Ting tong ting tong
Bella mengerjapkan matanya, lalu melihat jam digital yang ada di atas nakas.
"Ugh, baru jam 4 pagi?" gumam Bella dengan suara serak khas bangun tidur.
Austin yang merasakan pergerakan Bella ikut terbangun. "Ada apa love? Ada yang sakit atau kurang nyaman?”
Bella menggeleng pelan, “Tidak sayang, barusan ada yang mencet bell.”
Austin tersenyum. Cup! Ia mengecup kening Bella sesaat lalu bangun dari tidur, "Biar aku saja," ujar Austin yang kembali merapikan selimut untuk menutupi tubuh Bella.
Kemudian Bella dapat mendengar suara sama-samar dari luar. Karena jarak antara kamar dan pintu utama terhalang dengan pintu lain. Jadi Bella tidak dapat mendengarnya dengan jelas.
Ceklek! Pintu terbuka memperlihatkan senyuman hangat dari seorang Mommy Agatha, "Sudah bangun sayang? Sorry mommy bangunin kamu sepagi ini ya."
Bella tersenyum dan berusaha bangun melihat Mommy Agatha sudah berjalan mendekat.
"Jadi bagaimana Tuan Max?" tanya Fin kepada Max.Kini Fin, Rose, Ken dan Siska beserta putri kecilnya berada di kamar Max dan Hana.Di saat para pria tengah sibuk di depan laptop mereka, para istri berada di mini dapur kamar ini. Menyiapkan cemilan dan minuman. Sedangkan bayi kecil sedang bermain di baby crib."Kamu selesaikan dari media A!" tukas Max."Aku sudah berhasil menutup artikel dari website jman.com, sekarang masih tersisa 20 website lagi," sambung Ken.Max mengangguk paham, "Jadi apa kamu sudah tahu siapa yang pertama kali menyebarkan rumor ini Ethan?" tanya Max yang berbicara dengan Ethan lewat zoom."Ck! Aku belum tahu siapa yang menyebarkan rumor ini. Tapi aku hanya curiga satu orang!" jawab Ethan di balik layar sambil mengetuk-ngetuk pulpennya ke atas meja tanpa menimbulkan suara.Max menaikkan satu alisnya, "Siapa?""Hah! Siapa lagi kalau bukan pria mata duitan itu!!" ketus Ethan dengan marah mengingat bagaimana waktu Austin menawarkan 500 milyar sebagai syarat percerai
Ring riing riiingggBunyi ponsel Giselle terus berdering, namun si pemilik masih tengah tertidur di bawah selimut hotel dengan nyaman tanpa mengenakan sehelai kain.Semalam, dirinya benar-benar menghabiskan malam yang panas bersama Steve. Sudah satu minggu lebih Steve yang kehausan terus melahap dirinya nonstop dengan ganas.Hingga telpon dari Gerald dia abaikan. Bukan dengan sengaja, tetapi suara desahan dan nafsu mereka tidak lagi membuat kesadaran mereka berdua ada pada tempatnya.Steve yang lebih dahulu bangun, baru saja keluar dari kamar mandi. Dia mendengar suara ponsel Giselle terus berdering. Dengan penasaran, dia mendekat untuk melihat si penelpon yang tidak sabaran itu."Gerald..?" gumam Steve melihat nama Gerald terpampang di layar ponsel tersebut.Senyuman licik terukir di sudut bibirnya. Di lihatnya Giselle yang masih pulas tertidur."Halo?""Dimana Giselle?" balas Gerald to the point yang sudah mengenal suara Steve."Ah, dia masih tertidur Gerald, apa kamu ada perlu?" St
Tidak dapat dia sembunyikan senyuman lebar di wajahnya."Bagaimana Steve?" Tanya Gerald tersenyum smirk."Ini luar biasa!!" sahut Steve puas akan hal ini. Wajah Austin dan mantan istrinya terpampang dengan jelas di setiap sudut video yang menjadi rekomendasi.Giselle yang penasaran mendekati Steve dan melihat apa yang saat ini sedang Steve tonton. Berita apa yang membuat wajah Steve berbinar-binar.Tetapi bukan itu yang menjadi perhatian Giselle, dia terperangah dengan ketampanan pria yang bernama Austin Harold itu."Aku tahu dia tampan, tapi aku tidak sangka kalau dia setampan ini," gumam Giselle dalam hati."Tidak salah kalau semua wanita bertekuk lutut padanya, begitu pula dengan Bella yang polos itu. Dia pasti akan melempar tubuhnya naik ke atas ranjang pria setampan dan sekaya ini!""Shit, pasti pria ini luar biasa di atas ranjang, membayangkannya saja membuat tubuhku gemetar dan berdenyut."Giselle larut dalam pikirannya sendiri."Hahahha, baguslah kalau kamu puas dengan bantuan
Setelah melewati penyambutan berlebihan dari Frank, akhirnya mereka berempat masuk ke dalam Villa mewah tersebut.Lagi-lagi Giselle kembali di buat kagum dengan interior yang mengisi ruangan."Aku harap kamu menyukainya darling," seru Gerald yang sudah duduk di salah satu sofa dengan sebotol wine di tangannya sambil melihat ke arah Giselle yang masih berdiri dengan pandangan yang mengitari seisi ruangan.Steve dan Frank juga menyusul duduk di sofa yang berada di sisi lain.Tap tap tapGerald menepuk sofa yang tepat di sisinya, menyuruh Giselle untuk duduk di sampingnya.Giselle dengan patuh menuruti perkataan Gerald, dirinya berjalan melewati Steve dan duduk tepat di sisi Gerald."Tuang wine ini darl untuk kami bertiga," perintah Gerald."Ya?" Giselle melongo, otaknya mencoba berpikir maksud Gerald."Maksud kamu aku yang menuang wine ini?" tanya Giselle memastikan apa yang ada di pikirannya.Gerald tersenyum dan mengangguk sambil mengulurkan botol wine dari tangannya.Wanita itu tidak
:: Adegan di bawah cukup liar ya bestie ::Happy reading~Dirinya mendekati tiga orang itu dan berada di sisi kiri Giselle. Steve meraih tangan kiri Giselle yang tengah mengurut milik Gerald ke kejantanannya.Giselle sontak menoleh dan tersenyum, "Ahh... akhirnya kamu mengambil tempat juga," batin Giselle."Siapa yang tidak tergoda dengan tubuh indahku ini, service? Aku bisa membuat pria-pria ini ketagihan! Jadi, Austin, aku juga akan membuatmu jatuh dalam kenikmatan yang akan aku berikan!" ucap Giselle dalam hati.Giselle kembali melakukan hal yang sama untuk Steve, di kulumnya sesaat kemudian tangan kirinya bergerak turun naik mengurut kejantanannya, membuat Steve mengerang kenikmatan.Gerald memasukkan tangannya di antara liang kewanitaan Giselle dan memasukkan dua jarinya. Bergerak dengan liar di dalam sana, membuat Giselle mendesah tertahan.Frank dan Steve turut menghisap payudara Giselle bergantian. Dipilinnya dengan lembut dan kasar, "Ah... Akh" erang Giselle melepaskan kuluma
:: Warning Adult Content, adegan cukup keras dan dark ya ::BlessssFrank langsung saja memasukkan batangnya yang sudah begitu keras di dalam liang Giselle."Akh!!!" pekik Giselle ketika miliknya di masuki dengan kasar dan keras."Fuck!" erang Frank puas yang terus memacu dirinya.Steve dan Gerald masih menikmati service dari mulut Giselle.Beberapa menit dengan posisi ini, akhirnya mereka berganti posisi. Mereka pindah ke dalam kamar dengan ranjang berukuran kingsize.Gerald berbaring di tepi ranjang dengan tubuh atasnya di atas kasur, sedangkan kakinya masih menyentuh karpet."Naik diatasku darl..." titah Gerald mutlak.Giselle naik keatas kasur, Gerald memutar tubuh Giselle agar memunggunginya.Wanita itu perlahan memasukkan batang tebal dan besar Gerald ke dalam inti tubuhnya, "Euhmm... Ahh..."Dan begitu terisi penuh dari milik laki-laki itu, Giselle perlahan bergerak naik turun dengan bertumpu di atas paha Gerald.Suara tepukan bokong Giselle dengan kulit Gerald terdengar begitu
POV DellaDella masih menatap layar laptopnya begitu sambungan zoom terputus dengan bosnya itu."Aku tidak salah lihat kan?" gumamnya sendiri yang masih sedikit ragu dengan ingatannya.Pikirannya kembali mengingat wanita yang berada di dalam foto bersama bosnya itu."Yahh... benar, wanita yang tadi itu adalah wanita yang sama dengan di foto!" pekik Della menutup mulutnya. Dirinya benar-benar terkejut dengan fakta yang ada.Della menyandarkan punggungnya dan menghela nafas panjang, "Atau aku yang terlalu cepat berasumsi? Bisa jadi mereka bertemu hanya untuk meeting bersama?"Wanita cantik bersurai hitam itu berusaha berpikiran posistif kepada Bosnya. Tetapi foto vulgar yang dia lihat kemarin benar-benar tidak bisa terhapus dari pikirannya.Ringg ring ringgDella meraih ponselnya dan melihat layar ponselnya, seketika keningnya berkerut melihat siapa yang menelpon, "Ethan? Untuk apa dia menghubungiku?" gumam Della dan menekan tombol hijau untuk menjawab telpon dari Ethan."Ya... Halo?" j
"Apa dengan foto kemarin kamu tidak dapat mengambil kesimpulan?" ujar Ethan sambil mengeluarkan sebuah amplop coklat kecil dari saku jasnya."Bukankah kamu sendiri yang katakan kalau Steve saat ini berada di Kanada?" sambung Ethan."Iya, aku sendiri yang mengatur penerbangannya, dan panggil beliau dengan Pak Steve," jawab Della dan sedikit keberatan dengan panggilan Ethan yang begitu santai terhadap atasannya.Ethan tersenyum, "Dia bukan atasanku, dan dia tidak layak untuk di hormati," tukas Ethan."Dan yang menyebarkan berita tersebut adalah Steve," sambung Ethan dan menaruh amplop tersebut di atas meja."Tidak mungkin Ethan, dia saat ini ada di Kanada, dan tidak mungkin dia mau mempermalukan mantan istri yang begitu dia cintai," sanggah Della, bagaimana mungkin Steve yang begitu terperosok dan istrinya diambil oleh sahabatnya sendiri mampu melakukan hal seperti itu. Dirinya masih terlalu sulit untuk percaya.Ethan menghela nafas panjang. "Aku ada pertanyaan tapi setidaknya kamu haru