Indra tersenyum jahat, alkohol benar-benar sudah mempengaruhi otaknya. Jika biasanya dia selalu saja berusaha mencari cara agar bisa menahan diri untuk tidak menyentuh Putri, kali ini tidak lagi. Dia pikir dengan dia melakukan itu, rasa sakit hatinya pada ibu tirinya bisa terobati. Dia sama sekali tak memikirkan perasaan hancur Putri karena perlakuannya."Kamu diam saja, jangan melawan atau aku pukul kamu!"Indra pikir setelah mengancam Putri, wanita itu akan takut dan menurut. Sayangnya dugaannya salah, saat dia melepaskan tangannya dari mulut Putri dan hendak melepaskan bajunya, Putri tiba-tiba melakukan perlawanan lagi. Putri mendorong tubuh suaminya dan langsung bangkit dan memaksa kakinya cepat-cepat berlari meski dia sangat kesakitan.Indra marah, dia buru-buru bangkit dan kembali menyeret dan menghempaskan tubuh istrinya ke atas ranjang."Kamu pikir kamu bisa lepas dari aku!"Sorot mata kemarahan dari Indra makin membuat Putri ketakutan."Mas, ibu tiri kamu tidak akan memaafkan
"Pah, aku agak enggak enak badan. Aku masuk ke kamar dulu!"Tanpa menunggu respon suaminya, Sarah langsung masuk dalam kamarnya. Sampai dalam kamar wanita itu mengamuk dan membanting barang-barang yang ada di atas meja riasnya."Aku enggak akan biarin kalian pindah. Enggak akan!"Sarah terus mengamuk seperti orang gila, dia tak peduli keberadaan suaminya di lantai bawah."Mah, kamu kenapa?"Selesai makan, Dicky langsung naik ke atas. Dia terkejut melihat keadaan kamarnya yang sudah sangat berantakan.Sarah hanya diam, tak mungkin dia menjawab jujur apa yang membuatnya marah."Mah, kalau ada apa-apa cerita saja sama Papah. Jangan malah mengamuk seperti ini!"Dicky mendekat ke arah Sarah. Sarah tak bisa menahan tangisnya lagi. Dicky membawa Sarah ke dalam pelukannya agar wanita itu bisa lebih tenang. Seandainya saja Dicky tahu kalau Sarah tengah menangisi lelaki lain, pasti dia akan sangat jijik dengan Sarah."Udah jangan nangis lagi, ayo cerita sama Papah. Apa yang membuatmu marah sepe
"Pu...Putri...? Kenapa kamu ada di sini?"Mendengar namanya disebut Putri mengerutkan keningnya. Dia mencoba mengingat-ingat siapa lelaki yang ada bersama suaminya."Kenapa ada di sini? Pertanyaanmu aneh, Wa. Dia kan istriku pastilah dia tinggal serumah denganku."Mendengar penjelasan Indra, wajah ceria Dewa berubah menjadi syok."Jadi Putri ini istri kamu?"Indra mengangguk sembari menatap aneh ke arah sepupunya."Kamu kenapa reaksinya gitu. Kamu kenal sama Putri?" tanya Indra penasaran."Em...jadi gini. Dulu saat aku SMA Putri sering aku kerjain waktu lagi MPLS."Dewa menatap ke arah Putri. "Put, kamu enggak ingat aku? Dulu kamu pernah nangis saat aku kerjain kamu. Katamu aku senior yang jahat jadi kamu benci banget sama aku!""Ka--kamu Kak Dewa yang suka banget jahatin aku dulu kah?" Putri mulai mengingat wajah kakak kelasnya yang dulu sering isengin dia.Dewa mengangguk cepat. "Betul, Put. Aku Dewa. Syukurlah kalau kamu masih inget aku!""Ya ampun, Kak. Dulu aku benci banget sama
"Tan, ini beneran enggak ada sangkut pautnya sama Putri. Tante tahu kan akhir-akhir ini kita sedang banyak masalah. Aku cuma masih belum bisa nerima kenyataan saja. Aku sama sekali enggak berniat njauhin Tante!"Tak mau melihat wanita di depannya terus menangis, Indra kali ini bicara sangat lembut. Tangannya terulur untuk mengelap airmata wanita itu. Dia berharap Sarah kali ini bisa bersikap lebih tenang atau seseorang akan memergoki mereka."Bohong!"Sarah menepis tangan Indra. Tak mudah bagi wanita itu untuk percaya begitu saja ucapan Indra. Menurutnya Indra benar-benar sudah berubah. Tidak lagi seperti Indra yang selama ini sangat tergila-gila dengannya."Tan, aku enggak bohong. Aku janji aku enggak akan memperlakukan Tante seperti kemaren lagi. Aku janji!"Meski masih belum terlalu yakin dengan janji yang Indra katakan tapi Sarah memaksa bibirnya tersenyum. Wanita itu langsung memeluk Indra sangat erat."Tante kaya orang gila beberapa hari ini. Kamu sekali lagi berbuat kaya gitu
"Dir, awasi Putri selama aku tidak di rumah. Kalau sampai Putri berhasil diam-diam keluar dari rumah ini, awas kamu!"Setelah selesai mengancam pembantunya, Indra kembali ke kantornya. Jam makan siangnya sudah habis. Meski dia belum sempat makan tapi dia tak berniat kembali ke restoran. Sampai detik ini Indra belum bisa melupakan kekesalannya saat melihat Putri sedang makan siang bersama lelaki lain.[Ndra, kamu kemana? Kok belum balik ke kantor?]Baru beberapa jam lalu Indra berjanji pada Sarah takan mengabaikan wanita itu lagi namun sekarang dia mengingkarinya. Rasa cemburu dan marah pada Putri membuat lelaki itu kembali tak mempedulikan Sarah.Beberapa kali Sarah menghubungi Indra namun lelaki itu tak mau mengangkatnya, ini membuat Sarah kembali marah. Dia mondar mandir berada dalam ruangan Indra menunggu lelaki itu tiba di sana."Ndra, kamu kenapa enggak angkat teleponku lagi?" tanya Sarah setelah Indra sampai dalam ruangannya."Tan, aku lagi banyak urusan. Bisa enggak biarkan aku
[Hallo, Lucky. Kamu jangan bilang ya pada Tante Sarah kalau aku diam-diam meneleponmu!]Indra sengaja menelepon Lucky karena ingin mengabulkan permintaan Putri. Indra yakin Lucky bisa diajak kerjasama. Asal Indra memberinya sedikit uang, Lucky takan memberitahu Sarah kalau diam-diam Indra menghubunginya.[Tuan, Indra. Baru saja saya ingin menghubungi Anda. Saya sedang kebingungan saat ini!][Kebingungan kenapa?] tanya Indra pada anak buah Sarah.[Tuan, Pak Suryo pingsan dan sampai sekarang belum sadar juga. Sebelum pingsan dia sempat mutah darah. Saya sangat panik dan ingin membawanya ke rumah sakit tapi sayangnya Nyonya Sarah melarangnya. Saya beneran takut terjadi sesuatu pada Pak Suryo!]Indra terkejut bukan main, kabar sepenting ini Sarah tega menyembunyikan darinya. Indra sangat kecewa dengan kekejaman Sarah pada keluarga Putri.[Sekarang mana Ibu Mertua saya? Ada hal yang ingin saya bicarakan dengannya?]Lucky menuju ke Bening yang tengah menangis di sebelah suami yang tengah ta
"Indra, istri kamu cantik sekali. Om sampai pangling tadi!" Ristian memuji kecantikan Putri. Ini membuat Sarah makin marah dan cemburu."Kalau Putri enggak cantik enggak mungkin Indra mau menikahinya, Pah." ucap Dewa. Indra terlihat datar menanggapi pujian sepupu dan pamannya. Putri tersenyum getir melihat reaksi suaminya yang seperti itu."Keluarga Tante Riyan mana, Om? Mereka di undang juga kan?" tanya Indra mengalihkan pembicaraan."Iya, di undang. Mungkin mereka masih dalam perjalanan menuju ke sini!" balas Ristian."Wa, ini acara spesial kamu. Apa kamu enggak ngundang seseorang yang spesial juga?" Pertanyaan Dicky membuat gelagapan Dewa."Aku juga heran sama anakku, Bang. Wanita seperti apa yang dia cari sampai diusianya yang sudah matang seperti ini masih juga belum dapatkan pacar!" Ristian menatap Putranya sembari menghela nafas panjang."Dia masih nyari cinta pertamanya saat SMA dulu, Om. Om tenang saja, aku akan bantu anak Om ini nyari cewek itu.""Tunggu...tunggu...! Kamu bi
Pov Putri"Sayang, kenapa makanmu sedikit banget?" Mas berpura-pura bersikap sangat manis terhadapku. Tak ada yang tahu kalau sebenarnya dia sangat jahat padaku. Aku hanya diam mengikuti alur sandiwara lelaki kejam itu."Udang ini enak banget, loh. Kamu enggak mau cobain?"Mas Indra mengambil udang di depannya. Saat hendak meletakan ke piringku, Kak Dewa yang duduk persis di samping Mas Indra melarangnya."Putri alergi udang. Dia bisa gatal-gatal meski makan sedikit saja!"Tunggu, kenapa Kak Dewa bisa tahu aku alergi udang? Mas Indra saja yang suamiku tidak tahu. Aku menoleh ke arah Kak Indra. Dia tersenyum tipis lalu membuang pandangan."Alergi udang? Kok dia enggak pernah cerita ke aku ya?" tanya Mas Indra."Kamu sih jadi suami selalu sibuk dengan kerjaan terus. Mulai sekarang tolong lebih perhatian sama Putri atau kamu akan nyesel kalau tiba-tiba ada yang lebih bisa ngasih perhatian lebih ke dia!"Mungkin Kak Dewa cuma becanda mengucapkan kalimat itu namun sepertinya kata-katanya b
"Indra, apa yang kamu lakukan?" Semua orang syok melihat Indra tega menusuk Sarah menggunakan pisau. Bahkan Dicky yang sangat marah dan kecewa pada Sarahpun tak sampai hati melakukan hal tersebut."Wanita ular ini pantas mati. Dia sudah menghancurkan hidupku tapi dia tega meninggalkanku saat aku benar-benar terpuruk!" ucap Indra tanpa ada penyesalan sedikitpun. Sarah meneteskan airmata melihat kebencian Indra yang begitu besar padanya."A--aku tak bermaksud meninggalkanmu!" ucap Sarah lemah. Indra tak sudi menatap wanita yang baru saja ditusuknya."Aku sangat mencintaimu, Ndra. Apa yang kukatakan barusan hanya untuk menyelamatkan hidupmu. Aku tak mau kamu jadi gelandangan saat dibuang Ay--"Sarah tak mampu melanjutkan kalimatnya. Tusukan di perutnya benar-benar membuatnya kesakitan. Dia menghembuskan nafas terakhirnya sebelum menyelesaikan kalimatnya.Indra baru saja menyadari kalau dia telah salah paham pada Sarah. Dia buru-buru mendekat ke Sarah untuk minta maaf. Sayangnya apa yang
"Jadi begini kelakuan kalian di belakangku?"Kedua orang yang tengah bercinta itu terkejut bukan main saat kelakuan bej*d mereka diketahui oleh Dicky."Sayang, aku bisa jelasin!"Terbakar amarah, Dicky tak menggubris ucapan istrinya. Dia menarik tubuh anaknya kemudian memukulnya.Sarah cepat-cepat memakai bajunya kemudian mencoba menghentikan Dicky memukuli lelaki yang selama ini digilainya."Sayang, hentikan. Indra bisa mati jika kamu memukulnya terus menerus seperti ini!"Bukan bersimpati mendengar tangis dan permohonan istrinya, Dicky justru makin gelap mata. Di pukulnya wanita yang belasan tahun ini mengkhianatinya tanpa ampun.Indra mencoba bangkit dan melindungi Sarah dengan tubuhnya. Lelaki itu rela menggantikan tubuh Sarah menahan sakit akibat pukulan Dicky. Melihat keduanya yang rela saling berkorban membuat hati Dicky makin hancur."Om, hentikan. Om bisa terkena tindak pidana jika Om terus menyiksa mereka!" tiba-tiba Dewa datang menghentikan Dicky. Awalnya Dicky tak mau meng
"Ndra, kamu tahu temen Putri yang namanya Melly itu tinggal dimana?" tanya Sarah saat dia dan Indra dalam perjalanan mencari Putri.Indra menggeleng."Kenapa memangnya, Tant?" tanya Indra kemudian."Melly kan teman baik Putri. Tante yakin Putri akan menghubungi Melly dan memberitahu keberadaannya kalau dirasanya keadaan sudah aman. Gimana kalau kita sekarang cari Melly dan kita sekap saja dia buat pancing Putri lagi!""Ide bagus, Tant. Tapi gimana caranya kita cari Melly. Aku kenal dia juga enggak!" tanya Indra kemudian."Tanyalah sepupumu, Dewa. Dia pasti tahu. Bod*h banget sih kamu jadi orang." cecar Sarah."Aku bukan bodoh, Tant. Aku cuma enggak mau melibatkan Dewa. Kalau Dewa tau Putri kabur gimana? Dia anak Om Ristian, bahaya banget kalau Om Ristian ngasih tahu Dewa soal hubungan kita!""Ya, jangan sampai dia tahu, dong. Bilang saja sama Dewa, kalau kamu ingin kasih kejutan Putri dengan membawa Melly ke rumah secara diam-diam. Kamu ini enggak mau dibilang bodoh. Tapi, masalah sep
"Ka--kamu yakin mau ikut aku?" tanya Putri seakan tak percaya dengan ucapan Dira barusan."Aku yakin, Mbak. Mbak Putri enggak boleh tinggal sendirian. Bahaya. Kapan saja Tuan Indra dan Nyonya Sarah bisa saja menemukan Mbak Putri." jawab yakin Dira."Tapi, Dir. Aku tak membawa banyak uang. Kapan saja uangku bisa habis kalau aku tak cepat-cepat cari kerja!""Mbak, uang 20juta barusan anggap saja buat bayar gajiku beberapa bulan ke depan. Udah, masalah uang jangan dipikirkan. Aku cuma mau melindungi Mbak Putri. Aku enggak mau Mbak Putri sendirian melawan Nyonya Sarah dan Tuan Indra. Saya memang tak bisa banyak membantu tapi saya akan berusaha melindungi Mbak Putri semampu saya dari kejahatan mereka!"Putri benar-benar merasa terharu dengan kata-kata Dira barusan. Dia berjanji pada Dira akan selalu memperlakukan Dira dengan baik.Jam menunjukan pukul 8 malam. Makan malam telah Dira siapkan. Putri datang awal ke ruang makan untuk melihat keadaan."Mbak, jangan minum air putih disini, ya. I
Pov Author"Kamu sendiri ngapain kesini, Wa. Restoran ini cukup jauh dari perusahaan kamu. Tapi kamu bisa ada disini?" tanya Indra kemudian."Tadi janji ketemuan sama klien di area sini. Pas lewat restoran ini pengin mampir!" jawab santai Dewa."Bisa kebetulan banget, ya. Kamu bukan sengaja ngikutin aku dan Indra kesini, kan?"Sarah mulai berbicara sembarangan. Indra memegang kepalanya, frustasi dengan sikap gegabah Sarah. Pertanyaan Sarah justru bisa membuat Dewa curiga tentang hubungan keduanya."Mengikuti kalian? Apa untungnya?" Dewa terkekeh geli."Ya bisa saja kan Papah kamu yang--""Tant, cukup. Enggak usah mulai lagi nuduh-nuduh orang sembarangan, dech!" kesal Indra. Indra menjadi tak enak dengan Dewa karena tuduhan Sarah. Beberapa saat kemudian seorang pramusaji datang membawa beberapa bungkus makanan pesanan Dewa."Tante Sarah. Aku ke restoran ini karena beli makanan untuk temen-temen aku yang tinggal di area sini. Dulu kami sering nongkrong bareng disini pas SMA. Mumpung dis
Pov Author"Sayang, kepalaku kenapa sakit sekali?" tanya Sarah saat terbangun. Indra semalam memberinya obat tidur dengan dosis agak tinggi jadi ketika dia bangun kepalanya terasa sakit."Kemaren Tante banyak nangis jadi wajar kalau Tante sekarang sakit kepala!"Sarah tersenyum senang saat menyadari Indra tak lagi mendiamkannya."Ka--kamu udah enggak marah sama aku?" tanya Sarah dengan raut wajah sangat senang.Indra menghela nafas panjang mendengar pertanyaan dari Sarah."Jujur aku masih sangat marah dengan perlakuan Tante pada Putri. Tapi aku berpikir enggak ada gunanya lama-lama marah sama Tante!"Sarah yang merasa sangat senang langsung memeluk Indra yang tengah memakai dasinya."Makasih sayang. Aku tahu kamu enggak mungkin bisa lama-lama marah sama aku.""Jangan seneng dulu, Tant. Aku ngelakuin ini agar Tante bersikap baik pada Putri. Kalau aku denger Tante melukai Putri sedikit saja, aku takan segan-segan meninggalkan Tante."Bukan tak marah dan kecewa saat Indra mengancam Sarah
"Kita tinggalkan negara ini bersama-sama. Dengan begitu Tante Sarah takan bisa menemukan kita!"Aku diam tak bersuara. Masih bingung dengan tawaran yang suamiku berikan. Haruskah aku menerima tawarannya?"Put, kita tak punya banyak waktu. Jangan banyak berpikir. Kamu mau ya memaafkan aku. Dengan begitu kita akan hidup bahagia tanpa Tante Sarah."Hidup bahagia?"Aku tertawa menahan perih."Kamu pikir semudah itu, Mas. Setelah semua yang kau lakukan padaku selama ini kamu pikir aku bisa bahagia hidup dengan orang yang jelas-jelas sudah menyakiti dan mengkhianatiku?""Put, aku salah aku minta maaf. Dari awal aku tak berani melawan Tante Sarah. Dia sangat kejam. Bahkan dia berencana membunuh Ayahku!""Apa?"Aku terkejut mendengar ucapan suamiku."Ya, dia belum lama ini bilang ingin menyingkirkan Ayahku. Aku tidak bisa terus-terusan hidup dengan wanita mengerikan itu!""Kalau kita pergi, gimana dengan nasib Ayahmu Mas?"Ayah mertuaku sangat baik, tidak mungkin aku mengabaikan keselamatanny
"Dira...Dira...!"Samar ku dengar teriakan Tante Sarah berteriak memanggil-manggil nama Dira. Rasa sakit karena pukulan demi pukulan yang Mas Indra berikan membuat kesedaranku perlahan hilang."Mbak Putri sadar Mbak...!"Mataku kembali terbuka. Ku lihat sekeliling. Ternyata aku berada dalam kamar Dira sekarang."Syukurlah Mbak sudah sadar. Aku sangat khawatir melihat Mbak tak sadarkan diri barusan!"Dira menangis, aku lihat dia benar-benar mengkhawatirkan keadaanku. Bukan hanya bersandiwara seperti yang kupikirkan selama ini."Mbak, mulai hari ini Nyonya Sarah menyuruhku mengawasi Mbak. Kita akan tinggal satu kamar. Mbak jangan marah sama aku ya. Aku cuma menjalankan tugas dari Nyonya Sarah!"Aku tersenyum dan mengangguk. Dira tak salah jadi aku tak boleh membencinya. Dia juga korban sama sepertiku."Mbak, aku kompres lukanya ya, Mbak."Dira mulai mengompres satu persatu lukaku. Aku diam tak banyak bergerak. Badanku terasa sangat sakit sekali jika sedikit saja bergerak."Aku berdoa se
"Indra, Putri. Apa yang sedang kalian lakukan disini?"Mati aku. Tante Sarah memergoki saat Mas Indra sedang menc*umku. Pasti aku lagi yang akan jadi sasaran kemarahannya. Tuhan, tolong selamatkan aku dari wanita gila ini.Mas Indra melepaskan cium*nnya lalu tubuhnya ia gunakan untuk menutupi tubuhku. Lelaki itu pasti sadar betul kalau sebentar lagi Tante Sarah akan menghajarku sebagai pelampiasan kemarahannya."Beraninya kalian berbuat seperti ini di belakangku!"Tante Sarah seperti kesetanan. Dia mengambil pisau yang berada tak jauh darinya."Minggir Indra. Perempuan ini harus ku habisi. Dia harus mati baru aku akan puas!"Tangan Tante Sarah terlihat gemetar. Dia terlihat sangat emosi."Tant, kalau tante mau bunuh. Bunuh saja aku. Putri tak melakukan apapun. Dia sudah menolakku tadi tapi aku yang memaksannya!"Aku yakin Tante Sarah takan berani menusuk Mas Indra. Wanita gila itu tak bisa hidup tanpa Mas Indra jadi tak mungkin berani mencelakai lelaki yang sangat dicintainya itu."A