Setiap moment percintaannya bersama Bella terasa begitu menakjubkan bagi Austin.Masih ada sedikit rasa tidak percaya, kini dia bersama wanita yang merupakan cinta pertamanya.Ekspresi Bella yang menikmati setiap sentuhan Austin terlihat begitu mempesona dan tulus. Wajah malu dan merona ketika mendesah membuat Bella terlihat sangat cantik dan membuatnya ingin terus melihat ekspresi Bella seperti itu."Ahhh..!! Aku benar-benar terjerat dengan cintaku ini..!" batin Austin yang terus memacu dirinya dengan cepat membuat Bella mengerang kenikmatan."Ahh... Kamu sangat cantik love..!" seru Austin.Austin merasakan kewanitaan Bella meremas tongkatnya dengan kuat.Bersama dengan racauan Bella yang menandakan akan mencapai or-gas-menya. Dirinya pun sudah diambang batas menahan denyutan yang begitu kuat di tongkatnya."Oh my! Bellaaa...!!!" erangan pria gagah itu."Ahh... Austinn..!! Eunggg... Ah..."Cairan cinta mereka tumpah begitu banyak menandakan mereka mendapatkan puncak or-gas-me yang be
Hingga akhirnya, Bella dan Austin menyelesaikan satu ronde panas di dalam kamar mandi. (Adegan tanpa sensornya ada di extra part terpisah, DM ke IG @ma2.zan)"Oh iya sayang... Tadi kamu bilang Max akan menyiapkan segalanya.. Memangnya, mau menyiapkan apa..?" tanya Bella sambil berjalan menuju wardrobe—memilih pakaian tidur untuk Austin dan dirinya."Ohh itu... Max akan memasang penyadap di mobil Steve dan beberapa kamera untuk mengawasi gerak-gerik Steve... Serta yang terutama, memasang cctv yang hanya bisa di akses olehku. Jadi, kalau dia berani menyakitimu. Aku akan langsung teleport ke tempatmu sayang.." jelas Austin yang lagi-lagi kembali membual di akhir membuat Bella hanya bisa geleng-geleng kecil.Austin meraih pakaian yang diberikan Bella dan memakainya.Bella juga memakai gaun tidurnya, senada dengan pakaian tidur Austin."Sini sayang.." Austin menyuruh Bella duduk di tepi ranjang.Kemudian, Austin membuka handuk yang masih menggulung di rambut Bella.Nginngggg...Bunyi haird
"Austin.. Bangun..." suara khas bangun tidur Bella membangunkan Austin yang masih memeluk tubuhnya.Bella mengangkat tangan Austin yang berada di atas perutnya. Kemudian turun dari atas tempat tidur."Masih jam 5 pagi," gumamnya melihat jam dinding.Bella masuk ke dalam kamar mandi untuk membasuh wajahnya dan menyikat gigi. Gaun tidur Bella masih utuh melekat di tubuhnya. Karena semalam mereka berdua tidur dengan normal. Hanya saling mengecup dan pillow talk. Hingga mereka berdua terlelap melewati malam.Bella mengenakan kimono gaun tidurnya karena cuaca yang masih begitu dingin.Setelah itu, Bella mengambil pakaian kerja Austin dan menatanya untuk dipakaian Austin."Bella.. Sayang...?" teriak Austin dengan suara beratnya mencari kekasihnya yang sudah tidak ada di sampingnya."Iya... Aku disini...!" sahut Bella yang masih berada di dalam ruang pakaian. Memilihkan dasi yang pas dengan setelan Jas yang akan Austin kenakan.Austin yang tadi sempat panik, akhirnya bernafas lega dan tersen
Tiba-tiba...Ceklek"Austin...!" seru Steve yang langsung masuk ke dalam ruangan Austin."Ada apa Steve?" tanya Austin tenang.Namun, Steve melihat ke arah Cindy."Kita lanjutkan sebentar Cindy," ujar Austin mengerti Steve ingin ruang privasi.Cindy pun yang mengerti langsung meminta izin keluar."Permisi Pak," pamit Cindy dan menutup pintu.Steve kemudian duduk di atas sofa dan menghela nafasnya dengan kasar."Bella kabur dari rumah!" ujar Steve tiba-tiba membuka percakapan."Sampai sekarang, dia belum memberiku kabar...""Sebenarnya kemana dia..!!"Steve terus berbicara. Sedangkan Austin hanya diam mendengarkan perkataan Steve sampai selesai."Memangnya ada masalah apa? Apa dia tahu tentang wanita yang di kanada itu?" tanya Austin balik dengan nada sedikit sinis."Hahhh..!!" nafas kasar Steve."Lebih parah!! Kemarin aku nekat melakukannya di rumah saat ada Bella. Sepertinya Bella melihat perbuatan kami," jujur Steve yang memijit keningnya."Kamu terlalu jauh bermain api," sarkas Aus
Tangan Bella gemetar mendengar semua perkataan Steve. Semua kata-kata yang diucapkan Steve seperti bualan baginya dan terdengar sangat memualkan."Oekk..." perut Bella terasa mual dan dengan cepat memutuskan sambungan telpon dari Steve.Bella berlari ke kamar mandi dan mengeluarkan isi perutnya ke dalam westafel."Oekk... Oekk.."Austin yang baru saja tiba di apartement mendengar suara Bella dari kamar mandi di ruang tamu."Sayang...?!" seru Austin."Humppt..."Austin segera berlari ke arah kamar mandi."Sayang.. Kamu kenapa..??" panik Austin melihat Bella memegang perutnya dan mengeluarkan semua isi perutnya."Hmm..." balas Bella yang mengangkat tangannya menandakan dirinya baik-baik saja.Austin mengusap lembut belakang Bella hingga kekasihnya itu merasa lebih baikan."Sudah sayang..?" tanya Austin yang melihat Bella membasuh mukanya. Dan dijawab dengan anggukan kecil Bella.Austin dengan cepat mengambil handuk kecil di laci westafel dan mengeringkan wajah Bella dengan lembut."Ayo
Joy yang merasa sangat kesal melihat Steve mengacuhkan dirinya karena telpon dari Bella memutuskan pergi ke ruang pantry."Eh.. Cindy..? Kamu di sini..?" sapa Joy yang melihat Cindy tengah duduk sendirian sambil meminum teh."Hai Joy... kamu juga ke sini..?" balas Cindy dengan wajah lesu."Iya, lagi gak ada kerjaan," ujar Joy sambil membuat segelas teh."Bagaimana dengan wajah Pak Steve...?" tanya Cindy."Ya begitulah... Kalau Pak Austin..?" tanya Joy balik karena memang penasaran juga dengan keadaan Austin."Yang aku lihat, hanya sedikit memar di pipi dan sudut bibirnya berdarah.”"Memangnya ada masalah apa sih..?" sambung Cindy yang tidak menahu apa alasan keributan antara Bosnya dan Bosnya Joy.Joy yang enggan menceritakan masalah pribadi Steve pun hanya mengangkat bahunya, "Entahlah...""Ehh iyaa..!! By the way, tadi aku lihat Pak Austin lagi video call sama kekasihnya loh..!! Ahhhh... Aku gak nyangka kalau Pak Austin bisa jadi orang yang manis banget sama pasangan... Pak Austin b
"Ada apa..??!" tanya Ken kaget."Kamu yang awasi..!! Aku janji akan mentraktirmu selama satu bulan penuh...!!!" ujar Fin sebelum Ken melihat apa yang sudah menodai matanya."Seriuss?? OK DEAL!!" setuju Ken semangat dan meraih ponsel milik Fin dari tempat tidur.Dan tepat saat Ken melihatnya."Fuck You Fin! Aku akan mentraktirmu selama dua bulan!" tantang Ken yang kembali melempar ponsel tersebut ke tempat tidur."No...!!! Kau sudah menyetujui perjanjian awal..!!" seru Fin penuh kemenangan dan tersenyum puas."Sh*it...!!!" maki Ken mau tidak mau mencemari matanya dengan adegan yang begitu durjana bagi dirinya"Awas kamu ikut masuk ke room sebelah...!! Hahahahhahahahha...!" Celutuk Fin dan tertawa terbahak-bahak."Diamlah sebelum aku membunuh mereka berdua di sebelah saat ini juga..!!!" geram Ken yang sudah meraih pistol di saku jasnya.GlekFin langsung terdiam. Karena apabila Ken sudah mengatakan seperti itu. Dia tidak akan segan-segan untuk melakukan apa yang dia katakan.Ken merupak
Bella sudah mulai gelisah menunggu Austin yang sudah terlalu lama hanya untuk membeli sebungkus pembalut.Apalagi saat ini, Austin tidak membawa ponselnya. Membuat Bella tidak bisa menanyakan keberadaan kekasihnya itu."Astaga... Ini sudah lebih tiga puluh menit...!" ujar Bella khawatir melihat ke arah layar ponselnya.Bella berdiri dengan tenang di satu tempat. Tapi hatinya begitu gelisah."Dia tidak kenapa-napa kan..?" gumam Bella menggigit ujung ibu jarinya.Biipp biipp biipppCeklekMendengar suara pintu dibuka. Bella langsung berlari ke arah pintu. Karena Austin belum juga masuk."Sa—""Haii.. sayang...!" Austin dengan kesusahan membawa masuk empat kantong paper bag besar di tangannya.Bella membantu dengan membuka pintu dengan lebar."Kamu beli apa sayang sebanyak ini..??!" tanya Bella yang belum melihat isi dari paper bag."Hhhaaahh.. Hufttt...!" Austin mengatur nafas setelah menaruh semua paper bag tersebut di atas sofa."Pembalut kamu sayang..." jawab Austin santai dan tersen