Home / Romansa / Hasrat Membara Mr. Devil / Gagal Membawa Faleesha Pulang

Share

Gagal Membawa Faleesha Pulang

Author: Ummah Rafa
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

“Eric kecelakaan?” ulang Faleesha.

Kini dia sudah terduduk di lantai.

Seluruh organ tubuhnya seakan mati rasa.

Kenapa dia bisa kecelakaan setelah dari mansion ini?

Apa Eric tidak hati-hati atau sedang melamun?

“Fal? Kamu baik-baik saja?” tanya Amber.

Tidak ada jawaban darinya sejak tadi. Mungkin sahabatnya itu syok.

“Aku baik-baik saja, Am. Aku hanya tidak menyangka,” lirihnya.

“Kamu sudah lihat kondisinya?”

Terdengar suara Faleesha begitu penasaran. Antara cemas, khawatir dan merasa bersalah.

“Dia sudah baikan, mungkin hari ini bisa pulang. Tapi-”

“Tapi apa?” sela Faleesha.

“Kayaknya dia masih berharap kamu datang dan menjenguknya,” tambah Amber.

Gadis itu kembali terdiam.

“Faleesha?”

“Aku tidak bisa, Am. Aku akan menikah dengan pria pilihanku, dia melarangku bertemu Eric,” ucapnya lirih.

“Apa! Aku tidak salah dengar? Kenapa, Fal? Jadi benar yang dikatakan Eric?”

Kini Amber seolah ikut menyalahkannya, juga kecewa padanya.

“Aku tahu kalian sangat mencintai, apa yang
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Hasrat Membara Mr. Devil   Janji Pernikahan

    “Cara lain itu gimana, Angel? Bisa rugi kita nggak dapet bonus dari Nona Jinny,” keluh sang mami. “Sini, Mi. Angel bisikin.” Gadis itu memberitahukan suatu hal yang membuat netra Ervina membulat seketika. “Kamu serius? Gimana kalau Sanders tahu? Bisa mati kita,” balasnya. “Karena itu, Mi. Kita harus kurung Faleesha di sana seterusnya, kalau bisa buat dia terikat selamanya, tanpa pulang ke rumah-” “Dengan begitu, Papa pasti akan semakin terpuruk memikirkan anak sialan itu, lama-lama penyakitnya bakalan kambuh dan pikir sendiri apa yang terjadi selanjutnya.” Alis Angela naik turun membayangkan rencananya akan berjalan lancar dan dia mendapat bonus besar. “Bagus ide kamu, Sayang. Tapi kamu tahu sendiri ‘kan, Sanders itu orang yang berkuasa, mudah bagi dia melacak Faleesha nantinya,” sanggah Ervina. “Pria mana yang sudi kalau tahu wanitanya menjual diri, Mi? Lagi pula, tempat itu tersembunyi. Bahkan pemiliknya juga punya kuasa penuh, anak buahnya banyak-” “Dalam artian, dia lawa

  • Hasrat Membara Mr. Devil   Minta Tanda Tangan

    Semua mengucap syukur saat pendeta telah selesai memberkati. Sanders mendaratkan kecupan ringan di kening FaleeshaKini mereka telah sah menjadi sepasang suami istri. Setelah itu, ada dia orang paruh baya yang usianya sepertinya lebih tua dari papa Faleesha, mendekat padanya. “Selamat ya, Sayang. Terima kasih telah menerima putra Mama,” ucapnya lembut. Deg. Putra? Jadi, wanita cantik ini adalah ibu Sanders. Dan seorang pria yang wajahnya sangat mirip dengan suaminya, pasti papanya. “I-iya, Tante,” jawab Faleesha kikuk. Tampilan mama Sanders begitu berkelas. Menunjukkan jika dia seorang sosialita. “Loh, jangan panggil Tante, Mama dong. Kan sekarang kamu sudah menjadi menantuku,” sahut wanita itu. “Oh iya. Baik, Ma,” balas gadis itu. Dia masih malu-malu, sebelumnya dia tidak pernah bertemu dengan keluarga Sanders satu pun. “Dan karenamu, perjalanan kami kembali ke indonesia tidak sia-sia.” Faleesha mengalihkan pandang ke arah pria paruh baya yang rambutnya hampir seluruhnya

  • Hasrat Membara Mr. Devil   Rasa Takut Kehilangan

    Kali ini Ervina ikut mengompori suaminya. Kerja sama yang kompak antara ibu dan anak. Tangan sang istri terulur, semakin merapatkan tubuhnya ke punggung Fahaz kemudian memeluknya dari belakang. “Iya, Papa percaya. Bukannya aku meragukan kalian, Papa hanya perlu meneliti, barang kali ada yang salah,” jawab pria itu. “Ya sudah sebentar ya, Papa ambil kaca mata dulu.” “Papa jahat!” Angela serta merta berseru. “Sampai hati Papa buat Angel kecewa,” ujar gadis itu berkaca-kaca. “Kan aku sudah bilang tidak ada kesalahan.” Setelah mengatakan hal itu Angela melempar berkas itu ke meja dan berlalu meninggalkan Ervina dan Fahaz. Pria paruh baya itu hendak mengambil surat yang berserakan namun … “Nggak usah, Pa.” Secepat kilat sang istri merapikan dan mengambilnya. “Kalau Papa nggak yakin, nggak perlu tanda tangani, lebih baik minta laporan yang baru saja sama Wisnu. Papa sudah buat anak kita bersedih karena ego kamu.” Tanpa pikir panjang, Ervina menghentakkan kakinya kesal. “Bukan

  • Hasrat Membara Mr. Devil   Terpaksa Menjenguk Jinny

    “Memangnya kenapa? dia bunuh diri atau tidak itu bukan urusanku,” balasnya santai. Benar-benar pria dingin. Dia tidak sepeduli itu dengan wanita lain. “Bukan begitu, Tuan. Masalahnya Nona Jinny terus memanggil nama anda, dan lagi-” Nick menggantungkan kalimatnya. “Kenapa?” tanya Sanders. “Ponsel anda tidak aktif sejak semalam. Tuan William menghubungi saya karena beliau ingin anda ke rumah sakit sebentar,” jelas Nick. Sanders baru ingat. Dia memang sengaja menonaktifkan ponselnya seharian kemarin karena tidak ingin hari sakralnya terganggu dengan urusan pekerjaan. “Apa hubungannya dengan kamu, Sans?” tanya Ella. “Biasalah, Ma. Dia suka cari perhatian. Terakhir aku melarangnya untuk bermanja-manja denganku,” sahutnya datar. Ella memijit keningnya. “Kamu mungkin kurang tegas padanya.” “Tapi aku tidak pernah ada perasaan apa pun padanya, aku hanya anggap dia rekan kerja, itu saja,” sanggah Sanders. “Ya, tapi dia berharap lebih. Lelaki itu ‘kan mikirnya selalu pakai logika, s

  • Hasrat Membara Mr. Devil   Jinny Keras Kepala

    “Jadi, kamu kemari karena terpaksa? Bukan karena khawatir padaku?” ulang Jinny. “Tapi, tetap saja aku bahagia kamu kemari, apa aku harus menyakiti diriku terlebih dahulu-” “Baru kemudian bisa mendapat perhatianmu?” tanya dia. Pria itu berdecak keras. “Jinny, sudahi aktingmu, aku tidak akan terpengaruh,” jawab Sanders. “Sampai kapan kau akan terus memaksa orang lain untuk menuruti semua keinginanmu?” Jinny tampak kecewa dengan penuturan Sanders. “Perlu aku tegaskan sekali lagi, ini kedua kalinya. Jika kau terus bersikap seperti anak kecil, terpaksa aku mengambil langkah tegas-” “Lebih baik kau resign dari perusahaan. Aku yakin sebenarnya kau tidak butuh pekerjaanmu itu.”“Kau hanya beralasan agar bisa dekat denganku,” lanjutnya. Memang benar kata Sanders, Jinny bertahan hanya karena ingin mengambil hatinya. Sebenarnya kalau untuk kecukupan materi, dia sudah lebih dari cukup. Toh orang tuanya kaya raya. “Jangan menyalah artikan kebaikanku, aku tidak ada perasaan sedikitpun pa

  • Hasrat Membara Mr. Devil   Drama Lagi

    “Tuan, barusan Papa telfon, aku diminta pulang ke rumah,” ujar Faleesha saat sang suami telah sampai mansion. Gadis itu mengulurkan air putih hangat untuk diminumnya. “Aku sudah jadi suamimu sekarang. Bisakah kamu memanggilku dengan sebutan lain?” tanya Sanders malas. Dia tidak suka sang istri memanggilnya Tuan. Sanders juga heran, Faleesha tidak penasaran sedikit pun perihal dirinya menjenguk Jinny. “Terus, aku harus manggil apa?” Faleesha menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. “Panggil sayang, atau babe juga boleh,” jawabnya asal. Seketika Faleesha menjulurkan lidahnya pertanda mual. “Kenapa begitu?” sengit Sanders. “Oh tidak apa-apa.” Dia berusaha tersenyum semanis mungkin supaya sang suami tidak tahu jika dirinya ingin muntah mendengar sebutan itu. “Aku belum terbiasa,” balasnya beralasan. “Ya sudahlah terserah kamu saja,” tukas pria itu. Faleesha bernapas lega. Sanders tidak mempermasalahkan. “Diminum dulu air putihnya.” Wajah Sanders mengernyit. “Aku tidak suka

  • Hasrat Membara Mr. Devil   Ke Mana Faleesha?

    Pagi ini, akhirnya Feleesha menuruti permintaan sang ayah untuk jalan-jalan sekeluarga. Sebenarnya dia enggan bersama ibu dan saudara tirinya, tapi demi merayakan kesembuhan ayahnya, dia setuju. Hingga sekarang pun Fahaz tidak tahu jika obat yang dia minum sebelum Faleesha menghentikannya adalah racun untuk melemahkan syaraf penglihatan. “Makasih ya, Sayang. Papa seneng banget kita seperti keluarga utuh seperti ini.” Tak hentinya bibir pria paruh baya itu tersenyum lebar. Faleesha hanya mengangguk samar. “Kita harus sering-sering jalan sama-sama gini, Pa,” timpal sang istri. “Iya nih, Angel ikut bahagia lihat Papa full senyum,” godanya tak mau kalah. “Ah, kamu sayang, bisa aja,” jawab Fahaz. “Ck, dasar serigala,” batin Faleesha. Gadis itu mencebik merasai Angela semakin pandai berpura-pura. “Kenapa kamu diam saja, Faleesha?” tanya sang ayah. “Oh, tidak apa-apa, Pa,” balasnya cepat. Fahaz kembali tersenyum dan menatap satu persatu keluarganya. Seandainya gad

  • Hasrat Membara Mr. Devil   Mencari Tahu

    "Eh, bukan begitu, Pa. Jangan salah paham terus dong.” Kini Ervina mulai kesal. Namun, dia tahan sebisa mungkin. “Terus kenapa kamu melarangku?” “Namanya orang hilang ‘kan harus 24 jam dulu baru lapor, nah ini belum ada satu jam, Pa. Lebih baik kita tunggu dulu deh.”Fahaz menggeleng keras. “Tidak, Mi. Aku tidak bisa diam saja. Anakku tidak kembali, dan Papa curiga ada seseorang yang sengaja menjebaknya.” “Hah? Siapa, Pa? Jangan asal tuduh loh, bisa bahaya,” jelas Ervina mengingatkan. “Kamu tunggu sini, aku mau cek bagian CCTV.” Pria itu segera melangkah menjauh tanpa menunggu jawaban sang istri. “Pa! Tunggu!” teriak Ervina. Namun tidak dihiraukan oleh Fahaz. Dia tidak ingin sang istri menghambat langkahnya. “Huh, dasar tua bangka,” gerutu Ervina. “Semoga saja putrimu tidak ditemukan, sampai kau mati sekalipun,” sungutnya. Senyum tersungging di bibirnya yang merah oleh polesan lipstik. Wanita itu pun mengeluarkan ponselnya guna mengecek. “Halo, bagaimana? Berhasil?” tany

Latest chapter

  • Hasrat Membara Mr. Devil   Kabar Bahagia (End)

    Sanders menghentikan gerakannya. Dia menatap wajah Faleesha yang sedikit pucat. “Apa kau sakit? Kenapa tidak bilang?” tanya pria itu. Faleesha hanya menggeleng pelan. “Aku tidak tahu, akhir-akhir ini tubuhku lemas sekali. Aku juga mual kalau mencium baumu.” Sanders seketika mengernyit. “Maksudmu aku bau?” Dia pun mengendus-endus tubuhnya sendiri. Merasai tidak ada yang salah dengan badannya. “Entahlah, aku tidak tau. Kenapa rasanya aku mual jika dekat denganmu,” balas Faleesha. Tetiba gadis itu berlari ke kamar mandi dan memuntahkan semua isi dalam perutnya. Sanders mengikuti dan memijat tengkuk belakangnya. “Istirahatlah, aku panggilkan dokter,” titah Sanders. Faleesha hanya mengangguk lemah. Dia berjalan sembari memeluk pinggang sang suami. Walaupun mual dekat Sanders, tapi Faleesha tiba-tiba ingin sekali bermanja-manja dengannya. “Ck, katamu aku bau,” sungut Sanders merengkuh tubuh mungil istrinya. Tiba-tiba saja, Faleesha ambruk. Beruntung Sanders segera menangkapnya. “

  • Hasrat Membara Mr. Devil   Kesedihan Jinny

    Sesampainya di rumah sakit, Sanders segera memeluk Faleesha erat. Menghirup aroma tubuhnya dalam-dalam. “Sialan, kau membuatku sangat khawatir,” rutuknya. Pria itu mengecup lembut bibir Faleesha sampai tidak menyadari Meera menatap mereka dengan pandangan yang sulit diartikan. “Sst, kamu bisa tidak cium aku nanti aja. Itu Mama lagi sedih,” balas Faleesha berbisik. Sanders langsung terkesiap. Dia baru sadar jika ibu mertuanya berada tak jauh dari Faleesha. “Mama,” sapanya. Meera tersenyum sendu. “Tidak apa-apa, aku pernah merasakan seperti kalian. Masa pengantin baru, yang sulit berjauhan.” Sejurus kemudian tatapannya mengarah ke ruang Fahaz dirawat. “Bagaimana kondisi papa mertuamu?” tanya Meera. “Tidak ada luka yang parah, Ma. Dokter sudah menanganinya. Tetapi karena benturan yang cukup keras, Papa belum sadar hingga sekarang,” terang Sanders. “Baiklah, kalian bisa pulang. Aku yang akan menjaga Fahaz,” sela Meera. “Kita obati dulu tangan Mama,” jawab Faleesha. Meera baru s

  • Hasrat Membara Mr. Devil   Ervina dan Angela Tertangkap

    “Aku yang seharusnya bicara seperti itu, Ervina. Kau datang kemari tidak membawa apa-apa, pergi juga harusnya tidak membawa apa pun,” tegas Meera tak takut. Dia pun lekas memanggil Wira agar membawa Yooshi ke rumah sakit terlebih dahulu. Pria berkaca mata itu datang tergopoh-gopoh dan terkejut melihat darah yang mengalir dari kepala bagian belakang. Sebenarnya, Wira sedikit mencemaskan keadaan Meera tetapi majikannya itu meyakinkannya agar dia berangkat terlebih dahulu. Meera akan menyusulnya nanti. Setelah Wira menghilang dengan membopong tubuh Yooshi. Ervina semakin menyeringai. “Tamat riwayatmu sekarang.” Ervina bergerak cepat mengeluarkan pisau dari balik saku bajunya yang sudah dia sembunyikan dan menyerang Meera. Meera terkejut melihat wanita yang pernah menjadi sahabatnya itu hendak menghunusnya. Dia langsung menahan pisau itu dengan tangannya. Meera meringis kesakitan saat benda tajam itu merobek telapak tangannya. Darah yang mengucur tidak dia hiraukan. Yang terpenti

  • Hasrat Membara Mr. Devil   Mari Kita Akhiri

    Secepat kilat mobil Sanders melaju di perjalanan. Dia tidak menghubungi Faleesha terlebih dahulu karena takut sang istri panik. Sesampainya di rumah sakit, Fahaz langsung dibawa ke UGD, beruntung lukanya tidak parah. Hanya benturan kecil yang membuatnya syok hingga pingsan. Dia juga tidak harus dioperasi. Hanya perlu penanganan intensif. Tetapi rahang Sanders sudah mengeras. Pertanda dia benar-benar marah kali ini. “Nick,” panggilnya. “Ya, Tuan,” jawab Nick. “Segera hubungi polisi, dan laporkan kejadian barusan, juga serahkan semua bukti yang memberatkan mereka yang kita dapatkan sebelumnya-” Sanders menjeda ucapannya. “Dan jangan lupa, ambil rekaman CCTV dekat daerah persimpangan kecelakaan terjadi.” “Siap, Tuan.” Pemuda itu bergegas melaksanakan perintah majikannya. Sedangkan Sanders menunggu Fahaz dengan gelisah. Kali ini Ervina dan Angela tidak bisa dibiarkan. Tiba-tiba ponselnya berdering. Nama Faleesha muncul. Dia terkejut kenapa waktunya tepat sekali. Apa perasaan se

  • Hasrat Membara Mr. Devil   Gagal

    Fahaz tengah bahagia. Usahanya untuk kembali meminta maaf dan mengambil hati Meera tidak main-main. Walaupun wanita terkasihnya itu masih tidak mau sekedar berbincang, tapi Meera sudah sering mengingatkan dia untuk minum obat. Terkadang ketika ibu kandung Faleesha itu ingin pergi atau angkat kaki dari rumahnya, Fahaz selalu mencari cara agar bisa menggagalkannya. Bertahun lamanya dia telah berbuat tidak adil pada keluarga kecilnya. Ini saatnya menebus semuanya. Bahkan dia tidak ingat sedikitpun tentang Ervina. Wanita licik itu sudah berhasil mengobrak-abrik keluarganya. Fahaz tidak akan membiarkannya kali ini. “Tuan, sepertinya ada yang mengikuti kita sejak tadi,” ujar sang sopir. Fahaz menoleh ke belakang untuk memastikan. “Jalan terus saja, Pak. Abaikan saja. Mungkin kebetulan arah kita sama.” “Baik, Tuan.” “Meera, aku akan menebus kesalahanku dan tidak akan membiarkanmu hidup menderita lagi,” gumam Fahaz dengan wajah berbinar. “Tuan, mobil di belakang semakin mendekat, dan

  • Hasrat Membara Mr. Devil   Rencana Baru Ervina

    “Kamu keren sekali,” bisik Emily. Faleesha menghembuskan napas pelan. “Kamu tidak tahu saja betapa aku menyesal kenapa tidak bisa tegas sama mereka dari dulu.” “Bahkan ketika mereka mengucilkan aku dulu, Papa dengan mudahnya percaya begitu saja. Aku tak mendapat dukungan dari siapa pun, Em. Tapi sekarang, aku tidak akan tinggal diam setelah membongkar kebusukan mereka,” lanjut Faleesha. “Bagus, kamu memang harus seperti itu,” jawab Emily memberi semangat. “Makasih ya, sudah mau menemaniku dan menjagaku.” tiba-tiba gadis itu menjadi sentimentil. Karena selama ini merasa tidak pernah punya keluarga dekat. Dari dulu sang Papa melarangnya bertemu siapa pun tanpa alasan yang jelas. “Kau ini bicara apa, sudah jadi tugasku. Kau lupa Tuan akan menghabisiku kalau sampai kau kenapa-kenapa,” jawab Emily. Setelah mengatakannya, gadis tomboy itu membuat gerakan menggores lehernya dengan tangan. Membuat Faleesha semakin terkekeh. “Percayalah, suamiku sekarang tidak sekejam itu,” timpalnya.

  • Hasrat Membara Mr. Devil   Sial Bertubi-tubi

    Faleesha menghentakkan kakinya dengan keras. Dia memakai pantofel setinggi 5 cm. Tersenyum lebar berjalan menuju kedua ibu beranak itu. Angela dan Ervina tampak melongo melihat penampilan Faleesha. Dia sungguh berkelas. Tidak seperti biasanya yang cenderung casual. “Ngapain kamu di sini?” tanya Angela tak suka. Tatapannya penuh kebencian. Karena bukti yang Faleesha berikan membuat gadis itu menang telak. “Harusnya aku yang tanya, untuk apa kalian datang kemari?” Gadis itu melipat kedua tangannya ke dada. Memberi tatapan tidak bersahabat. “Ck, songong,” gumam Angela kesal. “Begitukah cara kamu berbicara pada ibumu, Fal?” Ervina bersuara. Dia tampak geram melihat tingkah laku Faleesha. Tahu begitu, dulu lebih baik gadis itu dilenyapkan saja. “Lantas aku harus bicara pada Tante dengan nada yang sopan? Sedangkan kalian saja marah-marah tidak tahu tempat, apa tidak malu jadi tontonan banyak orang?” tanya Faleesha penuh penekanan. "Dan satu lagi, Anda bukan ibu saya." “Heh, jang

  • Hasrat Membara Mr. Devil   Keributan Di Perusahaan Fahaz

    “Tuan, saya baru saja menerima informasi dari Emily, Nona Faleesha sedang di perusahaan ayahnya,” ujar Nick. Sanders mengernyit. “Untuk apa?” “Kata Emily ada urusan yang harus Nona selesaikan, ibu dan saudara tirinya berulah lagi,” balas Nick. Ada rasa khawatir yang menyeruak dalam hatinya, namun Sanders berusaha mengabaikan. Bagiamana pun, Faleesha harus belajar menyelesaikan masalahnya sendiri. Dia juga nantinya yang akan menggantikan posisi ayahnya. “Apa kita ke perusahaan Tuan Fahaz saja?” tanya Nick memastikan. “Tidak perlu, jalan saja,” balas Sanders. “Apa Tuan tidak khawatir pada Nona?” “Tentu saja khawatir, tapi dia perlu belajar mandiri jika ingin memimpin perusahaan, Jika nanti ada kendala, barulah aku turun tangan,” balas Sanders. Nick tidak pernah melihat perubahan yang begitu besar pada majikannya selama ini. Dinilainya Sanders jauh lebih tenang dan tidak pernah emosi berlebihan. Faleesha benar-benar membawa dampak yang baik untuknya. “Lagipula katamu tadi, ist

  • Hasrat Membara Mr. Devil   Rindu Istri

    Ada seseorang yang keras kepala selain dirinya. Sanders menyadari William bukan hanya keras kepala. Tetapi juga intimidatif. Namun, pria tua itu juga lupa siapa yang sedang ia intimidasi. “Kalau begitu kau mendekati ajalmu sendiri,” ucap William dengan sorot tajam. “Kita lihat hancurnya perusahaanmu perlahan, karena sebentar lagi pemiliknya akan hancur di tanganku.” Pria paruh baya itu yakin kali ini Sanders tidak bisa berkutik, apalagi dia masuk ke dalam rumahnya tanpa ditemani siapa pun. “Bahkan seekor singa pun tidak pernah menerima kekalahan dengan mudah,” ucap Sanders dengan santai. “Sayangnya kau hanya tikus kecil bagiku sekarang-” “Kupikir kau licik seperti kata orang-orang, rupanya kau tak lebih dari sekedar orang bodoh yang ceroboh. Berani sekali kau datang kemari dengan percaya diri, dan aku berharap bisa keluar dengan mudah?” Tawa William menggema di seluruh ruangan. Dia pikir sudah di atas awan. Menang telak atas ketidakberdayaan Sanders. “Aku memang bisa keluar d

DMCA.com Protection Status