Fely tak pernah melihat Naya lagi di sekitar apartemen. Karena jaraknya hanya dua gedung berbeda, biasanya Fely lihat Naya. Dia seolah menghilang beberapa hari ini setelah mereka bertengkar.
Biasanya dia akan bertemu Naya di pagi atau sore. Naya selalu menunggunya, mungkin karena kesepian. Kini, bahkan Naya tak muncul selama beberapa hari. Membuatnya agak khawatir namun tetap enggan menemui Naya langsung ke apartemen, lebih berharap berpapasan.
Begitu pula yang dirasakan Ghiyas, Rendi, Kevin dan Gabby. Setidaknya mereka akan melihat Naya untuk bertemu dengan Fely atau duduk di taman seorang diri. Dia tak terlihat lagi.
“Tumben enggak ada yang nguntit lo.” Rendi melirik ke arah Ghiyas.
“Mungkin dia menyerah dan pulang ke rumah orang tuanya,” jawab Ghiyas agak santai.
Gabby dan Kevin yang sedang berjalan ke arah mereka juga tampaknya ingin menanyakan tentang Naya. Membuat Ghiyas hendak menghindar, namun Gabby langsung menahann
Dipukuli dan ditendang, ini seolah benar-benar hukuman yang Tuhan berikan untuk Naya. Dan yang bisa Naya lakukan di sana hanya meringkuk kecil dengan meringkuk, berusaha melindungi perutnya. Dia tak ingin bayinya turut kenapa-napa. Hanya ini satu-satunya harapan dirinya kembali pada Ghiyas, walau membutuhkan waktu yang cukup lama.Dengan wajahnya yang bonyok, bengkak sana sini dengan darah di sekitar wajahnya, Naya berjalan dengan terseok-seok mencari apartemennya. Dia tak tahu itu di mana. Tempatnya seperti sangat jauh dari tempatnya berasal. Belum lagi pandangannya samar malam itu karena pening.Yang dia cari sekarang hanya satu, bantuan. Namun kelihatannya tak satu pun orang di trotoar hari itu. Dan tak ada yang mau memberikannya tumpangan untuk pulang. Hingga sebuah mobil polisi berhenti di dekatnya dan menatapi Naya yang kelihatan baru dirampok sekaligus dianiaya.Polisi itu membawa Naya ke rumah sakit dengan segera. Dan sialnya, rumah sakit itu tempat sahabatnya bekerja, tempat
Naya merapikan tempat tidurnya. Dia tak ingin berlama-lama di rumah sakit. Dan enggan jika harus bertemu dengan Ghiyas, barang kali Gabby tetap memberitahu keadaannya pada Ghiyas nanti. Walau sebenarnya dia juga ingin mendapatkan perhatian Ghiyas di saat seperti ini.Naya berjalan keluar sore itu. Bisa dibilang, dia kabur. Namun, begitu dia berbelok ke lorong lain, dia berpapasan dengan seorang dokter. Untungnya mereka tak bertabrakan. Meski Naya cukup siaga untuk langsung melindungi perutnya. Spontan tangannya melingkar di perutnya.Naya mendongkrak dan menatap dokter itu. Ghiyas. Dan Ghiyas juga cukup terkejut karena hampir menabrak Naya. Ghiyas melihat bagaimana wajah Naya yang bonyok. Dia kaget, melihat sesuatu telah terjadi menimpa Naya, entah kapan.Ghiyas melihat bagaimana Naya siaga dengan melindungi perutnya. Dan Naya kemudian menunduk sambil membiarkan sebagian rambutnya tergerai untuk menutup wajahnya. Dia mengambil jalur sebelah kiri dan berjalan den
Malam itu, Naya pergi dari apartemennya untuk membeli makan malam. Dia berjalan keluar apartemennya. Tanpa dia sadari jika tak lama kemudian Fely datang untuk menjenguknya sesuai permintaan Gabby. Naya mendekati salah satu restoran ayam terdekat dari apartemennya.Restoran itu agak masuk ke dalam gang. Biasanya ramai, namun malam itu tampak agak sepi. Dia memasuki restoran ayam itu dan mendekati tempat pemesanan makanan. Dia pun memesan sebuah paket yang sedang dia inginkan untuk makan malamnya. Keinginan bayinya.Setelah memesan dan membayar pesanannya, Naya menunggu sebentar hingga makanannya siap. Naya segera menerimanya dan hendak pulang untuk memakannya di apartemen. Namun, begitu dia keluar dari restoran ayam, Naya terdiam sambil menatap orang yang hendak masuk.“Naya?” Gerry, atasannya yang sudah mencarinya seharian ini karena tidak masuk kerja.“Dari mana saja kamu, sampai tidak masuk hari ini? Padahal saya menunggu kamu, loh.&rd
“Baik, saya ke sana sekarang.”Ghiyas mendapatkan panggilan jika seseorang mengalami kecelakaan dan membutuhkan operasi darurat segera. Membuat Ghiyas segera pergi ke rumah sakit sebelum pasiennya tiba di sana.Ghiyas berlari di koridor sambil menggunakan jas putihnya. Dia menuju ke UGD, hendak menyambut pasiennya daruratnya malam itu. Ghiyas kemudian melihat Gabby yang sudah ada di sana juga.“Lo enggak jadi menemui Naya malam ini dan tetap memilih ketemu sama seseorang itu?” tanya Gabby sambil melipat tangannya dan menatapi ambulans yang mulai mendekat.“Seseorang itu lebih penting. Gue bakal ketemu sama Naya segera, kok. Gue yakin sekarang, kalau anak yang dikandung Naya anak gue. Tapi untuk malam ini, gue bakal menjadi seorang dokter yang baik dulu, sebelum jadi suami yang baik,” ucap Ghiyas sambil tersenyum.“Tiba-tiba?” Gabby mengernyitkan dahinya.Ghiyas hanya tersenyum dan melihat ambul
Gabby berjalan ke luar ruangan. Dan dia langsung disambut oleh Kevin dan Rendi di luar sana. Dia kemudian menatap ke arah Rendi dengan tatapan tajam. Seolah Rendi baru melakukan kesalahan.“Apa? Gimana keadaan di dalam? Ghiyas fokus, kan?” tanya Rendi.“Golongan darah lo apa?” tanya Gabby.“O Rh negatif?” Rendi langsung menjawab sambil mengernyitkan dahinya.“Gue butuh darah lo. Naya butuh darah lo. Dia pendarahan hebat.” Gabby menatap Rendi.Rendi langsung menggelengkan kepalanya. “Kenapa gue harus ngasih darah gue sama Naya?”“Karena ini permintaan Ghiyas. Ghiyas butuh darah lo, buat pasien sekaligus istrinya. Jangan mandang Naya sebagai istri Ghiyas dulu sekarang. Pandang dia selayaknya pasien. Lo dokter, bukan? Kalau iya, harusnya lo mau melakukan apa pun demi pasien lo, kan?”“Kalau itu bukan Naya, maka akan gue lakukan.”“Termasuk ka
Ghiyas memandang Naya yang masih terbaring di ruang rawat. Dia belum kunjung bangun pasca operasi yang dia jalani tadi malam. Seharusnya Naya sudah bangun pagi ini. Namun, hingga siang hari, dia belum kunjung bangun dan masih berada di alam bawah sadarnya.Orang tua Naya sudah di sini juga. Membuat Ghiyas agak ragu menemui mereka. Lantaran dia sendiri merasa bersalah sekarang. Naya tanggung jawabnya. Walau memang, tanggung jawab orang tuanya juga yang mengizinkan Naya kembali ke sini dan tinggal seorang diri.“Agi, Naya kapan bangun? Orang tuanya Naya kayaknya cemas banget dari tadi,” ucap Ratih.“Harusnya pagi ini juga udah bangun. Kondisinya stabil, enggak ada masalah. Mungkin memang tubuhnya yang butuh istirahat,” jawab Ghiyas seadanya.“Kamu temui dulu orang tua Naya. Bagaimanapun, mereka ingin tahu keadaan putrinya. Ini bukan salah kamu, kok. Memang sudah takdirnya seperti ini,” ujar Farhan.Ghiyas menganggu
Naya kembali beristirahat dengan tenang setelah diberi obat penenang. Dia hanya akan menyakiti dirinya sendiri jika terus dibiarkan bangun. Dia memberontak dan bahkan berusaha melepaskan infusnya tadi. Membuat Edna menangis melihat kondisi putrinya yang alami depresi.“Sebaiknya terus diawasi. Agar tidak melakukan hal-hal yang tidak diinginkan lainnya. Setelah mengetahui dirinya keguguran, pasti Naya merasa patah hati. Belum lagi, dia dalam tekanan selama kehamilannya. Yang dia butuhkan sekarang adalah orang-orang untuk berada terus di sekitarnya.“Gabby memasukkan tangannya ke saku sambil menatap Naya. Dia merasa kasihan pada Naya.“Dia menyalahkan dirinya sendiri karena dia berpikir kalau begitu anaknya mati, itu bukan anak Ghiyas dan dia ibu yang buruk. Ya, selama kehamilannya, dua hal itu mungkin jadi tekanan paling dalam untuknya.” Gabby terus menatap ke arah Naya.“Sewaktu itu, saya yang bilang begitu. Apa ini karena sa
“Weh, weh! Nikahin dulu, dong! Bestie gue ini!” Ghiyas langsung mendekati Kevin hendak menghajarnya, dia siap kapan saja jika Kevin berani main-main pada Gabby.“Bercanda, bercanda. Gue masih nabung buat biaya nikah. Lo jangan asal main hajar! Nanti tabungan gue habis dipakai biaya rumah sakit!” Kevin tampak bergidik takut pada Ghiyas.Rendi di sana hanya tertawa. Gabby juga tersenyum, lantaran kini Kevin telah bersamanya. Dia mengetahui perasaan Kevin dan Kevin tahu perasaannya. Sebuah mimpi yang menjadi nyata.Dengan Rendi dan Ghiyas yang bersikap seperti kakaknya sekarang, menjaganya dari Kevin yang dikenal playboy. Namun alasan Kevin seperti itu juga karena dia bingung harus mencurahkan segala perhatian yang dia ingin curahkan pada Gabby, sehingga mencari mangsa lain.Gabby melirik Naya yang tampak tersentak dalam tidurnya. Membuatnya segera menegur Ghiyas dan Kevin yang bermain gulat, dengan Ghiyas yang unggul ketimbang Kevin.