Share

3 ~ Pelelangan

Penulis: MAMAZAN
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-06 13:28:05

“Aoch!” Irene memijit keningnya yang terasa perih, ia perlahan membuka matanya, “Ini dimana?” wanita cantik itu terkejut melihat ruangan yang asing bahkan pandangannya membulat saat mendapati tubuhnya telah mengenakan gaun berwarna merah maroon yang sangat seksi.

“Tunggu! Jangan bilang... Ini—“ Irene terhenti saat mendengar suara yang sangat dikenalnya.

“Irene,” suara Owen membuat Irene mendongak dan melihat suaminya berdiri di depan pintu.

“Owen? Jelaskan! Apa semua ini!” hardik Irene dengan sorot mata tajam, penuh kemarahan dan kebingungan.

Owen melangkah masuk ke dalam ruangan dan berdiri tepat di depan Irene.

“Owen... Ayo pulang! Aku tidak mau di sini!” lirih Irene, matanya menatap pria di depannya dengan penuh rasa kecewa. Pria yang ia pikir akan menjadi pelindung dan sumber kebahagiaannya kini terasa seperti orang asing. Hatinya remuk, namun ia tetap berharap Owen akan mendengarnya dan membawanya pergi dari tempat ini, meski hanya ada setitik harapan.

Owen menghela napas panjang, lalu berlutut di depan Irene, “Irene, satu kali ini saja. Aku sangat butuh dana yang besar untuk perusahaan,” ucapnya dengan nada memohon, seolah-olah kata-katanya adalah permintaan yang wajar.

Irene menggelengkan kepalanya dengan tegas. “Tidak, Owen! Sampai kapan pun, aku tidak mau menjual diriku!” suaranya bergetar, rasa sakit dan pengkhianatan yang ia rasakan. Ia berhenti sejenak, menatap Owen dengan sorot mata tajam yang penuh luka. “Dan bagaimana bisa kau meminta istrimu sendiri tidur dengan pria asing?” lanjutnya dengan nada suara yang tajam.

“Hah!” Owen mendengus, wajahnya berubah menjadi penuh amarah. Ia menatap Irene dengan pandangan sinis, seolah-olah rasa sakit wanita itu tidak berarti apa-apa baginya. “Apa kau tidak tahu berapa banyak uang yang aku keluarkan untuk menebusmu dari ibu tirimu?” hardiknya dengan nada tajam.

Deg! Irene merasa dadanya seperti diremas. Kata-kata Owen menghantamnya seperti tamparan keras. Air matanya jatuh berderai tanpa bisa ia tahan. Pengakuan itu membuat luka di hatinya semakin dalam. Semua yang selama ini ia pikirkan tentang Owen runtuh dalam sekejap.

Owen, yang tampak tidak peduli dengan air mata Irene, mendekat dan memegang dagu wanita itu dengan kasar. Tatapannya dingin, tidak lagi ada kelembutan yang pernah Irene kenal. “Kalau kamu bisa memberikan aku suntikan dana, aku akan membawamu pulang,” bisiknya dengan nada penuh tekanan, seolah-olah Irene tidak memiliki pilihan lain.

Irene terdiam, tubuhnya gemetar, “Berikan aku 1 Miliar Dollar.”

“O-owen... Kamu...” Kata-kata itu menggema di kepala Irene, membuatnya merasa seperti jatuh ke jurang yang tak berdasar. Suami yang ia cintai, pria yang ia percayai.

Irene tak dapat berkata apa-apa lagi, dari mana ia mendapatkan uang sebanyak itu dalam satu malam? Satu juta dollar saja ia kesulitan untuk mengumpulkannya, bagaimana mungkin ia bisa memberikan Owen uang senilai satu milyar dollar?

***

Disinilah Irene sekarang, berdiri di atas panggung dengan sorotan lampu terang menimpa kulitnya. Gaun merah maroon yang seksi melekat sempurna di tubuhnya, memamerkan lekuk-lekuk yang memancarkan pesona sensualitas. Belahan dada yang rendah dan potongan tinggi di bagian bawah gaun memperlihatkan paha mulusnya, membuatnya terlihat seperti sebuah mahakarya yang dipajang untuk dinikmati banyak mata. Rambut hitam pekatnya yang berkilau jatuh dengan anggun di bahunya, sementara topeng merah menutupi sebagian wajah cantiknya, menyembunyikan identitasnya dari para tamu yang hadir.

Namun, di balik topeng itu, Irene merasa kosong. Hatinya hancur berkeping-keping. Di depannya, ruangan tampak gelap dan kosong, tetapi ia tahu banyak pasang mata yang menatapnya dari balik bilik-bilik tersembunyi.

Mereka mengamati, menilai, dan mungkin bahkan menginginkan wanita cantik itu. Irene menggigit bibirnya, mencoba menahan rasa malu dan marah yang bercampur menjadi satu. Tangannya mengepal erat di sisi tubuhnya, kuku-kukunya hampir menembus kulit telapak tangannya.

Suara MC yang menggema di ruangan itu membuyarkan lamunannya, “Dan bintang utama malam ini, perkenalkan seorang wanita cantik dengan pesona high class, seperti info yang klien sekalian baca saat ini!” Suara MC terdengar penuh semangat, seolah-olah Irene hanyalah barang mewah yang siap dilelang kepada penawar tertinggi.

Dan di balik bilik-bilik tersembunyi, para tamu duduk dengan nyaman, masing-masing memiliki layar monitor yang menampilkan Irene sebagai ‘barang dagangan’ malam itu. Di layar tersebut juga terdapat tombol-tombol nominal untuk melakukan penawaran, yang langsung terhubung dengan layar besar di atas panggung, tempat angka-angka penawaran akan muncul.

“Dengan ini, auction dimulai dari... sekarang! Silakan para klien berikan penawaran terbaik kalian!” seru MC dengan antusiasme yang memuakkan Irene.

Tak lama, suara bip mulai terdengar, satu demi satu, bersamaan dengan angka-angka yang muncul di layar monitor di atas panggung. Nominal penawaran terus meningkat dengan cepat, membuat suasana ruangan semakin tegang.

Di sudut ruangan, Owen berdiri dengan senyum puas di wajahnya, matanya terpaku pada angka yang terus naik. “Hah! Seharusnya aku membawa dia lebih awal!” gumamnya dengan nada penuh kesombongan. Ia tampak seperti seorang pedagang yang baru saja menemukan tambang emas.

“Satu miliar? Apa masih ada?” Suara MC terdengar semakin bersemangat.

“Satu miliar pertama!” MC mulai menghitung, mencoba menutup penawaran pada angka tersebut.

Namun tiba-tiba, suara bip kembali terdengar, diikuti dengan angka besar yang langsung muncul di layar monitor. 6 Miliar.

Ruangan yang tadinya penuh dengan suara bip mendadak hening. Semua mata tertuju pada angka fantastis yang terpampang di layar besar.

“Dari bilik 6! Wow! Itu penawaran yang sungguh fantastis! Apa masih ada penawaran di atasnya?” seru MC dengan nada penuh semangat, mencoba membakar suasana yang mendadak sunyi.

Irene menahan napas. Tubuhnya terasa semakin dingin, dan kakinya hampir tidak bisa menopang dirinya lagi. Siapa yang berada di bilik 6? Siapa yang berani memberikan angka sebesar itu? Dan yang paling penting, apa yang akan terjadi padanya setelah ini?

Owen membelalakkan matanya, tak percaya dengan angka fantastis yang terpampang di layar monitor. “E-enam Milyar...? Hahahaha!” tawanya pecah, penuh rasa puas dan keserakahan yang tak tertahankan.

Ia menatap Irene di atas panggung dengan mata berbinar, seperti seorang pedagang yang baru saja mendapatkan keuntungan terbesar dalam hidupnya. “Irene, kamu memang investasi terbaik dalam hidupku!”

MC mulai mengetuk palu, suaranya menggema di seluruh ballroom, menandakan bahwa lelang hampir selesai. “Tiga...” MC menghitung mundur.

“Dua...” Suasana tetap hening.

“Satu...” Ketukan terakhir palu terdengar, menutup penawaran secara resmi. “Selamat kepada klien bilik enam! Bintang utama hari ini jatuh kepada Anda,” seru MC di sambut tepuk tangan kecil dari beberapa orang di bilik-bilik tersembunyi.

Tap. Tap. Tap. Suara langkah kaki terdengar menggema di ballroom yang sunyi. Semua mata tertuju pada seorang pria dengan topeng berwarna hitam yang perlahan berjalan mendekat ke arah panggung. Langkahnya tenang, namun penuh wibawa, membuat suasana ruangan terasa semakin mencekam.

Pria bertopeng hitam itu berhenti tepat di depan panggung, menatap MC dengan dingin. “Aku akan membawanya,” katanya dengan suara berat yang langsung memenuhi ruangan.

“Tapi, Tuan...” MC tampak sedikit gugup, “Harus ada prosedur dan pelunasan sebelum Anda membawa ‘barang’ yang Anda menangkan,” lanjutnya.

Pria bertopeng hitam itu menatap tajam ke arah MC, membuat suasana semakin tegang. “Asistenku yang akan mengurus semuanya,” suara yang dingin dan penuh intimidasi.

Seorang pria lain, mengenakan masker hitam, muncul dari belakang. Ia melangkah maju dan berbicara singkat kepada MC, memberikan dokumen dan detail yang diperlukan. MC tampak mengangguk beberapa kali, lalu memberikan isyarat kepada staf untuk memproses semuanya.

Sementara itu, pria bertopeng hitam naik ke atas panggung. Langkahnya mantap, penuh percaya diri, seolah-olah ia sudah tahu apa yang akan ia lakukan. Irene menatapnya dengan mata melebar, napasnya terasa semakin berat. Pandangan mereka akhirnya bertemu, dan untuk sesaat, waktu terasa berhenti.

Jantung Irene berdegup kencang, hampir seperti ingin melompat keluar dari dadanya. “Apakah ini akhir dari hidupku...?” pikirnya, rasa takut dan pasrah bercampur menjadi satu. Ia ingin melangkah mundur, tetapi tubuhnya terasa kaku, tidak mampu bergerak.

Tanpa diduga, pria bertopeng hitam itu menghapus jarak di antara mereka. Ia berdiri tepat di depan Irene, begitu dekat hingga Irene bisa merasakan aura dingin yang memancar darinya. Pria itu menundukkan tubuhnya sedikit, merendahkan posisinya sehingga wajah mereka sejajar. Irene menahan napas, menunggu apa yang akan ia lakukan.

Kemudian, dengan suara rendah yang hanya bisa didengar oleh Irene, pria itu berbisik di telinganya, “Long time no see you, Nona Irene.”

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Rna 1122
aaaaahhhh bagus banget sihhh ni cerita
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Hasrat Terlarang : Dijual Suami Dimanja Presdir   4 ~ Pria Masa Lalu

    Irene terkejut mendengar suara berat pria yang saat ini berbisik di telinganya, terasa familiar, suara yang tak dapat ia lupakan, suara seorang pria yang sudah mengambil ciuman pertamanya saat itu, "Tu-tuan Gerald?" paraunya.Pria bertopeng itu pun cukup terkejut saat Irene masih mengingatnya, ia tersenyum tipis dan merengkuh pinggang Irene, membuat tubuh mereka semakin rapat, "Mulai detik ini, tidak kuizinkan orang lain memilikimu!"Deg! Irene terperanjat. "Ma-maaf-"Tanpa melanjutkan perkataan Irene, Gerald meraih dagu Irene, menyapu bibir wanita cantik di depannya. Irene kembali dibuat terkejut, "Ciuman ini..." Irene segera tersadar dan menarik tubuhnya.Irene dapat melihat senyuman tipis tersirat di wajah pria bertopeng di depannya. Tanpa diduga Gerald membuka jas yang ia kenakan dan menaruh di bahu Irene, menutup pakaian seksi yang melekat ditubuh Irene. lalu meraih tangan Irene, membawanya turun dari atas panggung.Owen menajamkan pandangan dan pendengarannya, "Apa yang mereka b

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-06
  • Hasrat Terlarang : Dijual Suami Dimanja Presdir   5 ~ Malam Yang Berbeda

    Gerald kembali mencumbu Irene penuh damba, liar dan menuntut. Tanpa Irene duga, pria bertubuh atletis itu mengangkat tubuhnya ala bridal, "Tidak disini." Kemudian ia melangkah menuju salah satu ruangan. Irene yang diangkat ala bridal cukup terkejut hingga spontan mengaitkan kedua tangannya di leher Gerald agar tubuhnya tidak terjatuh.Hingga Irene kembali terpesona dengan kamar yang sangat luas dan mewah itu, di sana terlihat ranjang berukuran sangat besar dengan sprei berwarna silver. Interior yang di dominasi warna navy dan silver, elegan dan maskulin. Irene merasa seperti terjebak dalam mimpi yang tidak terkontrol.Di saat ia terpana dengan ruangan, suara Gerald kembali membuatnya tersentak, "Malam ini, kau hanya harus fokus padaku, Irene." Suaranya terdengar seperti perintah, membuat Irene merasa seperti boneka yang dikendalikan.Deg! "Sejak kapan aku di atas tempat tidur?" batinnya, sadar jika saat ini yang telah berbaring di atas ranjang, dan posisi Gerald yang mengukungnya. Ire

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-06
  • Hasrat Terlarang : Dijual Suami Dimanja Presdir   6 ~ Bukannya Kita Sepasang Kekasih

    “...tapi, malam ini, aku tidak menyesal sama sekali bertemu denganmu, Irene.” Gerald menatap tajam manik indah Irene. “Dan, maaf aku terlambat datang padamu.”Ia mengambil selimut, menutupi tubuh Irene yang polos itu.“Apa maksud kamu?” tanya Irene, tidak paham dengan perkataan Gerald yang terakhir. “Minta maaf untuk apa? Dan kenapa kamu mau menemuiku, Tu—”“Gerald,” Gerald menyela, tidak menyukai panggilan Irene yang terdengar sangat asing.Irene terdiam, ragu menatap Gerald. Tatapannya membuat Gerald ingin sekali menggodanya.“Bukannya kita sepasang kekasih?”Irene seketika membelalakkan matanya. “Ba-bagaimana…” kemudian ia membekap mulutnya dan dan menutup wajahnya. Kembali mengingat kejadian pertama kali mereka bertemu.Wajahnya merona dan terasa panas, pertemuan singkat yang tidak bisa Irene pungkiri sangat berkesan padanya. Tapi karena permasalahan keluarganya saat itu. Ia tak lagi memikirkan pria yang pernah menolongnya saat itu. Karena bantuan Gerald saat itu, ia berhasil lepa

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-15
  • Hasrat Terlarang : Dijual Suami Dimanja Presdir   7 ~ Lembut dan Hangat

    "Irene?" "Hmm?" Irene bergumam sebagai jawaban, tangisannya mulai mereda menyisakan malu pada Gerald. Bagaimana bisa ia menangis selepas itu, bahkan di dalam pelukan Gerald."Hah... Ini benar-benar memalukan..." gumamnya dalam hati sembari menutup mata.Gerald mengusap surai hitamnya beberapa kali, seolah memberikan ketenangan untuknya. Dan hal itu benar-benar bekerja, ia merasa jauh lebih baik.“Pasti dia bingung melihatku seperti ini…”Cup! Irene seketika merasa tubuhnya membeku saat mendapatkan kecupan di pipinya.Kecupan yang lembut dan hangat.Irene menutup mata dan mengepalkan tangannya, berusaha melepaskan pelukan Gerald, ia tertunduk dan berkata pelan, “Maaf dan terimakasih.”“Syukurlah, kamu sudah jauh lebih tenang.”Saat itu juga Irene mengangkat wajahnya, melihat ke arah Gerald, membuat pandangan mereka saling bertemu.“Kamu tetap terlihat menawan,” ucap Gerald sembari mengusap bawah matanya yang sembab dengan lembut.“Ge-gerald…” Irene meremas selimut, ia tidak ingin kem

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-18
  • Hasrat Terlarang : Dijual Suami Dimanja Presdir   8 ~ Penipuan?

    “Tangan Gerald seketika berhenti, melayang di udara. Namun, ia segera kembali tenang, “Kamu tidak perlu memikirkan hal itu.”“Yah, aku hanya penasaran,” jawab Irene, merasa sedikit canggung.Gerald menaikkan satu alisnya, “Tunggu, bukannya kamu menyetujui untuk auction itu? Bagaimana bisa kau tidak tahu prosedurnya?”Deg! Gerald terdiam, tidak melanjutkan pertanyaan yang hendak ia layangkan, melihat raut wajah Irene yang berubah. Ia segera meletakkan piring di atas kasur dan memegang lengan Irene. “Jangan bilang, kau dipaksa untuk melakukan hal ini, Irene?”Pertanyaan Gerald benar-benar membuat Irene terpukul. “Jadi, Gerald berpikir jika aku dengan sukarela menjual diri?” batinnya menatap Gerald dengan tatapan sinis.Irene mengepalkan tangannya, berusaha tersenyum. “Ti-tidak mungkin, tentu saja ini atas persetujuanku.”Gerald menaikkan satu alisnya, tidak percaya dengan perkataan Irene, seolah ada yang wanita ini tutupi darinya. “Irene? Jujur padaku?”“Iya, aku melakukannya dengan suk

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-19
  • Hasrat Terlarang : Dijual Suami Dimanja Presdir   9 ~ Ciuman Yang Menuntut

    Satu jam lewat ia berada di dalam ruangan kerjanya, Gerald berdiri dan berjalan menuju kamar utama, di mana Irene berada. Dengan masih berbalut kimono, ia membuka pintu dan betapa terkejutnya mendapati Irene duduk di lantai dengan tenggelam di lututnya yang tertekuk.“Irene?” Gerald memanggil dengan suara lembut, namun Irene tak kunjung menjawab.Pria bertubuh atletis itu melangkah cepat dan berlutut, mensejajarkan posisi mereka, “Irene?”Tapi Irene tak kunjung menjawab, “Hah... Bagaimana bisa ia tertidur seperti ini?”Gerald meraih tubuh Irene dan mengangkat wanita cantik itu ala bridal, dengan perlahan ia merebahkan Irene di atas tempat tidur.Deg! Jantungnya berdegup saat melihat tubuh Irene yang terpampang begitu indah dengan balutan gaun malam yang dipakainya.Gerald meneguk kasar salivanya, kulit putih Irene terlihat kontras dengan warna gaun dan rambutnya yang hitam pekat. “Dia sangat menawan...” tangannya naik membelai wajah cantik Irene.“Apa dia menungguku?” Gerald menggigit

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-19
  • Hasrat Terlarang : Dijual Suami Dimanja Presdir   10 ~ Milikmu

    Bab 10“Uhm...” Irene membuka matanya perlahan, matanya berusaha membiasakan cahaya yang menyilaukan.Tangannya mengusap kasur yang terasa begitu hangat, “Ah... Ini sangat nyaman...” gumamnya pelan yang semakin erat memeluk bantal yang ada di dalam pelukannya.Baru kali ini ia mendapatkan kualitas tidur yang baik, membuatnya enggan untuk terjaga.“Apa rasanya sangat nyaman?”Suara berat yang membuat Irene terlonjak kaget, ia mengangkat wajahnya, “Oh my!” serunya panik melihat posisinya yang sangat memalukan, bahkan ia bangun dengan terburu-buru.Grep! “Hati-hati!” Gerald segera menangkap tubuh Irene yang hampir saja jatuh dari tempat tidur.“Ge-gerald?” gugup Irene melihat wajah Gerald yang tepat berada di depannya. Jantungnya berdegup begitu cepat.“Apa kamu selalu ceroboh seperti ini?”Irene menggigit bibir bawahnya, “Ma-maaf.”Cup! Gerald mengecup bibir Irene dan berbisik, “Cium aku.”Deg! “Tapi—”“Euhm...” Irene tidak menunggu. Ia mulai menyesapkan lidahnya ke dalam mulut Irene sa

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-20
  • Hasrat Terlarang : Dijual Suami Dimanja Presdir   11 ~ Lagi-lagi Menyihirku

    “Kata siapa?”Irene seketika menoleh, “Ka-kata suamiku.”Hati Gerald memanas, “Suamiku?” batinya kesal. Menggertakkan gerahamnya.“Hem, lebih baik kamu siap-siap dan kita sarapan di bawah.” Gerald memutuskan tidak membahas hal ini lebih lanjut. Sebelum moodnya berantakan. Ia ingin menikmati waktunya bersama Irene.“Iya.”Gerald pun berjalan menuju pintu, tapi sebelum benar-benar keluar kamar, ia berbalik, “Irene?”“Iya?”“Hah!” Gerald menghela napas, “Tidak perlu terburu-buru, aku akan menunggu di bawah.”Irene mengangguk, “Terimakasih.”Kemudian Gerald menutup pintu meninggalkan Irene. Ia pun masuk ke kamar yang berada tepat di samping kamar utama.Sedangkan Irene sendiri memandangi lemari pakaian yang ada di depannya. “Kenapa dia menyiapkan sebanyak ini?” gumamnya pelan sembari membuka salah satu pintu lemari pakaian.Dan benar saja, masih ada label di setiap pakaian yang tergantung. Ia meraih sebuah dress selutut, lalu beralih ke drawer untuk mencari pakaian dalam. Tapi di semua dr

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-22

Bab terbaru

  • Hasrat Terlarang : Dijual Suami Dimanja Presdir   24 ~ Aku Bukan Pria Jahat

    Bab 24Diperjalanan Irene hanya menatap keluar kaca mobil.Hingga mereka tiba di sebuah Gedung tinggi, area apartment tempat Irene tinggal. Irene menoleh kea rah Gerald, ia memberikan senyuman tipis, “Terimakasih atas tumpangannya.”Wanita cantik itu memainkan jemarinya, dengan suara pelan ia berkata, “Aku… Aku menganggap pertemuan kita kali ini adalah sebuah kesengajaan yang tak perlu di ingat, Gerald. Terimakasih untuk pakaian ini. Dan maaf sudah menyusahkanmu, membuatmu terlibat sampai akhir.”Irene tak berani mengangkat wajahnya, ia sadar jika saat ini Gerald tengah menatapnya dengan intens.“Irene…”“Hmm?”Gerald yang memang menggenggam tangan Irene, menaikkan tangannya, memberikan kecupan lembut di punggung tangan wanita cantik itu, “Look at me.”Seperti kata-kata hipnotis, Irene menoleh saat Gerald memintanya, entah dia yang gila atau alam bawah sadarnya yang sudah terbiasa akan hal itu.Gerald tersenyum tipis, senang Irene tak membantah, ia membelai wajah cantik Irene, “Apa ti

  • Hasrat Terlarang : Dijual Suami Dimanja Presdir   Bab 23 ~ Kembali Ke Malam Itu

    Bab 23Berbalut dress berwarna hitam dari salah satu brand mewah, Irene terlihat sungguh mempesona. Rambut hitamnya terurai dengan indah, kulit putihnya terlihat semakin bercahaya, membuatnya tampak seperti seorang putri malam.Gerald terpesona untuk kesekian kalinya, matanya tidak bisa berpaling dari kecantikan Irene. Pria itu menghampiri Irene, berdiri tepat di depan Irene. "Cantik." dengan suara rendah ia melingkarkan kedua tangannya di pinggang ramping Irene."Terimakasih. Aku menerimanya karena tidak ada pilihan lain, maaf." Irene merasa tidak enak hati harus menerima pakaian senilai ribuan dollar itu.Gerald tersenyum tipis, mengusap lembut punggung Irene, "Semua yang di dalam sana adalah milikmu." Suaranya lembut, namun tetap memiliki nada yang dominant."Tetap saja..." Irene masih merasa tidak nyaman dengan kemewahan yang diberikan kepada dirinya."Ssssttt..." Gerald membisikkan, membuat Irene terdiam. Jarak mereka yang begitu dekat membuat jantung Irene berdegup dengan cepat.

  • Hasrat Terlarang : Dijual Suami Dimanja Presdir   22 ~ Ingat Setiap Moment Ini (21+)

    Bab 22Gerald mengaminkan apa yang ia katakan, semalam ia benar-benar memakan Irene dengan lahap, di setiap inchi tubuh Irene tidak ia lewatkan barang sejengkal.Bahkan untuk malam mereka pun, Gerald meminta pelayan yang menyiapkannya saat Irene tertidur.Namun setelah menyantap makan malam, Gerald kembali melahap Irene di atas meja makan seperti saat ini.“Ah Gerald… Apa kau ingin melakukannya lagi?” Irene kembali di buat mendesah dengan kaki yang terbuka lebar di atas meja makan berbahan marmer itu.Melihat Gerald yang melahap miliknya di bawah sana tiada henti, bahkan ia sudah mendapatkan orgasme pertamanya tapi Gerald tak kunjung berhenti menjilati dan melumat liang kewanitaannya.“Oh! Stop! Stop!” Irene kembali menjerit, mengunci tubuhnya, bahkan kuku-kuku jarinya terlipat ke dalam saat serangan Gerald semakin intens.Desakan dalam perutnya kembali siap meledak, “Ge-gerald…! Ah!”“Hah… Hah… Hah…!” Nafas Irene tersengah-sengal, tubuhnya kembali bergetar hebat.Gerald meraih tangan

  • Hasrat Terlarang : Dijual Suami Dimanja Presdir   21 ~ Layani Aku

    "Aku tidak ingin kamu kembali. Tinggallah denganku, Irene." Suara Gerald terdengar begitu serius, membuat Irene tercenung.Irene diam, mencerna apa yang baru saja ia dengar, "Aku akan pura-pura tidak mendengarnya." Ia berusaha untuk menghindari topik tersebut, namun Gerald tidak mungkin menyerah begitu saja."Irene, please." Gerald mendekat, matanya memandang Irene dengan intensitas yang meningkat, suaranya penuh harapan.Mata Irene sayu, "Aku mohon, jangan membuatku berada di posisi yang sulit, Gerald. Saat ini aku hanya menjalankan pekerjaanku." Ia berusaha untuk menjelaskan, namun Gerald tampaknya tidak terpengaruh."Tapi aku tidak berpikir demikian, Irene." Gerald mengambil langkah lebih dekat, suaranya rendah dan penuh emosi.Irene tersenyum sangat tipis bahkan terkesan hambar, "Aku sudah menikah, suamiku menungguku di rumah." Ia mengeluarkan senjata terakhir, berharap itu akan membuat Gerald mundur.Gerald menurunkan tangannya, rahangnya mengeras, dadanya terbakar. Ia mengepalkan

  • Hasrat Terlarang : Dijual Suami Dimanja Presdir   20 ~ Sikap Gerald

    Bab 20“Kamu sudah bangun?” Gerald menghampiri Irene yang saat ini tengah duduk di sofa sambil menonton drama di layer televisi 100 inch.Irene yang mendengar suara Gerald langsung menoleh, “Iya, dari tiga puluh menit yang lalu.”Gerald tersenyum, menunduk dan mengecup kening Irene, “Hmm, maaf. Aku tadi ada sedikit keperluan di luar.”Irene cukup terkejut, apa yang dilakukan Gerald saat ini terlihat begitu alami.“Y-ya. Tidak masalah.”“Sudah makan?”Irene menggeleng pelan, “Belum lapar.” Ia memang melihat makanan tersaji di meja makan. Tapi ia merasa sungkan untuk langsung menyantapnya.Gerald menghela nafas, ia melihat jam tangannya, waktu sudah menunjukkan pukul tiga sore, “Hah! Ayo temani, aku sudah lapar.” Ujar Gerald santai sembari membuka jasnya, meletakkannya di atas sofa, lalu menarik lembut tangan Irene.Usai menghabiskan pagi panas mereka, Irene kembali tertidur. Dan di saat itulah Gerald menyempatkan diri untuk menyelesaikan beberapa keperluannya. Tidak lupa meminta pelaya

  • Hasrat Terlarang : Dijual Suami Dimanja Presdir   19 ~ Kerjasama?

    Bab 19“Maaf.” Irene mengalihkan pandangannya, membuka kedua pahanya, menyerahkan diri pada kehendak Gerald. Baru saja ia mengalihkan pandangannya, ia kembali dibuat terkejut dengan apa yang dilakukan Gerald. Jari-jari lembutnya menyentuh area paling intimnya, membuat Irene terlonjak."Ah! Ge-gerald... A-pa yang kamu lakuin?" suara Irene tertahan dengan desakan geli di inti tubuhnya. Matanya terbuka lebar, mencoba memahami tindakan Gerald.Gerald mengangkat wajahnya dan menatap Irene dengan pandangan yang sulit Irene tebak, "Tentu saja mengobatimu... Slurp!" Suara Gerald yang rendah dan berat membuat Irene merasa geli dan malu pada saat yang sama."Oh... Gerald... Stop! Ah! Bukannya ada bekas obat di sana?" Irene mencoba menahan Gerald, tangannya mencengkeram udara, mencari sesuatu untuk dipegang."It's lickable!" jawab Gerald asal, kembali melanjutkan aktifitasnya tanpa peduli dengan protes Irene. Lidahnya melintasi setiap inci kulit Irene, membuatnya semakin tergelitik."Hah! Pria in

  • Hasrat Terlarang : Dijual Suami Dimanja Presdir   18 ~ Terbuai

    Bab 18“Teflon itu yang mana?” tanya Gerald dengan ekspresi datarnya, seolah itu bukanlah sesuatu yang aneh.Irene memejamkan mata dan menghela nafas, ia mengambil teflon yang sudah dipakai Gerald, "Ini." ujarnya singkat, berharap Gerald bisa mengerti."Oh, ok!" jawab Gerald acuh kemudian membuka lemari dapur satu persatu, hingga akhirnya dia mendapatkan sesuatu yang berbeda tetapi mirip, "Ini saja?"Irene menoleh, lagi-lagi ia dibuat kehabisan kata-kata oleh Gerald, "Itu bukan teflon tapi wok pan.""Ini saja, lagi pula ini lebih bagus karena jauh lebih besar." Gerald menaruhnya langsung di atas kompor."Look? More better!" ujarnya puas, seolah semua masalah telah teratasi."Hah! Terserah kamu saja!" Irene menyerah dan melanjutkan untuk memanggang daging. Ia memberikan bumbu yang ada di atas meja dapur, meraciknya sedikit kemudian memanggangnya.Cisssss! Suara daging yang mulai matang membuat aroma menggoda memenuhi dapur."Hati-hati...!" Gerald memeluk Irene dari belakang dan mengangk

  • Hasrat Terlarang : Dijual Suami Dimanja Presdir   17 ~ Tidak Ada Yang Tidak Bisa Aku Lakukan

    Bab 17Irene menggigit bibir bawahnya, dengan wajah merona ia membuka kedua pahanya. Memperlihatkan area kewanitaannya kepada Gerald."Damn!" Gerald mengumpat, matanya terfokus pada area yang terbuka.Irene kaget dan kembali merapatkan pahanya, "Biar aku saja.""Tahan!" Gerald segera mengangkat tangan, mencegah Irene menutup dirinya lagi.Gerald membuka wadah obat pereda nyeri tersebut dan mengusap dengan hati-hati di area kemerahan, "Maaf." Ucapanya sedikit berbisik, suaranya penuh empati.Perasaan Irene kembali terombang-ambing, baru beberapa jam ia bersama Gerald, tetapi sikap Gerald selalu membuatnya membandingkan dengan suaminya sendiri yang tidak pernah peduli kepada dirinya. Bahkan di saat ia merasa sakit, suaminya itu tidak peduli selama hasratnya terpuaskan.Berbeda dengan pria yang saat ini tanpa ragu mengobati dirinya. Irene merasa sebuah ketulusan dan kehangatan, namun berusaha menyembunyikan perasaannya."Sssss..." Irene mendesis pelan saat jari-jemari Gerald terus menyent

  • Hasrat Terlarang : Dijual Suami Dimanja Presdir   16 ~ Aku Sudah Melihat Semuanya

    Bab 16Apa yang dikatakan Gerald tadi, ia aminkan. Selama beberapa jam, ia dan Irene saling bercumbu dan menyalurkan hasrat mereka. Dari kamar mandi, mereka berpindah ke kamar, kemudian ke sofa, ruangan walk in closet, dan bahkan ruang tamu.Gerald yang ingin menghubungi asistennya untuk membatalkan semua jadwalnya, akhirnya membawa semuanya kembali ke kamar. Mereka terus bercinta, terhanyut dalam gelombang cinta dan gairah.Saat ini, Irene tertidur pulas, begitu juga Gerald. Mereka saling berpelukan, dengan tubuh polos yang hanya tertutup oleh selimut.Irene pertama membuka matanya, sedikit kesulitan bergerak. Ia sadar bahwa saat ini ia dipeluk erat oleh Gerald, bahkan bibir pria itu tepat berada di keningnya.Irene menggigit bibir bawahnya, "Dia masih tidur kan?" pikirnya sambil perlahan memindahkan tangan Gerald. Ia ingin bangkit, namun merasa ragu.Kemudian, ia memundurkan kepalanya, “Huft!” Ia menarik napas lega saat berhasil lepas dari pelukan Gerald. Dengan hati-hati, ia berusah

DMCA.com Protection Status