Vladimir tersenyum tipis, “Apa kamu membenci Ayahmu?”“…”Radmond terdiam sesaat, “Aku akan munafik, jika aku berkata tidak membencinya.”Vladimir menghela nafas pelan, “Aku akan menceritakan sebuah kisah.”“Beberapa tahun sebelum Ayahmu meninggal. Di ulang tahunku, Ayahmu pernah membual kalau dia akan memberikan aku hadiah yang tidak dapat di beli dengan uang. Dan aku pun mengiyakan akan hal itu. Aku cukup penasaran hadiah apa yang akan di berikan oleh Ayahmu. Karena bagi ku priabdia, apapun yang ada dan memiliki nominal aku pasti bisa membelinya.” Ujar Vladimir tertawa kecil mengingat momentnya bersama sang sahabat.“Begitu para tamu sudah mulai pulang dan mulai sepi, dia mengajakku untuk melihat hadiah yang akan ia berikan. Dan dari apa yang aku lihat. Ayahmu sepertinya membawa lukisan. Aku sampai berpikiran lukisan apa yang ia bawa sampai mengatakan tidak dapat di beli dengan uang. Sedangkan lukisan dari para pelukis ternama pun bisa aku beli selama aku suka dan mereka jual. Aku
Arthur dan Edelmiro yang melihat arah tujuan Radmond kembali mengarahkan semua orang. Mereka berdua saling melirik. “Hmm, ayo ayo ayo…!” seru mereka berdua sambil melebarkan tangan mereka berdua. Mengarahkan yang lainnya membelakangi Radmond.Austin yang lihat Radmond berbisik ke istrinya. “Sayang, sepertinya Ayahnya Monica ingin berbicara denganmu.” Bella mendongak ke suaminya dan mengangguk.“Iya sayang,” jawabnya, kemudian Austin juga ikut menjauh. Memberikan tempat untuk Radmond.Para istri- istri pun mengalihkan perhatian mereka dengan kompak. Mereka melakukan semua ini untuk menjaga harga diri dari seorang kepala bangsawan. Meskipun saat ini, Radmond pribadi sudah tidak lagi peduli dan masalah akan hal itu.Namun semua itu mereka lakukan karena kepekaan mereka pribadi.Radmond berjalan di temani oleh Monica. Begitu Radmond tiba di depan Bella, dia melepaskan rangkulannya dari Monica.Tepat saat Radmond ingin menunduk. Bella yang sudah mengantipasi langsung menahan Radmond. Pria i
“Baiklah, katakan saja pada Paman dan Paman akan meluangkan waktu seharian untuk mengerjakan lukisanmu.” Seru Radmond.“Terima kasih Paman!” Radmond berjalan mendekat ke arah Austin dan Bryan. Begitu tepat di belakang mereka. Radmond menepuk kedua pundak pria tinggi di depannya.Sontak Austin dan Bryan berbalik.“Paman?” ujar Austin dan Bryan bersamaan.Radmond melihat Austin, “Austin Paman minta maaf atas sikap Paman sebelumnya.”Austin membungkukkan badannya, “Saya yang salah Paman, maafkan atas kelakuan saya,”Helaan nafas terdengar, “Hah.. Paman dulu memang sangat membenci pria yang sudah melakukan itu kepada Monica, sampai Paman juga sempat membenci cucu paman yang sangat menggemaskan itu. Sampai aku harus mempertahankan harga diriku dengan menahan diri agar terlihat tidak menyukainya. Padahal aku sangat ingin memeluk cucu perempuanku itu.”“Dan karena kejadian inilah, Paman bisa kembali kepada diriku, bisa kembali kepada keluarga yang sudah aku tinggalkan,”Austin tersenyum. Da
Setelah menunggu kurang lebih tiga puluh menit, akhirnya kanvas yang di pesan khusus oleh Radmond akhirnya tiba.Kanvas berukuran 2 meter itu mulai di bentangkan. Perlengkapan lukis seperti Palet, beberapa jenis kuas, beberapa jenis cat serta perlengkapan lainnya. Warna yang begitu lengkap tersedia di atas meja.“Silahkan Tuan Radmond, semua perlengkapan anda sudah siap.” Ujar pria yang menjadi kepala perlengkapan tadi.“Terima kasih,” jawab Radmond.Radmond kemudian mengambil posisi, berdiri tepat di tengah – tengah kanvas besar itu. Kemudia pria itu mulai melakukan gerakan peregangan.“Ok! Kalian aktifitas seperti biasa saja!” seru Radmond kepada Austin, Bella, Monica, Bryan dan Earnest.“Eh? Serius Ayah? Kita gak perlu berdir atau berpose?” tanya Radmond.“Boleh! Kalau kau mau berpose sekitar dua sampai tiga jam. Ayah akan dengan senang hati menerimanya,” jawab Radmond santai membuat Austin yang mendengarnya segera menarik istrinya.“Ayo sayang,” Tiga jam berdiri dengan posisi yan
Beberapa jam sudah berlalu, tidak ada lagi amarah, kesedihan ataupun rasa benci. Hanya ada suara canda tawa yang terdengar. Baik di halaman rumah sampai di dalam rumah.Sampai tidak terasa langit pun berganti menjadi begitu gelap.“Chelsea gak mau pisah dengan Arion,” protes Chelsea di saat rombongan Teodorko ingin kembali ke kediaman mereka. Chelsea yang sudah begitu sayang dengan Arion tidak ingin berpisah dengan adik laki – lakinya itu. Seharian full dia yang menemani Arion bermain, bersikap seperti seorang kakak perempuan yang menjaga adiknya.“Iya sayang, nanti kita datang lagi ke sini ya?” bujuk Monica.Chelsea menatap wajah Bella dengan puppy eyesnya, “Oh my, lihatlah… Dia meminta bantuanku sayang…” Bella berbisik kepada Austin membuat Austin tertawa geli.Bryan dan Austin akhirnya turun tangan membujuk putri kecil itu.“Nanti Daddy jemput Chelsea,” ujar Austin.“Iya, atau besok Ayah yang antar Chelsea bertemu Arion. Bagaimana?”Chelsea melihat ke Austin dan Bryan bergantian. “
Beberapa menit pun berlalu. Akhirnya Austin tiba di sebuah Rumah Sakit. Pria itu berjalan masuk dan dia mendapati Steve yang tengah duduk menyendiri di sebuah kursi taman. Austin berjalan menghampiri Steve. Steve menoleh melihat Austin, dan tersenyum sekilas lalu kembali menatap lurus tanpa mengeluarkan sepatah kata pun. Austin sontak terkejut. Dia yang selama ini hanya mendapat kabar dari dokter langsung berjalan lebih cepat dan mengambil tempat duduk tepat di samping Steve.Tepat saat Austin mendaratkan pantatnya, terdengar suara Steve yang bertanya, “Bagaimana kabar Bella?”Austin kembali kaget, yang dia tahu kalau Steve selama ini mengalami delusi yang beranggapan dirinya masih pengusaha yang hebat dan memiliki istri yang bernama Bella Sophie.“Dia baik – baik saja,” jawab Austin.“Hmm, syukurlah…” sahut Steve dengan tenangnya. “Apa dia bahagia bersamamu?” sambung Steve kembali bertanya.Austin yang paham pun akhirnya tersenyum, “Ya. Dia sangat bahagia. Kami juga sudah memiliki se
Beberapa bulan setelahnya. Bryan dan Monica ke Bali untuk mengadakan pernikahan mereka. Yang di mana kedua orang tua Bryan berada di Bali, Indonesia. Setelah melewati berbagai prosesi, Bryan dan Monica akhirnya bisa masuk ke dalam kamar pengantin mereka berdua tanpa hambatan dan keisengan para kakak – kakak mereka.Masih mengenakan gaun pengantin berwarna putih yang terlihat simple namun sangat indah memperlihatkan tiap lakukan tubuh istrinya. Gaun pengantin yang tertutup dan berlengan panjang, justru malah memberikan kesan yang seksi di kenakan oleh Monica. “Kamu sangat cantik sayang.” Puji Bryan menatap istrinya penuh cinta.Mulai hari ini hubungan mereka resmi menjadi pasangan suami istri. “Kamu juga sangat tampan sayang,” balas Monica tersipu malu mengucapkan pujian terhadap suaminya yang masih lengkap mengenakan tuxedo berwarna putih. Kamar pengantin yang sudah di hias sedemikian rupa oleh pihak Hotel yang merupakan salah satu Hotel dari Keluarga Barata di Bali. Kelopak mawar
Kedua tangan Bryan bukan hanya memilin puting Monica, Tangannya pun mulai meremas lembut dan wajahnya kini sudah berhadapan dengan dua gundukan yang begitu indah itu. Bryan meremasnya membuat payudara itu semakin membulat. Monica yang melihatnya menggigit bibirnya, dan jeritan manja lolos dari Monica. “Akh Geli sayang… Euhmm…” Bryan menjilati cherry payudara Monica dan menghisapnya seperti bayi. Bryan membuat Monica tersipu malu di sela mulutnya yang terus terbuka karena mendesah nikmat. Rasa yang menyerang terasa sungguh luar biasa. Semua nadi ditubuhnya seolah mengalir begitu cepat. Monica membusungkan dadanya. Membuat Bryan semakin gila menikmati kedua payudara istrinya. Bryan menghisapnya bergantian, menjilati, menyesap hingga memberikan tanda cinta yang begitu indah. Tangan kanan nya mulai turun mengusap paha istrinya. Bryan memiringkan posisiny, berbaring di atas kasur. Monica di buat semakin merinding. Sapuan tangan Bryan membuat tubuhnya terus terasa ngilu di tiap sendin
Elle keluar dari kamarnya setelah berpakaian dan menyusul Ludwig yang ada di dapur.“Mau makan apa? Pizza, Burger, Spaghetti, atau Steak?” tanya Ludwig sambil tersenyum.Wanita berhazel itu seketika terbengong, “Apa semuanya ada di sini?” gumamnya dalam hati.“Tapi karena kamu pertama kali ke desa ini, aku akan perkenalkan kamu dengan makanan yang ada di sini.” Sambung Ludwig sambil mengeluarkan dua piring sayur lengkap dengan ubi rebus sebagai asupan karbohidrat mereka sambil tersenyum dan mengedipkan satu matanya, menggoda Elle.Elle akhirnya sadar kalau saat ini Ludwig sedang menggodanya, Kemudian wanita cantik itu berdiri dan meninggalkan Ludwig begitu saja.Ludwig dapat mendengar suara ribut – ribut dari dalam kamar Elle. Dan tidak lama kemudian Elle keluar dengan membawa beberapa kotak makanan yang cukup besar.Wanita cantik itu menatanya di atas meja dengan rapi. Elle mengeluarkan empat macam lauk yang membuat Ludwig terkejut.Elle duduk dan tersenyum, “Malam ini kita makan in
Elle sontak menoleh ke asal suara dan blush… Wajahnya kembali memerah karena tepat di depannya ada Ludwig dengan senyuman manisnya tengah melihatnya. Jarak wajah mereka begitu dekat.“Ludwig? Kamu sudah selesai?”“Iya, dan kenapa kamu ada di sini bukannya beristirahat?” balas Ludwig lalu berdiri terlebih dahulu, sambil membantu Elle untuk berdiri dengan mengulurkan tangannya.Elle menerima bantuan Ludwig dan meraih tangan pria tampan di depannya.“Terima kasih,” Elle berdiri. Dengan sigap Ludwid mengambil lukisan yang ada di tangan Elle.“Aku kesini karena aku sempat berpikir kenapa orang yang mengatakan suka padaku tidak kunjung datang setelah aku ada di sini padahal sudah lebih 3 jam sejak dia meninggalkan aku.”“Hmm, aku jadi ragu kalau dia sungguh menyukaiku,” sambung Elle menggoda Ludwig.Ludwig seketika panik, “Bu… bukan begitu… Maaf… bukan mak – ““Hahahhaa…” Elle tertawa melihat wajah panik Ludwig.“Kamu menggodaku?”Wanita cantik berhazel biru itu mengangkat bahunya, “Hmm…”“
Ludwig langsung menghampiri Elle begitu melihat wanita pujaannya itu. Pria itu benar – benar di buat shock tapi juga bahagia.“Kamu di sini Elle?” tanya pria itu masih tidak percaya.Elle tersenyum dan mengangguk.Kepala desa bingung melihat Pak Dokter terlihat akrab dengan tamunya.“Ehm, Pak Dokter.” Imbuh Kepala Desa.“Ah iya Pak. Maaf. Lalu bagaimana Pak?” tanya Ludwig begitu sadar. Membuat Elle tertawa kecil.“Begini Pak, saya mau menjelaskan rumah tinggal untuk Nona Elle, beliau akan tinggal di rumah yang – ““Tidak perlu Pak, Nona Elle akan tinggal bersamaku.” Potong Ludwig dengan cepat.Tentu saja Elle terkejut, begitu juga dengan Kepala Desa.“Ludwig? Kenapa aku tinggal denganmu?” seru Elle.“Iya, aku sangat sibuk setiap harinya. Setidaknya kalau kamu di rumah singgahku. Aku akan merasa jauh lebih tenang menjagamu dari para kawanan serigala seperti mereka.” Jelas Ludwig sambil menunjuk ke arah tiga pria yang tengah melihat mereka dengan wajah penuh tawa.Elle menoleh ke arah
Begitu Elle tiba di rumah Cath. Wanita cantik itu mulai mengurus dokumen – dokumen yang ia perlukan untuk bisa berkeliling dengan bebas di Afrika. Setidaknya butuh waktu seminggu baru ia bisa mulai beraktifitas. Selama satu minggu ini pula Elle terlihat akrab dengan anak – anak di sekitar lingkungan tempat tinggal Cath.Elle setiap hari duduk di depan rumah dan melukis suasana yang ada di depan matanya. Baik tawa polos anak – anak yang tidak paham dengan kondisi mereka saat ini dan raut muram dari beberapa anak yang merasa kelaparan.Hal inilah yang membuat dada Elle merasa miris akan kemiskinan di negara yang ia pijak sekarang.“Huftt seandainya semua orang kaya di dunia ini menyisihkan kekayaan mereka untuk berinvestasi atau memperbaiki system kehidupan di negara ini, aku pikir mereka semua bisa berkembang.” Gumam Elle menghela nafas di suatu sore. Tapi entahlah. Apa memang ini adalah solusinya atau memang tidak ada solusi sama sekali.“Hei Elle, kamu di luar?”“Hai Cath, iya nih la
Niat awal ingin mengerjai Ludwig. Elle malah ketiduran di dada bidang Ludwig. Hawa tubuh hangat Ludwig tanpa sadar membuat wanita cantik itu merasa nyaman.Di kala ngantuk menyerang, Elle memejamkan matanya dan merngakul lengan Ludwig. Sedangkan Ludwig yang mulai bisa mengendalikan dirinya memegang perlahan kepala Elle, dan memperbaiki posisi tidur Elle agar jauh lebih nyaman.Ludwig memindahkan kepala Elle dengan hati – hati agar tidak membangunkan wanita cantik itu.Kini kepala Elle sudah bersandar nyaman di dadanya dan Ludwig merangkul Elle. Sedangkan pria itu memilih untuk memejamkan matanya dan bersandar di sandaran kursi.Ludwig dengan lembut merangkul Elle dengan kedua tangannya.”Goodnight,” ucap Ludwig pelan.Beberapa jam pun berlalu. Elle terkejut dengan posisi mereka berdua saat ini. Seutas senyum hadir di wajah Elle.Wanita cantik itu bangun dan duduk tegap. Melihat Ludwig yang masih terlelap. Begitu juga dengan para penumpang yang lain.“Thank you,” ucap Elle menatap waja
Mobil bus yang membawa mereka beberapa kali berhenti di beberapa titik pemberhentian untuk beristirahat.Perjalanan panjang mereka membuat Elle menjadi semakin akrab dengan Ludwig, bahkan Elle yang sedikit pemalu mulai bisa membaur dengan ketiga sahabat dekat pria itu, Hans, Bruno dan Stefan.Tingkah kocak ke empat pria yang baru dia temui selalu saja berhasil membuatnya tertawa, tak ada rasa takut yang Elle rasakan ketika berinteraksi dengan mereka. Dia malah merasa aman karena di jaga oleh empat bodyguard dadakan berparas tampan, dan tentunya dia tidak merasa bosan selama menempuh perjalanan berkat tingkat lucu ke empat pria itu.Seperti sore ini, mereka berlima menyantap hidangan dengan penuh canda tawa.“Hahahha…” suara tawa Elle terdengar begitu lepas.Suasana hatinya yang berantakan karena masalah keluarganya seketika bisa dia lupakan.Julian dan gengnya juga sudah tidak bertingkah lagi. Sekarang setiap berpas – pas dengan Ludwig dan teman – temannya. Pria itu langung membungkuk
Elle yang awalnya irit bicara, mulai terbiasa dengan celotehan Ludwig. Seolah pria ini tidak pernah kehabisan bahan untuk mengobrol.Sudah dua jam perjalanan, kini bus berhenti di tempat persinggahan, seperti rumah makan.“Yuk, turun makan.” Ajak Ludwig.“Iya,” jawab Elle singkat.Ludwig dan Elle turun bersama.Hanz, Bruno dan Stefan berjalan menghampiri Ludwig.“Ehem…ehem… Ada yang baru lupain yang lama nih….” Seloroh Bruno.Ludwig mengusir rekan – rekan nya yang terkenal jahil itu. “Bro, tukar tempat yuk!” celutuk Stefan.“Sial!! Kau mau aku hajar di sini!!” seru Ludwig yang langsung mengulurkan kepalan tangannya ke Stefan.“Hahhahahah!” tawa Hanz, Stefan dan Bruno.“Permisi nona cantik, kami titip Ludwig yang jomblo dari orok ini ya, semoga kalian sampai di pelaminan…” ujar Hanz.“AMIIIINNNN!” sahut Stefan, Bruno dan juga Ludwig.Wajah Elle kembali nge – blush. “Apakah mereka memang seiseng ini?” gumam Elle dalam hati.Begitu Hanz, Bruno dan Stefan pergi. Ludwig pun berkata, “Amiin
Mereka bertiga pun duduk di kursi mereka masing – masing.Sedangkan Ludwig begitu tiba di kursi kosong miliknya langsung menaruh barang di bagasi atas dan duduk di samping wanita pujaan hatinya itu.Tapi sepertinya wanita cantik ini tidak menyadari kehadiran Ludwig yang sudah ada di sampingnya karena terlalu serius menggambar.Ludwig yang penasaran pun menyandarkan punggungnya dan melihat apa yang di lukis oleh wanita cantik di sampingnya.Seketika terbersit senyuman cerah di wajah Ludwig, pria tampan itu memutuskan untuk diam dan menikmati setiap goresan pensil dari wanita cantik itu.Beberapa menit sebelumnya, Elle yang merasa bosan, membuka tasnya lalu mengambil buku sketsa dan pensil. Dua alat yang selalu ada di dalam tasnya.Elle menerawang menatap keluar jendela, memikirkan sesuatu. “Hmm, apa yang aku lukis ya?” gumamnya pelan.Tiba – tiba dia mengingat pria yang menabraknya tadi. Pria aneh dan unik. Elle tertawa kecil dan mencoba mengingat garis wajah pria tampan tersebut.Elle
Begitu turun dari bus yang mengantarnya ke terminal, Elle duduk di salah satu kursi tunggu setelah membeli tiket bus yang akan mengantarnya ke Afrika.Sembari menunggu bus, Elle menutup matanya. Wanita cantik ini mengingat moment di mana dia mengambil keputusan tiba – tiba untuk pergi ke Afrika hari ini juga setelah bertengkar hebat dengan kedua orang tuanya. Di mana kedua orang tua Elle menunjuk dirinya sebagai CEO sebuah perusahaan milik Ayahnya. Sedangkan dia sendiri tidak ingin berkutat di bidang bisnis, karena jiwanya ada di seni.Wanita cantik berhazel biru dan rambut blonde itu berasal dari Swedia, yang terletak di Eropa Utara. Di mana Elle memiliki orang tua yang merupakan seorang pengusaha ternama di Swedia, Elle juga di bangun seperti itu sejak kecil. Mulai dari segi pendidikan yang begitu tinggi hingga tinggal di lingkungan social elit. Berharap jika saat Elle dewasa nanti melanjutkan usaha mereka. Elle sendiri adalah anak ke tiga dari tiga bersaudara. Sedangkan dua kakak l