Home / Romansa / Hasrat Sang Guru / 50. Pemanasan

Share

50. Pemanasan

Author: Jnana
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

“Aku akan memasang kamera dulu. Kau bersiap-siaplah.” Pinta Krish pada Grisse yang masih memandangi lembaran kertas dengan serius.

“Apa yang harus aku lakukan?” Tanya Grisse sambil mengangkat bahu. Krish tertawa karena baginya pertanyaan Grisse terdengar lucu.

“Merias diri mungkin? Atau kau ingin menata rambutmu?” Ternyata Krish kesulitan juga mendeskripsikan instruksinya sendiri.

“Kau tidak melakukan apa pun, bagiku tidak masalah karena aku suka dirimu yang apa adanya.” Bisik Krish sambil menyelipkan anak rambut ke belakang telinga Grisse. Grisse mengangguk perlahan.

“Baguslah karena aku tidak bisa merias diri.” Jawab Grisse sambil menyugar rambutnya beberapa kali. Krish tersenyum menanggapi kalimat Grisse. Ia kemudian kembali berkutat dengan kamera serta penyangganya. Krish menggerakkan kamera beberapa kali guna memperoleh posisi yang tepat untuk kameranya merekam aktivitasnya dan Grisse di atas tempat tidur.

“Sempurna.” Ujar Krish dengan helaan napas lega karena akhirnya ia berhas
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Hasrat Sang Guru   51. Melankolia

    “Kau siap?” Tanya Krish sambil menyentuh tangan Grisse perlahan. Yang ditanya hanya menganggukkan kepala sebagai jawaban. Tetiba, Grisse diserang rasa gugup yang teramat mengganggu dirinya. Terlebih ketika bayangan akan percintaan yang panas dan penuh gairah dengan Krish beberapa kali berkelebat dalam benaknya. “Krish, apa kau merasa gugup?” Tanya Grisse sambil menatap lurus ke arah netra Krish. Laki-laki itu langsung menggeleng.“Kau gugup?” Krish balik bertanya. Grisse mengangguk.“Kenapa?” “Entahlah.” Grisse tidak yakin dengan dirinya.“Kau memikirkan sesuatu?” Tanya Krish dengan kerlingan menggoda. Grisse kembali mengangguk.“Aku membayangkan kita….” Grisse tak kuasa melanjutkan kalimatnya. Gadis itu menunduk karena tersipu.“Kita bercinta lebih hebat dari sebelumnya.” Tebak Krish yang diikuti anggukan lemah Grisse. Krish langsung memeluk Grisse. Merengkuh kepala gadis itu dalam dekapannya. Krish akui ia juga gugup. Ia juga mempunyai pikiran yang sama dengan Grisse. Meskipun ini

    Last Updated : 2024-10-29
  • Hasrat Sang Guru   52. Mulai Lagi

    Grisse memilih melangkah menjauhi tempat tidur. Gairah yang tadinya menggebu, kini langsung sirna begitu ia memikirkan kemungkinan-kemungkinan akan berpisah dengan Krish. Dengan tubuh polosnya, Grisse melangkah menuju dinding kaca yang terbuka tirainya. Pandangannya langsung tertuju pada bangunan hotel yang berada tepat di depannya. Di hotel itulah, Grisse dan Vidwan bercinta dengan disaksikan banyak pasang mata. Grisse tersenyum sinis, juga miris, jika teringat betapa bodohnya dia. Mau saja menurut demi memuaskan fantasi gila Vidwan.Krish yang memilih untuk tetap duduk di tepian ranjang, tidak juga mau melepas pandangan dari sosok Grisse. Krish tahu pikiran Grisse sedang kalut. Sekalut pikiran Krish sendiri, tapi Krish tidak mau berlarut-larut dalam mengikuti pikirannya. Prinsipnya, selama belum terjadi, maka tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Dan Krish ingin sekali Grisse juga bisa mempunyai pikiran seperti itu. Setelah beberapa saat berlalu tanpa aktivitas yang berarti, Krish kem

    Last Updated : 2024-10-29
  • Hasrat Sang Guru   53. Di Atas

    "Kau mau di atas?" Tanya Krish dengan napas terengah. Krish dan Grisse baru saja mengakhiri sesi pertama bercinta mereka dengan gaya yang terbilang sering mereka terapkan. Grisse tidak langsung menjawab. Gadis itu justru bereaksi dengan memejamkan kedua matanya kemudian diikuti dengan deret atas geliginya menggigit bibir bagian bawah. Cuping hidung Grisse juga kembang kempis sedari tadi, pertanda gadis itu tengah menahan diri agar tidak lepas kendali. "Hey!" Krish mencolek puncak hidung Grisse. Gadis itu sontak membuka kelopak matanya karena terkejut. Gigitan pada bibir bawah yang terlepas membuat sepasang bibirnya membuka, membentuk lingkaran yang tidak sempurna. "Bibirmu bisa berdarah jika terus kau gigiti seperti itu." Ujar Krish seraya menelengkan kepalanya. Lantas, laki-laki itu mengulum senyum tatkala dilihatnya Grisse yang semakin salah tingkah. Krish juga gemas melihat Grisse yang perlahan memerah mukanya. "Aku tahu kau menginginkannya." Ujar Krish yang kemudian memilih b

    Last Updated : 2024-10-29
  • Hasrat Sang Guru   54. Phallus

    Grisse menanti Krish untuk memulai kembali permainan dengan harap-harap cemas. Pasalnya, Krish meminta Grisse untuk membungkukkan badan dan sedikit membentangkan jarak di antara kedua kakinya. Dalam posisi seperti ini, kecemasan Grisse lebih didasarkan pada satu hal: lupa. Ya, Grisse sangat khawatir Krish lupa dengan apa yang pernah disampaikannya pada laki-laki itu dulu. Aku tidak mau bagian belakangku dimasuki apa pun.Meskipun Grisse mengatakannya dengan nada bercanda, tapi ia melakukannya semata-mata agar Krish tidak tersinggung. Grisse tidak tahu kebiasaan apa saja yang dilakukan Krish ketika berhubungan intim. “Krish.” Panggil Grisse yang mulai merasakan pegal pada area bahu juga punggungnya. Krish tidak menyahut. "Krish, apa kau mendengarku?" Ulang Grisse yang telah menegakkan punggungnya akibat menunggu Krish terlalu lama. Grisse langsung memutar tubuhnya, mencari tahu keberadaan Krish dan apa yang sedang laki-laki itu kerjakan sehingga tidak sempat menyahut panggilannya.

    Last Updated : 2024-10-29
  • Hasrat Sang Guru   55. Sampai Jumpa

    Lidah Krish kelu. Terasa sulit untuk digerakkan. Untuk menutupi rasa tidak nyaman dalam hatinya, Krish membingkai wajah Grisse dengan kedua telapak tangan. "Aku harus pulang selama beberapa hari." Bisik Krish lembut. Grisse tidak menjawab, namun sorot mata gadis itu menyiratkan kesedihan."Maaf, aku tidak bisa mengajakmu." Lanjut Krish masih dengan suara lirih. Sungguh kalimat Krish membuat otak Grisse hanya mampu memikirkan satu hal. Krish akan dijodohkan."Apa orang tuamu ingin mengenalkanmu pada seseorang?""Tidak. Tidak seperti itu. Aku pulang untuk menghadiri acara Aditi. Dia akan menikah besok."Seketika sorot sendu dari sepasang manik mata Grisse bersinar, memancarkan binar kebahagiaan. "Benarkah? Aditi akan menikah? Kalau begitu sampaikan salam dan ucapan selamat dariku untuknya. Kapan kau akan berangkat? Sebelum berangkat, bisakah kita pergi membeli sesuatu? Aku ingin membeli hadiah untuk Aditi." Ocehan Grisse membuat Krish menggeleng lalu tertawa."Ucapkan satu-satu dan p

    Last Updated : 2024-10-29
  • Hasrat Sang Guru   56. Kisah

    "Krish!" Pekik Aditi. Gadis itu girang bukan kepalang melihat sosok adiknya di ambang pintu rumah keluarga mereka. Sepasang netra indah milik Aditi juga berbinar. Menunjukkan keriangan yang sama dengan anggota tubuh lainnya. “Kau datang, Krish.”"Tentu saja aku tidak akan melewatkan momen istimewamu, Kak." Balas Krish sambil merentangkan tangan, menyambut Aditi yang menghambur untuk memeluknya sebentar."Bukan istimewa, Krish, tapi teristimewa." Aditi menyebut kata yang menunjukkan derajat kesangatan itu sambil memberi penekanan pada setiap suku katanya. Tentu saja ekspresi Aditi membuat Krish tersenyum lebar. Krish sangat paham dengan koreksi Aditi. Pernikahan tentu menjadi momen paling istimewa bagi semua gadis di dunia. Aditi pernah mengatakan bahwa pernikahan ibarat sebuah gerbang, gerbang bagi seorang perempuan bertransformasi, dari anak gadis menjadi istri juga ibu. “Ya, baiklah. Teristimewa.” Ulang Krish sambil kembali menarik kakaknya ke dalam pelukan. Krish lega setelah mel

    Last Updated : 2024-10-29
  • Hasrat Sang Guru   57. Video Nakal

    “Apa yang kau katakan tadi?” Ulang Aditi seraya mendorong dada Krish agar pelukan mereka terurai. “Tidak ada.” Balas Krish. “Bohong!”“Tidak!”“Samar-samar aku mendengar kau menyebut nama Vidwan tadi.” Aditi sangat yakin pendengarannya tidak salah."Kau salah dengar. Aku tidak mengatakan apa pun." Krish bersikukuh dengan pendiriannya.“Ck, setelahnya aku juga mendengar nama… Grisse. Ya, kau menyebut nama Grisse.” Untuk kali ini sebenarnya Aditi kurang begitu yakin.“Ck, kau selalu ngotot.” Krish berdecak kesal. Dalam sekejap, dua bersaudara yang tadinya rukun kini sama-sama mendengungkan perselisihan. "Siapa Grisse?"Sebuah suara alto yang tetiba terdengar serta merta membuat Krish dan Aditi menoleh ke arah yang sama. Itu suara ibu mereka. Krish mendelik marah pada Aditi sebelum akhirnya menjawab pertanyaan sang ibu."Dia asistenku, Bu." Ujar Krish sambil menghambur ke arah sang ibu."Asisten? Seingatku dia laki-laki." Kejar sang ibu yang terlihat tidak puas dengan jawaban sang put

    Last Updated : 2024-10-29
  • Hasrat Sang Guru   58. Boutonniere

    "Krish, bagaimana penampilanku?" Setengah berlari, Aditi menghampiri Krish yang tengah sibuk dengan kameranya. Krish mengangkat kepalanya, melihat ke arah Aditi yang berputar beberapa kali. "Kau sangat cantik dengan saree merah itu." Jawab Krish yang kembali menekuri benda optik di tangannya."Aku pernah melihat Grisse memakai saree merah." Kalimat Aditi tentu saja menarik perhatian Krish."Grisse?" Sebut Krish dengan alis nyaris bertaut. Aditi mengangguk."Aku bertemu Grisse dan Vidwan di depan hotel. Waktu itu Vidwan mengatakan bahwa ia hendak mengantar Grisse sekaligus menyaksikan pernikahannya. Apa kau tahu siapa yang menikahi Grisse?" Aditi mematri pandangan pada Krish yang berusaha menyembunyikan keterkejutan. "Kau tidak mengencani istri orang, kan?" Tanya Aditi dengan wajah prihatin.Tawa Krish langsung berderai. Krish menduga Aditi kembali mencurigai sesuatu."Sembarangan! Aku tidak sehina itu, Kak!" Bela Krish."Karena kau tidak segera menjawab pertanyaanku, Adikku yang tam

    Last Updated : 2024-10-29

Latest chapter

  • Hasrat Sang Guru   75. Keberpihakan Takdir

    “Pagi!” Sapa Krish ketika Grisse membuka kedua matanya perlahan. Grisse menjawab kemudian menggeliat, mencoba meregangkan tubuhnya yang terasa pegal luar biasa. “Kau pasti kelelahan.” Imbuh Krish sambil memandang penuh ketertarikan pada wajah Grisse. Satu tangan laki-laki itu bergerak perlahan, menyingkirkan anak rambut dari wajah khas bangun tidur sang kekasih. Grisse tersenyum kemudian mengangguk. Bagaimana tidak kelelahan jika sepanjang malam mereka sibuk bergulat di atas ranjang. Bagi Grisse, Krish seperti menggila tadi malam. Stamina laki-laki itu mendadak menjadi luar biasa. Padahal Grisse seratus persen yakin bahwa Krish tidak mengonsumsi apa pun sebelumnya. Tidak ada jenis makanan afrodisiak dalam menu makan malam mereka kemarin. Krish juga terkesan enggan membiarkan waktu berlalu begitu saja, terbuang percuma istilahnya. Dan yang terpenting dari semuanya, dari semua kenangan indah yang diciptakannya bersama Krish tadi malam adalah perasaan Grisse. Ya, Grisse merasa senang b

  • Hasrat Sang Guru   74. Jadilah Milikku

    Grisse menatap sedih bangunan rumah Krish yang setiap sudutnya dikenalnya dengan baik. Tidak, bukan hanya baik tapi bisa dikatakan sangat baik. Rumah Krish telah menjelma menjadi tempat terfavorit bagi Grisse sehingga ada rasa tidak rela ketika ia mendapati kenyataan bahwa dirinya akan segera meninggalkan rumah itu.Krish yang telah melepas sabuk pengamannya, melihat ke arah Grisse yang sedari tadi sangat irit bicara. Gadis di sampingnya itu terlihat lebih pendiam dari biasanya. Sangat kentara jika pikirannya tengah berkecamuk saat ini. “Ada apa?” Pertanyaan Krish membuat Grisse menoleh. Gadis itu mengerjap beberapa kali, berusaha menahan bulir bening yang telah menggenang di kelopak matanya, sebelum akhirnya menggeleng. Krish ingin kembali bersuara, tapi urung ketika Grisse dengan gerakan cepat melepas sabuk pengaman lalu membuka pintu mobil.“Kurasa kopermu tidak perlu diturunkan.” Saran Krish ketika tangan Grisse telah menyentuh pintu bagasi. “Aku membutuhkan beberapa pakaian unt

  • Hasrat Sang Guru   73. Siksaan

    Grisse tidak menggubris pertanyaan Krish. Gadis itu lebih memilih mengepak barang-barangnya dengan cepat. Beruntung, barang yang dimiliki Grisse tidak terlalu banyak. Sejak awal sebelum berangkat, Grisse memang bertekad untuk tidak membawa terlalu banyak barang. Ia berusaha seefisien mungkin. Berusaha menyediakan seluas mungkin ruang kosong dalam kopernya. Semua itu dilakukan Grisse agar ia bisa membawa buku-buku yang dibelinya selama menjadi peserta program pertukaran mahasiswa. Sementara Krish, laki-laki itu yang sangat tahu jika dirinya diabaikan oleh Grisse, akhirnya lebih memilih untuk mengamati Grisse berkemas. Diam-diam, Krish memuji kepiawaian Grisse dalam mengepak barang-barangnya yang bisa muat dalam satu koper besar. Krish menjadi sangat tertarik ketika Grisse melipat kaos-kaosnya menjadi super kecil hingga kemudian dijejalkan di sela-sela barang lainnya. Krish sempat menahan napas ketika dengan susah payah Grisse akhirnya berhasil menutup koper dan menguncinya.“Hah….” Hel

  • Hasrat Sang Guru   72. Ketakutan (tak) Beralasan

    Grisse masih bergeming. Pertanyaan Aditi jelas membuatnya tersudut. Di saat seperti ini, Grisse sangat berharap Vidwan buka suara untuk mengklarifikasi semuanya. "Grisse…." Hati-hati, Aditi memanggil nama Grisse sambil menyentuh punggung tangan gadis itu lembut. Aditi terlihat sangat tegang. Sangat kentara jika Aditi sebenarnya juga takut mendengar jawaban Grisse. Antara takut dan tidak siap, tepatnya."Oh, itu…." Grisse berusaha menjawab dengan suara sejernih mungkin. Sedikit saja terdengar getar dalam suaranya akan membuat Aditi curiga. Grisse sengaja menggantung kalimatnya, berusaha mengulur waktu. Gadis itu sibuk memutar otak untuk menemukan jawaban yang menurutnya terbaik."Aku tidak tahu. Aku hanya diminta mengantarkannya ke kantor Pencatatan Pernikahan." Tanpa Grisse dan Aditi duga, Vidwan akhirnya buka suara. Sayangnya, Grisse justru tidak suka mendengar jawaban Vidwan.Sialan!Berengsek!Serta berbagai kata makian lainnya, Grisse tujukan pada Vidwan meskipun dalam hati.Adit

  • Hasrat Sang Guru   71. Tegang

    “Krish… kau sudah siap?” Tanya Grisse dari arah meja makan. Gadis itu sudah rapi dalam balutan kemeja warna putih dengan rok pensil berwarna hitam sebatas lutut. Sebuah blazer berwarna senada dengan rok diletakkan Grisse pada salah satu sandaran kursi makan. Krish menyahut sambil menuruni anak tangan dengan setengah berlari.“Kemeja dan dasi?” Tanya Grisse keheranan melihat penampilan Krish. Tidak biasanya Krish bekerja dengan “kostum” seperti ini: Kemeja lengan panjang polos berwarna putih tulang yang terlihat serasi dengan dasi motif garis dengan warna dasar abu tua. Celana hitam dari bahan kain dengan bekas lipatan berupa garis vertikal di bagian depan celana membuat penampilan Krish sempurna. Penampilan Krish ini tentu saja berbanding terbalik dengan kebiasaan laki-laki itu. Andalan Krish, untuk urusan pakaian kerja, biasanya adalah kaos hitam dipadu dengan kemeja motif kotak dari bahan flanel yang tidak dikancingkan serta celana jin.“Ada apa dengan… penampilanmu, Krish?” Pertany

  • Hasrat Sang Guru   70. Sentuhan Fisik

    “Hey, kau sudah bangun?” Sapa Krish, tepat ketika Grisse menyandarkan punggungnya pada kepala tempat tidur. Grisse menjawab pertanyaan Krish dengan senyuman disertai anggukan pelan.“Hai, Krish.” Balas Grisse sambil menatap sosok Krish yang sedikit berkeringat. Bulir-bulir keringat tampak meleleh dari kening Krish.“Selamat pagi, Sayang.” Sapa Krish. Laki-laki itu kemudian menyeka peluh di keningnya dengan punggung tangan. “Selamat pagi. Ke marilah, Krish.” Pinta Grisse sambil menepuk sisi kanan tubuhnya. Krish menurut. Perlahan, ia melangkah mendekat ke arah Grisse. Ekspresi wajah Krish penuh tanya. Ia memang penasaran dengan permintaan Grisse untuk mendekat pada gadis itu.“Beri aku pelukan selamat pagi, Krish.” Lanjut Grisse sambil merentangkan kedua lengannya, menyambut Krish ke dalam pelukannya. “Tentu, tapi maaf aku sangat berkeringat.” Balas Krish sambil membungkuk sekaligus mencondongkan tubuhnya.“Tidak masalah. Aku juga baru bangun tidur. Tubuhku pun masih bau.” Grisse ber

  • Hasrat Sang Guru   69. Sama Rata

    Grisse memperlihatkan kekecewaan di wajahnya dengan teramat jelas. Pertanyaan yang baru saya ia lontarkan hanya dijawab dengan gelengan cepat Krish. Laki-laki itu memilih untuk tidak menjawab pertanyaan Grisse. Krish lebih suka menyimpan semuanya sendiri, menjadikannya rahasia yang akan dijaganya sampai batas waktu yang tidak Grisse ketahui.“Krish….” Desis Grisse sambil mencoba peruntungannya satu kali lagi. Dan sayangnya, Krish juga masih teguh dengan pendiriannya.“Aku tidak merencanakan apa pun.”Bohong! Kau pasti merencanakan sesuatu, Krish!Napas Grisse berubah tersengal. Ia seolah baru selesai melontarkan kalimat makian pada Krish. Padahal kenyataannya, kemarahan Grisse tidak pernah ia luapkan. Grisse hanya mampu marah dalam hati. Sudut terkecil hatinya mengatakan bahwa Krish pasti punya alasan untuk tidak mengatakan apa pun. Kejutankah?Krish pasti tahu bahwa Grisse sangat menyukai kejutan, tapi kejutan seperti apa yang akan diberikan Krish kali ini? Seandainya memang benar

  • Hasrat Sang Guru   68. Dua Malam

    “Mencariku?” Tanya Grisse dengan wajah semringah. Sepasang bibir gadis itu membentuk lengkung sempurna. Melukiskan senyum yang secara instan membuat wajah manisnya terlihat semakin manis. Laki-laki yang disapa Grisse dengan sebuah pertanyaan singkat itu sontak menoleh ke arahnya. “Tentu saja!” Jawab Krish lantang. Seolah enggan didahului detik yang akan berlalu, Krish segera mendekati Grisse yang berdiri tidak jauh darinya.“Bagaimana, apa jadwal presentasimu sudah keluar?” Tanya Krish sambil melingkarkan lengannya ke pinggang Grisse. Grisse memandangi tangan Krish yang telah mendarat di pinggangnya. Gadis itu kemudian meraih tangan Krish lalu menyingkirkannya dari tempatnya semula.“Kita di tempat umum, Krish.” Bisik Grisse dengan suara lembut namun tegas. Krish hanya nyengir kuda. “Aku tidak peduli. Justru aku ingin mereka tahu tentang hubungan kita.” “Jangan konyol, Krish. Aku tidak ingin membuat seluruh kampus heboh.” Grisse mulai menekuk wajahnya. Gadis itu kesal. Grisse tidak

  • Hasrat Sang Guru   67. Usai

    "Aku harus bertemu Vidwan!" Ujar Grisse dalam gerakan bibir yang teramat samar. Gadis itu kemudian membawa langkahnya menyusuri koridor yang menghubungkan seluruh ruangan dalam gedung kampus tersebut. Langkahnya mantap, semantap pendiriannya untuk menuntaskan apa yang mengganjal dalam hatinya setelah mendengar percakapan Krish dengan Vidwan tadi. Sebelumnya, Grisse memang sudah bertekad untuk mengakhiri semua hal yang berhubungan dengan Vidwan. Ia merasa harus menyudahi semua kisah yang melibatkan Vidwan di dalamnya. Grisse hanya tidak ingin bayangan Vidwan akan mengikutinya terus hingga ia tiba di negara asalnya.Ya, Grisse akan segera meninggalkan negara ini dalam waktu dekat. Program yang diikutinya hampir berakhir dan tidak lama setelahnya izin tinggalnya juga akan habis masa berlakunya. Hal-hal itulah yang membuat Grisse membulatkan tekadnya untuk menemui Vidwan. Kau adalah masa lalu! Kalimat itu terus-menerus didengungkan oleh Grisse. Sudah seperti merapal mantra saja bagi Gri

DMCA.com Protection Status