Bab 10“Uhm...” Irene membuka matanya perlahan, matanya berusaha membiasakan cahaya yang menyilaukan.Tangannya mengusap kasur yang terasa begitu hangat, “Ah... Ini sangat nyaman...” gumamnya pelan yang semakin erat memeluk bantal yang ada di dalam pelukannya.Baru kali ini ia mendapatkan kualitas tidur yang baik, membuatnya enggan untuk terjaga.“Apa rasanya sangat nyaman?”Suara berat yang membuat Irene terlonjak kaget, ia mengangkat wajahnya, “Oh my!” serunya panik melihat posisinya yang sangat memalukan, bahkan ia bangun dengan terburu-buru.Grep! “Hati-hati!” Gerald segera menangkap tubuh Irene yang hampir saja jatuh dari tempat tidur.“Ge-gerald?” gugup Irene melihat wajah Gerald yang tepat berada di depannya. Jantungnya berdegup begitu cepat.“Apa kamu selalu ceroboh seperti ini?”Irene menggigit bibir bawahnya, “Ma-maaf.”Cup! Gerald mengecup bibir Irene dan berbisik, “Cium aku.”Deg! “Tapi—”“Euhm...” Irene tidak menunggu. Ia mulai menyesapkan lidahnya ke dalam mulut Irene sa
“Kata siapa?”Irene seketika menoleh, “Ka-kata suamiku.”Hati Gerald memanas, “Suamiku?” batinya kesal. Menggertakkan gerahamnya.“Hem, lebih baik kamu siap-siap dan kita sarapan di bawah.” Gerald memutuskan tidak membahas hal ini lebih lanjut. Sebelum moodnya berantakan. Ia ingin menikmati waktunya bersama Irene.“Iya.”Gerald pun berjalan menuju pintu, tapi sebelum benar-benar keluar kamar, ia berbalik, “Irene?”“Iya?”“Hah!” Gerald menghela napas, “Tidak perlu terburu-buru, aku akan menunggu di bawah.”Irene mengangguk, “Terimakasih.”Kemudian Gerald menutup pintu meninggalkan Irene. Ia pun masuk ke kamar yang berada tepat di samping kamar utama.Sedangkan Irene sendiri memandangi lemari pakaian yang ada di depannya. “Kenapa dia menyiapkan sebanyak ini?” gumamnya pelan sembari membuka salah satu pintu lemari pakaian.Dan benar saja, masih ada label di setiap pakaian yang tergantung. Ia meraih sebuah dress selutut, lalu beralih ke drawer untuk mencari pakaian dalam. Tapi di semua dr
“Tidak… Selama bersamaku, aku tidak ingin kamu memakainya.”Irene membelalak, tak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar. “Ya… Euhmp…”Gerald lagi-lagi menciumi bibirnya, melumatnya dengan begitu… lembut?“Uhm…” Irene menaikkan tangannya, meremas kemeja milik Gerald.Dengan sekali hentakan, Gerald memindahkan posisi Irene ke atas meja makan yang terbuat dari marmer itu sembari menyesap bibir Irene dan melesakkan lidahnya.Mereka berciuman cukup lama, dan Irene mulai mengimbangi ciuman Gerald yang semakin menuntut.Ia melepaskan ciumannya dan tersenyum tipis, mengusap bibir Irene yang kemerahan, “Aku suka kamu membalas ciumanku dengan baik.”Nafas Irene tersengal-sengal, ia dapat merasakan pipinya memanas. Ciuman Gerald sungguh menggebu-gebu dan menggairahkan. Apa boleh ia merasa seperti ini dari pria lain?Bahkan kedua tangannya kini sudah melingkar di belakang leher Gerald.“Cium aku, Irene.” Gerald berbicara tepat di depan bibir Irene.Wanita cantik itu dengan pandangan berkabut
Bab 13“Ah Gerald…” Irene mendesah saat tubuhnya tengah di jamah oleh Gerald.Begitu masuk ke dalam kamar tadi, Gerald langsung melucuti dress pink yang Irene pakai. Mengagumi tubuh Irene yang begitu indah dan proporsional.Cahaya matahari pagi menyorot kulit putih Irene, membuat tubuh wanita cantik itu semakin berkilau terkena paparannya.Gerald tak henti-henatinya memuji kemolekan tubuh Irene, ia membelai, mengecup dan menghirup aroma tubuh Irene.“Damn! Kamu sangat cantik, Irene!” Gerald menghirup dalam-dalam aroma tubuh Irene dan menjilati tengkuk leher wanita cantik itu. Sedangkan tangannya memainkan payudara Irene dengan memberikan remasan yang lembut.Irene menutup mata, menggigit bibir bawahnya, berusaha menahan suaranya agar tidak keluar.“Kenapa rasanya sungguh aneh… Tubuhku sangat sensitive…” Irene bermonolog dalam hatinya, ia tidak menyangka Gerald memperlakukannya dengan begitu—lembut?“Ah!” Irene membekap mulutnya saat lidah dan mulut Gerald memanjakan kedua payudaranya s
Bab 14“Tahan Irene… Ini belum semuanya…” bisikan Gerald yang membuat tubuh Irene merinding.Hingga kedua tangan Irene meremas kuat lengan kokoh Gerald, bahkan tubuhnya sedikit menukik saat Gerald menghujam lebih dalam, membuat miliknya terbenam sempurna di dalam liang kewanitaan Irene.“Oh Irene! Kamu menerimanya dengan baik.” Gerald menggeram, ia menahan pinggul Irene. Membiarkan miliknya yang berkedut karena hisapan kewanitaan Irene. Menikmati setiap gelanyar yang membuatnya hampir tidak bisa menahan diri.Ia naik menciumi bibir Irene, mereka berciuman begitu lembut, “Luar biasa, Irene.” Bisiknya parau dengan suara yang sarat akan gairah tepat di depan bibir Irene.Nafas Irene terdengar berat, ia dapat merasakan perutnya terasa penuh tapi inti kewanitaannya tidak perih sama sekali, hanya ada perasaan aneh yang menggelitik tubuhnya saat milik mereka bergesekan.Gerald tersenyum tipis, membelai rambut Irene, kembali menciumi wanita cantik itu, “Cantik…” sembari ia mulai menggerakkan p
“Gerald… Tu-tunggu… Kamu mau apa?” Irene panik melihat Gerald yang berdiri di sisi ranjang, membungkuk dan ingin mengangkat tubuhnya.“Mandi,” jawab Gerald tegas, matanya tidak berpaling dari wajah Irene.“Aku bisa sendiri,” Irene menahan tangan Gerald, berusaha menunjukkan bahwa ia tidak ingin merepotkannya.Namun, Gerald mengabaikan protesnya. Dengan kekuatan yang lembut namun pasti, ia tetap mengangkat tubuh Irene ala bridal.Irene otomatis mengalungkan tangannya di leher Gerald, merasakan detak jantungnya yang cepat. Ia malu dengan keadaannya yang sekarang begitu polos, hanya dibalut selimut tipis yang hampir tidak menutupi apapun.Kulit mereka bersentuhan tanpa penghalang, menciptakan aliran listrik yang membuat Irene merinding. “Gerald… Aku…” suara Irene terhenti, tidak tahu harus melanjutkan apa.Cup! Bukannya jawaban yang ia dapatkan, Gerald mengecup kening Irene dengan lembut. “Diam saja,” bisiknya, nada suaranya membuat hati Irene bergetar.Pria tampan itu berjalan maju, memb
Bab 16Apa yang dikatakan Gerald tadi, ia aminkan. Selama beberapa jam, ia dan Irene saling bercumbu dan menyalurkan hasrat mereka. Dari kamar mandi, mereka berpindah ke kamar, kemudian ke sofa, ruangan walk in closet, dan bahkan ruang tamu.Gerald yang ingin menghubungi asistennya untuk membatalkan semua jadwalnya, akhirnya membawa semuanya kembali ke kamar. Mereka terus bercinta, terhanyut dalam gelombang cinta dan gairah.Saat ini, Irene tertidur pulas, begitu juga Gerald. Mereka saling berpelukan, dengan tubuh polos yang hanya tertutup oleh selimut.Irene pertama membuka matanya, sedikit kesulitan bergerak. Ia sadar bahwa saat ini ia dipeluk erat oleh Gerald, bahkan bibir pria itu tepat berada di keningnya.Irene menggigit bibir bawahnya, "Dia masih tidur kan?" pikirnya sambil perlahan memindahkan tangan Gerald. Ia ingin bangkit, namun merasa ragu.Kemudian, ia memundurkan kepalanya, “Huft!” Ia menarik napas lega saat berhasil lepas dari pelukan Gerald. Dengan hati-hati, ia berusah
Bab 17Irene menggigit bibir bawahnya, dengan wajah merona ia membuka kedua pahanya. Memperlihatkan area kewanitaannya kepada Gerald."Damn!" Gerald mengumpat, matanya terfokus pada area yang terbuka.Irene kaget dan kembali merapatkan pahanya, "Biar aku saja.""Tahan!" Gerald segera mengangkat tangan, mencegah Irene menutup dirinya lagi.Gerald membuka wadah obat pereda nyeri tersebut dan mengusap dengan hati-hati di area kemerahan, "Maaf." Ucapanya sedikit berbisik, suaranya penuh empati.Perasaan Irene kembali terombang-ambing, baru beberapa jam ia bersama Gerald, tetapi sikap Gerald selalu membuatnya membandingkan dengan suaminya sendiri yang tidak pernah peduli kepada dirinya. Bahkan di saat ia merasa sakit, suaminya itu tidak peduli selama hasratnya terpuaskan.Berbeda dengan pria yang saat ini tanpa ragu mengobati dirinya. Irene merasa sebuah ketulusan dan kehangatan, namun berusaha menyembunyikan perasaannya."Sssss..." Irene mendesis pelan saat jari-jemari Gerald terus menyent
Bab 24Diperjalanan Irene hanya menatap keluar kaca mobil.Hingga mereka tiba di sebuah Gedung tinggi, area apartment tempat Irene tinggal. Irene menoleh kea rah Gerald, ia memberikan senyuman tipis, “Terimakasih atas tumpangannya.”Wanita cantik itu memainkan jemarinya, dengan suara pelan ia berkata, “Aku… Aku menganggap pertemuan kita kali ini adalah sebuah kesengajaan yang tak perlu di ingat, Gerald. Terimakasih untuk pakaian ini. Dan maaf sudah menyusahkanmu, membuatmu terlibat sampai akhir.”Irene tak berani mengangkat wajahnya, ia sadar jika saat ini Gerald tengah menatapnya dengan intens.“Irene…”“Hmm?”Gerald yang memang menggenggam tangan Irene, menaikkan tangannya, memberikan kecupan lembut di punggung tangan wanita cantik itu, “Look at me.”Seperti kata-kata hipnotis, Irene menoleh saat Gerald memintanya, entah dia yang gila atau alam bawah sadarnya yang sudah terbiasa akan hal itu.Gerald tersenyum tipis, senang Irene tak membantah, ia membelai wajah cantik Irene, “Apa ti
Bab 23Berbalut dress berwarna hitam dari salah satu brand mewah, Irene terlihat sungguh mempesona. Rambut hitamnya terurai dengan indah, kulit putihnya terlihat semakin bercahaya, membuatnya tampak seperti seorang putri malam.Gerald terpesona untuk kesekian kalinya, matanya tidak bisa berpaling dari kecantikan Irene. Pria itu menghampiri Irene, berdiri tepat di depan Irene. "Cantik." dengan suara rendah ia melingkarkan kedua tangannya di pinggang ramping Irene."Terimakasih. Aku menerimanya karena tidak ada pilihan lain, maaf." Irene merasa tidak enak hati harus menerima pakaian senilai ribuan dollar itu.Gerald tersenyum tipis, mengusap lembut punggung Irene, "Semua yang di dalam sana adalah milikmu." Suaranya lembut, namun tetap memiliki nada yang dominant."Tetap saja..." Irene masih merasa tidak nyaman dengan kemewahan yang diberikan kepada dirinya."Ssssttt..." Gerald membisikkan, membuat Irene terdiam. Jarak mereka yang begitu dekat membuat jantung Irene berdegup dengan cepat.
Bab 22Gerald mengaminkan apa yang ia katakan, semalam ia benar-benar memakan Irene dengan lahap, di setiap inchi tubuh Irene tidak ia lewatkan barang sejengkal.Bahkan untuk malam mereka pun, Gerald meminta pelayan yang menyiapkannya saat Irene tertidur.Namun setelah menyantap makan malam, Gerald kembali melahap Irene di atas meja makan seperti saat ini.“Ah Gerald… Apa kau ingin melakukannya lagi?” Irene kembali di buat mendesah dengan kaki yang terbuka lebar di atas meja makan berbahan marmer itu.Melihat Gerald yang melahap miliknya di bawah sana tiada henti, bahkan ia sudah mendapatkan orgasme pertamanya tapi Gerald tak kunjung berhenti menjilati dan melumat liang kewanitaannya.“Oh! Stop! Stop!” Irene kembali menjerit, mengunci tubuhnya, bahkan kuku-kuku jarinya terlipat ke dalam saat serangan Gerald semakin intens.Desakan dalam perutnya kembali siap meledak, “Ge-gerald…! Ah!”“Hah… Hah… Hah…!” Nafas Irene tersengah-sengal, tubuhnya kembali bergetar hebat.Gerald meraih tangan
"Aku tidak ingin kamu kembali. Tinggallah denganku, Irene." Suara Gerald terdengar begitu serius, membuat Irene tercenung.Irene diam, mencerna apa yang baru saja ia dengar, "Aku akan pura-pura tidak mendengarnya." Ia berusaha untuk menghindari topik tersebut, namun Gerald tidak mungkin menyerah begitu saja."Irene, please." Gerald mendekat, matanya memandang Irene dengan intensitas yang meningkat, suaranya penuh harapan.Mata Irene sayu, "Aku mohon, jangan membuatku berada di posisi yang sulit, Gerald. Saat ini aku hanya menjalankan pekerjaanku." Ia berusaha untuk menjelaskan, namun Gerald tampaknya tidak terpengaruh."Tapi aku tidak berpikir demikian, Irene." Gerald mengambil langkah lebih dekat, suaranya rendah dan penuh emosi.Irene tersenyum sangat tipis bahkan terkesan hambar, "Aku sudah menikah, suamiku menungguku di rumah." Ia mengeluarkan senjata terakhir, berharap itu akan membuat Gerald mundur.Gerald menurunkan tangannya, rahangnya mengeras, dadanya terbakar. Ia mengepalkan
Bab 20“Kamu sudah bangun?” Gerald menghampiri Irene yang saat ini tengah duduk di sofa sambil menonton drama di layer televisi 100 inch.Irene yang mendengar suara Gerald langsung menoleh, “Iya, dari tiga puluh menit yang lalu.”Gerald tersenyum, menunduk dan mengecup kening Irene, “Hmm, maaf. Aku tadi ada sedikit keperluan di luar.”Irene cukup terkejut, apa yang dilakukan Gerald saat ini terlihat begitu alami.“Y-ya. Tidak masalah.”“Sudah makan?”Irene menggeleng pelan, “Belum lapar.” Ia memang melihat makanan tersaji di meja makan. Tapi ia merasa sungkan untuk langsung menyantapnya.Gerald menghela nafas, ia melihat jam tangannya, waktu sudah menunjukkan pukul tiga sore, “Hah! Ayo temani, aku sudah lapar.” Ujar Gerald santai sembari membuka jasnya, meletakkannya di atas sofa, lalu menarik lembut tangan Irene.Usai menghabiskan pagi panas mereka, Irene kembali tertidur. Dan di saat itulah Gerald menyempatkan diri untuk menyelesaikan beberapa keperluannya. Tidak lupa meminta pelaya
Bab 19“Maaf.” Irene mengalihkan pandangannya, membuka kedua pahanya, menyerahkan diri pada kehendak Gerald. Baru saja ia mengalihkan pandangannya, ia kembali dibuat terkejut dengan apa yang dilakukan Gerald. Jari-jari lembutnya menyentuh area paling intimnya, membuat Irene terlonjak."Ah! Ge-gerald... A-pa yang kamu lakuin?" suara Irene tertahan dengan desakan geli di inti tubuhnya. Matanya terbuka lebar, mencoba memahami tindakan Gerald.Gerald mengangkat wajahnya dan menatap Irene dengan pandangan yang sulit Irene tebak, "Tentu saja mengobatimu... Slurp!" Suara Gerald yang rendah dan berat membuat Irene merasa geli dan malu pada saat yang sama."Oh... Gerald... Stop! Ah! Bukannya ada bekas obat di sana?" Irene mencoba menahan Gerald, tangannya mencengkeram udara, mencari sesuatu untuk dipegang."It's lickable!" jawab Gerald asal, kembali melanjutkan aktifitasnya tanpa peduli dengan protes Irene. Lidahnya melintasi setiap inci kulit Irene, membuatnya semakin tergelitik."Hah! Pria in
Bab 18“Teflon itu yang mana?” tanya Gerald dengan ekspresi datarnya, seolah itu bukanlah sesuatu yang aneh.Irene memejamkan mata dan menghela nafas, ia mengambil teflon yang sudah dipakai Gerald, "Ini." ujarnya singkat, berharap Gerald bisa mengerti."Oh, ok!" jawab Gerald acuh kemudian membuka lemari dapur satu persatu, hingga akhirnya dia mendapatkan sesuatu yang berbeda tetapi mirip, "Ini saja?"Irene menoleh, lagi-lagi ia dibuat kehabisan kata-kata oleh Gerald, "Itu bukan teflon tapi wok pan.""Ini saja, lagi pula ini lebih bagus karena jauh lebih besar." Gerald menaruhnya langsung di atas kompor."Look? More better!" ujarnya puas, seolah semua masalah telah teratasi."Hah! Terserah kamu saja!" Irene menyerah dan melanjutkan untuk memanggang daging. Ia memberikan bumbu yang ada di atas meja dapur, meraciknya sedikit kemudian memanggangnya.Cisssss! Suara daging yang mulai matang membuat aroma menggoda memenuhi dapur."Hati-hati...!" Gerald memeluk Irene dari belakang dan mengangk
Bab 17Irene menggigit bibir bawahnya, dengan wajah merona ia membuka kedua pahanya. Memperlihatkan area kewanitaannya kepada Gerald."Damn!" Gerald mengumpat, matanya terfokus pada area yang terbuka.Irene kaget dan kembali merapatkan pahanya, "Biar aku saja.""Tahan!" Gerald segera mengangkat tangan, mencegah Irene menutup dirinya lagi.Gerald membuka wadah obat pereda nyeri tersebut dan mengusap dengan hati-hati di area kemerahan, "Maaf." Ucapanya sedikit berbisik, suaranya penuh empati.Perasaan Irene kembali terombang-ambing, baru beberapa jam ia bersama Gerald, tetapi sikap Gerald selalu membuatnya membandingkan dengan suaminya sendiri yang tidak pernah peduli kepada dirinya. Bahkan di saat ia merasa sakit, suaminya itu tidak peduli selama hasratnya terpuaskan.Berbeda dengan pria yang saat ini tanpa ragu mengobati dirinya. Irene merasa sebuah ketulusan dan kehangatan, namun berusaha menyembunyikan perasaannya."Sssss..." Irene mendesis pelan saat jari-jemari Gerald terus menyent
Bab 16Apa yang dikatakan Gerald tadi, ia aminkan. Selama beberapa jam, ia dan Irene saling bercumbu dan menyalurkan hasrat mereka. Dari kamar mandi, mereka berpindah ke kamar, kemudian ke sofa, ruangan walk in closet, dan bahkan ruang tamu.Gerald yang ingin menghubungi asistennya untuk membatalkan semua jadwalnya, akhirnya membawa semuanya kembali ke kamar. Mereka terus bercinta, terhanyut dalam gelombang cinta dan gairah.Saat ini, Irene tertidur pulas, begitu juga Gerald. Mereka saling berpelukan, dengan tubuh polos yang hanya tertutup oleh selimut.Irene pertama membuka matanya, sedikit kesulitan bergerak. Ia sadar bahwa saat ini ia dipeluk erat oleh Gerald, bahkan bibir pria itu tepat berada di keningnya.Irene menggigit bibir bawahnya, "Dia masih tidur kan?" pikirnya sambil perlahan memindahkan tangan Gerald. Ia ingin bangkit, namun merasa ragu.Kemudian, ia memundurkan kepalanya, “Huft!” Ia menarik napas lega saat berhasil lepas dari pelukan Gerald. Dengan hati-hati, ia berusah