Share

3 ~ Pelelangan

Author: MAMAZAN
last update Last Updated: 2024-12-06 13:28:05

“Aoch!” Irene memijit keningnya yang terasa perih, ia perlahan membuka matanya, “Ini dimana?” wanita cantik itu terkejut melihat ruangan yang asing bahkan pandangannya membulat saat mendapati tubuhnya telah mengenakan gaun berwarna merah maroon yang sangat seksi.

“Tunggu! Jangan bilang... Ini—“ Irene terhenti saat mendengar suara yang sangat dikenalnya.

“Irene,” suara Owen membuat Irene mendongak dan melihat suaminya berdiri di depan pintu.

“Owen? Jelaskan! Apa semua ini!” hardik Irene dengan sorot mata tajam, penuh kemarahan dan kebingungan.

Owen melangkah masuk ke dalam ruangan dan berdiri tepat di depan Irene.

“Owen... Ayo pulang! Aku tidak mau di sini!” lirih Irene, matanya menatap pria di depannya dengan penuh rasa kecewa. Pria yang ia pikir akan menjadi pelindung dan sumber kebahagiaannya kini terasa seperti orang asing. Hatinya remuk, namun ia tetap berharap Owen akan mendengarnya dan membawanya pergi dari tempat ini, meski hanya ada setitik harapan.

Owen menghela napas panjang, lalu berlutut di depan Irene, “Irene, satu kali ini saja. Aku sangat butuh dana yang besar untuk perusahaan,” ucapnya dengan nada memohon, seolah-olah kata-katanya adalah permintaan yang wajar.

Irene menggelengkan kepalanya dengan tegas. “Tidak, Owen! Sampai kapan pun, aku tidak mau menjual diriku!” suaranya bergetar, rasa sakit dan pengkhianatan yang ia rasakan. Ia berhenti sejenak, menatap Owen dengan sorot mata tajam yang penuh luka. “Dan bagaimana bisa kau meminta istrimu sendiri tidur dengan pria asing?” lanjutnya dengan nada suara yang tajam.

“Hah!” Owen mendengus, wajahnya berubah menjadi penuh amarah. Ia menatap Irene dengan pandangan sinis, seolah-olah rasa sakit wanita itu tidak berarti apa-apa baginya. “Apa kau tidak tahu berapa banyak uang yang aku keluarkan untuk menebusmu dari ibu tirimu?” hardiknya dengan nada tajam.

Deg! Irene merasa dadanya seperti diremas. Kata-kata Owen menghantamnya seperti tamparan keras. Air matanya jatuh berderai tanpa bisa ia tahan. Pengakuan itu membuat luka di hatinya semakin dalam. Semua yang selama ini ia pikirkan tentang Owen runtuh dalam sekejap.

Owen, yang tampak tidak peduli dengan air mata Irene, mendekat dan memegang dagu wanita itu dengan kasar. Tatapannya dingin, tidak lagi ada kelembutan yang pernah Irene kenal. “Kalau kamu bisa memberikan aku suntikan dana, aku akan membawamu pulang,” bisiknya dengan nada penuh tekanan, seolah-olah Irene tidak memiliki pilihan lain.

Irene terdiam, tubuhnya gemetar, “Berikan aku 1 Miliar Dollar.”

“O-owen... Kamu...” Kata-kata itu menggema di kepala Irene, membuatnya merasa seperti jatuh ke jurang yang tak berdasar. Suami yang ia cintai, pria yang ia percayai.

Irene tak dapat berkata apa-apa lagi, dari mana ia mendapatkan uang sebanyak itu dalam satu malam? Satu juta dollar saja ia kesulitan untuk mengumpulkannya, bagaimana mungkin ia bisa memberikan Owen uang senilai satu milyar dollar?

***

Disinilah Irene sekarang, berdiri di atas panggung dengan sorotan lampu terang menimpa kulitnya. Gaun merah maroon yang seksi melekat sempurna di tubuhnya, memamerkan lekuk-lekuk yang memancarkan pesona sensualitas. Belahan dada yang rendah dan potongan tinggi di bagian bawah gaun memperlihatkan paha mulusnya, membuatnya terlihat seperti sebuah mahakarya yang dipajang untuk dinikmati banyak mata. Rambut hitam pekatnya yang berkilau jatuh dengan anggun di bahunya, sementara topeng merah menutupi sebagian wajah cantiknya, menyembunyikan identitasnya dari para tamu yang hadir.

Namun, di balik topeng itu, Irene merasa kosong. Hatinya hancur berkeping-keping. Di depannya, ruangan tampak gelap dan kosong, tetapi ia tahu banyak pasang mata yang menatapnya dari balik bilik-bilik tersembunyi.

Mereka mengamati, menilai, dan mungkin bahkan menginginkan wanita cantik itu. Irene menggigit bibirnya, mencoba menahan rasa malu dan marah yang bercampur menjadi satu. Tangannya mengepal erat di sisi tubuhnya, kuku-kukunya hampir menembus kulit telapak tangannya.

Suara MC yang menggema di ruangan itu membuyarkan lamunannya, “Dan bintang utama malam ini, perkenalkan seorang wanita cantik dengan pesona high class, seperti info yang klien sekalian baca saat ini!” Suara MC terdengar penuh semangat, seolah-olah Irene hanyalah barang mewah yang siap dilelang kepada penawar tertinggi.

Dan di balik bilik-bilik tersembunyi, para tamu duduk dengan nyaman, masing-masing memiliki layar monitor yang menampilkan Irene sebagai ‘barang dagangan’ malam itu. Di layar tersebut juga terdapat tombol-tombol nominal untuk melakukan penawaran, yang langsung terhubung dengan layar besar di atas panggung, tempat angka-angka penawaran akan muncul.

“Dengan ini, auction dimulai dari... sekarang! Silakan para klien berikan penawaran terbaik kalian!” seru MC dengan antusiasme yang memuakkan Irene.

Tak lama, suara bip mulai terdengar, satu demi satu, bersamaan dengan angka-angka yang muncul di layar monitor di atas panggung. Nominal penawaran terus meningkat dengan cepat, membuat suasana ruangan semakin tegang.

Di sudut ruangan, Owen berdiri dengan senyum puas di wajahnya, matanya terpaku pada angka yang terus naik. “Hah! Seharusnya aku membawa dia lebih awal!” gumamnya dengan nada penuh kesombongan. Ia tampak seperti seorang pedagang yang baru saja menemukan tambang emas.

“Satu miliar? Apa masih ada?” Suara MC terdengar semakin bersemangat.

“Satu miliar pertama!” MC mulai menghitung, mencoba menutup penawaran pada angka tersebut.

Namun tiba-tiba, suara bip kembali terdengar, diikuti dengan angka besar yang langsung muncul di layar monitor. 6 Miliar.

Ruangan yang tadinya penuh dengan suara bip mendadak hening. Semua mata tertuju pada angka fantastis yang terpampang di layar besar.

“Dari bilik 6! Wow! Itu penawaran yang sungguh fantastis! Apa masih ada penawaran di atasnya?” seru MC dengan nada penuh semangat, mencoba membakar suasana yang mendadak sunyi.

Irene menahan napas. Tubuhnya terasa semakin dingin, dan kakinya hampir tidak bisa menopang dirinya lagi. Siapa yang berada di bilik 6? Siapa yang berani memberikan angka sebesar itu? Dan yang paling penting, apa yang akan terjadi padanya setelah ini?

Owen membelalakkan matanya, tak percaya dengan angka fantastis yang terpampang di layar monitor. “E-enam Milyar...? Hahahaha!” tawanya pecah, penuh rasa puas dan keserakahan yang tak tertahankan.

Ia menatap Irene di atas panggung dengan mata berbinar, seperti seorang pedagang yang baru saja mendapatkan keuntungan terbesar dalam hidupnya. “Irene, kamu memang investasi terbaik dalam hidupku!”

MC mulai mengetuk palu, suaranya menggema di seluruh ballroom, menandakan bahwa lelang hampir selesai. “Tiga...” MC menghitung mundur.

“Dua...” Suasana tetap hening.

“Satu...” Ketukan terakhir palu terdengar, menutup penawaran secara resmi. “Selamat kepada klien bilik enam! Bintang utama hari ini jatuh kepada Anda,” seru MC di sambut tepuk tangan kecil dari beberapa orang di bilik-bilik tersembunyi.

Tap. Tap. Tap. Suara langkah kaki terdengar menggema di ballroom yang sunyi. Semua mata tertuju pada seorang pria dengan topeng berwarna hitam yang perlahan berjalan mendekat ke arah panggung. Langkahnya tenang, namun penuh wibawa, membuat suasana ruangan terasa semakin mencekam.

Pria bertopeng hitam itu berhenti tepat di depan panggung, menatap MC dengan dingin. “Aku akan membawanya,” katanya dengan suara berat yang langsung memenuhi ruangan.

“Tapi, Tuan...” MC tampak sedikit gugup, “Harus ada prosedur dan pelunasan sebelum Anda membawa ‘barang’ yang Anda menangkan,” lanjutnya.

Pria bertopeng hitam itu menatap tajam ke arah MC, membuat suasana semakin tegang. “Asistenku yang akan mengurus semuanya,” suara yang dingin dan penuh intimidasi.

Seorang pria lain, mengenakan masker hitam, muncul dari belakang. Ia melangkah maju dan berbicara singkat kepada MC, memberikan dokumen dan detail yang diperlukan. MC tampak mengangguk beberapa kali, lalu memberikan isyarat kepada staf untuk memproses semuanya.

Sementara itu, pria bertopeng hitam naik ke atas panggung. Langkahnya mantap, penuh percaya diri, seolah-olah ia sudah tahu apa yang akan ia lakukan. Irene menatapnya dengan mata melebar, napasnya terasa semakin berat. Pandangan mereka akhirnya bertemu, dan untuk sesaat, waktu terasa berhenti.

Jantung Irene berdegup kencang, hampir seperti ingin melompat keluar dari dadanya. “Apakah ini akhir dari hidupku...?” pikirnya, rasa takut dan pasrah bercampur menjadi satu. Ia ingin melangkah mundur, tetapi tubuhnya terasa kaku, tidak mampu bergerak.

Tanpa diduga, pria bertopeng hitam itu menghapus jarak di antara mereka. Ia berdiri tepat di depan Irene, begitu dekat hingga Irene bisa merasakan aura dingin yang memancar darinya. Pria itu menundukkan tubuhnya sedikit, merendahkan posisinya sehingga wajah mereka sejajar. Irene menahan napas, menunggu apa yang akan ia lakukan.

Kemudian, dengan suara rendah yang hanya bisa didengar oleh Irene, pria itu berbisik di telinganya, “Long time no see you, Nona Irene.”

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Rna 1122
aaaaahhhh bagus banget sihhh ni cerita
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Hasrat Terlarang : Dijual Suami Dimanja Presdir   4 ~ Pria Masa Lalu

    Irene terkejut mendengar suara berat pria yang saat ini berbisik di telinganya, terasa familiar, suara yang tak dapat ia lupakan, suara seorang pria yang sudah mengambil ciuman pertamanya saat itu, "Tu-tuan Gerald?" paraunya.Pria bertopeng itu pun cukup terkejut saat Irene masih mengingatnya, ia tersenyum tipis dan merengkuh pinggang Irene, membuat tubuh mereka semakin rapat, "Mulai detik ini, tidak kuizinkan orang lain memilikimu!"Deg! Irene terperanjat. "Ma-maaf-"Tanpa melanjutkan perkataan Irene, Gerald meraih dagu Irene, menyapu bibir wanita cantik di depannya. Irene kembali dibuat terkejut, "Ciuman ini..." Irene segera tersadar dan menarik tubuhnya.Irene dapat melihat senyuman tipis tersirat di wajah pria bertopeng di depannya. Tanpa diduga Gerald membuka jas yang ia kenakan dan menaruh di bahu Irene, menutup pakaian seksi yang melekat ditubuh Irene. lalu meraih tangan Irene, membawanya turun dari atas panggung.Owen menajamkan pandangan dan pendengarannya, "Apa yang mereka b

    Last Updated : 2024-12-06
  • Hasrat Terlarang : Dijual Suami Dimanja Presdir   5 ~ Malam Yang Berbeda

    Gerald kembali mencumbu Irene penuh damba, liar dan menuntut. Tanpa Irene duga, pria bertubuh atletis itu mengangkat tubuhnya ala bridal, "Tidak disini." Kemudian ia melangkah menuju salah satu ruangan. Irene yang diangkat ala bridal cukup terkejut hingga spontan mengaitkan kedua tangannya di leher Gerald agar tubuhnya tidak terjatuh.Hingga Irene kembali terpesona dengan kamar yang sangat luas dan mewah itu, di sana terlihat ranjang berukuran sangat besar dengan sprei berwarna silver. Interior yang di dominasi warna navy dan silver, elegan dan maskulin. Irene merasa seperti terjebak dalam mimpi yang tidak terkontrol.Di saat ia terpana dengan ruangan, suara Gerald kembali membuatnya tersentak, "Malam ini, kau hanya harus fokus padaku, Irene." Suaranya terdengar seperti perintah, membuat Irene merasa seperti boneka yang dikendalikan.Deg! "Sejak kapan aku di atas tempat tidur?" batinnya, sadar jika saat ini yang telah berbaring di atas ranjang, dan posisi Gerald yang mengukungnya. Ire

    Last Updated : 2024-12-06
  • Hasrat Terlarang : Dijual Suami Dimanja Presdir   6 ~ Bukannya Kita Sepasang Kekasih

    “...tapi, malam ini, aku tidak menyesal sama sekali bertemu denganmu, Irene.” Gerald menatap tajam manik indah Irene. “Dan, maaf aku terlambat datang padamu.”Ia mengambil selimut, menutupi tubuh Irene yang polos itu.“Apa maksud kamu?” tanya Irene, tidak paham dengan perkataan Gerald yang terakhir. “Minta maaf untuk apa? Dan kenapa kamu mau menemuiku, Tu—”“Gerald,” Gerald menyela, tidak menyukai panggilan Irene yang terdengar sangat asing.Irene terdiam, ragu menatap Gerald. Tatapannya membuat Gerald ingin sekali menggodanya.“Bukannya kita sepasang kekasih?”Irene seketika membelalakkan matanya. “Ba-bagaimana…” kemudian ia membekap mulutnya dan dan menutup wajahnya. Kembali mengingat kejadian pertama kali mereka bertemu.Wajahnya merona dan terasa panas, pertemuan singkat yang tidak bisa Irene pungkiri sangat berkesan padanya. Tapi karena permasalahan keluarganya saat itu. Ia tak lagi memikirkan pria yang pernah menolongnya saat itu. Karena bantuan Gerald saat itu, ia berhasil lepa

    Last Updated : 2024-12-15
  • Hasrat Terlarang : Dijual Suami Dimanja Presdir   7 ~ Lembut dan Hangat

    "Irene?" "Hmm?" Irene bergumam sebagai jawaban, tangisannya mulai mereda menyisakan malu pada Gerald. Bagaimana bisa ia menangis selepas itu, bahkan di dalam pelukan Gerald."Hah... Ini benar-benar memalukan..." gumamnya dalam hati sembari menutup mata.Gerald mengusap surai hitamnya beberapa kali, seolah memberikan ketenangan untuknya. Dan hal itu benar-benar bekerja, ia merasa jauh lebih baik.“Pasti dia bingung melihatku seperti ini…”Cup! Irene seketika merasa tubuhnya membeku saat mendapatkan kecupan di pipinya.Kecupan yang lembut dan hangat.Irene menutup mata dan mengepalkan tangannya, berusaha melepaskan pelukan Gerald, ia tertunduk dan berkata pelan, “Maaf dan terimakasih.”“Syukurlah, kamu sudah jauh lebih tenang.”Saat itu juga Irene mengangkat wajahnya, melihat ke arah Gerald, membuat pandangan mereka saling bertemu.“Kamu tetap terlihat menawan,” ucap Gerald sembari mengusap bawah matanya yang sembab dengan lembut.“Ge-gerald…” Irene meremas selimut, ia tidak ingin kem

    Last Updated : 2024-12-18
  • Hasrat Terlarang : Dijual Suami Dimanja Presdir   8 ~ Penipuan?

    “Tangan Gerald seketika berhenti, melayang di udara. Namun, ia segera kembali tenang, “Kamu tidak perlu memikirkan hal itu.”“Yah, aku hanya penasaran,” jawab Irene, merasa sedikit canggung.Gerald menaikkan satu alisnya, “Tunggu, bukannya kamu menyetujui untuk auction itu? Bagaimana bisa kau tidak tahu prosedurnya?”Deg! Gerald terdiam, tidak melanjutkan pertanyaan yang hendak ia layangkan, melihat raut wajah Irene yang berubah. Ia segera meletakkan piring di atas kasur dan memegang lengan Irene. “Jangan bilang, kau dipaksa untuk melakukan hal ini, Irene?”Pertanyaan Gerald benar-benar membuat Irene terpukul. “Jadi, Gerald berpikir jika aku dengan sukarela menjual diri?” batinnya menatap Gerald dengan tatapan sinis.Irene mengepalkan tangannya, berusaha tersenyum. “Ti-tidak mungkin, tentu saja ini atas persetujuanku.”Gerald menaikkan satu alisnya, tidak percaya dengan perkataan Irene, seolah ada yang wanita ini tutupi darinya. “Irene? Jujur padaku?”“Iya, aku melakukannya dengan suk

    Last Updated : 2024-12-19
  • Hasrat Terlarang : Dijual Suami Dimanja Presdir   9 ~ Ciuman Yang Menuntut

    Satu jam lewat ia berada di dalam ruangan kerjanya, Gerald berdiri dan berjalan menuju kamar utama, di mana Irene berada. Dengan masih berbalut kimono, ia membuka pintu dan betapa terkejutnya mendapati Irene duduk di lantai dengan tenggelam di lututnya yang tertekuk.“Irene?” Gerald memanggil dengan suara lembut, namun Irene tak kunjung menjawab.Pria bertubuh atletis itu melangkah cepat dan berlutut, mensejajarkan posisi mereka, “Irene?”Tapi Irene tak kunjung menjawab, “Hah... Bagaimana bisa ia tertidur seperti ini?”Gerald meraih tubuh Irene dan mengangkat wanita cantik itu ala bridal, dengan perlahan ia merebahkan Irene di atas tempat tidur.Deg! Jantungnya berdegup saat melihat tubuh Irene yang terpampang begitu indah dengan balutan gaun malam yang dipakainya.Gerald meneguk kasar salivanya, kulit putih Irene terlihat kontras dengan warna gaun dan rambutnya yang hitam pekat. “Dia sangat menawan...” tangannya naik membelai wajah cantik Irene.“Apa dia menungguku?” Gerald menggigit

    Last Updated : 2024-12-19
  • Hasrat Terlarang : Dijual Suami Dimanja Presdir   10 ~ Milikmu

    Bab 10“Uhm...” Irene membuka matanya perlahan, matanya berusaha membiasakan cahaya yang menyilaukan.Tangannya mengusap kasur yang terasa begitu hangat, “Ah... Ini sangat nyaman...” gumamnya pelan yang semakin erat memeluk bantal yang ada di dalam pelukannya.Baru kali ini ia mendapatkan kualitas tidur yang baik, membuatnya enggan untuk terjaga.“Apa rasanya sangat nyaman?”Suara berat yang membuat Irene terlonjak kaget, ia mengangkat wajahnya, “Oh my!” serunya panik melihat posisinya yang sangat memalukan, bahkan ia bangun dengan terburu-buru.Grep! “Hati-hati!” Gerald segera menangkap tubuh Irene yang hampir saja jatuh dari tempat tidur.“Ge-gerald?” gugup Irene melihat wajah Gerald yang tepat berada di depannya. Jantungnya berdegup begitu cepat.“Apa kamu selalu ceroboh seperti ini?”Irene menggigit bibir bawahnya, “Ma-maaf.”Cup! Gerald mengecup bibir Irene dan berbisik, “Cium aku.”Deg! “Tapi—”“Euhm...” Irene tidak menunggu. Ia mulai menyesapkan lidahnya ke dalam mulut Irene sa

    Last Updated : 2024-12-20
  • Hasrat Terlarang : Dijual Suami Dimanja Presdir   11 ~ Lagi-lagi Menyihirku

    “Kata siapa?”Irene seketika menoleh, “Ka-kata suamiku.”Hati Gerald memanas, “Suamiku?” batinya kesal. Menggertakkan gerahamnya.“Hem, lebih baik kamu siap-siap dan kita sarapan di bawah.” Gerald memutuskan tidak membahas hal ini lebih lanjut. Sebelum moodnya berantakan. Ia ingin menikmati waktunya bersama Irene.“Iya.”Gerald pun berjalan menuju pintu, tapi sebelum benar-benar keluar kamar, ia berbalik, “Irene?”“Iya?”“Hah!” Gerald menghela napas, “Tidak perlu terburu-buru, aku akan menunggu di bawah.”Irene mengangguk, “Terimakasih.”Kemudian Gerald menutup pintu meninggalkan Irene. Ia pun masuk ke kamar yang berada tepat di samping kamar utama.Sedangkan Irene sendiri memandangi lemari pakaian yang ada di depannya. “Kenapa dia menyiapkan sebanyak ini?” gumamnya pelan sembari membuka salah satu pintu lemari pakaian.Dan benar saja, masih ada label di setiap pakaian yang tergantung. Ia meraih sebuah dress selutut, lalu beralih ke drawer untuk mencari pakaian dalam. Tapi di semua dr

    Last Updated : 2024-12-22

Latest chapter

  • Hasrat Terlarang : Dijual Suami Dimanja Presdir   64 ~ Membawanya

    Bab 64“Dimana dia sekarang berada?” tanya Gerald pada Victor begitu masuk ke dalam mobil setelah Irene. Suaranya terdengar tegas, namun dengan nada yang santai.“Di apartment Tuan,” jawab Victor sembari menutup pintu mobil. Kemudian mengitari badan mobil, mengambil tempat di posisi pengemudi.Begitu Victor duduk, Gerald berkata, "Langsung ke sana saja.""Baik Tuan Gerald." Victor memulai mesin mobil dan mulai melaju ke tujuan.Irene mengerutkan keningnya, kemudian menoleh ke Gerald, "Kita mau kemana Gerald?" Ia bertanya dengan nada penasaran, matanya berkilau dengan rasa ingin tahu.Gerald tersenyum tipis, "Tentu saja menyelesaikan semuanya hari ini sayang." Suaranya terdengar lembut, namun dengan nada yang tegas."Ya?" Irene kembali bingung, kemudian sadar kemana arah Gerald, "Maksud kamu menemui Owen?" Ia bertanya dengan nada yang sedikit ragu, matanya terlihat khawatir."Iya sayang, aku tidak ingin menundanya barang sedetik pun," ucap Gerald lugas. Lalu menatap wajah cantik wanita

  • Hasrat Terlarang : Dijual Suami Dimanja Presdir   63 ~ Surat Gugatan

    Bab 63Gerald pun menceritakan siapa Evan sebenarnya, di mana Evan adalah seorang Kepala di bagian pemerintahan, dan Evan adalah sepupu dari Austin Harold. Suaranya terdengar santai, namun dengan nada yang serius. "Evan adalah salah satu orang terpercaya di pemerintahan ini, dan ia juga sepupu dari Austin Harold."Irene cukup terkejut dan akhirnya paham kenapa Gerald terlihat akrab dengan Evan. Mengingat bagaimana Gerald dan pria bernama Austin saat malam itu layaknya saudara. "Hmm ok Gerald." jawab Irene mengerti, ia tersenyum lembut. Matanya berkilau dengan rasa penasaran, namun juga terlihat lega karena sudah memahami hubungan antara Gerald dan Evan yang terlihat begitu dekat.Beberapa menit pun berlalu hingga pintu kembali terbuka, terlihat Evan berjalan masuk dengan dua map kulit berwarna coklat dan biru di tangannya. Perhatian Gerald dan Irene pun teralihkan, pandangan mereka terfokus pada Evan yang berjalan mendekat.Evan meletakkan map berwarna biru terlebih dahulu di atas mej

  • Hasrat Terlarang : Dijual Suami Dimanja Presdir   62 ~ Siap Mengakhiri

    Bab 62Gerald dan Irene duduk di sofa yang nyaman dengan seorang pria dengan jas yang terlihat begitu rapi. Ruangan ini terlihat mewah, dengan dekorasi yang elegan dan jendela besar yang membiaskan cahaya alami ke dalam ruangan. Pria tersebut, yang kemudian Gerald sebut sebagai Evan, menatap Gerald dengan wajah menyunggingkan senyum tipis."So, apa yang aku bisa bantu Tuan Gerald?" Evan bertanya, matanya berkilau dengan rasa penasaran. Ia tidak bisa tidak memperhatikan Irene, yang duduk di samping Gerald dengan postur yang sedikit tegang.Gerald menghela napas pelan, "Evan... Aku mau kamu mengurus dokumen-dokumen Irene dan regalisir semuanya." Suaranya terdengar tegas, namun dengan nada yang lembut ketika ia menatap Irene.Evan yang tadi tersenyum seketika terkekeh pelan, "Hah, aku merasa pernah mengalami ini," gumamnya pelan. Ia memandang Gerald dengan mata yang berkilau, seolah-olah mengingat kenangan lama pada kakak sepupunya—Austin Harold."Ok, ok, sebelum itu ceritakan apa yang s

  • Hasrat Terlarang : Dijual Suami Dimanja Presdir   61 ~ Menyelesaikan

    Bab 61Wajah Irene kembali memanas, “Hem, Gerald. Aku—”“Aku tidak menuntutmu untuk menjawabku sekarang, tapi aku tidak menunggu untuk di tolak.”Ucapan Gerald layaknya sebuah ultimatum pada Irene dan seolah memastikan agar ia tidak akan bisa lepas dari pria ini.Ia menarik napas lembut, “Beri aku waktu.”Gerald tersenyum, mengecup puncak kepala Irene. Tanpa mengucapkan sepatah kata lagi.Setelah itu keduanya kembali focus di layar depan mereka. Gerald memberikan penjelasan singkat kepada Irene tentang rencananya dan para sahabatnya yang telah membantunya tadi.“Tapi yang pasti aku tidak mau kamu ikut mengawasi,” tegas Gerald kepada wanitanya itu.“Gerald, please. Aku ingin sedikit berkontribusi dalam hal ini, lagi pula ini adalah permasalahanku. Aku dan kedua orang tuaku.”“Semua yang berhubungan denganmu akan menjadi tanggung jawabku. Jadi, semua masalah yang kamu hadapi saat ini, biarkan aku yang menanganinya. Karena siapapun yang sudah menyakitimu, tidak akan kumaafkan.” Gerald men

  • Hasrat Terlarang : Dijual Suami Dimanja Presdir   60 ~ Bertemu Saudara

    Bab 60“Cukup berada disisiku dan terima cintaku.”Irene bergeming, pandangan mereka bertemu, hingga akhirnya Irene menyerah dan menundukkan wajahnya. “Nanti…” jawabnya dengan suara nyaris berbisik.Gerald tersenyum lembut, mengecup puncak kepala Irene, “Hmm, ayo?”Irene mengangguk, membiarkan Gerald membawanya menuju ruang kerja yang terdengar cukup—berisik?Sebenarnya tadi setelah berganti pakaian, ia langsung menghampiri ruang kerja Gerald, namun ia mengurungkan niatnya saat mendengar suara-suara yang begitu ramai. Hingga akhirnya, ia memutuskan masuk kembali ke dalam kamar.Ceklek!Suara pintu Gerald dorong ke dalam, terlihat tiga pria menoleh dengan kompak. Tentu saja sorot mata ketiga pria itu membuat Irene sedikit kikuk.Namun, lagi dan lagi Gerald langsung meraih pingganya, membuat jarak mereka semakin tipis, berjalan menuju sofa yang kosong.“Hai Irene…” sapa ketiga pria itu dengan kompak.Membuat Gerald membuang napas kasar, “Hah! Kalian ini!”Ia kemudian menoleh ke arah Ire

  • Hasrat Terlarang : Dijual Suami Dimanja Presdir   59 ~ Balas Budi

    Bab 59“Eh??? Berengsek! Malah ditutup pintunya!” umpat Ethan kesal saat melihat Gerald menutup pintu, bahkan jika tadi ia tidak refleks mundur, sudah pasti wajahnya terkena ciuman telak dari daun pintu.“Pffttt….” Dua pria yang berdiri tepat di belakangnya menahan tawa.Hingga suara ceklekan pintu kembali terdengar, “Mau apa kalian kesini?”Ethan mendengus kesal bukannya menjawab pertanyaan Gerald, ia menoleh ke belakang, “Langsung saja?” bertanya pada Kenan dan Finley.“Hem boleh saja.”Kemudian terlihat beberapa orang pria mengangkat beberapa dos besar yang tidak lain adalah layar monitor. Membuat Gerald semakin mengerutkan keningnya.“Berhentilah bertanya, dan katakan di mana ruangan kerjamu?” ujar Ethan yang kini kembali focus pada Gerald.Gerald membuang napas kasar, ia tertawa kecil, “Setidaknya beri kabar kalau kalian mau kesini!” celutuknya sembari membuka lebar pintu, membiarkan para tamunya itu masuk.Ethan lebih dulu masuk, menyusul Finley dan Kenan beserta para bawahann

  • Hasrat Terlarang : Dijual Suami Dimanja Presdir   58 ~ Fakta Baru

    Bab 58"Ayahmu dibunuh oleh seseorang." Kalimat itu terdengar seperti petir di tengah hari yang cerah, membuat kaki Irene tiba-tiba melemah. Jika Gerald tidak cepat menangkapnya, mungkin wanita cantik itu sudah terjatuh. "Ge-gerald apa yang baru saja kamu katakan?" suara Irene terdengar bergetar.Gerald yang melihat itu membuang napas kasar, tanpa ragu ia langsung memboyong tubuh Irene naik ke dalam gendongannya. Pria tampan itu melangkah menuju ruang tamu, begitu tiba di depan sofa yang nyaman, ia mendudukkan Irene, kemudian duduk tepat di sisi Irene."Gerald, jawab aku!" Irene memandang Gerald dengan mata yang berkaca-kaca, suaranya terdengar bergetar dan penuh harap."Calmdown, hmm??" Gerald menangkup wajah mungil wanita itu, menatapnya dalam. "Take a breath." Ia berusaha menenangkan Irene, tapi wanita cantik itu terus mendesak."Katakan Gerald!" desaknya dengan mata yang semakin berkaca-kaca. "Setahuku Ayah sakit, bahkan dokter..." Irene tidak sanggup melanjutkan, air matanya luruh

  • Hasrat Terlarang : Dijual Suami Dimanja Presdir   57 ~ Dibunuh

    Bab 57"Selamat pagi sayang," bisik Gerald tersenyum tipis menatap wajah manis wanitanya itu.Irene tersipu, "Hmm... Pagi," jawabnya singkat, suaranya masih terdengar lembut karena baru saja bangun tidur. Gerald meraih tubuh Irene, mendekap tubuh mungilnya, dikecupnya puncak kepala Irene. Sentuhan lembut itu membuat Irene merasa nyaman, seperti sedang berada di tempat yang paling aman di dunia.Tidak ada banyak kata yang terucap di pagi ini, semalam Gerald sudah merasa cukup, ia tahu jika saat ini Irene sudah mulai membuka hatinya, meski mungkin masih lingkaran kecil di hatinya. Tapi ia yakin, ia akan membuat Irene mencintai dirinya sepenuhnya, karena ia sendiri sepertinya akan benar-benar gila jika tidak ada Irene di sisinya.~~Gerald duduk di balik meja kerjanya, memandang layar laptopnya dengan ekspresi serius. Sedangkan Irene saat ini sedang menata sarapan pagi mereka di meja,meninggalkan Gerald untuk menangani urusannya.Tiba-tiba, notifikasi pesan masuk dari Finley, Gerald sege

  • Hasrat Terlarang : Dijual Suami Dimanja Presdir   56 ~ (21+) Ingin Menikmati

    “Uhm, Gerald. Ahh... Ahh... Tu-tunggu...” Irene menjerit, tertahan. Tubuhnya bergetar, seperti sebuah gitar yang ditarik senarnya terlalu keras.Gerald semakin cepat menghujam wanitanya itu, ia memeluk erat tubuh Irene yang sangat basah. Suara desahan nafas keduanya memenuhi kamar, seperti sebuah simfoni yang memuncak.Panas tubuh mereka saling membakar, "Oh Irene." Gerald menggeram, memutar tubuh Irene kembali, kemudian ia berlutut, membuka kaki Irene, kembali memasukkan kepalanya diantara kedua paha Irene. Ia kembali menjilati dan menyesap milik wanitanya itu.Irene membelalakkan mata, "Oh oh! Gerald!"Rasanya sangat aneh! Lidah Gerald seperti sihir, membuat klitorisnya bergetar dengan tidak terkendali.Irene mencengkeram seprai, tubuhnya bergetar, "Gerald, aku... aku tidak tahu apa yang kamu lakukan, tapi aku suka!"Gerald tersenyum, bahkan kata-kata Irene tadi kembali membakar gairahnya, lidahnya terus memainkan klitoris Irene, membuat wanita cantik itu mengerang dengan tidak terk

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status