Setelah semuanya selesai dan Natalie hampir tertidur saking lelahnya, Dietrich menggotong perempuan cantik itu ke dalam bathtub yang telah diisi air hangat. Sang presdir tampan memandikan Natalie dengan lembut. Kemudian, membungkus gadis itu dengan sebuah handuk besar.Ketika diletakkan di atas ranjang kembali, Natalie mendesah nikmat. Tubuhnya lunglai sekali …. Namun, kepuasan itu yang sebetulnya membuatnya terus tersenyum meski mengantuk."Nat ... aku akan keluar sebentar untuk membeli makan malam. Kita belum makan. Aku tidak ingin kau sampai sakit lagi." Dietrich berkata lembut di telinga Natalie.Mata gadis cantik itu sudah setengah terpejam. Namun, ia masih sempat mengangguk. Hmm ... terserah apa kata Dietrich saja. Natalie hanya ingin tidur untuk sekarang-sekarang ini.Kemudian, setelah Dietrich menghilang di balik pintu utama apartemen lelaki itu, ponsel Natalie berdenting pelan. Menandakan ada sebuah pesan masuk. Nat buru-buru membukanya.[From: Douglas Kennedy To: Natalie C
Natalie selalu ikut dalam perjalanan mamanya untuk bertemu dengan Lady Louise—sang sahabat, sejak kecil. Nat agak pemalu. Awalnya, dia bahkan tidak pernah berpikiran untuk memulai pertemanan dengan Catherine Toussaint.Natalie lebih sering sendirian. Dua kakaknya laki-laki. Sepupunya kebanyakan juga laki-laki. Anak laki-laki malas mengajaknya bermain karena Natalie tidak pintar berolahraga. Dia tipe gadis feminim yang mencintai keindahan. Tubuhnya selalu kurus dan tidak berotot. Gerakannya cenderung lambat—seperti yang selalu diajarkan di sekolah kepribadian.Bangsawan tidak bergerak dengan terburu-buru. Segala sesuatunya harus regal. Perlahan bahkan, di beberapa kasus, ada larangan bergerak. Contohnya saja jika ada garpu jatuh. Akan ada pelayan yang dengan sigap mengambilnya, kemudian pelayan lain akan datang membawa garpu yang baru.Natalie juga dulunya tidak banyak berbicara. Dia gadis yang tenang. Terlalu tenang.Pada hari itu, di usianya yang menginjak empat belas tahun, Dietrich
"Kapan Anda akan pulang, Tuan Dietrich?" Dari ujung panggilan telepon, Sigismund terdengar putus asa. "Kemarin Anda kabur begitu saja dan hari ini Anda tidak berada di kantor."Dietrich menghela napas. "Aku masih punya beberapa urusan di sini. Bisakah kau mengurus segala sesuatunya seperti sebelum aku datang ke Praha? Jangan ganggu aku atau—""Ini adalah persoalan merger internasional, Tuan Dietrich." Sigismund memotong cepat. "Anda menginginkan penyelesaian proyek penggabungan Patricia Royal Inn dengan afiliasi dana real estate dan ekuitas swasta perusahaan The Redstone Group. Sesuai dengan ketentuan perjanjian merger, pemegang saham biasa Patricia Royal Inn Worldwide, Inc., akan menerima $50,50 tunai, tanpa bunga, untuk setiap saham biasa yang mereka miliki segera sebelum waktu efektif penggabungan. Sebagai akibat dari penggabungan, saham biasa Patricia Royal Inn akan berhenti diperdagangkan di Bursa Efek New York pada penutupan pasar hari ini dan akan dihapuskan."Dietrich memijat
"Ada sesuatu yang Misha katakan padaku dan kurasa aku perlu membicarakannya denganmu, Istriku Yang Cantik."Suara Vladimir Alexandrov selalu rendah dan renyah. Menggelitik menggoda di telinga Catherine. Perempuan itu sedang duduk di drawing room pada suatu pagi, ketika suaminya masuk setelah selesai berkuda.Catherine mendongak dan tersenyum. Suaminya tak pernah berhenti mengirimkan getaran di sekujur tubuh Kat dan yang paling menyebalkan, wanita cantik itu masih sangat ingin making baby—membuat bayi dengan sang mafia tampan bahkan di saat dirinya sedang mengandung dua bayi sekaligus sekarang. "Mm-hm? Misha mengatakan sesuatu?""Katerina." Vladimir duduk di samping istrinya. "Ini adalah permasalahan serius."Senyum Catherine memudar. "Ada apa? Apakah kalian menghadapi ancaman lagi? Antipova bangkit dari kubur atau semacamnya?"Vladimir tertawa. "Bukan, bukan serius yang seperti itu."Catherine memukul suaminya pelan. "Katakan saja langsung!""Ini tentang temanmu Natalie." Vladimir ber
Dietrich agak mulas membayangkan dirinya berhadapan dengan Nathaniel Casiraghi. Ayah dan ibu Natalie selalu menyambutnya dengan tangan terbuka. Begitu pula dengan kakak kedua Nat, si Gabriel. Akan tetapi, tidak begitu dengan Nathaniel.Pria yang satu itu bersikap penuh kecurigaan serta waspada—seolah Dietrich adalah penjahat yang siap melancarkan aksinya kapan saja."Nathan. Dietrich datang." Gabriel mengumumkan kedatangan mereka pada sang kakak pertama.Pria itu—Nathaniel—memiliki postur tubuh yang tegap dan tinggi seperti ayahnya. Wibawanya tidak main-main. Publik Monako bahkan sempat mengutarakan bahwa Nathaniel Casiraghi seharusnya diberikan posisi 'putra mahkota', bukan sepupunya.Nathaniel melipat koran favoritnya. Le Monde. Didirikan atas permintaan Charles de Gaulle pada akhir Perang Dunia Kedua, Le Monde adalah salah satu surat kabar Prancis yang paling banyak didistribusikan, dan paling mudah ditemukan di media cetak di luar Prancis. Dianggap sebagai surat kabar milik kelomp
Dietrich terbang ke Praha pada siang harinya, dan baru kembali ke Paris minggu berikutnya. Lelaki itu sengaja datang sebelum hari di mana pesta Monsieur Cocteau diselenggarakan agar tidak terburu-buru.Ia sudah mengirimkan pesan berkali-kali pada Nat, tetapi tidak pernah ada jawaban. Jadi, saat Monsieur Randall—supirnya—berkata bahwa Catherine dan Vladimir sedang berada di Paris untuk bersama-sama menghadiri pesta Monsieur Cocteau juga, Dietrich tidak bisa menahan diri untuk datang menemui adiknya.Catherine selalu tinggal di Montmartre ketika mengunjungi Paris. Babushka—nenek dari Vladimir—memiliki sebuah mansion besar di kawasan itu. Kedatangan Dietrich disambut dengan baik. Para penjaga langsung membuka pintu tanpa bertanya pada saat melihat mobil lelaki itu meluncur mendekat. Kemudian, ketika Dietrich menurunkan kaca jendela mobilnya, para pria Rusia itu mengangguk hormat serta tersenyum lebar."Selamat datang kembali, Kakak Ipar Bos Vovochka!" Begitu mereka selalu menyapa Dietric
Hamil?Hamil?Kepala Dietrich terasa seperti akan meledak. Hamil? Ada bayi di dalam perut Natalie?Mon Dieu.Natalie adalah gadis paling terhormat yang pernah Dietrich kenal. Dia cantik, tetapi kecantikannya tidak diumbar seperti kebanyakan gadis zaman sekarang melalui media sosial. Para paparazzi Monako harus berusaha keras untuk mendapatkan jepretan gambar Nat.Gadis itu memiliki tubuh menawan, tetapi pakaiannya selalu sopan. Dia lebih senang mengunjungi kedai bunga dibandingkan dengan club. Dietrich bahkan tahu bahwa Nat lebih menyukai suasana yang sepi dan hangat dibanding hingar bingar keramaian pesta.Yang paling utama, Natalie tidak menjalin hubungan yang serius dengan pria mana pun. Jadi, bagaimana gadis cantik itu bisa hamil?Dietrich memejamkan mata erat-erat. Tidak. Ini tidak mungkin benar, ‘kan?"Apa yang sebenarnya kau katakan, Catherine?" Dietrich memandang adiknya tajam. "Jangan membual. Kita semua tahu seperti apa Natalie."Catherine menghela napas dalam-dalam. "Aku ju
Mon Dieu!. Seandainya saja ibunya tahu betapa Natalie menginginkan hal yang sama. Akan tetapi, gadis cantik itu cukup tahu diri untuk tidak banyak berharap.Sejak kecil, cintanya bertepuk sebelah tangan. Ya. Itu benar.Natalie tumbuh sebagai gadis dengan penampilan biasa-biasa saja—bukan dengan kecantikan super menawan seperti Catherine yang dipuja semua orang. Tidak ada yang kurang dalam diri Nat. Kulitnya bagus. Matanya lebar dan indah. Akan tetapi, Dietrich tidak pernah memandang ke arahnya. Tidak dengan sorot penuh kekaguman seperti seorang kekasih yang tergila-gila.Sejak berusia empat belas, Natalie terus memandang ke arah Dietrich. Setiap ada acara yang mengharuskan kedua keluarga berkumpul, pandangan mata Nat akan selalu mencari pemuda itu. Natalie memandang dalam diam. Hanya doa yang berani ia katakan dalam hati—harapan agar suatu saat nanti Dietrich akan datang kepadanya dan benar-benar melihatnya.Namun, yang terjadi justru sebaliknya. Dietrich hanya datang untuk melampiask
Ruang makan di kastil Toussaint pagi itu ramai sekali. Acara makan pagi kali ini diselenggarakan secara tidak formal. Bahkan, anak-anak juga diizinkan untuk ikut makan bersama."Natalie!" Catherine berseru riang saat melihat sahabat yang kini telah menjadi kakak iparnya itu memasuki ruangan. "Sini! Duduklah bersama kami! Kau juga, Dietrich!"Maka, Natalie dan Dietrich duduk bersama dengan Catherine dan keluarga kecilnya, setelah berkeliling mengucapkan salam pada meja-meja lain yang berisi para tetua."Bonjour—Selamat pagi," sapa Natalie. Wanita itu tampak cerah dengan sebuah senyuman yang sungguh menampilkan kebahagiaan.Catherine kesulitan berdiri untuk menyapa, jadi Natalie merunduk untuk mencium kedua pipi sahabatnya itu."Pagi, Nat. Apakah tidurmu nyenyak?" Catherine bertanya.Natalie melirik Dietrich. Dietrich berdeham dengan wajah merona sedikit.Natalie tergelak ringan. "Well, ya. Kami tidur nyenyak. Bagaimana denganmu?"Catherine menunjuk perutnya. "Tidak senyenyak dirimu, te
Namun, apa yang dilakukan oleh Dietrich selanjutnya justru membuat Nat semakin gelisah. Kepalanya menjadi pening dengan serbuan sensasi yang melandanya bertubi-tubi. Dietrich membisikkan kalimat-kalimat lembut yang nyaris tak terdengar di telinga Nat—di atas perut wanita itu. Sepertinya, Dietrich sedang memberikan salam pada anak mereka dan hal itu membuat Natalie begitu tersentuh hingga hampir menangis. Kemudian ciuman Dietrich bergerak semakin ke selatan menuju area kewanitaannya yang telah basah."Let me kiss you—Biarkan aku menciummu ...." ucap Dietrich di antara paha Natalie yang merapat dengan kaku. "Let me love you, Nat—Biarkan aku mencintaimu, Nat ...."Natalie terisak keras di saat Dietrich benar-benar membuka dirinya. Mulut pria itu terasa panas di bawah sana. Bibirnya lembut dan basah membelai bagian luar labia Natalie hingga kepala perempuan cantik itu terlempar ke kanan dan ke kiri.Cairan kewanitaan Natalie mengalir semakin banyak. Akan tetapi, Dietrich melakukan hal gi
Tidak ada percakapan yang terjadi saat Dietrich dan Natalie bergerak menuju kamar mereka di quartier kamar tidur anggota keluarga. Bulan yang tersamarkan oleh awan menggantung rendah di langit Belgia. Sinarnya menembus jendela-jendela kaca kuno besar di salah satu sisi koridor. Membaur layaknya cincin asap besar di kegelapan malam musim dingin.Tangan Dietrich dan Natalie saling bertaut. Sesekali mereka menoleh untuk melemparkan sebuah senyuman satu sama lain. Pipi Dietrich merah sebelah. Rahangnya terasa kaku, dan wajah Natalie masih menampakkan sisa-sisa air mata. Namun, itu semua tidak menghalangi mereka untuk berbahagia.Saat sampai di depan pintu ganda yang menghubungkan dua kamar terbesar di kastil ini, jantung Natalie mengentak cepat. Ini bukan kamar Dietrich yang dulu—jelas bukan kamar yang sama dengan kamar Dietrich yang dimasukinya diam-diam bersama Catherine di masa remaja.Kamar ini ... adalah kamar The Lord and The Lady of The House."Dietrich ...." Tangan Natalie dengan
Dietrich dan Natalie pergi ke Brussel di saat salju turun semakin tebal di akhir tahun. Para paparazzi sudah tidak tampak di sekitar apartemen Dietrich di Paris—sepertinya mereka pulang ke tempat asal masing-masing untuk liburan natal dan tahun baru. Pada saat Dietrich dan Natalie keluar dari gedung apartemen, rasanya sejuk sekali. Seolah mereka berdua baru saja menghirup udara kebebasan.Monsieur Randall mengantarkan mereka berdua menuju Charles de Gaulle. Kemudian, saat mendarat di Brussel, Paman Axel mengirimkan sebuah Rolls Royce yang mengantarkan mereka langsung menuju kastil Toussaint."Dietrich aku gugup sekali ...." Natalie berbisik pelan saat mobil yang mereka berdua tumpangi memasuki pintu gerbang kastil.Dietrich mengangguk pada sang istri. Tangannya meremas tangan Natalie pelan. "Aku juga. Tapi, jangan khawatir. Kita bisa menghadapi ini bersama-sama.""Kuharap mereka tidak terlalu marah.” Natalie balas meremas tangan suaminya.Dietrich tidak menyukai raut cemas di wajah Na
[From: Catherine To: Dietrich Kami semua sudah kembali ke Brussel. Pulanglah, Di, dan bawa istrimu ke rumah. Tunggu. Kau benar-benar sudah menikah dengan Nat?]Dietrich mendapatkan pesan tersebut beberapa hari kemudian. Dia dan Natalie sudah tinggal cukup lama—bersembunyi, meski tempat persembunyian itu tidak dapat dikatakan terpencil—dari semua hal yang memusingkan. Keduanya mematikan ponsel selama berhari-hari. Pun dengan sengaja tidak menyalakan ponsel dan tidak keluar dari apartemen untuk menghindari para pencari berita.Saat dirasa seluruh kontroversi sudah mulai mereda, Dietrich baru membuka ponsel dan menemukan pesan dari sang adik.Jemari lelaki itu dengan cepat mengetikkan balasan.[To: Catherine From: Dietrich Ya. Aku sudah menikah dengan Nat. Apakah Kakek marah besar? Bagaimana dengan suamimu? Kennedy sekarang memusuhi kita? Lalu ... apakah Bibi Stéphanie murka?]Balasan Catherine datang dengan agak terlalu cepat.[From: Catherine To: Dietrich Kakek, Papa, Paman
Natalie tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi di sini, tetapi saat membuka mata dan melihat Dietrich yang tertidur pulas setelah penerbangan panjang belasan jam menuju Paris, perempuan itu baru sadar bahwa dia sekarang sudah menikah. Ini sudah hampir 24 jam berlalu, tetapi Natalie masih belum menyangka bahwa dirinya sekarang sudah berstatus menjadi istri pria yang sejak dulu ia impikan ini.Dia sedang mengandung anak dari Dietrich.Masa depan memang sebuah misteri, tetapi apa yang akhir-akhir ini terjadi benar-benar menjungkirbalikkan dunia Natalie tanpa sisa.Pun tentang pernyataan cinta Dietrich .... Entahlah. Natalie tidak bisa berpikir jernih sekarang. Wanita itu menggigit bibir. Ia ingin memercayai suaminya. Namun, rasanya benar-benar sulit. Benarkah Dietrich merasakan hal yang sama untuknya? Atau ... pria itu hanya ingin sekadar menenangkan dan memaksanya masuk ke dalam jurang pernikahan yang sama-sama tidak mereka inginkan pada awalnya?"Hei, kau tidak tidur?" Suara parau khas
Dietrich merasa was-was. “Jangan bilang kau merasa ragu? Kau tidak bisa meninggalkanku di altar, Nat ….”Natalie menelan ludah dan menghindari tatapan Dietrich. “Nat, Pastor Ryan sudah menunggu kita. Dia hampir membeku kedinginan,” ucap Dietrich dengan keputusasaan. “Jangan lakukan ini padaku. Kumohon padamu ….” Natalie menghela napas. Ketika mendongak, matanya berkaca-kaca. “Aku tidak ingin kau menyesal, Dietrich kau bahkan … tidak mencintaiku.” Air mata Natalie menetes. Lalu, tetesan itu berubah menjadi deras. Dietrich tertegun. “Siapa yang mengatakan itu padamu?” Natalie menggeleng cepat. “Bukan siapa yang mengatakan apa. Ini adalah tentang kau tidak mengatakan apa-apa.” Dietrich memandang Natalie tak percaya. “Apakah kau tidak bisa melihat bahwa seumur hidupku, orang yang paling kupedulikan adalah kau? Tidak bisakah kau merasakan bahwa aku menc—“ “Cukup. Jangan membohongi kita berdua, Di. Kau sendiri yang mengatakan bahwa cinta itu omong kosong? Kau tidak mencintaiku. Tidak
Tak lebih dari dua jam kemudian, Natalie dan Dietrich sudah duduk di sebuah penerbangan first class menuju Nevada. Keduanya cekikikan bersama-sama. Meski para pramugari sedang menuangkan anggur—untuk Dietrich dan jus untuk Natalie, mereka berdua tidak bisa berhenti tertawa."Apakah kau bisa membayangkan raut wajah Vladimir saat kita kabur?" Dietrich tertawa tengil. "Malam ini agak gelap. Aku tidak bisa melihatnya dengan jelas, tetapi aku bisa membayangkannya."Natalie tertawa lagi. "Kau benar-benar nakal, kau tahu?" Dietrich mencolek hidung Natalie sekilas. "Coba tebak, karena siapa aku jadi begini?" Natalie menepuk dada Dietrich main-main. Kebahagiaan membuncah di dadanya. Sebentar lagi. Hanya tinggal sebentar lagi mereka berstatus sebagai suami istri.Seharusnya Natalie malu. Dia bukan hanya mendobrak tradisi agung pernikahan keluarga kerajaan, tetapi juga menurunkan standar pernikahan ke posisi paling bawah. Pernikahan drive-thru. Sekarang bukan hanya makanan cepat saji saja yang
Dietrich mendekatkan wajahnya, memosisikan bibir Natalie sehingga bertaut dengannya. Lidahnya menyusuri bibir manis beraroma mint milik Natalie. Napas Natalie terengah ketika Dietrich menekan lidahnya lebih dalam menjelajahi mulut Natalie. Sedikit terburu-buru didesak hasrat, Dietrich tak bisa menahannya lagi. Natalie adalah miliknya dan ia sudah menginginkan Nat sejak lama. Tubuh Natalie dengan mudah dikuasainya. Tangan Dietrich menurun ke pundak Nat, membelai kulit halus yang terbuka itu. Dietrich menyesap sisi leher Natalie—yang seketika membuat desah wanita cantik itu terlontar begitu saja. Kemudian, si presdir tampan mencium dan menenggelamkan wajahnya di leher Natalie. Suara ciuman yang menggelora berhenti sejenak. Dietrich melepaskan dan menatap wajah Natalie yang sudah memerah. Sementara itu, sorot mata Natalie tampak sayu sekaligus bergairah. Sial. Bagaimana Dietrich dapat berhenti sekarang? Miliknya yang mengeras bergesekan dengan milik Natalie yang terasa basah. Dietr