Home / Romansa / Hasrat Liar Sang Kakak Ipar / 98. Citra yang Hancur

Share

98. Citra yang Hancur

Author: Merspenstory
last update Last Updated: 2025-02-21 09:31:38

Pagi itu, suasana di lobi terasa lebih ramai dari biasanya. Lea melangkah masuk dan sengaja memperlambat langkahnya saat mendengar bisikan-bisikan di antara para karyawan yang berkumpul di depan lift. Beberapa dari mereka sibuk menatap layar ponsel, sementara yang lain berbisik dengan ekspresi penuh antusiasme.

Lea berhenti di belakang kerumunan. Namun saat pintu lift terbuka dan ia melangkah masuk, suara-suara itu terdengar semakin jelas.

“Kamu sudah lihat berita tadi malam?” Suara seorang wanita terdengar di belakangnya.

“Ya, aku tidak menyangka skandal sebesar itu akan muncul,” sahut yang lain.

Lea berusaha mengabaikan percakapan itu, tetapi rasa tidak nyaman mulai merayap di dadanya. Ia tahu pasti apa yang sedang dibicarakan, tidak lain adalah skandal Noah. Beberapa karyawan memilih diam, tetapi yang lain tak segan mengecam dengan kata-kata tajam yang menusuk telinga.

Meski tak satu pun dari mereka mengetahui kebenaran di balik status pernikahannya dengan pria itu, Lea tetap meras
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Hasrat Liar Sang Kakak Ipar   99. Campur Tangan Kayden?

    Ruang konferensi utama, Kantor Pusat Easton Industries – Sore Hari.Lampu kamera berkilat tanpa henti, membanjiri ruangan dengan cahaya putih yang menyilaukan. Puluhan wartawan duduk di barisan kursi. Beberapa sibuk mencatat, sementara yang lain menggenggam ponsel atau kamera, bersiap menangkap setiap gerakan dan kata yang keluar dari mulut Noah Easton.Noah duduk di belakang meja panjang dengan logo Easton Industries terpampang di latar belakang. Di sebelahnya, seorang perwakilan hukum dan kepala humas perusahaan duduk diam menunggu. Namun, semua perhatian tertuju pada Noah yang kini tengah berjuang menekan amarahnya.Mikrofon di depannya menangkap setiap tarikan napasnya yang berat. Kamera yang terfokus padanya memperlihatkan garis tegang di wajahnya, menyorot emosi yang ia coba sembunyikan sejak tadi.Setelah beberapa detik yang terasa sangat lama, Noah akhirnya berbicara.“Saya ingin menyampaikan permintaan maaf saya,” suaranya rendah namun jelas. “Atas insiden yang terjadi dan dam

    Last Updated : 2025-02-21
  • Hasrat Liar Sang Kakak Ipar   100. Gema Masalah

    Lea tidak tahu harus mengatakan apa setelah mendengar hal itu. Otaknya mendadak kosong, tak mampu memproses apa pun. Bahkan tubuhnya terasa tertanam di tempat, ia tidak bisa bergerak bahkan sedikit pun.Di depannya, Kayden masih memandanginya dengan tatapan intens dan wajah yang tetap tenang. “Terlalu terkejut untuk merespons?” ucap pria itu dengan suara datar, lalu melangkah lebih dekat hingga jarak di antara mereka terkikis. “Atau kamu mulai memahami sesuatu?”Lea berusaha mengatur napasnya. “Aku hanya tidak mengerti,” gumamnya pelan.Kayden menunduk sedikit. Salah satu tangannya bergerak menyentuh dagu Lea dengan lembut. “Kamu tidak perlu mengerti, Lea Rose. Kamu hanya perlu tahu satu hal,” bisiknya, kemudian merapatkan wajahnya hingga napasnya yang hangat menyapu telinga Lea. “Aku akan membalas siapa pun yang menyakitimu.”Lea menunduk menatap lantai. “Tapi—” Ucapannya terhenti saat Kayden menarik dagunya hingga membuatnya mendongak.“Jangan pernah meragukanku lagi,” kata pria itu.

    Last Updated : 2025-02-22
  • Hasrat Liar Sang Kakak Ipar   101. Jalan Buntu

    “Katakan padanya, kita bisa bicara di rumah. Aku sedang makan malam, dan aku tidak ingin diganggu,” kata Kayden sebelum mengakhiri panggilan sepihak.Lea menghela napas panjang meski kegelisahan masih mengendap di dadanya. Ia menatap Kayden dengan cemas, tidak, sebenarnya wanita itu tampak ingin menangis saking cemasnya.“Dia tidak akan naik ke mari, kan?” tanyanya memastikan.Kayden menatapnya sekilas, lalu kembali menikmati makanannya dengan tenang. Tidak ada tanda-tanda ketegangan di wajahnya, seakan keberadaan Kaelyn di sini mencarinya sama sekali tidak berarti.“Ada apa? Kamu takut?” tanyanya santai, nada suaranya terdengar samar menggoda. Ia menyumpit sepotong sushi dan memasukkannya ke dalam mulut.Lea mengembuskan napas panjang, wajahnya berubah masam. “Menurutmu?” balasnya sedikit kesal. “Kenapa kamu selalu melontarkan pertanyaan yang sudah jelas jawabannya?”Tentu saja Lea takut. Bahkan, ia sangat ketakutan sekarang.Kayden hanya menatapnya sekilas sebelum kembali menyuap ma

    Last Updated : 2025-02-23
  • Hasrat Liar Sang Kakak Ipar   102. Dirampok

    Entah mengapa, Lea tiba-tiba panik, seperti ia baru saja tertangkap basah melakukan sesuatu yang melanggar hukum. Niatnya untuk berbalik arah langsung buyar saat sebuah suara mengudara di belakangnya. Lea terdiam di tempat.“Nyonya Lea Rose.”Suara itu berasal dari sopir pribadi Kaelyn. Lea menelan ludah dengan susah payah sebelum akhirnya berbalik perlahan. Senyum masam terbit di bibir ranumnya saat ia berusaha menyembunyikan kegelisahan yang merayapi dadanya.“Uhm ... Halo, Tuan Simmons. Kebetulan sekali kita bertemu di sini,” ujarnya dengan suara getir.Tuan Simmons melangkah mendekat, dahinya sedikit berkerut saat memperhatikan Lea yang tampak gelisah. Namun sebelum sempat mengutarakan pikirannya, dering ponsel dari dalam sakunya mengalihkan perhatiannya. Dengan cepat, ia merogoh saku celananya dan melihat nama yang tertera di layar.Kaelyn.Ekspresi Tuan Simmons berubah serius saat ia mengangkat panggilan itu. “Ya, Nyonya,” jawabnya dengan nada hormat.Lea berdiri kaku di tempatn

    Last Updated : 2025-02-24
  • Hasrat Liar Sang Kakak Ipar   103. Trauma Baru

    Seluruh wajah Lea basah akan keringat saat mobil berhenti di sebuah tempat sepi yang bahkan tidak dikenalnya. Gelap, sunyi, dan jauh dari keramaian. Ia bisa mendengar detak jantungnya yang berdegup kencang saat sopir itu menoleh ke arahnya dengan seringai licik.“Turun,” perintahnya dengan nada dingin sembari mengacungkan pisaunya di dekat leher Lea.Lea mengangguk pelan, berpura-pura menurut. Sementara di bawah sana, tangannya merogoh tas dengan gemetar dan berhasil menemukan botol parfum kaca yang tersembunyi di dalamnya. Saat pria itu bergerak lebih dekat, Lea segera mengayunkan botol itu sekuat tenaga hingga mengenai wajahnya dengan keras!“ARGH!” Sopir itu menjerit.Tanpa membuang waktu, Lea mendorong pintu mobil dengan keras dan langsung berlari keluar.Kakinya hampir terpeleset di atas salju, tapi ia tidak peduli. Ia hanya bisa fokus untuk berlari, menjauh sejauh mungkin dari pria itu.Dalam ketakutan dan kepanikan, Lea melihat sebuah mobil melaju ke arahnya. Tanpa berpikir pan

    Last Updated : 2025-02-24
  • Hasrat Liar Sang Kakak Ipar   104. Reaksi Kayden

    Kayden segera memeriksa setiap inci tubuh Lea, dari telapak tangan hingga wajahnya, memastikan bahwa wanita itu tidak terluka. Matanya menajam, mencari tanda-tanda cedera sekecil apa pun. Meskipun tak menemukan jejak luka, keresahan di wajahnya tak juga surut.Perampokan adalah kejahatan serius, dan Lea mengalaminya tadi malam.“Demi Tuhan, Lea Rose! Inilah yang paling aku khawatirkan saat membiarkanmu pulang sendiri tadi malam!” geram Kayden dengan wajah frustrasi.Lea menurunkan kedua tangan Kayden dari wajahnya, lalu menatap pria itu dengan sorot mata sayu. “Tapi aku baik-baik saja. Aku hanya kehilangan uang tunai,” ujarnya lirih.Kayden menekan ibu jarinya ke pelipis, lalu menghela napas kasar. Tidakkah Lea menyadari betapa frustrasinya ia sekarang? Wanita ini baru saja mengalami perampokan, tapi malah bersikap seolah itu bukan hal besar.Sial! Kayden benar-benar kesal.“Kamu baru saja dirampok, Lea Rose. Ini kejahatan serius! Tapi kamu—” Kalimatnya terhenti di tenggorokan. Rasa ma

    Last Updated : 2025-02-25
  • Hasrat Liar Sang Kakak Ipar   105. Campur Tangan Vincent

    Di kursinya, Lea menunduk dengan wajah pucat. Meskipun berusaha terlihat tegar, tangannya masih sedikit gemetar di atas pahanya. Napasnya belum sepenuhnya stabil dan sorot matanya menunjukkan sisa-sisa ketakutan yang masih mengendap.“Pulanglah,” ujar Kayden setelah beberapa saat, nada suaranya lebih lembut.Lea segera mengangkat wajahnya, wanita itu tampak ragu-ragu. “Aku masih harus—”“Pulang, Lea Rose,” potong Kayden tegas. “Kamu butuh istirahat.”Lea terdiam. Ia tahu pria itu tidak akan menerima bantahan.Tanpa menunggu lebih lama, Kayden meraih ponselnya dan menekan nomor seseorang di layar. “Aku akan menyuruh seseorang mengantarmu,” katanya.Lea buru-buru menggeleng. “Tidak perlu. Aku bisa pulang sendiri.”Tatapan Kayden mengeras. “Jangan membantahku.”Namun sebelum panggilannya berhasil tersambung, suara dering ponsel Lea tiba-tiba terdengar dari dalam tasnya.Lea meraih ponselnya dan menatap layar dengan kening berkerut. Nomor tak dikenal.Dengan sedikit ragu, Lea akhirnya men

    Last Updated : 2025-02-25
  • Hasrat Liar Sang Kakak Ipar   106. Kayden's Justice

    Dua hari kemudian ….Lea menggenggam tasnya dengan erat saat memasuki kantor polisi. Langkahnya sedikit ragu, tetapi ia memaksakan diri untuk terus maju. Setelah berpikir matang, ia memutuskan untuk memenuhi panggilan dan memberikan keterangannya terkait insiden perampokan yang dialaminya dua hari lalu.Ini adalah pertama kalinya Lea menginjakkan kaki di tempat seperti ini. Udara di dalam kantor polisi terasa sedikit kaku dengan suara telepon berdering dan langkah-langkah petugas yang sibuk berlalu lalang. Perasaan gugup menyelimutinya, tetapi Lea tetap melangkah.Seorang petugas berseragam rapi berjalan mendekat dan menatapnya dengan ramah. “Selamat pagi, Nona. Ada yang bisa kami bantu?” tanyanya.Lea menelan ludah dengan sedikit payah sebelum akhirnya tersenyum tipis. “Selamat pagi, Sir. Saya datang untuk memberikan keterangan terkait laporan perampokan dua hari lalu,” sahutnya sopan.Petugas itu mengangguk kecil. “Anda Nona Lea Rose?” tanyanya memastikan.“Ya,” Lea menjawab pelan.“

    Last Updated : 2025-02-25

Latest chapter

  • Hasrat Liar Sang Kakak Ipar   181. Red Velvet, Kopi, dan Saudara Tiri Menyebalkan

    Lea melangkah keluar dari ruang pemeriksaan dengan napas sedikit terengah. Dokter mengatakan kondisinya membaik, meskipun tekanan psikisnya belum sepenuhnya stabil. Tubuhnya memang tidak memar sebanyak dulu, tapi pikirannya masih rapuh. Ia mendapati Rhael duduk menyandar di bangku, kakinya disilangkan dan earphone sudah kembali menggantung di leher. Matanya menatap layar ponsel tanpa ekspresi, seolah dunia tidak menarik selain apa pun yang sedang ia baca. “Sudah selesai?” tanya Rhael tanpa menoleh. Lea mengangguk kecil. “Ya.” Rhael bangkit, lalu memasukkan ponsel ke saku jaketnya. “Bagus. Ayo pulang. Aku lapar.” Namun sebelum langkah mereka benar-benar bergerak ke pintu keluar, Lea berhenti. Ia menatap Rhael yang kini berdiri sedikit di depan. “Aku ingin mampir dulu,” ucapnya pelan. Rhael mengerutkan dahi. “Mampir?” sahutnya heran. “Ada kafe di dua blok dari sini. Aku ingin makan cake.” “Cake?” ulang Rhael, nadanya terdengar mengejek. “Kamu baru saja dicek karena trauma, dan s

  • Hasrat Liar Sang Kakak Ipar   180. Berburu Tanpa Ampun

    Untuk sesaat, Kayden membeku. Pandangannya tak berubah, tapi tubuhnya menegang. Ia memutar tubuhnya perlahan dan menatap Jonas tajam.“Di mana dia?” Suaranya dalam dan mendesak.“Lokasinya di dekat tempat parkir bandara lama, kira-kira satu jam dari sini. Tim sedang menuju ke sana.”“Kita ke sana sekarang,” ucap Kayden tanpa ragu.Mereka melangkah tergesa menuju mobil yang diparkir sembarangan di seberang jalan, di bawah rindangnya pohon yang daunnya berguguran tertiup angin.Begitu pintu mobil terbuka, Kayden langsung masuk ke kursi penumpang dan membanting pintunya dengan suara berat. Jonas menyusul, lalu menyalakan mesin tanpa bicara, seolah ikut larut dalam ketegangan yang memenuhi udara.Untuk beberapa detik, suara angin dan ombak dari kejauhan jadi satu-satunya yang terdengar.Lalu…Mesin mobil menderu kencang memecah keheningan pagi itu. Ban berdecit ringan saat mobil melaju meninggalkan tepi teluk.Beberapa menit berlalu dalam diam sebelum akhirnya Kayden bertanya, “Seberapa j

  • Hasrat Liar Sang Kakak Ipar   179. Hidup Tanpa Arah

    Sudah beberapa bulan sejak pemakaman Lea, tapi Kayden masih belum bisa melupakan wanita itu. Hidupnya mungkin berjalan sebagaimana mestinya—pekerjaan, rapat, tanggung jawab perusahaan—namun hati dan perasaannya tertinggal di hari pemakaman itu.Sejak saat itu, Kayden memutuskan pindah. Ia meninggalkan rumah mewah milik keluarga Easton dan menempati apartemen yang dulunya dihuni oleh Lea. Bagi orang lain itu mungkin terlihat gila atau bahkan menyedihkan secara tidak sehat. Tapi baginya, hanya itu satu-satunya cara agar ia merasa dekat dengan wanita yang telah mengambil seluruh hatinya.Malam itu, setelah bekerja seharian dan menyelesaikan rapat penting yang menjemukan, Kayden memilih menghabiskan waktu di bar mewah di pusat kota. Tempat itu penuh cahaya temaram, dentingan gelas, dan alunan musik jazz yang memenuhi udara.“Tuan Muda Easton, mau kutemani malam ini?”Suara itu menggoda, lembut namun jelas ditujukan untuk menarik perhatian. Seorang wanita cantik bertubuh ramping mendekatin

  • Hasrat Liar Sang Kakak Ipar   178. Empati dalam Versi Paling Aneh

    Mereka duduk di meja makan dengan formasi yang tampak biasa saja—Indi di kepala meja, Julianne di sisi kanan, dan dua kursi di kiri dan kanan yang kini ditempati Lea dan Rhael. Tapi tidak ada yang benar-benar terasa biasa.Lea duduk dengan tenang, menyendok sup labu yang masih mengepul. Tangannya bergerak pelan. Tapi bukan karena gugup, lebih karena tubuhnya yang masih dalam pemulihan.“Supnya seperti biasa, luar biasa,” ujar Indi mencoba membuka percakapan.Julianne tersenyum. “Resep lama dari Mama.”Rhael hanya memutar sendoknya dalam mangkuk, pria itu sama sekali tak menyentuh makanannya. Matanya sesekali melirik ke arah Lea, tapi bukan dengan ketertarikan.Lea sadar, tentu saja.“Kamu makan dengan tenang sekali,” ucap Rhael. “Padahal bisa saja sup ini mengandung sesuatu.”Julianne sempat terbatuk kecil. Indi menghentikan gerakannya, lalu menoleh tajam. Tapi Rhael hanya tertawa pelan.“Aku hanya heran,” katanya tenang. “Dia tampak nyaman sekali duduk di meja ini. Padahal baru beber

  • Hasrat Liar Sang Kakak Ipar   177. Keluarga Baru

    Indi menoleh sambil menghela napas. “Bersikaplah sopan, Rhael.”Rhael.Lea langsung meresapi nama itu ke kepalanya.Pria bernama Rhael itu berhenti tepat di hadapan Lea, namun menjaga jarak. Ia tidak mengulurkan tangan, tidak pula tersenyum.“Lea,” ujar Indi, memperkenalkan dengan nada tenang, “ini putraku. Rhaeliel Ravenwood. Dia baru kembali dari New York tadi pagi.”Lea mengangguk sopan. “Senang bertemu dengan Anda.”Alih-alih menjawab, Rhael justru memiringkan kepala sedikit, alisnya terangkat ringan. “Aneh. Biasanya orang bilang ‘senang bertemu denganmu’ hanya untuk basa-basi. Tapi dari nadamu, aku bisa lihat kamu benar-benar serius. Itu langka.”Lea menahan diri untuk tidak mengerutkan kening. Dari nada bicara serta sikapnya, Lea tahu persis bahwa Rhael tidak akan menyukainya.“Dia belum sepenuhnya pulih,” sahut Indi memperingatkan. “Jangan mulai dengan permainanmu, Rhael.”Rhael tertawa kecil. “Permainan? Aku hanya mengamati. Lagi pula, jarang-jarang ada seseorang yang hidup la

  • Hasrat Liar Sang Kakak Ipar   176. Kebangkitan Lea

    Sudah satu tahun sejak nama Lea Rose dibisikkan dengan iba dan air mata.Setahun sejak makamnya dipenuhi bunga dan berita kematiannya memenuhi halaman utama.Setahun sejak dunia mengira kisahnya telah usai.Tapi malam ini, di bawah cahaya kristal dan denting gelas berisi sampanye, kisah itu menolak tamat.Acara amal ‘Hope for Women’ digelar megah di ballroom hotel bintang lima milik keluarga Thompson.Tamu-tamu terhormat berdatangan dengan gaun malam dan senyum palsu. Kamera menyorot setiap sudut ruangan. Dan para pembicara bergiliran naik ke atas panggung, mengucapkan kata-kata manis yang ditulis oleh sekretaris mereka.Dan di tengah semua kemewahan itu, pintu utama terbuka perlahan.Bukan dengan gegap gempita. Bukan dengan pengumuman.Melainkan hanya suara langkah pelan yang menimbulkan hening sesaat.Semua mata beralih.Dan waktu seolah ikut terhenti.Gaun sutra putih menelusuri lantai marmer. Rambut hitam disanggul rapi, memperlihatkan garis wajah tegas nan tenang. Tatapan matanya

  • Hasrat Liar Sang Kakak Ipar   175. Pemakaman Tanpa Jenazah

    Empat hari berlalu sejak pencarian besar-besaran dilakukan di Teluk Seruni. Ombak telah surut, kabut mulai jarang turun, tapi tidak ada satu pun tanda keberadaan Lea yang ditemukan. Tidak pakaian, tidak sepatu, tidak jejak darah, tidak mayat. Seolah wanita itu menguap ditelan laut dan karang.Di sisi lain, tekanan dari media dan masyarakat terus meningkat. Termasuk dari keluarga Thompson yang akhirnya merilis pernyataan resmi lewat kuasa hukum mereka.'Dengan berat hati, kami menyatakan bahwa putri kami, Lea Rose Thompson, dinyatakan meninggal dunia. Kami berterima kasih kepada pihak kepolisian dan tim SAR atas upaya maksimal mereka. Kami memohon ruang dan privasi untuk berduka.'Pernyataan itu menyebar cepat di televisi, radio, dan media sosial. Kalimat sederhana itu menghantam Kayden lebih keras daripada semua badai yang pernah ia hadapi.Di dalam ruangannya yang gelap, ia menatap layar televisi yang menampilkan foto lama Lea—tersenyum dalam balutan gaun putih saat wisuda kuliah. K

  • Hasrat Liar Sang Kakak Ipar   174. Main Kucing dan Tikus

    Malam mulai turun pelan-pelan, menyapu Teluk Seruni dengan kelam yang lembap. Lampu-lampu dari tenda SAR berpendar redup di kejauhan, sesekali terdengar bunyi radio dari petugas yang masih berjaga.Kayden keluar dari tenda penyelidikan, rokok menyala di antara jari-jarinya. Ia jarang merokok—hampir tak pernah lagi—tapi malam ini tubuhnya menuntut pelarian. Asap pertama mengepul dari bibirnya bersamaan dengan helaan napas berat.Dia menatap lautan yang sama sekali tak memberi jawaban.Langkah Jonas terdengar dari belakang. “Tim SAR akan lanjut pencarian esok pagi, saat ombak sedikit tenang. Mereka butuh istirahat.”“Biarkan saja yang istirahat. Kita tidak bisa.” Kayden membuang puntung rokoknya, lalu mendekati pagar pembatas yang masih dipenuhi bekas coretan kuning polisi. “Apa kamu yakin tim kita sudah memeriksa semua jalur keluar masuk?”“Sudah, Sir. Tapi ada satu jalan lama yang terhubung ke gudang pelabuhan. Sudah tidak aktif sejak lima tahun lalu. Saya kirim dua orang ke sana untuk

  • Hasrat Liar Sang Kakak Ipar   173. Proses Pencarian

    Dada Kayden terasa seperti dihantam palu. Tangannya bergetar saat membaca ulang berita itu. Gambar mobil Lea yang setengah tenggelam di antara puing-puing pagar pembatas jalan tol laut terpampang jelas. Polisi menduga mobil itu menabrak pembatas, terjun ke laut, lalu terseret arus.Tapi tak ada jasad. Tak ada tubuh. Hanya mobil. Dan jejak yang seakan menghilang ditelan laut.“Tidak mungkin …,” bisik Kayden. Kepalanya langsung penuh dengan kemungkinan terburuk—namun juga dengan harapan kecil yang membakar dadanya.Tidak ada jasad. Itu berarti belum tentu dia mati, bukan?Ia meraih ponselnya. Yang ia butuhkan hanya satu, informasi akurat. Jonas.“Segera ke Teluk Seruni. Kerahkan semua orang yang kita punya. Aku ingin penyelaman dilakukan sampai radius sepuluh mil laut. Aku tidak peduli berapa biaya yang dibutuhkan. Temukan dia, hidup atau mati,” perintah Kayden ketika panggilan berhasil tersambung.“Sir, polisi—”“Polisi lambat. Aku tidak akan duduk diam menunggu mereka bekerja.”Setela

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status