Bella :(
Bella mengangkat tangannya."Nyonya, ada apa dengan Tuan muda?" tanya Max khawatir."Hmm, bukan masalah, pulanglah." balas Bella yang tidak dapat lagi menahan diri. Dan saat ini suhu tubuh Arion semakin tinggi. Dia harus segera menghubungi Dokter."Tapi Nyonya, tolong katakan jika anda memerlukan bantuan. Tuan Austin memintaku untuk selalu menjaga anda."Bella tersenyum tipis, "Austin memintamu untuk menjagaku? Benarkah? Hmm, artinya saat ini dia benar-benar bukan suamiku saat mengatakan itu.""Nyonya bukan seperti itu, Tuan Austin sangat mengkhawatirkan anda dan Tuan muda.""Sudah Max, cukup! Aku seperti tidak mengenali suamiku beberapa hari ini," Bella kemudian menutup pintu rumah dan berjalan ke dapur segera mengambil alat kompres di kulkas.Dan tidak sengaja pada saat Bella berbalik. Dia menyenggol cangkir yang ada di atas meja.Prangggg !Deg !Bella tertegun. Di saat bersamaan dadanya sakit, seperti tersayat pisau. Rasanya terlalu sakit dan ngilu."Apa ini !!! Ughhh !!!" Bella me
Deg !Max terdiam. Dia tidak dapat mengucapkan sepatah kata pun."Ohh Tuan Austin, apa yang harus aku lakukan saat ini !" teriak Max frustasi dalam hati."Baiklah Nyonya, setidaknya biarkan saya yang mengantar anda,""Tidak perlu, aku sudah memesan taksi." tolak Bella dengan tegas."Dan ingat !! Jangan mengikutiku !" tambah Bella. Kemudian wanita cantik itu menarik kopernya begitu melihat sebuah mobil hitam masuk ke pelataran halamannya.Sopir yang membawa mobil dengan sigap membantu menaruh koper Bella ke dalam bagasi.Max yang tidak ingin kehilangan jejak langsung membuntuti kendaraan yang membawa Bella dan Arion. Dan tangannya tiada henti menghubungi Austin untuk memberitahu kabar saat ini.Tapi hasil tetap saja sama. Ponsel Austin sama sekali tidak dapat di hubungi. "Oh my Tuan !!! Kamu di mana !!""Bukannya ini jalan menuju bandara ?" gumam Max melihat jalur yang ia lalui saat ini.Dan benar saja, mereka masuk ke dalam bandara. Max mengikuti langkah Bella dari jarak jauh. Dan tib
Agatha menghampiri putranya, "Kakek katakan kalau cuaca di Rusia sedang sangat dingin. Dan setiap malam akan di guyur hujan. Kamu pakai syal ini, kondisi tubuhmu juga sedang tidak baik. Dan kemungkinan kamu akan tiba malam di Rusia," ucapnya pelan sambil mengalungkan syal tebal berwarna navy di leher putranya."Terima kasih Mom,”Edelmiro menepuk pelan bahu Austin. "Ini akan menjadi perjuanganmu yang jauh lebih berat, Daddy harap kamu bisa menyelesaikannya,"Mata Agatha berkaca-kaca, "Mommy akan menunggu kamu membawa pulang putriku dan cucuku."Austin hanya bisa mengangguk. Dia pun berharap demikian. Tapi dia tahu kesalahan yang dia lakukan sudah sangat fatal dan menyakiti istrinya.Edelmiro melihat ke arah Max, "Max aku titip Austin padamu.""Siap Tuan Besar."Austin dengan mengenakan coat panjang berwarna hitam, lengkap dengan kacamata hitam, dan syal berwarna navy naik ke atas mobil.Dan begitu Max melajukan kendaraan, Austin kembali terisak dan air mata kembali lolos membasahi pipi
"Bella, tenanglah, Nak!" ucap Vladimir memegang kedua bahu Bella.Deg!"Kakek?" gumamnya lirih, matanya berkaca-kaca."Bella apa benar kamu yakin berpisah dengan suamimu?" tanya Vladimir menatap manik mata Bella."...." Bella terdiam. Dari apa yang tadi di katakan Vladimir tentang status keluarga Monica yang merupakan seorang bangsawan membuat dirinya semakin yakin untuk melepaskan suaminya. Dia tidak ingin membuat mertuanya mengalami kesulitan jika harus konflik dengan keluarga Monica."Dan sekarang yang ingin Kakek tanyakan, apa kamu cemburu dengan Chelsea?"Bella menggeleng, "Tidak Kakek.""Apa kamu cemburu dengan Monica?"Bella mengangguk, "Tentu saja Kakek, aku cemburu. Memikirkannya saja, Austin bersama wanita itu dadaku terasa begitu sakit."Vladimir pun tertawa kecil, dan mengusap lembut puncak kepala Bella. "Untuk apa kamu cemburu kepada Monica? Sedangkan Austin berada di sana hanya untuk Chelsea... Tidak ada Chelsea, Austin tidak akan mungkin ke sana."Bella tertegun."Lalu a
"Biar kakek katakan padamu. Kakek yang sudah hidup lebih lama dari kalian semua. Semasa hidup Kakek, kakek tidak pernah menemukan seseorang yang sempurna. Kakek tidak pernah menemukan seorang pun yang tidak memiliki kelemahan.""Dan inilah kelemahan Austin. Dia tidak sanggup menghadapi masalah ini. Karena rasa tanggung jawab yang besar. Austin berada dalam fase bingung dan bimbang. Di satu sisi dia tiba-tiba mengetahui kalau dia memiliki seorang putri dari perbuatannya yang betul-betul tercela. Di mana seorang Monica membesarkan putrinya seorang diri, tidak menuntut apapun dan menanggung semuanya sendirian. Jika Austin tidak bertemu dengan Chelsea secara kebetulan, mungkin masalah ini tidak akan pernah terjadi.""Sedangkan di sisi lainnya, Austin tidak bisa jujur kepada kamu. Karena dia takut kamu terluka, dia terlalu takut kehilanganmu. Dia takut membuatmu bersedih. Dan lagi-lagi semua tindakan Austin mempertimbangkan dirimu. Kamu mungkin bisa mengatakan kalau kamu akan memaafkan saat
"Tu-tuan ! Di luar hujan deras !" seru Max panik melihat Austin mulai membuka coat panjang, syal serta kacamatanya. Austin menyerahkan segalanya kepada Max."Tu-tuan, biar aku mengantar anda sampai ke dalam. Mansion Tuan Vladimir masih sangat jauh," seru Max panik. Karena dia sangat tahu kondisi Bos nya itu saat ini.Austin mengulung lengan kemeja warna putih yang ia kenakan. Dan tersenyum tipis kepada Max. "Tidak Max," ucapnya kemudian melihat mansion mewah milih Vladimir.Austin langsung berlutut yang membuat Max terkejut, "Tu-tuan, apa yang anda lakukan,""Ini adalah bukti permintaan maafku kepada istriku,""Ta-tapi Tuan, belum tentu Nyonya Bella melihat anda dari dalam sana !" ujar Max."Ini bukan hanya sebagai permintaan maafku pada Bella. Melainkan hukuman dan pengingatku bahwa ini adalah harga yang harus aku bayar jika aku melukai istriku," ucapnya lirih."Tu-tuan...""Max... Tolong ! Lebih baik masuklah ke dalam mobil. Biar aku lanjutkan perjalananku dari sini," ucap Austin dan
Hingga mata Bella membelalak begitu melihat suaminya terjatuh, "AUSTINNN !!!!"Teriak Bella keras dan langsung berlari tanpa memikirkan apa-apa lagi. Vladimir pun tidak lagi menahan Bella, pria sepuh itu terlihat tersenyum bahagia. Karena sudah mengetahui apa yang menjadi keputusan Bella.Bella menuruni anak tangga dengan tergesa-gesa. Bella terus berlari sambil bergumam memanggil nama suaminya, "No... no.... Hubby... Austin... Austin... sayang !!!"Dengan bertelanjang kaki Bella berlari membuka pintu besar dan langsung menerjang hujan yang begitu deras.Austin terus menyeretkan lututnya yang sudah semakin sulit dia angkat. Dengan merangkak. Pandangannya pun sudah semakin kabur. Tubuhnya semakin melemah, "Tolong bertahanlah sedikit lagi," gumamnya pada dirinya sendiri.Hingga Brak!Tubuhnya terjatuh. Dan kali ini dia kesulitan untuk mengangkat tubuhnya sendiri. "Hayolah BODOH !!!! Kenapa kau jadi selemah ini!" Austin terus mengumpat dirinya. Dia terus berusaha mengangkat tubuhnya. Dan
Dia yang sudah begitu lama menjadi tangan kanan Austin. Sosok pria yang begitu luar biasa dan terkenal begitu menjaga harga dirinya, berjalan berlutut demi menebus kesalahannya kepada wanita yang begitu ia cintai."Max... masuklah, ikuti pelayan yang di sana. Nanti dia yang akan menunjukkan kamarmu," ujar Laras yang sudah ada di depan mereka. Wanita paruh baya nan cantik itu menunjuk salah seorang pelayan di dalam rumah."Terima kasih Nyonya, Tuan Arthur. Saya masuk dulu, lalu koper milik Tuan Austin saya letakkan di mana?" ujar Max yang lalu memberikan sebuah koper besar berwarna biru."Iya... Kasih saja ke pelayan itu," sahut Laras.Max pun berjalan masuk.Laras menghampiri suaminya dan memeluk lengannya. "Sayang...." gumamnya pelan."Iya, ada apa sayang ?" balas Arthur lembut kepada sang istri."Hmm, seandainya ada kejadian seperti ini kepada kita. Apa kamu juga akan melakukan hal yang sama seperti Austin ?"Arthur terdiam, menoleh ke arah halaman yang terbentang luas. Lalu pandang
Elle keluar dari kamarnya setelah berpakaian dan menyusul Ludwig yang ada di dapur.“Mau makan apa? Pizza, Burger, Spaghetti, atau Steak?” tanya Ludwig sambil tersenyum.Wanita berhazel itu seketika terbengong, “Apa semuanya ada di sini?” gumamnya dalam hati.“Tapi karena kamu pertama kali ke desa ini, aku akan perkenalkan kamu dengan makanan yang ada di sini.” Sambung Ludwig sambil mengeluarkan dua piring sayur lengkap dengan ubi rebus sebagai asupan karbohidrat mereka sambil tersenyum dan mengedipkan satu matanya, menggoda Elle.Elle akhirnya sadar kalau saat ini Ludwig sedang menggodanya, Kemudian wanita cantik itu berdiri dan meninggalkan Ludwig begitu saja.Ludwig dapat mendengar suara ribut – ribut dari dalam kamar Elle. Dan tidak lama kemudian Elle keluar dengan membawa beberapa kotak makanan yang cukup besar.Wanita cantik itu menatanya di atas meja dengan rapi. Elle mengeluarkan empat macam lauk yang membuat Ludwig terkejut.Elle duduk dan tersenyum, “Malam ini kita makan in
Elle sontak menoleh ke asal suara dan blush… Wajahnya kembali memerah karena tepat di depannya ada Ludwig dengan senyuman manisnya tengah melihatnya. Jarak wajah mereka begitu dekat.“Ludwig? Kamu sudah selesai?”“Iya, dan kenapa kamu ada di sini bukannya beristirahat?” balas Ludwig lalu berdiri terlebih dahulu, sambil membantu Elle untuk berdiri dengan mengulurkan tangannya.Elle menerima bantuan Ludwig dan meraih tangan pria tampan di depannya.“Terima kasih,” Elle berdiri. Dengan sigap Ludwid mengambil lukisan yang ada di tangan Elle.“Aku kesini karena aku sempat berpikir kenapa orang yang mengatakan suka padaku tidak kunjung datang setelah aku ada di sini padahal sudah lebih 3 jam sejak dia meninggalkan aku.”“Hmm, aku jadi ragu kalau dia sungguh menyukaiku,” sambung Elle menggoda Ludwig.Ludwig seketika panik, “Bu… bukan begitu… Maaf… bukan mak – ““Hahahhaa…” Elle tertawa melihat wajah panik Ludwig.“Kamu menggodaku?”Wanita cantik berhazel biru itu mengangkat bahunya, “Hmm…”“
Ludwig langsung menghampiri Elle begitu melihat wanita pujaannya itu. Pria itu benar – benar di buat shock tapi juga bahagia.“Kamu di sini Elle?” tanya pria itu masih tidak percaya.Elle tersenyum dan mengangguk.Kepala desa bingung melihat Pak Dokter terlihat akrab dengan tamunya.“Ehm, Pak Dokter.” Imbuh Kepala Desa.“Ah iya Pak. Maaf. Lalu bagaimana Pak?” tanya Ludwig begitu sadar. Membuat Elle tertawa kecil.“Begini Pak, saya mau menjelaskan rumah tinggal untuk Nona Elle, beliau akan tinggal di rumah yang – ““Tidak perlu Pak, Nona Elle akan tinggal bersamaku.” Potong Ludwig dengan cepat.Tentu saja Elle terkejut, begitu juga dengan Kepala Desa.“Ludwig? Kenapa aku tinggal denganmu?” seru Elle.“Iya, aku sangat sibuk setiap harinya. Setidaknya kalau kamu di rumah singgahku. Aku akan merasa jauh lebih tenang menjagamu dari para kawanan serigala seperti mereka.” Jelas Ludwig sambil menunjuk ke arah tiga pria yang tengah melihat mereka dengan wajah penuh tawa.Elle menoleh ke arah
Begitu Elle tiba di rumah Cath. Wanita cantik itu mulai mengurus dokumen – dokumen yang ia perlukan untuk bisa berkeliling dengan bebas di Afrika. Setidaknya butuh waktu seminggu baru ia bisa mulai beraktifitas. Selama satu minggu ini pula Elle terlihat akrab dengan anak – anak di sekitar lingkungan tempat tinggal Cath.Elle setiap hari duduk di depan rumah dan melukis suasana yang ada di depan matanya. Baik tawa polos anak – anak yang tidak paham dengan kondisi mereka saat ini dan raut muram dari beberapa anak yang merasa kelaparan.Hal inilah yang membuat dada Elle merasa miris akan kemiskinan di negara yang ia pijak sekarang.“Huftt seandainya semua orang kaya di dunia ini menyisihkan kekayaan mereka untuk berinvestasi atau memperbaiki system kehidupan di negara ini, aku pikir mereka semua bisa berkembang.” Gumam Elle menghela nafas di suatu sore. Tapi entahlah. Apa memang ini adalah solusinya atau memang tidak ada solusi sama sekali.“Hei Elle, kamu di luar?”“Hai Cath, iya nih la
Niat awal ingin mengerjai Ludwig. Elle malah ketiduran di dada bidang Ludwig. Hawa tubuh hangat Ludwig tanpa sadar membuat wanita cantik itu merasa nyaman.Di kala ngantuk menyerang, Elle memejamkan matanya dan merngakul lengan Ludwig. Sedangkan Ludwig yang mulai bisa mengendalikan dirinya memegang perlahan kepala Elle, dan memperbaiki posisi tidur Elle agar jauh lebih nyaman.Ludwig memindahkan kepala Elle dengan hati – hati agar tidak membangunkan wanita cantik itu.Kini kepala Elle sudah bersandar nyaman di dadanya dan Ludwig merangkul Elle. Sedangkan pria itu memilih untuk memejamkan matanya dan bersandar di sandaran kursi.Ludwig dengan lembut merangkul Elle dengan kedua tangannya.”Goodnight,” ucap Ludwig pelan.Beberapa jam pun berlalu. Elle terkejut dengan posisi mereka berdua saat ini. Seutas senyum hadir di wajah Elle.Wanita cantik itu bangun dan duduk tegap. Melihat Ludwig yang masih terlelap. Begitu juga dengan para penumpang yang lain.“Thank you,” ucap Elle menatap waja
Mobil bus yang membawa mereka beberapa kali berhenti di beberapa titik pemberhentian untuk beristirahat.Perjalanan panjang mereka membuat Elle menjadi semakin akrab dengan Ludwig, bahkan Elle yang sedikit pemalu mulai bisa membaur dengan ketiga sahabat dekat pria itu, Hans, Bruno dan Stefan.Tingkah kocak ke empat pria yang baru dia temui selalu saja berhasil membuatnya tertawa, tak ada rasa takut yang Elle rasakan ketika berinteraksi dengan mereka. Dia malah merasa aman karena di jaga oleh empat bodyguard dadakan berparas tampan, dan tentunya dia tidak merasa bosan selama menempuh perjalanan berkat tingkat lucu ke empat pria itu.Seperti sore ini, mereka berlima menyantap hidangan dengan penuh canda tawa.“Hahahha…” suara tawa Elle terdengar begitu lepas.Suasana hatinya yang berantakan karena masalah keluarganya seketika bisa dia lupakan.Julian dan gengnya juga sudah tidak bertingkah lagi. Sekarang setiap berpas – pas dengan Ludwig dan teman – temannya. Pria itu langung membungkuk
Elle yang awalnya irit bicara, mulai terbiasa dengan celotehan Ludwig. Seolah pria ini tidak pernah kehabisan bahan untuk mengobrol.Sudah dua jam perjalanan, kini bus berhenti di tempat persinggahan, seperti rumah makan.“Yuk, turun makan.” Ajak Ludwig.“Iya,” jawab Elle singkat.Ludwig dan Elle turun bersama.Hanz, Bruno dan Stefan berjalan menghampiri Ludwig.“Ehem…ehem… Ada yang baru lupain yang lama nih….” Seloroh Bruno.Ludwig mengusir rekan – rekan nya yang terkenal jahil itu. “Bro, tukar tempat yuk!” celutuk Stefan.“Sial!! Kau mau aku hajar di sini!!” seru Ludwig yang langsung mengulurkan kepalan tangannya ke Stefan.“Hahhahahah!” tawa Hanz, Stefan dan Bruno.“Permisi nona cantik, kami titip Ludwig yang jomblo dari orok ini ya, semoga kalian sampai di pelaminan…” ujar Hanz.“AMIIIINNNN!” sahut Stefan, Bruno dan juga Ludwig.Wajah Elle kembali nge – blush. “Apakah mereka memang seiseng ini?” gumam Elle dalam hati.Begitu Hanz, Bruno dan Stefan pergi. Ludwig pun berkata, “Amiin
Mereka bertiga pun duduk di kursi mereka masing – masing.Sedangkan Ludwig begitu tiba di kursi kosong miliknya langsung menaruh barang di bagasi atas dan duduk di samping wanita pujaan hatinya itu.Tapi sepertinya wanita cantik ini tidak menyadari kehadiran Ludwig yang sudah ada di sampingnya karena terlalu serius menggambar.Ludwig yang penasaran pun menyandarkan punggungnya dan melihat apa yang di lukis oleh wanita cantik di sampingnya.Seketika terbersit senyuman cerah di wajah Ludwig, pria tampan itu memutuskan untuk diam dan menikmati setiap goresan pensil dari wanita cantik itu.Beberapa menit sebelumnya, Elle yang merasa bosan, membuka tasnya lalu mengambil buku sketsa dan pensil. Dua alat yang selalu ada di dalam tasnya.Elle menerawang menatap keluar jendela, memikirkan sesuatu. “Hmm, apa yang aku lukis ya?” gumamnya pelan.Tiba – tiba dia mengingat pria yang menabraknya tadi. Pria aneh dan unik. Elle tertawa kecil dan mencoba mengingat garis wajah pria tampan tersebut.Elle
Begitu turun dari bus yang mengantarnya ke terminal, Elle duduk di salah satu kursi tunggu setelah membeli tiket bus yang akan mengantarnya ke Afrika.Sembari menunggu bus, Elle menutup matanya. Wanita cantik ini mengingat moment di mana dia mengambil keputusan tiba – tiba untuk pergi ke Afrika hari ini juga setelah bertengkar hebat dengan kedua orang tuanya. Di mana kedua orang tua Elle menunjuk dirinya sebagai CEO sebuah perusahaan milik Ayahnya. Sedangkan dia sendiri tidak ingin berkutat di bidang bisnis, karena jiwanya ada di seni.Wanita cantik berhazel biru dan rambut blonde itu berasal dari Swedia, yang terletak di Eropa Utara. Di mana Elle memiliki orang tua yang merupakan seorang pengusaha ternama di Swedia, Elle juga di bangun seperti itu sejak kecil. Mulai dari segi pendidikan yang begitu tinggi hingga tinggal di lingkungan social elit. Berharap jika saat Elle dewasa nanti melanjutkan usaha mereka. Elle sendiri adalah anak ke tiga dari tiga bersaudara. Sedangkan dua kakak l