 75 unit motor meluncur masuk dan parkir berderet secara teratur, di halaman depan dan samping. Beruntung Bimo memiliki halaman yang cukup luas, untuk menampung semua kendaraan itu. Tutt.. Tuutt..!Ponsel Bimo berdering, 'Toko Ben;S Food memanggil'. Klikh..! "Ya. Apakah pesanan saya sudah berangkat..?" sapa Bimo. "Benar Tuan Bimo. Kami mengabarkan saat ini sedang di jalan, dan tak sampai 5 menit lagi akan tiba di tujuan." "Baik. Nanti langsung masuk saja, pagar sudah terbuka." "Baik Tuan Bimo." Klikh! "Silahkan
'Baiklah..! Nanti malam akan kudatangi kau Lidya!' bathin Andrew, seraya rebahkan diri di ranjang. Lalu sepasang matanya pun terpejam dengan cepat, kaku dan dingin.! Ya, sepertinya Andrew merasa sangat nyaman berada dalam ruang kamarnya yang remang, dengan semua korden yang tertutup rapat. *** Devi tengah bersantai di ruang tengah kantornya saat itu. Dia baru saja selesai menata ruangan kerjanya, dan juga ruang kerja pribadi Bimo. Ngunngg..! Cit..! Tin.. Tinn..! "Ahh..! Mas Bimo datang..!' seru senang bathin Devi, saat melihat sosok Bimo yang masuk ke halaman depan kantor dengan motornya. Dia pun bergegas melangkah ke teras, untuk menyambut Bos sekaligus pria idamannya itu. "Hei Devi..!" seru Bimo, seraya lemparkan senyumnya ke arah Devi. "Wah, Mas Bimo langsung ke sini tho. Kirain pulang dulu ke rumah," ujar Devi balas tersenyum. "Tidak Devi. Ada hal penting yang harus kubicarakan denganmu sebelum kantor kita ini resmi dibuka." "Ok Mas Bimo. Kita masuk saja yuk," ajak Devi t
"Ahh..! B-baiklah Kang..! K-kami menyerah..!" seru gugup dan gentar Denta. Kini terbuka sudah matanya, bahwa yang tengah dihadapinya bukanlah sembarang orang. "A-ampun Kang..!" "Tobat Kang..!" Pengakuan menyerah Denta, segera diikuti seruan-seruan minta ampun dari para anggotanya yang kesemuanya masih terkapar di tanah. Nampak senjata-senjata rusak dan patah para anggota gank, yang berserakkan di tanah. "Gelo..!" "Luar biasa..!" "S-siapa dia..?!" Seruan kaget dan takjub juga keluar dari mulut para karyawan dan security cafe itu, yang menyaksikan pengeroyokkan gank Road Spiders pada Bimo. Mereka selama ini memang tak berani melaporkan tindak semena-mena anggota gank itu pada polisi. Karena mereka sadar dan takut akan balasan para anggota gank Road Spiders, yang jumlahnya ratusan orang itu. Ya, kekaguman dan rasa takjub menyelimuti hati mereka semuanya, setelah melihat kemampuan Bimo yang berada di luar nalar dan sangat menggetarkan nyali itu. "Baik..! Mulai saat ini anggap s
Seth..! Denta dan anggota lainnya pun serentak menoleh ke arah Bimo, seraya ganti menatap layar ponsel itu. Dan.. "Hmm..! Mari kita kepung dia..!" bisik tajam Denta, seraya beranjak berdiri dari duduknya. Serentak seluruh gerombolan itu pun berdiri, dan melangkah ke arah Bimo berada. 'Hmm. Mereka telah mengenaliku rupanya', bathin Bimo, seraya tetap duduk tenang di kursinya. Bimo seolah tak melihat pergerakkan gerombolan itu, yang tengah mengelilingi pohon yang menaungi mejanya. Slakh..! Slagh..! ... Sregh..! Beberapa anggota nampak telah mengunus dan mengeluarkan senjata kesayangan mereka masing-masing. Karambit, pisau lipat, celurit kecil, knuckle, bahkan pistol pun terlihat dalam genggaman anggota gerombolan itu. Dengan dikelilinginya meja Bimo, maka otomatis pengunjung lain tak bisa lagi melihat posisi Bimo saat itu. Dan para pengunjung pun langsung keluar dari cafe itu dengan tergesa, takut terkena sasaran dari kerusuhan yang mereka duga pasti akan terjadi itu. Maka otomat