Home / Romansa / Hasrat Sang Guru / 34. Tidak Sabar(an)

Share

34. Tidak Sabar(an)

Author: Jnana
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Jika kemarin, ketika baru menginjakkan kaki di rumah Krish, Grisse terlihat sangat antusias untuk pergi ke pantai. Ia sampai membayangkan dirinya bermain ombak sepuas hati atau berjalan santai sambil memunguti cangkang kerang yang bagus bentuknya. Kini antusiasme itu seketika lenyap. Berganti dengan rasa gugup, canggung, dan malu yang diaduk menjadi satu. 

Janji Krish kembali terngiang di telinga Grisse. Sialnya, Grisse hafal luar kepala setiap kata yang diucapkan Krish. Laki-laki itu menjanjikan pengalaman bercinta yang berbeda: bercinta di pantai. Tepatnya bercinta di atas pasir pantai yang perlahan menghangat karena sinar matahari. 

Krish juga menjamin bahwa tidak akan ada seorang pun yang melihat mereka karena pantai ini tidak mungkin dikunjungi orang lain, kecuali orang itu berkunjung ke rumah Krish.

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Hasrat Sang Guru   35. Terkuaknya Rahasia

    Sialan!Grisse memaki dalam hati. Ia menyesal telah menaruh hati pada Krish. Ia juga menyesal karena terlalu cepat menilai Krish baik. Terlebih, mendapati kemungkinan bahwa Krish mengajaknya bercinta hanya untuk mengusir kebosanan laki-laki itu membuat Grisse semakin sakit hati. Krish, sama seperti Vidwan, memiliki pengalaman bercinta yang tidak sedikit. Hal ini membuat otak Grisse terus mengirim sinyal untuk membenci Krish. Namun, lagi-lagi, hatinya yang lemah seolah terus membuat penyangkalan. Hati Grisse merasa bahwa Krish tidak seperti Vidwan. Atau, singkatnya, Krish lebih baik dari Vidwan.Tidak mungkin Krish sejahat itu.Jangan mau dibutakan oleh kebaikan laki-laki, Grisse!Tidak! Krish memang baik.Hatimu lemah sekali.

    Last Updated : 2024-10-29
  • Hasrat Sang Guru   36. Paradoksal

    Untuk sesaat, Vidwan bergeming setelah mendengar apa yang dikatakan Grisse. Gadis itu menginginkan perpisahan. Grisse menghendaki mereka tidak lagi bersama dan terikat satu sama lain.Kenapa? Kenapa Grisse menginginkan itu?Vidwan yakin Grisse tidak sendirian untuk sampai pada keputusannya tersebut. Pasti ada orang lain yang memengaruhinya. Dan semua kecurigaan Vidwan mengarah pada satu orang. Ya, satu-satunya orang yang sangat mungkin melakukan itu.Krish.Vidwan yakin bahwa Krish-lah yang berada dibalik keputusan Grisse. Entah apa yang sudah dikatakan Krish, tapi karena kecurigaannya itu Vidwan menjadi semakin membenci Krish. Krish sudah lancang menyentuh Grisse dan berhubungan badan dengan istrinya dan laki-laki itu juga, pastinya, mendorong Grisse berani membuat kepu

    Last Updated : 2024-10-29
  • Hasrat Sang Guru   37. Jejak Sentuhan

    “Tentukan waktunya, Vidwan. Lalu kabari aku.” Ujar Krish sambil mengelap sudut-sudut bibirnya dengan serbet makan. “Agar aku bisa mengosongkan jadwal.” Imbuh Krish sembari meneguk air putih dalam gelas miliknya. Krish berdiri kemudian berpamitan pada Grisse dan Vidwan.“Aku pamit dulu. Ada janji dengan seseorang yang telah menungguku." Ujar Krish seraya mencuri pandang ke arah Grisse. Grisse yang tidak sengaja mengarahkan pandangan pada Krish, sontak menunduk."Terima kasih makan malamnya, Vidwan.” Krish mengulurkan tangan, mengajak Vidwan berjabat tangan. Tanpa ragu, Vidwan menyambut uluran tangan Krish. Mereka berjabatan dengan erat sambil sesekali berbasa-basi. Sementara Grisse, setelah mengelap mulutnya, ia akhirnya ikut berdiri sambil bersiap menyambut tangan krish bila laki-laki itu mengajaknya bersalaman.“Terima kasih, Grisse. Kau cantik sekali malam ini.” Tanpa ragu, Krish memuji penampilan Grisse. Pujian Krish memang terdengar tulus, tapi terdengar memuakkan di telinga Vid

    Last Updated : 2024-10-29
  • Hasrat Sang Guru   38. Mencari Tahu

    Kali ini Grisse benar-benar beranjak dari ranjang Krish. Laki-laki itu bertanya dan Grisse menjawabnya sambil berlalu pergi. Grisse menuju lemari pendingin kemudian mengambil salah satu kaleng minuman soda yang tersedia. Sebenarnya Grisse tidak menyukai minuman bersoda, namun tidak ada minuman dingin lainnya selain minuman bersoda yang bisa Grisse minum. Beberapa menit kemudian, Krish menyusul Grisse. Laki-laki itu sudah menanggalkan pakaian atasnya. Ya, Krish kini bertelanjang dada. Laki-laki itu, dengan langkah santainya, tengah berjalan mendekati Grisse yang sedang duduk di kursi meja makan.“Kau tadi bilang ingin menceritakan sesuatu.” Ujar Krish sambil menarik salah satu kursi untuk kemudian ia duduki. Grisse mengangguk setelah menyesap minuman dingin miliknya.“Kau siap mendengarnya?” Tanya Grisse dengan nada meremehkan. Krish meringis lalu mendengus keras.“Jujur, aku bukan pendengar yang baik, tapi kamu adalah pengecualian.” Krish terdengar seperti sedang menggombal sehingga G

    Last Updated : 2024-10-29
  • Hasrat Sang Guru   39. Sabotase

    Grisse segera mengeluarkan ponselnya dari dalam tas. Rencananya ia akan merekam apa yang dikatakan Vidwan kemudian mengirimkannya pada Krish. Setelah aplikasi perekam dalam ponselnya siap, Grisse menyapukan pandangan ke seluruh ruangan. Ia mencari tempat yang tepat sekaligus aman untuk menyembunyikan ponselnya. Klik. Suara pintu yang dibuka mengejutkan Grisse. Sudah tidak ada waktu lagi untuk mencari tempat paling aman untuk ponselnya. Grisse akhirnya menyembunyikan ponsel di balik bantal sofa yang kemudian ia sandari.“Hai.” Grisse beranjak dari duduknya untuk menyambut Vidwan. Sebenarnya, gadis itu gemetar luar biasa, namun ia berusaha menutupi dengan terus mengulas senyum. Beruntung Vidwan tidak menaruh curiga pada Grisse. Laki-laki itu melangkah mendekati Grisse lalu mencium pipi kanan dan kirinya bergantian.“Sudah lama menunggu?” Tanya Vidwan berbasa-basi. Grisse menggeleng gugup. Ia sengaja tidak bersuara karena takut suaranya bergetar sehingga membuat Vidwan curiga.“Kau mau

    Last Updated : 2024-10-29
  • Hasrat Sang Guru   40. Bermain Peran

    Napas Grisse mulai tersengal akibat jantungnya yang memompa darah lebih cepat. Sementara otaknya sibuk menduga di mana ia berada sekarang. Mobil yang membawanya telah berhenti cukup lama, tapi penculiknya belum memerintahkan dirinya untuk turun.Di mana aku?Ke mana penculik ini membawaku?Jangan-jangan penculik ini tidak membawaku pada Vidwan.Mendapati benaknya mempunyai pikiran seperti itu membuat Grisse menggigil. Jika itu benar adanya, artinya Grisse benar-benar diculik. Ia dibawa kabur oleh si penculik, bukannya diserahkan pada Vidwan.Panik mulai menyerang Grisse ketika ia menyadari bahwa hal seperti itu berpotensi untuk terjadi. Ia mencoba memberontak dengan mengentakkan kakinya, menggerakkan tubuhnya, serta mencoba berteriak meskipun itu mustahil adanya. Dalam pikiran Grisse, ia harus bisa membebaskan diri. Ia harus segera mencari bantuan atau pergi ke kantor polisi.Krish. Grisse teringat Krish. Bukankah laki-laki itu mengatakan bahwa ia akan berjaga di sekitar kampus? Jika

    Last Updated : 2024-10-29
  • Hasrat Sang Guru   41. Kasar

    Grisse bermaksud memohon pada si penculik agar dilepaskan, namun hal itu urung ia lakukan ketika merasakan dua tangan maskulin itu kembali menggerayangi pahanya. Lidah Grisse kelu. Segala bentuk perlawanan yang sebelumnya ada kini musnah, berganti desahan yang menunjukkan kenikmatan.Oh, kau murahan sekali, Grisse. Semudah itu kau takluk pada orang asing.Kau yakin dia Krish?Tanpa sadar Grisse menjawab ya untuk pertanyaan yang hanya ada dalam hatinya. Gerakan tangan Krish sempat terhenti karena suara Grisse, namun ketika ditunggu beberapa saat, Grisse tidak mengatakan apa pun lagi, Krish pun kembali melanjutkan aksinya.Andai laki-laki itu bukan Krish, apa yang akan kau lakukan? Tetap menikmati sentuhannya? Dasar kau murahan, Grisse.Grisse menggeleng untuk mengusir hujatan-hujatan dari dalam dirinya. Ia memang tidak bisa melihat siapa laki-laki yang bersamanya, tapi hati kecil grisse percaya bahwa Krishlah laki-laki itu. Krishlah yang berpura-pura sebagai penculik.Gelenyar nikmat k

    Last Updated : 2024-10-29
  • Hasrat Sang Guru   42. Gadis dalam Foto

    "Jangan ke mana-mana!" Ujar Krish yang kontan disambut kernyitan kening oleh Grisse."Kenapa?" Ada nada protes dalam suara Grisse."Kau harus tetap di sini sampai hari pemotretan ilustrasi tiba." Jawaban Krish mematik kebingungan lagi di wajah Grisse. Gadis itu hendak kembali membuka mulut, namun dengan cepat Krish menempelkan telunjuknya di bibir Grisse.“Sstt, jangan bertanya lagi. Ini semua demi kebaikanmu.” Krish kemudian melangkah mendekati tangga.“Apa susahnya memberi penjelasan, Krish!” Pekik Grisse kesal. Krish tetap menuruni anak tangga dan mengabaikan Grisse.Tepat ketika Krish mencapai lantai satu rumahnya, ponselnya berdering nyaring. Melihat nama Vidwan muncul dalam layar ponselnya membuat Krish terdiam. Ia menimbang sejenak, perlu atau tidakkah untuk menerima panggilan Vidwan. Nyatanya, Krish harus menerima panggilan itu karena ponselnya tidak mau berhenti mengeluarkan nada dering yang cukup nyaring.“Krish.” Sapa Vidwan di ujung lain panggilan. Krish hanya menjawab den

    Last Updated : 2024-10-29

Latest chapter

  • Hasrat Sang Guru   75. Keberpihakan Takdir

    “Pagi!” Sapa Krish ketika Grisse membuka kedua matanya perlahan. Grisse menjawab kemudian menggeliat, mencoba meregangkan tubuhnya yang terasa pegal luar biasa. “Kau pasti kelelahan.” Imbuh Krish sambil memandang penuh ketertarikan pada wajah Grisse. Satu tangan laki-laki itu bergerak perlahan, menyingkirkan anak rambut dari wajah khas bangun tidur sang kekasih. Grisse tersenyum kemudian mengangguk. Bagaimana tidak kelelahan jika sepanjang malam mereka sibuk bergulat di atas ranjang. Bagi Grisse, Krish seperti menggila tadi malam. Stamina laki-laki itu mendadak menjadi luar biasa. Padahal Grisse seratus persen yakin bahwa Krish tidak mengonsumsi apa pun sebelumnya. Tidak ada jenis makanan afrodisiak dalam menu makan malam mereka kemarin. Krish juga terkesan enggan membiarkan waktu berlalu begitu saja, terbuang percuma istilahnya. Dan yang terpenting dari semuanya, dari semua kenangan indah yang diciptakannya bersama Krish tadi malam adalah perasaan Grisse. Ya, Grisse merasa senang b

  • Hasrat Sang Guru   74. Jadilah Milikku

    Grisse menatap sedih bangunan rumah Krish yang setiap sudutnya dikenalnya dengan baik. Tidak, bukan hanya baik tapi bisa dikatakan sangat baik. Rumah Krish telah menjelma menjadi tempat terfavorit bagi Grisse sehingga ada rasa tidak rela ketika ia mendapati kenyataan bahwa dirinya akan segera meninggalkan rumah itu.Krish yang telah melepas sabuk pengamannya, melihat ke arah Grisse yang sedari tadi sangat irit bicara. Gadis di sampingnya itu terlihat lebih pendiam dari biasanya. Sangat kentara jika pikirannya tengah berkecamuk saat ini. “Ada apa?” Pertanyaan Krish membuat Grisse menoleh. Gadis itu mengerjap beberapa kali, berusaha menahan bulir bening yang telah menggenang di kelopak matanya, sebelum akhirnya menggeleng. Krish ingin kembali bersuara, tapi urung ketika Grisse dengan gerakan cepat melepas sabuk pengaman lalu membuka pintu mobil.“Kurasa kopermu tidak perlu diturunkan.” Saran Krish ketika tangan Grisse telah menyentuh pintu bagasi. “Aku membutuhkan beberapa pakaian unt

  • Hasrat Sang Guru   73. Siksaan

    Grisse tidak menggubris pertanyaan Krish. Gadis itu lebih memilih mengepak barang-barangnya dengan cepat. Beruntung, barang yang dimiliki Grisse tidak terlalu banyak. Sejak awal sebelum berangkat, Grisse memang bertekad untuk tidak membawa terlalu banyak barang. Ia berusaha seefisien mungkin. Berusaha menyediakan seluas mungkin ruang kosong dalam kopernya. Semua itu dilakukan Grisse agar ia bisa membawa buku-buku yang dibelinya selama menjadi peserta program pertukaran mahasiswa. Sementara Krish, laki-laki itu yang sangat tahu jika dirinya diabaikan oleh Grisse, akhirnya lebih memilih untuk mengamati Grisse berkemas. Diam-diam, Krish memuji kepiawaian Grisse dalam mengepak barang-barangnya yang bisa muat dalam satu koper besar. Krish menjadi sangat tertarik ketika Grisse melipat kaos-kaosnya menjadi super kecil hingga kemudian dijejalkan di sela-sela barang lainnya. Krish sempat menahan napas ketika dengan susah payah Grisse akhirnya berhasil menutup koper dan menguncinya.“Hah….” Hel

  • Hasrat Sang Guru   72. Ketakutan (tak) Beralasan

    Grisse masih bergeming. Pertanyaan Aditi jelas membuatnya tersudut. Di saat seperti ini, Grisse sangat berharap Vidwan buka suara untuk mengklarifikasi semuanya. "Grisse…." Hati-hati, Aditi memanggil nama Grisse sambil menyentuh punggung tangan gadis itu lembut. Aditi terlihat sangat tegang. Sangat kentara jika Aditi sebenarnya juga takut mendengar jawaban Grisse. Antara takut dan tidak siap, tepatnya."Oh, itu…." Grisse berusaha menjawab dengan suara sejernih mungkin. Sedikit saja terdengar getar dalam suaranya akan membuat Aditi curiga. Grisse sengaja menggantung kalimatnya, berusaha mengulur waktu. Gadis itu sibuk memutar otak untuk menemukan jawaban yang menurutnya terbaik."Aku tidak tahu. Aku hanya diminta mengantarkannya ke kantor Pencatatan Pernikahan." Tanpa Grisse dan Aditi duga, Vidwan akhirnya buka suara. Sayangnya, Grisse justru tidak suka mendengar jawaban Vidwan.Sialan!Berengsek!Serta berbagai kata makian lainnya, Grisse tujukan pada Vidwan meskipun dalam hati.Adit

  • Hasrat Sang Guru   71. Tegang

    “Krish… kau sudah siap?” Tanya Grisse dari arah meja makan. Gadis itu sudah rapi dalam balutan kemeja warna putih dengan rok pensil berwarna hitam sebatas lutut. Sebuah blazer berwarna senada dengan rok diletakkan Grisse pada salah satu sandaran kursi makan. Krish menyahut sambil menuruni anak tangan dengan setengah berlari.“Kemeja dan dasi?” Tanya Grisse keheranan melihat penampilan Krish. Tidak biasanya Krish bekerja dengan “kostum” seperti ini: Kemeja lengan panjang polos berwarna putih tulang yang terlihat serasi dengan dasi motif garis dengan warna dasar abu tua. Celana hitam dari bahan kain dengan bekas lipatan berupa garis vertikal di bagian depan celana membuat penampilan Krish sempurna. Penampilan Krish ini tentu saja berbanding terbalik dengan kebiasaan laki-laki itu. Andalan Krish, untuk urusan pakaian kerja, biasanya adalah kaos hitam dipadu dengan kemeja motif kotak dari bahan flanel yang tidak dikancingkan serta celana jin.“Ada apa dengan… penampilanmu, Krish?” Pertany

  • Hasrat Sang Guru   70. Sentuhan Fisik

    “Hey, kau sudah bangun?” Sapa Krish, tepat ketika Grisse menyandarkan punggungnya pada kepala tempat tidur. Grisse menjawab pertanyaan Krish dengan senyuman disertai anggukan pelan.“Hai, Krish.” Balas Grisse sambil menatap sosok Krish yang sedikit berkeringat. Bulir-bulir keringat tampak meleleh dari kening Krish.“Selamat pagi, Sayang.” Sapa Krish. Laki-laki itu kemudian menyeka peluh di keningnya dengan punggung tangan. “Selamat pagi. Ke marilah, Krish.” Pinta Grisse sambil menepuk sisi kanan tubuhnya. Krish menurut. Perlahan, ia melangkah mendekat ke arah Grisse. Ekspresi wajah Krish penuh tanya. Ia memang penasaran dengan permintaan Grisse untuk mendekat pada gadis itu.“Beri aku pelukan selamat pagi, Krish.” Lanjut Grisse sambil merentangkan kedua lengannya, menyambut Krish ke dalam pelukannya. “Tentu, tapi maaf aku sangat berkeringat.” Balas Krish sambil membungkuk sekaligus mencondongkan tubuhnya.“Tidak masalah. Aku juga baru bangun tidur. Tubuhku pun masih bau.” Grisse ber

  • Hasrat Sang Guru   69. Sama Rata

    Grisse memperlihatkan kekecewaan di wajahnya dengan teramat jelas. Pertanyaan yang baru saya ia lontarkan hanya dijawab dengan gelengan cepat Krish. Laki-laki itu memilih untuk tidak menjawab pertanyaan Grisse. Krish lebih suka menyimpan semuanya sendiri, menjadikannya rahasia yang akan dijaganya sampai batas waktu yang tidak Grisse ketahui.“Krish….” Desis Grisse sambil mencoba peruntungannya satu kali lagi. Dan sayangnya, Krish juga masih teguh dengan pendiriannya.“Aku tidak merencanakan apa pun.”Bohong! Kau pasti merencanakan sesuatu, Krish!Napas Grisse berubah tersengal. Ia seolah baru selesai melontarkan kalimat makian pada Krish. Padahal kenyataannya, kemarahan Grisse tidak pernah ia luapkan. Grisse hanya mampu marah dalam hati. Sudut terkecil hatinya mengatakan bahwa Krish pasti punya alasan untuk tidak mengatakan apa pun. Kejutankah?Krish pasti tahu bahwa Grisse sangat menyukai kejutan, tapi kejutan seperti apa yang akan diberikan Krish kali ini? Seandainya memang benar

  • Hasrat Sang Guru   68. Dua Malam

    “Mencariku?” Tanya Grisse dengan wajah semringah. Sepasang bibir gadis itu membentuk lengkung sempurna. Melukiskan senyum yang secara instan membuat wajah manisnya terlihat semakin manis. Laki-laki yang disapa Grisse dengan sebuah pertanyaan singkat itu sontak menoleh ke arahnya. “Tentu saja!” Jawab Krish lantang. Seolah enggan didahului detik yang akan berlalu, Krish segera mendekati Grisse yang berdiri tidak jauh darinya.“Bagaimana, apa jadwal presentasimu sudah keluar?” Tanya Krish sambil melingkarkan lengannya ke pinggang Grisse. Grisse memandangi tangan Krish yang telah mendarat di pinggangnya. Gadis itu kemudian meraih tangan Krish lalu menyingkirkannya dari tempatnya semula.“Kita di tempat umum, Krish.” Bisik Grisse dengan suara lembut namun tegas. Krish hanya nyengir kuda. “Aku tidak peduli. Justru aku ingin mereka tahu tentang hubungan kita.” “Jangan konyol, Krish. Aku tidak ingin membuat seluruh kampus heboh.” Grisse mulai menekuk wajahnya. Gadis itu kesal. Grisse tidak

  • Hasrat Sang Guru   67. Usai

    "Aku harus bertemu Vidwan!" Ujar Grisse dalam gerakan bibir yang teramat samar. Gadis itu kemudian membawa langkahnya menyusuri koridor yang menghubungkan seluruh ruangan dalam gedung kampus tersebut. Langkahnya mantap, semantap pendiriannya untuk menuntaskan apa yang mengganjal dalam hatinya setelah mendengar percakapan Krish dengan Vidwan tadi. Sebelumnya, Grisse memang sudah bertekad untuk mengakhiri semua hal yang berhubungan dengan Vidwan. Ia merasa harus menyudahi semua kisah yang melibatkan Vidwan di dalamnya. Grisse hanya tidak ingin bayangan Vidwan akan mengikutinya terus hingga ia tiba di negara asalnya.Ya, Grisse akan segera meninggalkan negara ini dalam waktu dekat. Program yang diikutinya hampir berakhir dan tidak lama setelahnya izin tinggalnya juga akan habis masa berlakunya. Hal-hal itulah yang membuat Grisse membulatkan tekadnya untuk menemui Vidwan. Kau adalah masa lalu! Kalimat itu terus-menerus didengungkan oleh Grisse. Sudah seperti merapal mantra saja bagi Gri

DMCA.com Protection Status