Share

Bab 84

Penulis: Alana Nourah
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 14:50:12

Pagi itu, Natalie muntah hebat. Dia sendirian di kamar hotelnya yang senyap dan dia tidak bisa merasa lebih beruntung lagi. Itu artinya, seluruh keluarga besarnya tidak ada di sini. Tidak bersamanya. Jika Natalie boleh menebak, mungkin sang mama sedang menggelar pesta lain. Sebuah pesta yang khusus didatangi oleh kerabat dekat untuk merayakan pernikahan si putri bungsu.

Nat menekan tombol flush lalu bangkit dan berjalan dengan berpegangan pada dinding. Kepalanya agak pusing karena bunyi klakson kendaraan di kejauhan—New York City jelas dijuluki kota yang tidak pernah tidur bukan tanpa alasan.

Wanita cantik itu duduk sendirian di tepi ranjang. Hatinya dipenuhi banyak sekali hal. Natalie menghela napas dalam-dalam, lalu meletakkan tangan di perut bagian bawahnya sendiri. Ini adalah hari yang besar. Akan menjadi hari bersejarah di mana dia akan menikah. Mon Dieu. Natalie merasa begitu yakin selama ini, tapi mendadak dia ragu.

Apakah dia sudah melakukan sesuatu yang benar? Atau tidak? Nat
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Hasrat Terlarang Tuan CEO   Bab 85

    "Bagaimana, Lapochka—Sayang? Apakah kau berhasil meyakinkan Natalie untuk membatalkan pernikahannya?"Vladimir berdiri di lobi hotel, langsung bergegas menghampiri istrinya yang berjalan agak lambat karena membawa dua hasil cinta mereka di perutnya.Catherine menghela napas. Sudut-sudut bibirnya agak turun. "Tidak ...."Vladimir dapat ikut merasakan kekecewaan yang menghantam sang istri. "Natalie benar-benar keras kepala, ya?"Catherine mengangguk.Vladimir memeluk Catherine erat. "Tidak apa-apa. Kau sudah mengusahakan yang terbaik. Mmm? Jangan sedih lagi, Sayang. Jika Natalie memang ditakdirkan untuk bersama dengan Dietrich mereka pasti akan bersama, tetapi ini adalah pilihan Natalie sendiri. Kau tidak bisa memaksanya untuk menerima kakakmu. Oke?"Catherine terpaksa mengangguk lagi."Kita berangkat sekarang?" Vladimir menunjuk The Wolf yang sudah terparkir rapi di depan lobi hotel.Catherine menoleh sekali lagi pada lift yang membawanya turun ke lobi. Berharap Natalie tiba-tiba berub

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-30
  • Hasrat Terlarang Tuan CEO   Bab 86

    Ketika Natalie turun dari sebuah limosin dengan bendera Monako yang berwarna merah-putih berkibar di bagian depannya, para fotografer sudah siap dengan kamera masing-masing. Blitz mulai menyorot. Cahayanya terasa membutakan sekilas. Deretan gadis-gadis cilik—termasuk Nasya dan Tata, menaburkan bunga penuh suka cita. Karpet merah telah digelar di sepanjang jalan. Gaun Natalie yang ekornya menjuntai ke belakang, menampilkan kesan anggun nan elegan.Saat Natalie dan ayahnya memasuki ballroom, semua hadirin berdiri dan bertepuk tangan. Bunga-bunga terus ditaburkan. Musik lembut berkumandang. Seharusnya, Natalie menampilkan sebuah senyum cerah ceria tak tergoyahkan. Akan tetapi, netra perempuan cantik itu justru terpaku pada sosok lelaki yang berada di barisan penonton. Bukannya lelaki yang berdiri di altar dan bersiap menyambut dirinya.'Dietrich ... datang,' pikir Nat pusing.Tidak hanya sekadar datang. Lelaki itu datang dengan gaya yang memesona. Bagaimana mungkin, sebuah setelan berpot

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-30
  • Hasrat Terlarang Tuan CEO   Bab 87

    "Es-tu fou?!—Kau sudah gila, ya?!" Natalie meronta hebat saat Dietrich Toussaint mengangkatnya dengan begitu mudah—seolah berat badan perempuan cantik itu hanya seringan bulu. Dia lebih terkejut lagi saat merasakan dirinya dimasukkan ke dalam sebuah mobil serupa tank dengan pengamanan super ketat."Jalan, Brody!" Dietrich berseru cepat.Natalie baru sadar di mana dia sekarang. "Kau ... memasukkan aku ke dalam The Wolf?!"The Wolf merupakan kendaraan milik Vladimir Alexandrov—yang diklaim sebagai mobil teraman di dunia. The Wolf merupakan mobil super berlapis baja senilai satu koma empat puluh sembilan juta dollar Amerika Serikat. Mobil ini dilengkapi dengan sistem keamanan canggih yang memang sangat dibutuhkan oleh mafia sekelas si empunya.Mobil ini dapat menahan serangan bom penghancur dan tembakan senjata api. Sudah diuji coba sendiri dengan senjata milik pribadi. Pintunya berlapis baja setebal sembilan inci dan memiliki segel untuk menahan serangan senjata biologis maupun kimia. B

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-01
  • Hasrat Terlarang Tuan CEO   Bab 88

    Zico dan pasukan keamanan Dimitri Wijaya membukakan gerbang untuk mobil milik Vladimir nyaris secara otomatis—meski si pemilik rumah belum tiba. Yah. Dimitri dan Olivia diundang di acara pernikahan Natalie. Mereka berdua—bersama pasukan yang lain, jelas masih berada di Carnegie Hall sekarang."Zico." Dietrich menyapa salah satu tangan kanan Dimitri Wijaya setelah membantu Natalie turun dari The Wolf."Tuan Dietrich." Zico mengangguk sopan. "Dan ... Nona Casiraghi?" Kedua alis Zico terangkat.Dietrich menyeringai."Bos Dimitri dan Nyonya Olivia pergi untuk menghadiri pernikahan Nona Casiraghi ...." Zico tampak bingung."Pernikahannya batal dan kami dikejar-kejar tikus nakal. Jadi, kami pergi kemari. Semoga Aa Dimitri tidak keberatan aku menumpang untuk sementara waktu." Dietrich berkata.Zico menyalakan alat komunikasinya, lalu sepertinya memberitahu si bos tentang situasi di sini dalam bahasa Indonesia.Sama seperti Vladimir yang mengharuskan para anggota klannya untuk fasih berbahasa

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-02
  • Hasrat Terlarang Tuan CEO   Bab 89

    Rupanya, di rumah sebesar ini, Dimitri hanya memberikan satu kamar untuk Natalie dan Dietrich. Natalie berpikir bahwa Dimitri Wijaya teramat pelit. Sedangkan Dietrich bersenang-senang dengan keputusan yang diberikan mafia itu. Oh, ya. Ya. Dia sangat menantikan dapat berada di kamar ... berduaan dengan Natalie Casiraghi.Ketika pintu kamar tertutup dan Zico berjanji tidak akan ada yang mengganggu mereka berdua, Dietrich kembali pada Natalie dengan langkah perlahan bagai binatang buas mendekati mangsa."Kau pasti lelah," katanya.Natalie mundur secara refleks. Lutut bagian belakangnya membentur sisi ranjang. Sebelum menjawab, perempuan cantik itu membasahi bibir. "Well ... ya, hari ini melelahkan."Dietrich belum berbuat apa pun, tetapi napas Natalie sudah terengah. Seluruh kulitnya meremang seolah baru saja ditelanjangi oleh tatapan mata lelaki itu yang berkobar intens."Kalau begitu, biarkan aku membantumu untuk keluar dari gaun pengantin menyebalkan ini. Oops. Aku tidak bermaksud men

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-04
  • Hasrat Terlarang Tuan CEO   Bab 90

    Natalie tidak tahu mengapa tubuhnya selalu bereaksi seperti ini di sekitar Dietrich Toussaint. Ini tidak benar. Sama sekali tidak benar. Namun, sialan lelaki itu. Wajahnya yang setampan malaikat jelas berbanding terbalik dengan otak liciknya yang penuh tipu daya setan. Apa lagi, jemari pria itu. Panjang, kuat, indah, dan sungguh membuat Natalie tergila-gila jika sudah digunakan untuk menyentuh.Sungguh. Perempuan cantik itu ingin menampik dan mengelak dari pesona seorang Dietrich. Namun, dia gagal total.Pada saat melihat Dietrich membuka tuksedonya, napas Natalie tercekat di tenggorokan. Lelaki itu memiliki badan atletis bagai pahatan patung Dewa Yunani kuno. Pemandangan yang dihasilkan oleh si presdir tampan begitu erotis, sampai seluruh tubuh Natalie gemetar penuh antisipasi.Terlebih ketika tangan Dietrich hendak membuka ritsleting celana panjang, Natalie terkesiap kecil. Perempuan itu memalingkan wajahnya yang merona—masih berusaha bersikap sopan.Dietrich tertawa pelan. "Kau sud

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-06
  • Hasrat Terlarang Tuan CEO   Bab 91

    "Natalie ...." Dietrich tersenyum lembut. "Natalie-ku yang cantik."Perempuan itu berguling, gemetar dengan sisa-sisa pelepasan, menelusup masuk ke dalam pelukan Dietrich. Tangan rampingnya mencari pegangan, mengusap dada bidang sang presdir dengan tenaga yang nyaris tidak ada."Apakah kau baik-baik saja?" Dietrich berbisik. "Apakah aku menyakiti bayi kita?"Natalie menggeleng, tidak memercayai dirinya sendiri untuk berbicara."Itu bagus," gumam Dietrich. "Sekarang tidurlah."Natalie mendongak. Mulutnya membuka dengan sejuta pertanyaan tak terucap. Kedua manik keabuannya terbelalak tak percaya.Dietrich tergelak pelan. "Ada apa? Kau menginginkan lebih?"Pipi Natalie bersemburat merah jambu. "Kupikir, well …. kau belum—?" Natalie melirik kejantanan Dietrich yang besar dan berotot—mengacung tegak ke angkasa. Perempuan cantik itu hampir menjerit saat melihatnya, tetapi ia buru-buru mengingatkan dirinya sendiri bahwa dia bukan perawan yang tidak berpengalaman lagi. Natalie sekarang adalah

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-07
  • Hasrat Terlarang Tuan CEO   Bab 92

    Natalie bangun dengan badan yang segar, tetapi pegal saat malam tiba. Langit sudah gelap dan laut menjadi hamparan hitam di luar jendela. Di tempat ini, wanita cantik itu tidak merasa sedang berada di New York City—salah satu kota megapolitan yang hiruk pikuknya melegenda di dunia."Selamat malam ...." Dietrich rupanya berada di sisi lain kamar.Ketika menoleh, Natalie mendapati pria itu sudah memakai jubah tidur besar berbahan halus dan sedang duduk mengamatinya dengan kaki disilangkan."Apakah tidurmu nyenyak?" Lelaki itu bertanya lagi.Natalie menggeliat di balik selimut. Tubuhnya masih lemas dan mengantuk. Namun, dia tidak ingin tidur lagi. Sosok cantik itu merasa gugup. "Ya, tidurku nyenyak. Terima kasih.""Apakah bayi kita juga tidur dengan nyenyak?"Mendengar Dietrich berulang kali mengucapkan 'bayi' disatukan dengan kata 'kita', membuat perut Natalie bergolak. Kehamilannya menjadi semakin terasa nyata karena diakui dan diterima oleh ayah si janin.Tangan Nat bergerak ke perut.

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-08

Bab terbaru

  • Hasrat Terlarang Tuan CEO   Bab 126

    Monte Carlo, Monaco.Sudah hampir sebulan berlalu semenjak Natalie kehilangan bayinya. Tak ada satu hari pun berlalu tanpa ia mendapatkan surat berisi permohonan maaf—permintaan agar wanita cantik itu mau memberikan kesempatan sekali lagi pada pernikahan—yang datang bersama buket bunga dan cokelat dari Dietrich.Terkadang, buket itu juga disisipi boneka-boneka beruang mini yang dipesan khusus dari tempat Vladimir memesankan Teddy Bear pembawa tomat milik Nasya dan Tata. Boneka-boneka itu, si beruang mini, selalu memiliki tiga item dalam satu serinya. Beruang ayah, beruang ibu, dan beruang anak laki-laki. Si beruang ayah dan beruang ibu memiliki warna mata Dietrich dan Natalie. Serta, warna rambut mereka sebagai corak bulu di seluruh badan.Pada sebuah surat yang dikirimkan beberapa waktu lalu, Natalie hampir tersenyum. Hampir saja, jika perempuan itu tidak ingat bahwa dirinya sedang berada dalam masa berkabung.Mon Amour, tulis Dietrich.Jangan bersedih lagi. Musim dingin yang menyeba

  • Hasrat Terlarang Tuan CEO   Bab 125

    Dietrich kembali ke Brussel sendirian, setelah Natalie dibawa pulang ke Monte Carlo malam itu ... tanpa berpamitan. Seluruh keluarga Toussaint masih berada di istana musim panas Babushka. Vladimir dan Catherine berencana menghentikan pesta yang berlangsung untuk menyambut kelahiran kedua putra mereka—demi menghormati Dietrich dan menyatakan bahwa mereka turut berduka atas kehilangan yang Dietrich dan Natalie rasakan.Namun, Dietrich menolak. Fyodor dan Mykola berhak mendapatkan semua pesta itu. Begitu pula dengan Catherine—yang meski sudah memiliki empat anak, tetapi baru pertama kali merasakan bahwa pengalaman melahirkannya dirayakan. Jadi, malam itu juga Dietrich mengemasi barang-barangnya kemudian bertolak menuju bandara Pulkovo untuk selanjutnya terbang kembali ke rumah.Ke kastil Toussaint.Malam di awal bulan Januari itu gelap dan sungguh tanpa bintang. Membeku ... menggigit hingga ke dalam sukma. Dietrich menatap hampa semuanya melalui jendela pesawat—dan limosin yang dikemudik

  • Hasrat Terlarang Tuan CEO   Bab 124

    "Kau dengar sendiri apa yang dikatakan oleh putriku." Dietrich mendengar Tuan Casiraghi—ayah mertuanya—berjalan mendekat tatkala Natalie tertidur di dalam kamar rawat inapnya.Ya. Dietrich tidak tuli. Tentu saja dia mendengar semuanya."Kami akan membawanya pulang ke Monte Carlo," kata Tuan Casiraghi di depan semua orang. "Urusan perceraian nanti akan diselesaikan oleh tim pengacara yang kami tunjuk."Dietrich termenung. Semua yang terjadi padanya hari ini benar-benar terasa bagai mimpi yang jauh—sebuah mimpi buruk. Lelaki itu mengerling pada Natalie yang masih berada di atas bed pasien, namun sosok cantik itu telah mengalihkan pandangan ke arah lain.Bagaimana semuanya bisa menjadi seperti ini? Bagaimana cintanya dapat menyerah pada hubungan mereka berdua di saat mereka sama-sama kehilangan?Di saat seluruh ruangan hening selama beberapa saat, Dietrich tahu bahwa semua orang sedang menunggu jawabannya. Maka, ia mengangguk. Ia tidak sanggup mengatakan apa pun. Dan ia menahan diri agar

  • Hasrat Terlarang Tuan CEO   Bab 123

    Derap kaki Dietrich menggema di seluruh lorong rumah sakit, diikuti langkah kedua orang tuanya—Anthony Toussaint dan Lady Louise. Raut penuh kepanikan tampak jelas di wajah pria tampan itu. Tubuhnya yang tinggi dan tegap berpacu lebih dulu dibandingkan dengan siapa pun untuk mencapai ruang operasi tempat istrinya berada.Operasi masih berlangsung. Ruang tunggu di depannya lengang. Sunyi. Seolah mengejek lelaki itu dalam keheningan yang menyakitkan."Duduklah dulu dan tenangkan dirimu, Dietrich," bujuk Anthony Toussaint. "Kita doakan saja agar semuanya berjalan lancar dan Natalie baik-baik saja."Lady Louise sependapat dengan sang suami. "Aku sudah menghubungi Stéphanie. Dia dan keluarganya sudah dalam perjalanan kemari."Kedua tangan Dietrich lari ke kepala untuk meremas rambutnya sendiri. Kemudian, turun ke bagian tengkuk, dan berakhir membentuk sebuah kepalan yang diarahkannya ke mulut pria tampan itu sendiri. Kekalutan melanda dirinya—sampai paru-parunya mulai terasa kesulitan untu

  • Hasrat Terlarang Tuan CEO   Bab 122

    Pada saat mobil telah berhenti di depan ruang gawat darurat rumah sakit, Natalie tidak sempat berpikir lagi. Segalanya terasa bagai mimpi—bagaimana dia diangkat dan diletakkan di sebuah brankar. Brankar tersebut didorong ke dalam, lalu Dokter Özge tampak berbicara dengan beberapa petugas medis dan dalam sekejap Natalie dimasukkan menuju sekat pemeriksaan.Sebuah gelengan pelan yang dilakukan oleh Dokter Özge sesaat setelah pemeriksaan menghancurkan hati Natalie bahkan sebelum sang dokter sempat berbicara."Nyonya Natalie maafkan saya. Saya tidak menemukan detak jantung janin Anda lagi." Dokter Özge berkata gamblang.Penegasan itu membuat Natalie sontak terisak. Tangisannya pecah begitu saja—tanpa bisa ditahan lagi. Ini adalah hal yang menakutkan. Tidak, bukan. Sesungguhnya, ini adalah hal yang paling ia takutkan. Bahkan sejak awal kehamilan, Natalie tidak pernah merasa percaya diri bahwa semua akan baik-baik saja. Seolah dia sudah tahu bahwa ini akan terjadi."Nyonya," Dokter Özge men

  • Hasrat Terlarang Tuan CEO   Bab 121

    "Apa yang Anda rasakan?"Pertanyaan Dokter Özge menyentakkan Natalie kembali pada kenyataan. Wanita itu melarikan tangan ke belakang leher, lalu mengusap keringat dingin yang terus membasahi kerah sweater-nya di sana sembari menelan ludah. "Tidak ada."Dokter Özge mengangguk. "Nyonya .... Sering kali kita tidak memerhatikan. Namun, apa yang kita rasakan tidak selalu itulah yang bayi kita rasakan. Anda mungkin tidak merasa lelah ... atau mungkin tidak sadar bahwa Anda sebenarnya sedang stres. Banyak sekali hal yang bisa memicu timbulnya flek. Pemeriksaan oleh dokter Anda di Venezuela menunjukkan beberapa gejala yang tidak bagus. Namun, jangan khawatir. Bukan berarti sekarang kondisinya belum membaik."Natalie mengangguk, kemudian memejamkan mata. Sebelah tangannya mengusap lembut perutnya. Wanita cantik itu berusaha merasakan. Apa pun—entah itu hingar bingar suara musik di kejauhan, kembang api yang terus memeriahkan langit musim dingin, suhu udara yang semakin menurun seiring bertamba

  • Hasrat Terlarang Tuan CEO   Bab 120

    Pada saat Natalie sampai di kamar tempat Catherine dan anak-anaknya berada, Dokter Özge membuka pintu dan keluar sebelum Natalie sempat menyentuh gagang pintu. Wanita berkacamata tebal itu agak terkejut, tetapi senang melihat kedatangan Natalie."Nyonya Toussaint!" Dokter Özge berseru lalu kedua tangannya meraih pundak Natalie. "Saya mendengar banyak hal tentang pernikahan Anda yang sensasional. Selamat, Nyonya. Semoga pernikahan Anda mendapatkan keberkahan dan langgeng. Anda ingin menjenguk Nyonya Alexandrov?"Natalie tersenyum. "Terima kasih. Ya, Dok. Saya kemari untuk melihat bayi-bayi Catherine."Dokter Özge mengangguk. "Bagaimana dengan kehamilan Anda sendiri? Apakah semuanya baik-baik saja?"Natalie terdiam agak lama."Nyonya? Apakah ada yang bisa saya bantu? Anda tampak ... sedikit pucat." Dokter Özge membantu Natalie untuk duduk di sebuah kursi di lorong. "Apakah ada masalah?"Natalie menelan ludah. "Saya sempat memeriksakan kandungan sebelum terbang kemari, tetapi ... dokter

  • Hasrat Terlarang Tuan CEO   Bab 119

    Natalie tidak berani banyak bergerak. Dokter kandungan yang diam-diam ia temui di Venezuela meresepkan serangkaian obat penguat kandungan dan beberapa vitamin tambahan, serta memberikan saran untuk beristirahat sebanyak mungkin demi menghindari stres.Yang terakhir adalah yang paling sulit. Natalie tidak merasa stres akan apa pun, tetapi entah mengapa dokter mengatakan itu. Badannya pun tidak terasa lelah bahkan setelah perjalanan panjang dari Brussel ke New York, kawin lari ke Las Vegas, kembali ke Monte Carlo, berbulan madu ke Caracas, kemudian sekarang sedang dalam penerbangan lanjutan dari Brussel menuju St. Petersburg."Selamat datang di Rusia, Tuan-Tuan dan Nyonya-Nyonya sekalian!" Erik—tangan kanan Vladimir Alexandrov—menyambut kedatangan pesawat jet pribadi terbesar milik Alexandrov, Lexstream One, yang ditugaskan khusus menjemput keluarga Toussaint—di bandar udara Pulkovo, dengan senyum ramah yang kini tidak lagi tampak seperti seringaian beruang di mata Natalie.Dietrich men

  • Hasrat Terlarang Tuan CEO   Bab 118

    "Vladimir Alexandrov baru saja memberi tahuku bahwa hari perkiraan lahir anak-anaknya sudah dekat. Keluarga Toussaint sudah akan berangkat ke Rusia. Tapi, aku ingin bertanya padamu dulu sebelum memutuskan apa pun. Bagaimana menurutmu? Apakah kita ikut berangkat ke St. Petersburg? Atau kita masih tinggal di sini untuk beberapa lama lagi?"Dietrich Toussaint kembali pada istrinya setelah memesan makan siang dan menerima telepon lain dari adik iparnya. Lelaki itu tampak riang. Sumringah. Senyumannya teramat lebar menandakan kebahagiaan menyambut calon keponakan-keponakan barunya.Ia menghampiri sisi ranjang istrinya, kemudian menggenggam jemari perempuan cantik itu lembut. "Mereka baru akan lahir, tetapi aku sudah tidak sabar menanti mereka dewasa. Kurasa, mereka akan sama ugal-ugalannya dengan kedua kakak mereka," ucapnya. "Dan mereka akan menjadi sepupu-sepupu yang baik untuk anak kita."Natalie menelan ludah. Sekilas, Dietrich sempat melihat kilau kesedihan di mata wanita cantik itu,

DMCA.com Protection Status