Share

Selembar Handuk

Penulis: Komalasari
last update Terakhir Diperbarui: 2024-02-02 17:16:59

“Apa maksudmu?” tanya Christian sambil memicingkan mata. Tatapannya terfokus pada wanita cantik yang memiliki kemiripan identik dengan Laura. 

Emma tersenyum, seraya beranjak dari duduk. Dia mengarahkan pandangan pada foto keluarga yang membuatnya tertarik. “Siapa wanita muda itu?” tanya saudara kembar Laura tersebut. 

Christian ikut mengarahkan pandangan pada foto keluarga yang terpajang di dinding. Dia tahu siapa yang Emma maksud. Pria tampan itu kembali mengalihkan perhatian pada sang kakak ipar. “Memangnya kenapa?” Pengusaha tampan itu balik bertanya. 

“Jawab saja,” sahut Emma enteng. “Aku pernah menemukan fotonya di kamar Laura. Kupikir, mereka adalah sahabat dekat,” terang wanita muda itu. Membuat Christian seketika memasang ekspresi serius. “Sejujurnya, aku tidak peduli dengan apa pun yang berkaitan dengan saudara kembarku. Namun, kurasa dia sangat beruntung karena dipersunting pria sepertimu.” 

Christian menaikkan sebelah alisnya mendengar ucapan Emma. Akan tetapi, dia tak menanggapi. 

“Laura memang pandai memikat para pria. Itu sudah menjadi bakatnya sejak dulu. Aku bahkan kerap merasa iri karena dia selalu berada jauh di depanku,” tutur Emma sambil melangkah ke dekat pintu keluar. “Kau tahu apa yang membuatku sakit hati?” Si pemilik rambut pirang itu kembali menoleh pada Christian yang masih duduk penuh wibawa. “Lihatlah seberapa besar ayah mengkhawatirkannya.” Emma menggeleng tak percaya. Setelah berkata demikian, saudara kembar Laura tersebut bergegas menyusul James, yang sudah lebih dulu berlalu dari sana. 

Sepeninggal James dan Emma, Christian termenung sendiri di ruang kerja, sambil memandangi paras cantik Maria yang telah meninggalkannya. Sesaat kemudian, perhatian pengusaha muda dengan kemeja putih itu beralih pada beberapa dokumen di meja. Dia belum menyelesaikan sisa pekerjaan, yaitu memeriksa laporan perusahaan, Namun, konsentrasi Christian sudah terbagi setelah kedatangan James dan Emma. Terlebih, setelah apa yang saudara iparnya itu katakan tentang Laura. 

Christian beranjak dari kursi. Dia berjalan keluar. Langkahnya terlihat sangat gagah dan penuh rasa percaya diri saat menyusuri koridor menuju kamar. 

Setibanya di sana, Christian langsung masuk ke walk in closet. Dia mengambil trench coat hitam dari salah satu lemari kaca tempat menyimpan koleksi blazer, jaket serta mantel. Christian keluar lagi dari kamar itu. Kali ini, dia menuju ruang depan. 

“Apa Anda akan pergi, Tuan?” tanya Alfred, yang melihat sang majikan menuju pintu. 

Christian tertegun, lalu menoleh. “Ya. Aku akan ke Cotswolds sebentar,” jawabnya datar. 

“Apa perlu kutemani, Tuan?” tawar Alfred sopan.

“Tidak usah, Alfred. Kau di sini saja,” tolak Christian. “Beritahu Delila bahwa aku akan ke sana,” titahnya sambil mengenakan kacamata hitam, lalu berbalik. 

“Baik, Tuan,” sahut Alfred hormat, meskipun Christian sudah berlalu dari hadapannya. 

Sementara itu, Laura mulai membiasakan diri tinggal bersama Delila. Walaupun dia merupakan istri sah Christian, tetapi Laura tak sungkan melakukan berbagai pekerjaan rumah tangga. Wanita muda itu sudah terbiasa menyiapkan makanan atau sekadar membersihkan rumah. 

Selain melakukan pekerjaan rumah tangga, Laura juga membantu Delila menanam beberapa bunga dan tanaman lain di pekarangan. Dia mulai menikmati aktivitasnya, meskipun rasa rindu terhadap James tak pernah bisa ditepiskan, oleh segudang kesibukan mengasyikan yang dijalani di sana. 

“Pekerjaan sekecil apa pun membutuhkan bakat, Nyonya. Anda memiliki tangan yang sangat terampil,” sanjung Delila, sambil memangkas beberapa tanaman yang dirasa mengganggu. 

“Aku suka melakukan segala jenis pekerjaan, Delila. Setelah lulus dari universitas, aku pernah bekerja di perusahaan milik ayahku. Tak lama, aku diterima di salah satu rumah mode ternama Inggris,” tutur Laura diakhiri senyum. “Aku bekerja di sana hingga ayah mengatakan bahwa aku harus menikah dengan Christian Lynch. Pria itu belum pernah kutemui sama sekali. Emma bahkan mengatakan banyak hal buruk tentang Christian. Padahal, dia sendiri tidak tahu seperti apa rupa aslinya.” Senyum di wajah Laura perlahan memudar. 

Delila yang tengah memangkas tanaman, menghentikan sejenak pekerjaannya. Wanita paruh baya itu menoleh. Dia menatap lekat Laura yang tengah asyik dengan beberapa bunga. “Emma? Siapa dia?” tanya istri Alfred tersebut penasaran. 

“Emma adalah saudara kembarku. Kami kembar identik. Kau tak akan bisa membedakan yang mana Laura dan yang mana Emma dalam pertemuan pertama. Aku yakin itu.” Laura berdiri, setelah mendapat beberapa tangkai bunga yang akan dirangkai dalam vas. 

“Jadi, Anda memiliki saudara kembar?” Delila terdengar ragu. 

“Ya. Semoga kau bisa berkenalan secara langsung dengannya.” Laura tersenyum manis. “Aku masuk dulu. Aku sudah tidak sabar untuk merangkai bunga-bunga cantik ini. Akan kupajang di meja makan. Sebagian lagi kusimpan di kamarku.” Setelah berkata demikian, Laura berbalik menuju rumah dengan diiringi tatapan Delila. 

Sementara itu, Christian sedang berada di perjalanan. Dia duduk di jok belakang seorang diri. Sesekali dirinya membuka ponsel untuk membalas pesan dari Chelsea. 

[Bila kau pergi ke Cotswolds hari ini, artinya besok kau bisa menemaniku ke acara reuni]

Christian mengembuskan napas pelan, setelah membaca pesan dari sang kekasih. Sebenarnya, dia malas harus menghadiri acara-acara seperti itu. 

[Kita lihat saja besok. Semoga bisa]

[Ayolah, Sayang. Kumohon]

Christian hendak membalas pesan dari Chelsea. Namun, kendaraan yang dia tumpangi telah tiba di tempat tujuan. Dia mengurungkan niat tersebut. Pria itu langsung turun dari SUV mewahnya, tanpa menunggu Wayne membukakan pintu. 

Christian melangkah gagah melewati halaman, lalu berdiri di depan pintu. Tak berselang lama, Delila datang menyambutnya. 

“Kukira Anda akan datang besok,” ucap Delila, setelah mempersilakan Christian masuk. 

“Aku berubah pikiran,” balas Christian datar. “Di mana Laura?” tanyanya.

“Nyonya ada di kamarnya, Tuan.” 

Tanpa banyak bicara, Christian langsung naik ke lantai dua. Dia melangkah sedikit terburu-buru. Pria itu bahkan belum sempat melepas trench coat yang dikenakannya. 

Christian berdiri sejenak di depan kamar yang ditempati Laura, sebelum memutuskan langsung masuk tanpa mengetuk pintu terlebih dulu. Setelah berada di dalam, pria tampan itu mengedarkan pandangan ke setiap sudut ruangan. Namun, sosok sang istri tidak ada di sana. 

Christian memutuskan keluar dari kamar. Akan tetapi, langkahnya terhenti di dekat pintu, ketika mendengar suara lembut Laura. 

“Kau?” Laura begitu terkejut, mendapati sang suami ada di sana. Dia menatap pria itu dengan sorot tak dapat diartikan. Rona cemas dan takut pun terpancar jelas dari paras cantiknya, saat Christian menoleh dan menatap lekat. 

Di sisi lain, Christian berdiri terpaku memandang Laura yang hanya menutupi tubuh dengan selembar handuk sebatas dada.

Pundak, paha, serta kaki jenjang berbalut kulit putih mulusnya terekspos sempurna. 

Tatapannya tertuju pada bulir air yang menetes dari anak rambut Laura. Sesaat kemudian, perhatian pria itu juga beralih pada bibir sang istri yang tampak lembap.

'Apa wanita ini berniat menggodaku?'

Bab terkait

  • Hasrat Pernikahan Suami Arogan   Dendam dan Amarah

    “Sedang apa kau di sini?” tanya Laura seraya bergerak mundur perlahan, sambil memegangi gulungan handuk di dada.Sementara Christian justru terus maju. Tatapan serta bahasa tubuh pria tampan tersebut menunjukkan bahwa dialah sang penguasa, yang dapat mengintimidasi siapa pun lawannya. Christian terus menggiring Laura mundur, hingga punggung wanita itu menyentuh dinding.Laura yang hanya memakai handuk sebatas dada, terlihat was-was. Tangannya makin kencang memegangi gulungan handuk agar tidak terlepas. “Mundur, Christian.” Suara Laura terdengar pelan, tetapi penuh penekanan. Dia tidak akan membiarkan pria itu berbuat tak sopan lagi seperti kemarin-kemarin.Namun, Christian tak menerima perintah dari siapa pun. Pria tampan berambut gelap tadi tidak menggubris ucapan Laura. Pengusah

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-07
  • Hasrat Pernikahan Suami Arogan   Mulut Manis Penuh Racun

    Christian menatap Laura dengan sorot tak bersahabat sama sekali. Namun, raut wajah pria tampan tersebut sudah tak terlalu tegang seperti tadi.“Tunggu sebentar. Aku harus berpakaian dulu.” Laura yang awalnya berdiri sambil menghadap pada Christian, segera membalikkan badan. Wanita muda dengan rambut yang digulung asal-asalan menggunakan jepitan plastik tersebut membuka lemari. Dia memilih baju tanpa berlama-lama, kemudian berjalan menuju pintu kamar mandi.“Mau ke mana?” tanya Christian dingin.Laura tertegun. “Aku harus berpakaian,” jawabnya tanpa menoleh.“Kenapa tidak di sini saja?”“Christian ….” Laura menoleh. Dia hendak mela

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-07
  • Hasrat Pernikahan Suami Arogan   Dendam Salah Sasaran

    “Christian.” Suara Laura terdengar begitu lirih, saat menyebutkan nama pria yang telah menjadi suaminya. Seseorang yang seharusnya menjadi pelindung, justru menjadi ancaman terbesar bagi wanita muda itu. “Kau sudah dibutakan oleh dendam sehingga tak bisa membedakan mana yang benar dan salah. Harus bagaimana lagi caraku menjelaskan ini padamu?” “Aku tak membutuhkan penjelasan apa pun darimu!” sentak Christian, sambil memukul pintu tepat di dekat kepala Laura. Wanita berambut pirang itu bahkan sampai tersentak dan memejamkan mata, akibat rasa terkejut yang luar biasa. “Kau tidak perlu menjelaskan apa pun lagi padaku!” Nada bicara Christian belum melunak. Dia seperti hendak menelan Laura hidup-hidup. “Dendammu salah sasaran, Christian.” Laura tetap membantah, meskipun suaranya mulai bergetar karena menahan tangis. “Tidak ada yang salah, Laura! Kau! Kau satu-satunya yang wajib dipersalahkan dalam hal ini! Kau harus mempertanggungjawabkan semua kekacauan yang sudah terjadi!” Christian me

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-07
  • Hasrat Pernikahan Suami Arogan   Bayaran Setimpal

    Emma berdiri di depan pintu unit apartemen milik Jamie. Wanita muda berambut pirang itu memasang raut tegang, hingga sang pemilik tempat yang didatanginya mempersilakan masuk. Walaupun agak ragu saat melangkah ke dalam ruangan dengan desain modern minimalis itu, tetapi Emma berusaha terlihat tenang.“Apa kau ingin minum sesuatu?” tawar Jamie, seraya berjalan ke dekat lemari khusus tempat menyimpan minuman beralkohol.“Tidak usah. Aku tidak lama,” tolak Emma segera.“Kupikir tidak begitu,” ujar Jamie tenang. Dia tetap mengambil sebotol anggur, lalu menuangkannya ke dalam dua gelas yang langsung dibawa ke hadapan Emma. Jamie memberikan satu pada saudara kembar Laura tersebut. “Bersantailah dulu,” ujarnya kalem. Pria tampan bermata abu-abu itu mengarahkan tang

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-08
  • Hasrat Pernikahan Suami Arogan   Bayangan Meresahkan

    “Ada apa denganmu? Kenapa kau … astaga. Kau ….” Emma tak dapat berkata-kata, mendapati pria yang dulu pernah mengisi hari-harinya dalam kondisi seperti itu.Namun, pria yang tak lain adalah Henry, seperti tak mau ambil pusing. Dia terlihat sangat lahap, saat kembali menyantap sisa makanannya. Henry tak memedulikan keberadaan Emma, yang masih berdiri sambil memperhatikan dengan ekspresi tak percaya.“Aku tidak yakin bahwa kau benar-benar Henry Thompson,” ucap Emma yang terus berusaha meyakinkan diri. “Apa-apaan ini?” Nada bicara wanita muda itu terdengar cukup tegas dan penuh penekanan.Sementara Henry yang tengah menikmati sisa sandwichnya, terpaksa kembali mendongak. “Apa masalahmu, Nona Pearson?” tanyanya sinis.

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-08
  • Hasrat Pernikahan Suami Arogan   Pria Pengganggu dan Wanita Pembangkang

    SUV milik Christian sudah tiba di kawasan pemukiman yang dihuni oleh Delila. Dia sengaja menyuruh sang sopir, agar berhenti tidak di depan rumah yang menjadi tempat dirinya mengurung Laura. Kendaraan itu diparkir beberapa meter dari rumah tersebut.Christian berjalan menyusuri pinggiran jalan beraspal. Dia terlihat sangat gagah dengan kemeja putih, yang dilipat bagian lengannya hingga tiga per empat. Berhubung hari masih siang, Christian meninggalkan trench coat miliknya di mobil. Setelah tiba di depan halaman rumah, sang pemilik Lynch Company tersebut menghentikan langkah.Tatapan Christian tertuju pada Laura, yang tengah duduk dekat jendela sambil membaca buku. Sesekali, wanit

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-08
  • Hasrat Pernikahan Suami Arogan   Terjebak di Cotswolds

    Christian menatap heran sang sopir pribadi. “Masalah?” ulangnya tak mengerti.“Ya, Tuan. Sejak kemarin memang ada sedikit masalah dengan mobil Anda. Tadinya, hari ini aku akan melakukan pengecekan ulang. Namun, Anda mengajak kemari. Jadi ….”“Di mana mobilku sekarang?” sela Christian.“Aku sudah menghubungi mekanik dari tempat langganan Anda. Mereka sedang memeriksa kondisi mobil di tempat tadi, Tuan. Apa Anda ingin melihat ke sana?” tawar Wayne seraya menyodorkan trench coat milik sang majikan.Christian menerima mantel berwarna hitam itu sambil berdecak pelan. Tanpa memberikan jawaban, pengusaha muda tersebut langsung beranjak keluar dari rumah. Dia melangkah gagah menuju ke tempat

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-09
  • Hasrat Pernikahan Suami Arogan   Menikmati Keperawanan

    Pertautan terus berlangsung hingga beberapa saat. Laura yang awalnya kaku ketika mendapat perlakuan seperti itu dari Christian, makin lama makin luwes dan mulai menikmati setiap lumatan sang suami. Dia bahkan berani melingkarkan tangannya di pinggang pria tampan tersebut.Sejurus kemudian, Christian menghentikan sejenak ciumannya. Dia membuka mata, lalu menatap Laura yang masih terpejam. Seperti kecanduan, pengusaha muda itu kembali menikmati bibir sang istri yang basah terkena air dari shower. Christian bahkan menjamah beberapa bagian tubuh yang menjadi kesukaannya, setiap kali bermesraan dengan Chelsea.Chelsea?Seketika, Christian tersadar. Entah apa yang telah memengaruhi pikirannya sehingga bisa terlarut dalam suasana seperti itu. Dia yang sudah menegaskan pada Chelsea bahwa tak akan pernah te

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-09

Bab terbaru

  • Hasrat Pernikahan Suami Arogan   Senja di Akhir Kisah yang Sempurna

    Semenjak itu, Laura memutuskan kembali menetap di Inggris. Dia membiarkan rumah peninggalan Lewis, meskipun masih sering memantau dengan menghubungi asisten kepercayaannya. Bagaimanapun juga, semua aset peninggalan Lewis merupakan amanat yang harus dijaga. Laura tak ingin mengkhianati pria yang telah begitu baik terhadapnya dan Harper. Dia akan tetap melakukan kewajiban, menjalankan bisnis yang diwariskan Lewis. Setidaknya, itu membuat rasa bersalah sedikit tertutupi karena memilih kembali pada Christian. ********** Waktu terus berlalu. Musim pun, silih berganti. Laura menjalani biduk rumah tangga yang harmonis dengan Christian. Saat ini, dia bahkan tengah mengandung. "Kuharap kau tidak kecewa karena tak jadi memiliki tiga bidadari cantik," ujar Laura, diiringi senyum lembut. Dia menatap penuh cinta pada Christian, yang tengah fokus mengemudi. "Ini sangat menggembirakan. Hidupku terasa begitu sempurna," ucap Christian. Dia tak henti tersenyum. Hasil USG yang sudah dilakukan tadi,

  • Hasrat Pernikahan Suami Arogan   Pernikahan Kejutan

    Semenjak malam itu, hubungan Laura dan Christian mulai menghangat. Christian tak sungkan berkunjung, bertemu dan berbincang dengan Grace. Begitu juga Emma dan Jamie, yang akan melangsungkan pernikahan. Hanya tinggal menghitung hari. Momen istimewa yang sudah Jamie nantikan selama bertahun-tahun akan terwujud. Pria itu sudah tak sabar menantikan dirinya dan Emma berdiri di altar, untuk mengucap janji suci pernikahan. Sementara itu, kedekatan antara Harper dan Mairi kian terjalin erat. Mairi yang mengetahui bahwa Harper belum diperbolehkan menari, selalu mengajak putri Laura tersebut melakukan banyak hal menyenangkan. “Kami sangat sibuk hari ini. Kau sudah tahu besok adalah hari pernikahan Emma dengan Jamie,” ucap Laura, saat menjawab panggilan telepon dari Christian. “Sayang sekali karena aku harus menghadiri acara penting sampai sore,” balas Christian, diiringi embusan napas berat. “Bagaimana Mairi? Kuharap dia tak merepotkanmu.” “Oh, tenang s

  • Hasrat Pernikahan Suami Arogan   Dalam Dekapan Hangat Christian

    “Christian …,” desah Laura pelan, merasakan sentuhan lembut menjalari tubuhnya. Dia membiarkan pengusaha tampan itu menurunkan tali kecil dari pundak, hingga bagian atas slip dress yang dikenakannya terbuka lebar.Christian beranjak dari tempat tidur, lalu menarik dress satin merah marun itu. Dia melemparnya sembarang ke lantai. Pria bermata gelap itu terdiam sejenak, memandangi seonggok daging putih mulus yang dulu sering dinikmati kapan saja dirinya inginkan.Perlahan, Christian mencondongkan tubuh. Dia menarik celana dalam Laura. Pelan tapi pasti, segitiga pengaman dengan pinggiran berbahan lace itu terlepas dari kaki kiri Laura dan berhenti di mata kaki sebelah kanan. Christian seperti sengaja melakukannya.“Kau masih secantik dulu,” ucap Christian pelan dan dalam, sera

  • Hasrat Pernikahan Suami Arogan   Kembalilah

    Laura tersenyum kikuk. Dia berusaha menyembunyikan rasa gugup karena ucapan Christian tadi. Laura mengalihkan semua itu pada anak-anak, yang tengah berbincang asyik. Wanita itu bergabung dengan mereka berdua.Sementara Christian hanya diam memperhatikan interaksi antara Laura dengan kedua gadis kecil itu. Laura tak membeda-bedakan Harper dengan Mairi.Christian teringat pada waktu Laura menyarankan untuk mengambil bayi Chelsea setelah dilahirkan, seakan-akan bersedia merawatnya. Padahal, saat itu dia mengira bayi dalam kandungan Chelsea merupakan darah daging Christian. Oleh karena itulah, kini Laura bersikap baik terhadap Mairi.Malam terus merayap. Jarum jam di arloji Christian telah menunjuk angka sembilan lewat beberapa menit. Setelah berbagai keseruan yang dilakukan, pengusaha tampan tersebut

  • Hasrat Pernikahan Suami Arogan   Tidak Berubah

    “Apa? Tapi, kau tahu aku sedang sibuk membantu persiapan pesta pernikahan Bibi Emma. Bukankah itu tujuan kita datang kemari?” Laura menolak ajakan itu secara halus. “Kurasa, kau bisa berkemah lain waktu atau … atau kita bisa melakukannya di sini dengan nenek dan —”“Kau tidak mengizinkanku pergi, Bu?” tanya Harper, menyela ucapan Laura. Gadis kecil itu langsung terlihat murung. Dia menundukkan wajah, kemudian berbalik. Tanpa mengatakan apa pun, Harper meninggalkan Laura dan Christian yang berdiri di ambang pintu.“Harper!” panggil Laura.Namun, gadis kecil itu tak menyahut. Dia bahkan sudah menghilang di balik dinding penyekat ruangan.“Bagus, Laura

  • Hasrat Pernikahan Suami Arogan   Hadiah Istimewa untuk Harper

    Laura tertegun sejenak, lalu menoleh pada Harper yang terbelalak tak percaya. Setelah itu, dia kembali mengalihkan perhatian pada pria tadi, untuk membubuhkan tanda tangan sebagai bukti penerimaan barang kiriman.Sepeninggal kedua pria yang sudah menyelesaikan pekerjaan mereka, Laura menatap aneh putrinya. Dia tak percaya Christian melakukan sesuatu yang dinilai sangat berlebihan. Namun, Laura tak bisa berkomentar apa-apa, melihat antusiasme Harper yang begitu takjub menghadapi setumpuk hadiah bagus.“Ibu tahu kenapa Paman Christian mengirimkan hadiah ini untukku? Apa hari ini aku berulang tahun?” tanya Harper, seraya menoleh pada Laura.“Tidak, Sayang. Ulang tahunmu masih empat bulan lagi,” jawab Laura, diiringi gelengan pelan. Dia mengalihkan pandangan pada Grace, yang memasang

  • Hasrat Pernikahan Suami Arogan   Terungkap

    "Ampuni aku, Christian," ucap Laura, di sela isak tangis pelan. Dia menundukkan wajah, tak berani melawan tatapan penasaran yang dilayangkan pria empat puluh tahun di hadapannya."Untuk apa? Kenapa aku harus mengampunimu?" tanya Christian tak mengerti."Aku ... aku sudah melakukan dosa tak termaafkan," sahut Laura, masih terisak pelan.Christian menatap lekat Laura. Pria itu memicingkan mata, mencoba menerka ke mana arah pembicaraan yang Laura maksud. Sesaat kemudian, pengusaha tampan tersebut seperti memahami sesuatu. "Apa ini ada hubungannya dengan Harper?"Laura menghentikan tangisnya, lalu mengangkat wajah. Dia membalas tatapan sang mantan suami. "Aku sangat marah dan membencimu, Christian," ucapnya lirih. "Saat itu, aku tak ingin melihat apalagi sampai bersinggungan denganmu. Tidak. Kau harus kubuang jauh. Sangat jauh. Penolakanmu membuatku terhina dan sakit. Teramat sakit," tuturnya pilu.Christian diam menyimak, tanpa mengalihkan perhatian s

  • Hasrat Pernikahan Suami Arogan   Dosa Besar

    Christian mengembuskan napas pelan. "Aku ingin memaksamu agar bersedia menerimaku lagi. Namun, entah ini jadi ide baik atau sebaliknya," ucap pria itu, tanpa mengalihkan pandangan sedikit pun dari paras cantik Laura."Jangan memaksakan kehendak lagi, Christian. Kau tahu itu tak akan berakhir baik," ucap Laura menanggapi."Apakah itu berarti kau bersedia kembali padaku dengan sukarela?"Laura tertawa pelan mendengar pertanyaan konyol Christian. Wanita itu menggeleng, lalu mengalihkan perhatian ke sekeliling. Tatapannya tertuju pada kolam renang berbentuk bulat di ujung ruangan, yang dibatasi kaca tebal di sisi sebelah luar.Laura melangkah ke sana. Dia berdiri di tepi kolam renang, lalu meletakkan gelas berisi anggur yang sedari tadi digenggam. "Apa kau pernah berenang di sini?" tanyanya, seraya menoleh pada Christian.Christian menggeleng, sembari berjalan mendekat. Dia berdiri di sebelah Laura. "Aku ingin kau jadi orang pertama yang berenang

  • Hasrat Pernikahan Suami Arogan   Hadiah Ulang Tahun

    “Apa? Kau memberitahu Paman Christian bahwa kita ada di London?”Harper mengangguk, dengan ekspresi teramat polos. “Aku rindu Mairi, Bu,” ujarnya.Laura tak bisa membantah, bila sudah menyebut nama Mairi. Dia tersenyum lembut. “Memangnya, kapan Mairi akan kemari?” “Terserah Paman Christian,” jawab Harper enteng. Gadis kecil itu merebahkan tubuh. “Selimuti aku, Bu,” pintanya.“Kau mau tidur sekarang?” Laura menaikkan sebelah alis.“Aku lelah dan kekenyangan, Bu,” sahut Harper seraya memejamkan mata.Laura kembali tersenyum. Dia meraih ujung selimut, lalu menariknya hingga me

DMCA.com Protection Status