Ezhar keluar dengan raut wajah yang masih dipenuhi amarah. Dunianya sudah terlanjur terisi dengan Maira, jadi sangat wajar jika ia sangat terpukul dengan keadaan sang kekasih. Baginya apapun alasan orang-orang di sekitarnya tak bisa membuat dia tenang.
Hanya kesembuhan Maira yang mampu mengembalikan dia seperti sediakala.
"Istirahatlah, aku akan memenangkan dia dulu," ucap Roy pada Hani.
Hani hanya mengangguk, ia merasa sangat bersalah karena tak bisa melindungi Maira. Justru Maira yang telah menyelamatkannya.
"Maafkan aku, Maira. Tuhan, tolong selamatkan dia," doa Hani untuk wanita yang sudah mengorbankan nyawa demi keselamatannya.
°°°°
Ezhar memilih kembali ke ruang ICU, ia tak mau sampai lepas kendali menghadapi Hani. Pikirannya sangat kacau saat ini, dan hanya Maira yang mampu merubah semua.
Roy mengikuti langkah Ezhar yang begitu tertatih. Roy tahu sahabatnya itu sedang berada d titik terendah di hidupnya. Pengkhi
"Ezhar, apa-apaan ini?" Tania mulai panik saat dua polisi itu mendekat."Ayo ulangi lagi ucapan mu tadi!" titah Ezhar.Tania memutar otak agar ia semua orang percaya dengan ucapannya. Si ratu akting itu mulai memasang wajah sedihnya."Coba ceritakan apa yang sebenarnya terjadi, Nona Tani!" perintah Polisi.Tania mengangguk, ia mulai menceritakan semua yang baru saja ia ceritakan pada Ezhar. Ia tak berpikir dua kali dengan apa yang ia lakukan kali ini. Bahkan meski berhubungan dengan hukum pun ia tak peduli. Ia masih saja membalikkan fakta demi tujuannya.Kedua polisi, dan asisten Ezhar pun hanya tersenyum. Mereka sangat terkejut dengan penuturan Tania yang sangat jauh dari kebenaran."Apa, Anda yakin dengan keterangan ini?" tanya salah satu Polisi."Tentu aku sangat yakin," ucap Tania penuh percaya diri."Anda juga siap dengan konsekuensinya jika pernyataan yang, Anda ucapkan tidak sesuai dengan kenyataan?" Polisi itu kembali m
Bab 38Ezhar merasa matahari kembali menyinari dunianya yang gelap, sebuah keajaiban terjadi pada keadaan Maira. Tentunya ia sambut dengan senang hati. Ia segera berlari memanggil dokter yang menangani Maira.Dokter tak berbicara apapun, akan tetapi dari raut wajahnya membuat harapan Ezhar.“Ada apa, Dok? Dia sudah sadar kan?” Ezhar banyak berharap.Dokter menggeleng sebagai jawaban atas pertanyaan Ezhar“Apa yang, Anda lihat tadi nyata?” tanya dokter ragu.“Sangat nyata, Dok. Tapi bagaimana keadaan, Maira?” Ezhar semakin panik.“Tuan, Nona Maira koma,” jelas Dokter yang membuat hati Ezhar sakit“Koma? Berapa lama, Dok?” lirih Ezhar yang semakin kehilangan“Bisa berminggu-minggu, berbulan-bulan, bahkan bisa bertahun-tahun,” jelas dokter yang langsung berlalu pergi.Dengan susah payah Ezhar memaksa kakinya untuk mendekat ke arah Maira yang masi
Dokter dan seorang perawat datang ke ruang rawat Maira dan mereka segera memeriksa keadaannya. Ezhar yang baru menyadari kedatangan dokter pun memberi jalan pada dokter dan perawat itu.Dokter mulai memeriksa Maira, dan senyumnya mengembang saat melihat kelopak mata Maira mulai terbuka sedikit demi sedikit.“Ini keajaiban, lihatlah pasien membuka matanya,” beritahu dokter pada ibu Maira dan EzharApa yang baru saja di ucapkan dokter bagai penyejuk di tengah gersangnya harapan Ezhar akan kesembuhan Maira. Untuk kesekian kalinya air mata lelaki itu menetes. Namun, kali ini air mata kebahagiaan.“Dokter, apa dia sadar?” tanya Ezhar penasaran.“Iya, Tuan.”Perlahan kelopak mata Maira terbuka, akan tetapi pandangannya masih kosong. Ia seakan tak mengenali apapun di sekelilingnya.Setelah merasakan bahagia, kini hati Ezhar mulai merasa cemas. Ia takut, bahkan sangat takut jika yang Maira ingat adalah masa
“Aku tidak setuju!” ujar Karina sambil menuruni tangga.Ezhar dan Dion sontak menoleh, akan tetapi Ezhar menyunggingkan senyumnya yang penuh arti. Sementara Dion merasa kesal karena istrinya berusaha menggagalkan kerja sama ini.“Sayang, ini hanya kerja sama.” Dion mencoba meyakinkan Karina.“Tidak! Sekali aku tak setuju apapun penjelasan kalian aku tak setuju!” kekeh Karina menolak kerja sama yang tak masuk akal menurutnya.Ezhar masih diam menyaksikan pasangan suami istri itu sama-sama kekeh dengan keinginannya.“Sayang, ayolah. Maira hanya mengingat saat kami pacaran, dan saat itu aku tak pernah melakukan hal-hal di luar batas. Jadi izinkan aku ya,” bujuk Dion pada istrinya.“Tidak!” ucap Karina ketua, ia pun berlari menaiki tangga untuk menuju kamarnya.Tangan Dion terkepal melihat sikap istrinya yang menghalangi rencananya.“Bagaimana, Tuan Dion? Aku tak bisa terus be
Karina tampak gelisah karena hingga pukul sepuluh malam suaminya belum tampak batang hidungnya. Ia meremas ujung gaun malamnya. Karina berkali kali melihat layar ponselnya, berharap sang suami mengabarinya. Namun, sudah tiga jam kepergiannya masih tak ada kabar. Cemburu, itu pasti. Karena ia tahu seberapa besar kadar cinta Dion pada Maira, dan dengan seribu cara ia baru berhasil mendapatkan lelaki itu. Jadi ia sungguh takut jika kesempatan ini akan membuat hubungan pasangan suami istri yang sudah lama berpisah ini akan kembali terjalin. Karina mondar-mandir di kamar, berkali-kali ia membuka tirai jendela kamarnya untuk melihat apakah suaminya sudah pulang atau belum.“Semoga yang aku takutkan tidak terjadi,” gumamnya.°°°°“Maaf,” ucap Dion saat mereka sudah berada di luar ruangan.“Tak apa, tapi jika kau melebihi itu aku pastikan kau tak akan mendapatkan apapun. Kau juga akan menerima bonus dariku, apa kau pa
“Hai, Ezhar,” sapa Dion saat mereka berpapasan di pintu.“Hai, aku harap kau ingat batasan mu.” Ezhar berlalu setelah mengucapkan kalimat yang sedikit mengancam itu.Dion tak menggubris ucapan Ezhar, ia menyunggingkan senyumnya dan berjalan mendekati mantan istrinya. Ia meletakan kantong plastik yang berisi makanan kesukaan Maira di meja.“Sayang, kau tak lupa kan dengan pesanan ku?” tanya Maira dengan manja.“Tentu saja tidak, ini.” Dion membuka kantong plastik itu, dan potongan-potongan kue tart dengan berbagai rasa ada di dalam kotak ituMata Maira berbinar melihat makanan yang paling ia sukai ada di depan matanya.“Kau masih ingat, Sayang?” Maira tampak terharu dengan semua ini.“Tentu, semua tentangmu sudah melekat di otakku,” jawab Dion sembari meraih telapak tangan Maira.Ada getaran aneh yang menjalar ke seluruh tubuhnya saat ia menggenggam tangan i
Hari itu pun berlalu begitu sangat membahagiakan bagi Ezhar. Ia bisa menemani sang kekasih menjalani segala rutinitas di rumah sakit. Bahkan dalam sehari itu ia mampu membuat Maira tak menanyakan tentang Dion.Tentu saja ini adalah kesempatan emas baginya yang tak mungkin akan di sia-siakan. Ezhar berusaha untuk menghapus nama Dion dari ingatan kekasinya itu secara perlahan. Ia yakin jika itu akan sangat mudah, karena nama lelaki brengsek itu sudah atak ada lagi di hati Maira.Melihat Maira nyaman dengannya, Ezhar pun merubah semua rencananya. Awalnya ia akan meminta bantuan Dion sepenuhnya demi kesembuhan Maira. Namun, melihat rasa nyaman di mata Maira saat bersamanya membuat Ezhar berubah pikiran.Kini ia tak perlu menyuruh lelaki brengsek itu untuk selalu berada di dekat calon istrinya itu. Ia memang masih membutuhkan Dion, tetapi sekarang tak sepenuhnya.Pukul sebelas pagi, ibu Maira sampai di rumah sakit. Ezhar pun meminta izin untuk pergi
Maira termenung saat debaran aneh itu semakin terasa kala Ezhar mendekatinya. Bahkan Kalimat yang baru saja Ezhar seakan membawanya ke sebuah kenangan yang amat sangat berarti baginya. Maira berusaha mengingat kenangan apa yang yang pernah ia lalui bersama supirnya itu? Namun, kepalanya terasa sakit. Maira terlihat menahan rasa sakit itu hingga ia terjatuh.“Maira!” teriak Ezhar.Ibu Maira dan Ezhar pun berlari ke arah Maira.“Ada apa? Apa kepalamu sakit lagi?” tanya ibu Maira dan Ezhar bersamaan.Maira hanya mengangguk, karena ia masih merasakan rasa sakit itu. Ezhar pun menggendong sang kekasih untuk kembali ke ruangannya. Ezhar merebahkan tubuh Maira di ranjang, sementara ini Maira segera mengambilkan air putih.“Minumlah, Nak!” ibu Maira memberikan segelas air putih pada putrinya.Ibu Maira pun segera berlalu memanggil dokter, ia sungguh tak mau terjadi sesuatu yang buruk pada putrinya“Ap
Dion menghentikan taksi, ia berniat akan mendatangi kediaman Ezhar untuk meminta maaf kepada Maira. Namun, sebelumnya ia kembali ke rumah untuk mengambil mobil. Dion juga membawa beberapa map di tangannya. Penyesalan, ya kata itu yang sangat tepat untuk mengungkapkan isi hati Dion saat ini. Ia meninggalkan wanita yang benar-benar mencintainya demi wanita yang sebenarnya tak mencintainya. Namun, apalah dayanya saat ini. Nasi tak bisa lagi berubah menjadi bubur. Tak membutuhkan waktu yang lama, Dion sudah sampai di kediaman mantan istri bersama suami barunya. Dion menarik napas sedalam mungkin. Dia mencoba menguatkan hatinya yang sedang di penuhi rasa penyesalan. Jika saja waktu dapat ia putar kembali, ia tak ingin melepaskan Maira dan memilih Karina. Akan tetapi semua tak bisa berubah. Ia harus menerima kenyataan buruk yang baru saja ia ketahui. °°°° Seorang pelayan datang menemui Ezhar dan Maira yang sedang bersantai di ruang keluarga. “Tuan,
Babak baru kehidupan Maira pun di mulai, akan tetapi semua berbeda dengan kehidupannya di masa lalu. Jika dulu setelah menikah Dion memperlakukannya dengan buruk, tidak dengan Ezhar. Lelaki itu membanjiri Maira dengan cinta dan kasih sayang.Bagi Maira, Ezhar adalah malaikat dalam hidupnya. Dulu ia tak pernah bermimpi apalagi membayangkan jika kehidupannya akan berubah seperti ini. Maira pikir akan terus berada di lembah penderitaan. Tapi kini ia percaya, tak ada yang tak mungkin di dunia ini. Ezhar adalah bukti jika banyak kemungkinan di dunia ini.°°°°“Aku pamit, Sayang,” ucap Dion pada istrinya, Karina.“Iya, hati-hati di jalan ya, Sayang.” Karina memeluk suaminya.Dion pun pergi menuju bandara karena penerbangannya sebentar lagi. Namun sesampainya di bandara ada pengumuman jika penerbangan Dion di undur sampai besok pagi. Jadi, ia memutuskan untuk mencari hotel terdekat. Karena tak mungkin
Waktu pun berjalan begitu cepat, hari ini adalah H-1 menuju pernikahan Maira dan Ezhar. Sudah seminggu mereka tidak bertemu, kedua orang tua mereka melarang keduanya bertemu dengan alasan di pingit. Jangankan bertemu, menyapa melalui ponsel pun tak di perbolehkan. Dengan penuh keterpaksaan demi bisa menuju hari yang bahagia, keduanya setuju. Meski Ezhar dan Maira sangat tersiksa, tetapi kadang kala perlu sebuah pengorbanan demi sebuah kebahagiaan.Mereka menjalani semua proses itu untuk kebaikan hubungan yang akan di jalani. Mau tak mau aturan yang diterapkan oleh kedua orang tua harus di patuhi. Hari yang sulit itu pun mereka jalani sampai hari pernikahan tiba.°°°°Birunya langit dan putihnya awan menghiasi pagi yang cerah ini. Kicau burung semakin melengkapi pagi untuk menyambut hari bahagia Ezhar dan Maira. Sang mentari pun seperti tersenyum untuk mereka yang dalam hitungan jam akan segera bersatu dalam ikatan suci pernikahan.Maira ya
Ezhar melepas pelukan Maira, ia juga melangkah keluar dari rumah Maira. Tentu saja wanita itu sangat terkejut. Pikiran negatif pun mulai bermunculan di kepalanya.“Ezhar ...!” teriak Maira.Namun, Ezhar tetap melanjutkan langkahnya meninggalkan Maira.“Ezhar ...!” teriak Maira, ia berharap lelaki itu menghentikan langkahnya. Akan tetapi lelaki itu sudah hilang dari penglihatannya.Ia duduk bersimpuh di lantai dapur, ia tak habis pikir dengan sikap Ezhar. Ia kira lelaki itu mencintainya dan merindukannya. Tapi kenapa Ezhar malah meninggalkannya?“Kenapa semua lelaki sama!” teriak Maira kesal.“Tidak, Maira,” ucap seorang wanita yang berjalan mendekat ke arah Maira.Maira mendongakkan kepalanya saat mendengar suara yang tak asing baginya, ia tak percaya dengan apa yang ada di hadapannya. Perlahan ia berdiri dan berjalan menghampiri wanita itu.“Tania,” lirihnya.&
Maira benar-benar pergi dari kantor Ezhar, bukan hanya itu ia pulang ke rumah kekasihnya dan segera membereskan semua pakaiannya. Kali ini ia akan memberikan pelajaran bagi Ezhar. Ia tahu bahkan sangat tahu jika lelaki itu sangat mencintainya, akan tetapi apa yang di lakukan Ezhar salah, bahkan sangat salah.“Lho ada apa, Nyonya?” tanya mbok Rati bingung, karena Maira membereskan barang-barangnya.“Aku mau pulang ke rumah ibu. Tolong sampaikan ke, Ezhar ya, Mbok,” pamit Maira.Ia ingin membuktikan jika ancamannya bukan hanya sekedar untuk menggertak Ezhar. Tapi, ia hanya ingin menegakkan kebenaran. Nyatanya Tania tak bersalah dalam kecelakaan yang membuatnya koma. Tapi, tanpa mendengarkan alasannya, Ezhar sudah membulatkan keputusannya yang tak akan pernah membebaskan Tania. Karena ia menganggap wanita itu adalah dalang dibalik kecelakaan itu.“Nyonya!” panggil mbok Rati sambil mengejar langkah Maira.Namun, wani
Maira mengikuti Ezhar untuk beristirahat di kamarnya. Namun, ada hal yang masih mengganjal di hatinya.“Tania, kemana dia? Dan kenapa saat, Hani akan menjawab pertanyaan ku, Ezhar menghentikannya?” ucap Maira dalam hati.“Aku akan kembali ke kantor, kau istirahatlah. Jika ada apa-apa hubungi aku,” ucap Ezhar sembari mencium keningnya.Maira hanya mengangguk dan tersenyum, otaknya pun langsung bekerja setelah mobil Ezhar terdengar meninggalkan halaman rumah.“Bagus, ini kesempatan ku mencari tahu yang sebenarnya.” Maira meraih tas nya dan segera turun.“Mau ke mana, Nyonya?” tanya mbok Rati yang tiba-tiba muncul di hadapannya.“Mau jalan-jalan sebentar, Mbok.” Maira melanjutkan langkahnya tanpa memedulikan apa yang dipikirkan mbok Rati.Dengan menaiki taksi Maira mendatangi kediaman Hani. Ia berpikir jika hanya Hani yang bisa memberitahunya tentang semua kebenaran yang tak ia
Kabar baik tentang ingatan Maira yang sudah kembali, Ezhar bagikan pada semua keluarga. Baik orang tua Maira dan orang tuanya sangat bahagia mendengar kabar ini. Apalagi mbok Rati, ia sampai menitipkan air mata saat mendengar kabar itu.Siang ini dokter sudah mengizinkan Maira pulang, karena tak ada masalah dengan kesehatannya.Tanpa di perintah Roy sudah menunggu mereka di parkiran, ia ikut bahagia dengan kembalinya ingatan Maira. Ia hampir saja menjadi bahan amukan Ezhar, karena dia adalah salah satu lelaki yang diingat Maira. Ezhar menuduhnya telah melakukan sesuatu yang buruk, karena saat itu hanya kenangan buruk yang Maira ingat.Untung saja ia bisa mencari akal agar Ezhar tak terus marah padanya. Jadi untuk membuktikan semua ia langsung datang ke rumah sakit setelah mendengar kabar jika Maira akan pulang.Wajah Ezhar tampak masam saat melihat Roy dengan senyumnya. Meski Roy sudah menjelaskan semua, tetap saja ia masih curiga pada sahabatnya itu.
Maira dan mbok Rati menaiki taksi untuk menuju rumah orang tua Maira. Sepanjang perjalanan Maira memikirkan apa yang baru saja terjadi. Rasanya semua itu tak asing baginya. Ia kembali memaksa otaknya untuk mengingat semua masa lalunya. Hingga rasa sakit yang kerap ia rasakan kembali terasa, bahkan kali ini rasa sakit itu membuat kepala Maira seperti mau pecah. Ia terus memegangi kepalanya, karena rasa sakit itu tak seperti biasanya. Tetapi Maira masih memaksakan ingatannya kembali, apalagi saat satu per satu bayangan masa lalunya muncul.“Ada apa, Nyonya?” mbok Rati mulai panik saat melihat Maira memegangi kepalanya.Maira tak menjawab, ia sedang berjuang menahan rasa sakit itu karena ingin tahu akan masa lalunya. Ia masih ingin bertahan dengan rasa sakit itu asal bisa mengingat masalalu nya, akan tetapi tubuhnya tak sejalan dengan keinginannya. Tiba-tiba saja tubuh Maira lemas, matanya perlahan menutup.Membuat mbok Rati semakin panik.&ldquo
Seperti janjinya pada Ezhar, Karina mulai melancarkan rencananya, ia mengingat semua momen yang paling berkesan bagi Maira. Ia pun ingat saat ia mendatangi rumah Dion dulu, dan meminta Maira melepaskan Dion untuknya. Namun, wanita itu kekeh tak mau melepaskannya.Karena penolakan Maira, Karina pun merencanakan sesuatu yang membuat Dion membenci istri pertamanya hingga saat ini.Dengan penuh percaya diri, Karina mendatangi kediaman Dion. Marah, itu pasti saat ia harus membiarkan wanita yang ia anggap sebagai penggalang dulu dan susah payah ia singkirkan malah kembali lagi ke rumah suaminya.“Aku akan menyingkirkan mu untuk yang kedua kalinya, Maira!” gumam Karina saat sampai di depan pintu rumah itu.Pandangannya mulai menyapu ke segala arah untuk mencari keberadaan Maira. Tak lama mbok Rati pun keluar dari dapur untuk melihat siapa yang datang.Sekuat tenaga mbok Rati menahan amarahnya saat kembali melihat wanita yang sudah menghancurka