Akhh... gimana nih serunya Brice kalau udah jalanin misi >,< apakah berhasil gaes?
“Malam Jenni, kamu sangat cantik malam ini,” sapa Brice yang langsung berdiri menyapa Jennifer.“Terima kasih,” balas Jennifer. Kemudian Brice menarik kursi dan mempersilahkan untuk Jennifer duduk.“Silahkan duduk.”Jantung Jennifer sungguh berdetak sangat cepat. Karena ini baru lagi pertama kali dia di perlakukan begitu lembut oleh seorang pria.Jennifer terpesona dengan ketampanan Brice. Terlihat bagaimanapun, sepertinya pria yang di depannya jauh lebih mudah dari pada usianya.Brice memanggil pelayan agar mereka bisa memulai menyantap hidangan mereka. Dan tidak lama kemudian mereka menyantap makan malam tersebut dengan pembicaraan yang ringan. Jennifer pun sekali-kali di buat tertawa kecil lelucon Brice.“Malam ini benar-benar menyenangkan Jenni,” ucap Brice di saat Jennifer tengah tertawa. Namun begitu mendengar perkataan pria tampan tersebut. Jennifer pun terdiam.Dengan senyuman manis dia pun menjawab, “Sama-sama Brice, malam ini sangat menyenangkan.”Setelah selesai makan malam,
“Euhm.. Tubuhnya cukup seksi untuk bisa aku nikmati malam ini!” gumam Brice dalam hati, sambil terus menjalankan aksinya.Sang cassanova yang sudah sangat berpengalaman membuat seorang wanita melayang, mulai memberikan sentuhan di titik-titik tersensitif wanita. Membuat wanita itulah yang meminta dan menyerahkan diri mereka seutuhnya.Brice menjilati daun telinga Jennifer dengan berbisik, “Aku akan membuatmu melayang malam ini Jenni, Slurpp…”Desahan Jennifer menggenggam erat kain kaos Brice.Memusatkan rasa geli dan hantaman kenikmatan yang di berikan Brice. Miliknya saat ini sudah berkedut dan geli di bawah sana. Padahal Brice hanya menyentuhnya seperti ini. Namun, Jennifer seolah-olah siap untuk meledak di bawah sana.Brice kembali melumat bibir Jennifer dengan lembut tetapi penuh nafsu dan gairah. Ciuman yang semakin dalam dan mendamba. Brice melahap bibir dan memasukkan lidahnya ke dalam mulut Jennifer, mengabsen rongga mulut Jennifer. Membuat wanita itu melenguh dan mendesah den
“Stop!” Brice menahan Jennifer.Jennifer langsung mendongak menatap Brice dan tersenyum, sedangkan mulutnya masih penuh dengan miliknya.“Sekarang giliranku membuatmu melayang Jenni !” seru Brice mengedipkan mata, kemudian pria itu membaringkan tubuh Jennifer di atas sofa.DI cium dan di lumatnya bibir Jennifer, dan perlahan turun melumat dan mengulum pucuk payudara Jennifer yang sudah mencuat itu. Membuat wanita ini menjerit dan mendesah.“Hmm, call my name Jenni!” seru Brice dan semakin turun menjilati perut rata Jennifer. Sedangkan tangannya sudah mengusap belahan bibir tembem milik Jenni.“Ssstt!” desahan Jennifer merasakan jari Brice sudah memainkan kacangnya. Jennifer langsung membuka lebar kedua pahanya, membiarkan Brice turun ke bawah sana.“Hmm.. Miliknya bersih.. Dia merawatnya dengan baik,” gumam Brice dan langsung memasukkan kepalanya di dalam sana.“Lidahmu hangat.. sangat nikmat Brice !!” racau Jennifer merasakan denyutan kuat di miliknya ketika Brice memberikan jilatan
“Sekarang Brice?”“Hmm, cepatlah sayang !! Aku masih menginginkanmu!!” provokasi Brice meminta Jennifer naik ke atas tubuhnya.Jennifer langsung bergerak dan menaiki tubuh Brice, dengan gerakan erotis dia mengulum kedua putting Brice, memberikan ransangan. “Sekarang nikmati apa yang akan aku lakukan sayang,” suara sensual Jennifer sambil mengusap dan memilin salah satu dada Brice.Sedangkan bagian bawahnya Jennifer pegang dan mengarahkan miliknya.“Ini sangat penuh di dalam tubuhku sayang,” racau Jennifer menggigit bibirnya sambil menutup matanya, menikmati sensasi gesekan di kulit mereka.Kemudian wanita itu bergerak dengan bebas di atas tubuh Brice. Bergerak naik turun dan memutar dengan posisi woman on top.Suara desahan saling bersahutan. Brice memegang kedua bongkahan Jennifer dan membantu wanita itu dengan menghujam dengan dalam dan cepat.Jennifer meracau tidak karuan, yang sudah mulai kehilangan pikirannya di atas tubuh Brice.Berada di posisi ini memberikan kenikmatan berkali
Pagi pun menjelang, namun kedua pasangan suami istri yang sudah menghabiskan malam panjang mereka dengan panas belum juga terbangun.Kain horden yang blackout menelan sinar matahari yang ingin masuk ke kamar mereka. Hingga terdengar suara ponsel milik Bella terus berdering.Ringg ringRingg ringRingg ring“Euhmm… Hubby..?” gumam serak Bella berusaha membuka matanya. Badannya terasa begitu lelah akibat perbuatan sang suami yang nonstop menindihnya sepanjang malam.Bukannya bangun, Bella malah semakin erat memeluk suaminya, masuk bersembunyi ke dalam pelukan hangat sang suami.Austin tersenyum merasakan gerakan kecil yang di berikan Bella, dia pun mempererat dekapannya sambil mengusap lembut punggung istrinya.Cup !Austin mengecup kening Bella dengan penuh cinta. “Iya, sayang ?” sahut Austin.“Ada telpon sayang,” gumam Bella yang enggan lepas dari dekapan Austin.Cup cup cup !Austin dengan gemas mengecup seluruh wajah Bella dan tertawa kecil, “Masih ngantuk?” dan di angguki oleh Bell
“Bagaimana ?? Sudah dapat informasi dari isi ponsel wanita itu ?” tanya Brice yang kini sudah berada di dalam ruangan khusus milik Austin. Dimana ruangan yang hanya bisa di masuki oleh Austin, Max, Ethan, Finley dan Ken. Dan sekarang bertambah satu personel yaitu Brice.“Kemarilah dan lihat ini,” panggil Finley. Kemudian Brice mendekati Fin yang terlihat sibuk di depan layar sambil memainkan keyboardnya.Sedangkan Max hari ini harus berangkat ke salah satu kota untuk menghadiri acara amal menggantikan Austin.“Ada apa ?” tanya Brice yang juga terlihat serius.“Dia mendapatkan telpon dari nomor ini setiap hari. Dan begitu aku cek lokasi penelpon ini berada di negara yang sama, tapi berada di pedalaman jauh dari kota,” jelas Finley.“Coba cek satelitnya, aku akan coba mencari tahu siapa yang tinggal di alamat tersebut.” Ujar Brice dan diangguki oleh Finley.“Kamu bisa pakai komputer yang di sana,” ujar Finley.“Hmm, oke.” Brice pun mulai masuk ke computer tersebut.“Passwordnya ?”“Ah..
Kemudian Brice keluar dari Gedung Orion Corporation tersebut. Mengikuti arahan dari Finley. Memakai mobil yang sudah dia siapkan untuk hari ini.Dan benar saja, lokasi yang di datangi oleh Jennifer terletak jauh dari pusat kota Jerman.“Apa yang dia lakukan di sini ?” gumam Brice.Kemudian dia menghentikan mobilnya di jarak aman. Dengan cepat bergerak mencabut kabel listrik dan keluar dengan berpura-pura mogok.Brak !Brice keluar dengan santai dan langsung membuka kap mobilnya.‘Aku sudah tiba,’ ucap Brice yang sedari tadi memakai airpod. Terhubung dengan ruang kendali Finley dan Ken.‘Hmm. Oke, lepas tarantulaku Brice,’ balas Finley yang langsung mengaktifkan mode kamera dari spy cam tarantulanya.Brice langsung menyimpan kamera tersebut di atas aspal. Dan dengan cepat kamera tersebut berhasil masuk ke dalam rumah.‘Ok, sudah masuk. Sekarang ambil alih tiga titik cctv di sana Brice,’‘Siap,’ balas Brice dan berjalan ke arah cctv yang ada di sekitar situ. Dan di saat bersamaan. Ken da
Setelah selesai sarapan dan berjalan-jalan. Kini Austin dan Bella sudah kembali ke Villa tepat di jam satu siang.Mereka berdua yang kelelahan langsung beristirahat. Yang tentu saja bukan hanya sekedar istirahat. Austin tidak akan mungkin membiarkan sang istri begitu saja. Dirinya sudah terlalu ketagihan dengan rasa Bella.Hingga tanpa sadar mereka terbangun sudah hampir jam 7 malam.“Euhm.. Hubby..” suara serak Bella yang baru saja terbangun. Sedangkan Austin yang sudah bangun lebih dahulu hanya memeluk sang istri dan sesekali mencumbu tubuhnya. Pipi, bibir, mata, kening, bahu, apapun yang bisa dia capai akan di kecupnya.Aroma tubuh Bella benar-benar membuatnya candu. “Sudah bangun sayang?”Bella mengangguk sambil menyandarkan kepalanya di dada Austin.“Mau pulang sekarang?” tanya Bella.“Hmm, bebas sayang. Kalau kamu masih ingin istirahat. Lanjutkan saja,” Jawab Austin lembut sambil mengusap punggung telanjang istrinya.Bella menggeleng pelan, “Sudah enakan kok sayang, ya sudah aku
Ludwig seketika panik mendengar perkataan Elle, “Sa… sayang…”Wanita cantik itu mengulum bibirnya menahan tawa melihat wajah panik Ludwig. Sebenarnyanya sejak dua hari kedatangan Pauline, Elle sudah menaruh curiga. Setiap melihat sikap Pauline kepada Ludwig, satu yang ia percaya bahwa ada sesuatu di antara mereka berdua. Dan yang pasti, kekasihnya itu selalu menjaga jarak dan terlihat tidak ingin terlibat. Sejak penolakan frontal dari Ludwig ketika Pauline meminta kekasihnya untuk untuk membimbingnya.Sedangkan di lihat bagaimana pun penampilan Pauline, dia seperti bukan seseorang yang akan mendatangi tempat pemukiman seperti ini. Apalagi kalau bukan karena sesuatu. Dan itu terjadi tepat setelah satu minggu kedua orang tuanya mengetahui lokasinya.Dan saat itu pula dia sempat memperkenalkan kekasihnya itu kepada kedua orang tuanya. Namun dia masih ingin menepis hal tersebut dan wanita cantik itu hanya diam sambil mengawasi. Dan dia ingin tahu sampai di mana keseriusan Ludwig terhada
Ludwig menekan kepala belakang Elle, memperdalam ciumannya.“EUhm sayang.. Ah.. Uhm…” suara mereka berdua. Ludwig memeluk pinggul kekasihnya itu dengan erat merapatkan tubuh mereka berdua tanpa jarak.Merasakan tiap lekuk tubuh indah Elle. Ludwig dapat merasakan boa di bawah sana sudah semakin membengkak ingin di keluarkan. Seolah dia bisa merobek celananya di bawah sana.“Damn!”“Cium aku sayang!” suara berat Ludwig yang hanya mengusap punggung kekasih nya yang masih terbalut handuk. Sedangkan mulutnya terus menyesap bibir atas dan bawah Elle, begitu pun Elle yang memeluk erat kekasihnya itu. Memegang dada Ludwig yang bidang.“Oh my! Hahh hahh Hahh!” suara nafas Elle yang terengah – engah.Ludwig melepaskan ciumannya dan melihat mata sayu Elle. Pipi Elle yang berubaha menjadi pink kemerah – merahan. Nafas mereka saling bersahutan.“Kau tahu sayang, aku sangat mencintaimu,” ucapnya dengan suara serak.Elle tersenyum dan mengangguk. “Iya sayang, aku juga sangat mencintaimu.”Jantung L
Tiga hari berlalu begitu saja, dan selama itu pula Pauline gelisah. “Malam ini, aku harus bisa membuat Ludwig memakanku!” seru Pauline dalam hati.Dan tiga hari ini juga dia selalu saja mendatangi Ludwig di Rumah Kesehatan dengan berkilah membantu di bagian medis. Padahal dia tidak mengerti apapun.Seperti saat ini, dia hanya duduk melihat para pasien yang di obati oleh Ludwig dan rekan – rekannya.Waktu sudah mulai sore. Pauline terus berpikiruntuk mencari alasan agar Ludwig mau mengantarnya untuk pulang. Dan tiba – tiba saja di kepalanya terlintas sebuah ide yang tidak akan mungkin Ludwig dapat menolaknya.Pauline berjalan dengan tergesa – gesa sambil membawa baki peralatan hingga terdengar.Pyar…!“Aochhh!!” pekik Pauline kesakitan.Ludwig dan rekan – rekannya seketika berdiri.Ludwig dengan sigap menolong Pauline. “Hati – hati…” ujar nya pelan sambil memapah Pauline.“Ugh… Sakit… Sepertinya kaki aku terkilir Lud,” ringis Pauline kesakitan.Hanz yang ahli bagian ortopedia langsung
“Hai salam kenal,” sapa Elle ramah kepada Pauline.Pauline tidak menyangka kalau Ludwig terang – terangan seperti itu. “Oh hai, aku Pauline. Salam kenal. Kebetulan aku kenalan lama dari Ludwig.”Elle tersenyum, “Oh ya? Senang berkenalan denganmu Pauline. Ini aku ada bawakan sarapa untukmu. Semoga kamu menyukainya.” Ucap Elle sambil menyodorkan satu box wadah makanan kepada Pauline.Pauline menerimanya, “Terima kasih Elle, aku pasti akan menyukainya.”“Ok kalau begitu, kamu nanti bicarakan dengan kepala desa tentang apa yang ingin kamu lakukan di sini.” Ujar Ludwig kepada Pauline lalu menengok ke Elle. “Ayo sayang, mereka pasti sudah menunggu kita.” Sambung Ludwig berbicara dengan lembut kepada Elle.“Iya sayang,”“Kami duluan ya Pauline…” pamit Elle kepada Ella. Namun baru tiga langkah, Pauline memanggil Ludwig.“Lud!”Langkah kaki Ludwig dan Elle berhenti lalu menengok ke belakang.“Ya?”“Uhm, apa bisa kamu yang bimbing aku selama aku di sini?” ujar Pauline yang langsung membuat Ludw
“Ada apa?” tanyanya berusaha tenang.“Aku mau mandi, tapi tidak ada air.” Ucap Pauline sambil memegang handuknya di depan dadanya.“Oh iya maaf, aku lupa bilang. Kalau kamu mau air. Kamu harus memompa air disini.” Jelas Ludwig sambil menunjukka pompa yang ada di dekat kamar mandi. Tanpa Ludwig tahu ternyata Pauline sudah menyusulnya.Begitu Ludwing berbalik betapa terkejutnya, Pauline sudah ada di belakangnya. “Hmm, iya. Tapi apa bisa kamu ajar aku caranya memompa.”“Damn! Kenapa dia hanya mengenakan handuk seperti ini.” Seru Ludwig dalam hati.“Hmm, baiklah…” ujar Ludwig. Dan memberikan contoh cara memompa air.“Ok, biar aku coba!” seru Pauline dengan bersemangat. Wanita manis, mungil tapi menonjol di beberapa area itu terlihat begitu bersemangat mengikuti tutorial cara memompa air.Pauline kemudian memompa air seperti yang di lakukan Ludwig, tapi hal tersebut sangat berbahaya dengan jantung dan boa Ludwig. Bagaimana tidak. Setiak Pauline mengangkat tangannya, handuk tersebut akan i
Satu minggu berlalu, karena orang tua Elle menggunakan pengiriman ekspress. Hari ini semua barang pesanannya tiba tanpa kekurangan. Bahkan kedua orang tua Elle memberikan perlengkapan yang mendukung untuk perkebunan nantinya.“Hufftt… Akhirnya selesai juga…” seru Elle begitu merapikan pupuk dan bibit di dalam ruang penyimpanan.Sedangkan Ludwig dan rekan - rekannya bertugas mengangkat barang - barang berat. Mereka juga di bantu oleh beberapa warga lokal.“Pak Dokter…!” seru kepala desa tiba – tiba.“Iya?”“Maaf, apa saya bisa minta waktu anda sebentar? Ada tamu yang baru saja tiba. Dan saya sedikit kesulitan untuk berkomunikasi.” Ujar Kepala Desa dengan tidak enak hati karena harus menyusahkan Ludwig kembali.“Tentu saja Pak, tunggu aku di sana. Aku akan membersihkan tangan terlebih dahulu.”“Baik Pak Dokter,” Kepala desa pun berlalu menemui tamu yang di maksud.Ludwig segera membersihkan tangannya. Menengok kiri dan kanan mencari Elle.“Hanz, kamu lihat Elle?”“Sepertinya masih di Gu
Satu bulan pun berlalu. Ludwig dan Elle sudah hidup bersama. Mereka sudah seperti selayaknya pasangan yang tidak terpisahkan. Para warga lokal juga sangat menyayangi Elle dan Ludwig.“Sayang, sudah dulu… Besok lagi kamu lanjut ya…?” ucap Ludwig lembut menghampiri Elle yang saat ini melukis hanya dengan menggunakan gaun tidur yang begitu tipis.“Hmm… dikit lagi sayang, tinggal satu arsiran lagi.” Balas Elle dengan manja.Ludwig menghampiri kekasihnya itu dan memeluknya dari belakang lalu menyandarkan dagunya di pundak Elle. Mencumbu dan menghirup aroma manis dari tubuh kekasihnya.“Sayang, geli….” Rengek manja Elle di ganggu oleh Ludwig.“Lanjut saja, aku temanin.” Ujar Ludwig.Elle mengerecutkan bibirnya, “Bagaimana bisa lanjut kalau kamu seperti ini?”Ludwig tertawa kecil. “Iyah.. iyah… Kamu lanjutkan dulu, aku siapkan air minum dan vitamin.” Sebelum keluar Ludwig mengecup puncak kepala Elle. Pria itu keluar mangambil segelas air dan vitamin untuk mereka berdua.Dan di saat Ludwig m
“Hmm, kamu benar. Takdir kembali mempertemukan kita berdua.”Ludwig mengambil tangan Elle. Menggenggamnya dengan lembut. Elle tersenyum dan ikut menggenggam tangan nya. Mereka berdua berjalan dalam diam menikmati hamparan bintang di atas langit. Hingga mereka tiba di depan rumah.Mereka berdua masuk ke dalam rumah. Ludwig mengantar Elle sampai di depan pintu kamar wanita cantik itu. Jantung Elle berdebar begitu cepat.Elle membuka pintu kamarnya, namun Ludwig masih enggan melepaskan wanita cantik itu. Rasa rindunya belum rela berpisah dengan Elle.Begitu Elle melangkah kakinya masuk, Ludwig menarik tangan Elle. “El…”Jantung Elle berdegup semakin cepat, “Ya?”Ludwig tersenyum lembut, “Bukan hanya karena takdir seperti yang kamu katakan. Aku mengatakan ini karena aku sungguh mencintaimu, sampai detik ini. Perasaanku padamu tidak pernah berkurang. Yang ada aku semakin merindukanmu di setiap helaan nafasku.”“Maukah kamu mau menjadi kekasihku El?” tanya Ludwig menatap lurus manik indah
Elle keluar dari kamarnya setelah berpakaian dan menyusul Ludwig yang ada di dapur.“Mau makan apa? Pizza, Burger, Spaghetti, atau Steak?” tanya Ludwig sambil tersenyum.Wanita berhazel itu seketika terbengong, “Apa semuanya ada di sini?” gumamnya dalam hati.“Tapi karena kamu pertama kali ke desa ini, aku akan perkenalkan kamu dengan makanan yang ada di sini.” Sambung Ludwig sambil mengeluarkan dua piring sayur lengkap dengan ubi rebus sebagai asupan karbohidrat mereka sambil tersenyum dan mengedipkan satu matanya, menggoda Elle.Elle akhirnya sadar kalau saat ini Ludwig sedang menggodanya, Kemudian wanita cantik itu berdiri dan meninggalkan Ludwig begitu saja.Ludwig dapat mendengar suara ribut – ribut dari dalam kamar Elle. Dan tidak lama kemudian Elle keluar dengan membawa beberapa kotak makanan yang cukup besar.Wanita cantik itu menatanya di atas meja dengan rapi. Elle mengeluarkan empat macam lauk yang membuat Ludwig terkejut.Elle duduk dan tersenyum, “Malam ini kita makan in