Briella senang karena Felix mengizinkannya menjenguk Fernandez di sekolah. Walaupun hanya bisa melihat dari kejauhan, tidak bisa memeluknya, dan dikawal orang suruhan Felix, tapi itu sudah cukup mengobati kerinduannya.Felix meminta Briella tampil berbeda agar tidak dikenali. Briella setuju. Wig ungu dengan potongan bob mengubah penampilannya secara drastis, membuat wajahnya tampak lebih tegas dan misterius. Kaca mata hitam besar menutupi sebagian besar wajahnya, menyembunyikan ekspresi yang dulu selalu hangat dan lembut.Briella mengenakan pakaian tertutupâjaket kulit hitam panjang hingga lutut, dengan kerah tinggi yang hampir menutupi lehernya. Sepasang boots sebetis dari kulit hitam dengan sol tebal melengkapi penampilannya, membuat setiap langkahnya terdengar mantap. Penampilan ini jauh dari sosok Briella yang dikenal banyak orang, sepenuhnya bertujuan agar dia tidak dikenali oleh siapa pun.Dalam sedan hitam, dengan dikawal empat orang suruhan Felix, Briella menunggu Fernandez ke
Fernandez melompat keluar dari mobil begitu Adrian memarkirnya di depan rumah. Dengan riang, dia berlari menuju pintu depan sambil berteriak, âGrandma! Grandma Rosalie!âRosalie muncul dari dalam rumah, wajahnya mengernyit mendengar teriakan cucunya. âNandy, jangan teriak-teriak seperti itu. Kau tahu Grandma tidak suka.âFernandez tak memperhatikan teguran Rosalie. âGrandma! Tadi aku ketemu Mommy! Mommy beda sekali sekarang, rambutnya pendek dan warna ungu! Mommy seperti orang lain! Tapi ... tapi Mommy bilang akan kembali, Grandma! Daddy juga berjanji akan membawa Mommy berkumpul dengan kita.âRosalie tersentak mendengar pertanyaan itu. Wajahnya memucat dan matanya langsung beralih pada Adrian yang baru saja masuk ke rumah. âApa yang dimaksud Nandy ini benar, Adrian? Briella ... dia benar-benar ada di sana?âAdrian mengangguk pelan, dengan ekspresi yang muram. âYa, Mom. Briella, dia ada di sana. Aku melihatnya sendiri.âRosalie tak bisa menyembunyikan keterkejutannya. âYa Tuhan, kenap
Di dalam ruang kantornya, Adrian Maven duduk memandangi layar MacBook yang menyala. Berita tentang dirinya mendominasi media. Felix Jorell, dengan senyum liciknya, telah memutarbalikkan fakta dalam konferensi pers yang baru saja diadakan. Adrian dituduh telah menggunakan Briella sebagai alat balas dendam, dan cerita palsu itu kini menjadi konsumsi publik. Bagi sebagian besar orang, Adrian Maven adalah penjahat yang mengerikan.Konferensi pers itu segera menggegerkan jagad dunia maya. Hujatan demi hujatan dari netizen memenuhi kolom komentar berbagai media massa yang menayangkan acara tersebut. Nama Adrian rusak hanya dalam waktu satu malam. Bukan itu saja, harga saham perusahaan ikut anjlok. Para pemegang saham dan investor mulai menghubunginya karena khawatir pada dana yang telah mereka tanam untuk berinvestasi di perusahaan Adrian. Jajaran direksi pun meminta Adrian segera menggelar rapat untuk menyusun strategi.Namun, pikiran Adrian tidak sepenuhnya berada di sana. Bukan berita bu
Adrian tidak menghiraukan ucapan Felix yang menyudutkannya. Pria tampan itu langsung menerobos masuk ke dalam. Sontak tindakan Adrian membuat Felix cukup terkejut. Sebab, Felix pikir Adrian akan menyerah, tapi ternyata Adrian tak langsung menyerah begitu saja.âAdrian! Kau tidak bisa masuk begitu saja! Ini rumahku, Sialan!â Felix ingin bermaksud mengejar Adrian, tapi satu polisi maju mencegat Felix.âTuan Jorell, kami mendapat laporan bahwa ada dugaan ancaman terhadap Briella Maven. Kami di sini untuk memastikan keadaannya baik-baik saja. Jika Anda tidak mengizinkan kami masuk, kami akan menggunakan kekerasan untuk memeriksa kediaman ini.â Polisi itu mengeluarkan kalimat tegas.Felix tertawa kecut, jelas merasa terpojok. âIni rumahku! Kalian tidak bisa masuk tanpa surat perintah!ââSesuai undang-undang, kami bisa masuk dengan atau tanpa izin Anda jika ada laporan kekerasan atau penyanderaan. Kami di sini untuk memastikan Nyonya Briella dalam keadaan aman dan tidak di bawah tekanan. Iz
âDi pergelangan tangan Nyonya Briella, ada banyak luka bekas sayatan pisau,â ucap petugas polisi itu tegas.Kata-kata itu menghantam Adrian seperti petir di siang bolong. âApa? Luka bekas sayatan?â tanpanya berpikir panjang, jantungnya berdetak cepat. Rasa takut dan kekhawatiran menggantikan semua rasionalitas dalam dirinya. Briellaâwanita yang dicintainyaâtengah terperangkap dalam kegelapan dan penderitaan. Adrian tidak bisa membiarkan itu terus berlanjut.Dengan tekad yang membara, Adrian berlari menuju rumah Felix, melupakan segala hal yang ada di sekelilingnya. âBriella!â teriaknya penuh keputusasaan, menembus batas-batas aturan dan rasa malu. Petugas-petugas lain mengikuti di belakangnya dengan langkah cepat, berusaha sekuat tenaga untuk mengimbangi kecepatan Adrian. Waktu seakan berjalan sangat lambat, dan hanya satu hal yang terlintas dalam pikirannyaâBriella dalam bahaya, dan dia harus menyelamatkannya.Saat Adrian menerobos masuk ke dalam rumah, pemandangan di dapur membuatn
Ruangan interogasi terasa pengap dengan cahaya lampu terang yang menyilaukan langsung ke wajah Felix Jorell. Dua orang polisi duduk di depannya, satu dengan ekspresi datar, sementara yang lain mencatat setiap kata yang keluar dari mulutnya. Di sudut ruangan, alat pendeteksi kebohongan dengan sensor-sensornya terpasang di tubuh Felix, mengukur detak jantung dan tekanan darah setiap kali dia berbicara.âKapan tepatnya Anda mengenal Briella Maven?â Polisi pertama mulai membuka percakapan dengan suara rendah namun tegas.Felix menghela napas panjang seolah sedang mengingat. âAku pertama kali bertemu dia di acara jumpa fans film Blind Devotion. Dia sangat ramah, manis, dan kami mulai sering bertukar pesan setelah itu.âPolisi pertama itu menatap Felix tanpa berkedip. âDan apa yang terjadi setelah itu?âFelix tersenyum tipis, matanya tampak mencoba meyakinkan. âAku sering mengirimkan hadiah padanya. Bunga, cokelat, bahkan perhiasan yang mahal. Aku sering mengajak keluar ke restoran. Briella
Briella duduk di ruang tamu yang megah, menikmati aroma manis pie apel yang baru saja dipotong. Ini adalah momen yang sangat langka dan berharga baginya. Setelah tiga tahun diculik dan ditawan oleh Felix, akhirnya dia bisa merasakan kebebasan. Dia kini dikelilingi oleh orang-orang yang mencintainya, Adrian, Fernandez, Hunter dan Rosalie.âPie ini benar-benar enak, Mom. Aku tidak tahu kapan terakhir kali aku bisa duduk santai seperti ini, bersama keluarga,â ucap Briella sambil tersenyum, mengambil potongan pie apel kedua.Rosalie, yang duduk di seberang meja, tersenyum hangat. âKau pantas mendapatkan kebahagiaan ini, Briella. Setelah semua yang kau lalui, aku harap hidupmu akan terus dipenuhi cinta dan kedamaian,â balasnya sambil menyesap teh dari cangkir porselen.Briella mengangguk pelan, menikmati setiap kata Rosalie. âAku tidak tahu bagaimana aku bisa bertahan kalau bukan karena kalian semua. Tiga tahun bersama Felix âĶ itu seperti mimpi buruk yang tak pernah berakhir.ââKami semua
Hunter memanfaatkan jaringannya di kepolisian untuk mengusut tuntas masalah penculikan ini. Saat tahu anak wali kota diculik, polisi segera bergerak cepat menyelidiki. Semua bukti sudah jelas, anak buah Felix Jorell adalah dalang di balik penculikan anak wali kota Vienna.Hunter, yang duduk di seberang meja, tersenyum puas. âPolisi sudah melaporkan pada walikota kalau anaknya diculik,â katanya sambil menyandarkan punggung ke kursi dengan riang, menunggu kabar selanjutnya.Adrian mengangguk. âSeorang wali kota tentu saja tidak akan membiarkan ini berlalu begitu saja. Felix sudah membuat langkah terburuk dalam hidupnya.âHunter tertawa kecil, membayangkan akibat dari kekonyolan anak buah Felix. âDia pikir dia bisa mengancam kita dengan menculik Fernandez, tapi lihat apa yang terjadi. Felix pasti sedang menggigit jarinya di penjara saat ini.âHanya dalam waktu beberapa jam setelah polisi melaporkan penculikan putra sang walikota, dampaknya langsung terasa. Seorang wali kota tentu memilik
Satu tahun kemudian âĶSesampainya di rumah sakit, Adrian merasakan detak jantungnya semakin cepat. Langkah-langkahnya yang biasanya mantap kini terasa berat, seolah-olah setiap langkah membawa beban kekhawatiran yang tak terukur.Ruang bersalin berada di ujung koridor, tapi jarak yang harus ditempuhnya terasa seperti berpuluh-puluh mil. Cahaya lampu yang seharusnya menenangkan justru tampak suram di matanya. Dia tak bisa berpikir jernihâyang ada hanya ketakutan akan apa yang mungkin terjadi di balik pintu ruang bersalin itu.Saat akhirnya Adrian tiba di depan pintu, dia menemukan Rosalie sedang duduk di kursi tunggu. Wajah wanita paruh baya itu tampak pucat meski dia berusaha menyembunyikan kecemasannya. Rosalie yang melihat Adrian mendekat, dia berdiri dan mencoba tersenyum, tapi kegelisahan tetap terpancar di matanya.âBagaimana keadaannya?â tanya Adrian dengan nada cemas, suaranya bergetar meski dia berusaha terdengar tegar.Rosalie mendekatinya, menyentuh lengannya dengan lembut.
Senyum seringai Adrian terbentang begitu saja setelah mendengar ucapan istrinya. Dia menarik Briella mendekat, tangan Adrian yang kuat meluncur ke bawah punggungnya. Mencengkeram bokong Briella yang membulat.Tanpa keraguan Adrian menekan batangnya yang keras ke arah kewanitaan si istri. Briella tersentak senang saat Adrian menggesek miliknya. Pria tampan itu menangkup pipi Briella, menghadiahkan ciuman lapar sehingga bibir mereka terkunci dalam ciuman yang penuh nafsu.Briella melepaskan ciuman itu, terengah-engah. âAdrian,â bisiknya, matanya berkilauan karena hasrat. âKumohon segeralah masuk. Aku membutuhkanmu.ââAku juga membutuhkanmu, Sayang,â jawab Adrian serak.Ciuman penuh gairah mereka semakin dalam, dan tangan mereka menjelajahi tubuh masing-masing. Membelai setiap inci. Adrian menangkup payudara penuh Briella, menggoda putingnya yang mengeras dengan ibu jari.Briella mengerang, melengkungkan punggung ke arah Adrian. Dia mengusap dada suaminya, turun ke perut Adrian yang liat
Briella tersenyum lembut, matanya berkaca-kaca. âJangan khawatir, ini air mata bahagia. Kau ... kau sering kali kasar, terburu-buru. Tapi sekarang, setiap sentuhanmu penuh cinta, penuh perhatian. Kau benar-benar telah berubah, Adrian.âIni bukan pertama kali bagi Briella disentuh Adrian sejak mereka kembali bersatu. Sentuhan Adrian sekarang penuh dengan kelembutan dan penuh cinta. Berbeda dengan dulu yang penuh nafsu seakan dirinya adalah budak seks.Mata Adrian melembut, dia menarik Briella lebih dekat, mengecup dahinya dengan lembut. âAku menyesali banyak hal, Briella. Dulu aku terlalu dibutakan oleh amarah dan dendam, tapi sekarang aku hanya ingin kau merasakan betapa aku mencintaimu, betapa berartinya dirimu bagiku. Aku tidak akan pernah menyakitimu lagi.âKata-kata Adrian yang tulus itu menusuk hati Briella, membuatnya tidak bisa menahan air mata yang mulai mengalir di pipinya. Ini adalah air mata kebahagiaan, air mata yang berasal dari perasaan mendalam bahwa cinta sejati mereka
Malam itu, suasana ruang makan terasa tegang. Adrian duduk di ujung meja, tatapannya kosong dan mulutnya terkunci rapat. Briella yang duduk di sebelahnya mencoba tersenyum, tapi ketegangan Adrian begitu nyata hingga seluruh ruangan terasa sunyi. Hunter, yang duduk di seberang meja, langsung membaca situasi.âNandy, bagaimana kalau sabtu besok kita pergi ke peternakan?â Hunter menawarkan dengan nada riang, mencoba mencairkan suasana. âPaman akan mengajarimu cara berkuda, dan kita bisa memerah susu sapi langsung dari sapinya. Bagaimana?âMata Fernandez langsung bersinar mendengar tawaran Hunter. âBenarkah, Paman? Aku mau! Aku mau!â serunya dengan antusias, tapi dia segera menoleh pada Briella. âTapi Mommy ikut juga, kan?âHunter terkekeh pelan, lalu menggelengkan kepalanya. âKali ini hanya kita, sesama pria yang pergi, Nandy. Mommy akan menunggu di sini.âFernandez mengerutkan kening, tampak tidak puas dengan jawaban itu. âTapi aku mau Mommy ikut bersama kita, Paman.âAdrian tampak sema
âMommy, aku suka sup ini. Rasanya creamy.â Fernandez tampak senang dengan kehadiran kembali ibunya. Bocah itu selalu menempel pada Briella, dan bersikap manja. Sejak pulang sekolah, dia meminta Briella menyuapinya, padahal anak itu sebelumnya terbiasa mandiri dan makan sendiri.âApa kau mau tambah lagi supnya, Nandy?â tanya Briella lembut, seraya menatap putranya dengan penuh kasih sayang.âTidak, Mommy. Aku sudah kenyang. Apakah Mommy bersedia membantuku mengerjakan pekerjaan rumahku?â pinta Fernadez.Briella mengangguk dan tersenyum. âTentu, Sayang.âMalam ini, sikap manja Fernandez tidak juga berakhir. Sehabis makan malam, dia meminta Briella membantunya mengenakan piama. Di kamar mereka yang luas dan nyaman, Adrian duduk di tepi tempat tidur, menatap Briella yang sedang membantu Fernandez mengenakan piyama. Briella tersenyum lembut, matanya penuh kasih sayang saat putra kecil mereka, duduk di pangkuannya, sudah siap untuk tidur.âNandy, ayo tidur, Sayang.ââMommy mau ke mana?ââMo
Adrian dan Briella tersenyum hangat melihat Fernandez berlari-lari di tamn, bersama dengan pengasuh. Pasangan itu duduk di kursi taman bersama dengan Rosalie dan Hunter. Tampak semua orang bahagia melihat Fernadez yang bermain dengan riang penuh kegembiraan.âAku sudah lama sekali tidak melihat Fernandez sebahagia ini,â ungkap Hunter jujur.Menghilangnya Briella, selalu membuat Fernandez menjadi muram. Tidak jarang Fernandez menangis setiap kali merindukan Briella. Tiga tahun Briella menghilang, bukan waktu yang sebentar. Bukan hanya Fernandez yang murung sejak Briella menghilang, tapi Adrian, Hunter, dan juga Rosalie sangat terpukul. Apalagi yang mereka tahu adalah Briella dibunuh Felix dengan kejam. Hal tersebut menjadi pukulan berat di keluarga Maven.âAku akan pastikan Nandy terus merasa bahagia, Hunter. Aku akan selalu di sisi putraku,â ucap Briella tulus, dan penuh kehangatan.Adrian membelai rambut Briella. âYa, Sayang. Nandy akan selalu merasa bahagia. Kau sudah kembali. Kebah
Hunter memanfaatkan jaringannya di kepolisian untuk mengusut tuntas masalah penculikan ini. Saat tahu anak wali kota diculik, polisi segera bergerak cepat menyelidiki. Semua bukti sudah jelas, anak buah Felix Jorell adalah dalang di balik penculikan anak wali kota Vienna.Hunter, yang duduk di seberang meja, tersenyum puas. âPolisi sudah melaporkan pada walikota kalau anaknya diculik,â katanya sambil menyandarkan punggung ke kursi dengan riang, menunggu kabar selanjutnya.Adrian mengangguk. âSeorang wali kota tentu saja tidak akan membiarkan ini berlalu begitu saja. Felix sudah membuat langkah terburuk dalam hidupnya.âHunter tertawa kecil, membayangkan akibat dari kekonyolan anak buah Felix. âDia pikir dia bisa mengancam kita dengan menculik Fernandez, tapi lihat apa yang terjadi. Felix pasti sedang menggigit jarinya di penjara saat ini.âHanya dalam waktu beberapa jam setelah polisi melaporkan penculikan putra sang walikota, dampaknya langsung terasa. Seorang wali kota tentu memilik
Briella duduk di ruang tamu yang megah, menikmati aroma manis pie apel yang baru saja dipotong. Ini adalah momen yang sangat langka dan berharga baginya. Setelah tiga tahun diculik dan ditawan oleh Felix, akhirnya dia bisa merasakan kebebasan. Dia kini dikelilingi oleh orang-orang yang mencintainya, Adrian, Fernandez, Hunter dan Rosalie.âPie ini benar-benar enak, Mom. Aku tidak tahu kapan terakhir kali aku bisa duduk santai seperti ini, bersama keluarga,â ucap Briella sambil tersenyum, mengambil potongan pie apel kedua.Rosalie, yang duduk di seberang meja, tersenyum hangat. âKau pantas mendapatkan kebahagiaan ini, Briella. Setelah semua yang kau lalui, aku harap hidupmu akan terus dipenuhi cinta dan kedamaian,â balasnya sambil menyesap teh dari cangkir porselen.Briella mengangguk pelan, menikmati setiap kata Rosalie. âAku tidak tahu bagaimana aku bisa bertahan kalau bukan karena kalian semua. Tiga tahun bersama Felix âĶ itu seperti mimpi buruk yang tak pernah berakhir.ââKami semua
Ruangan interogasi terasa pengap dengan cahaya lampu terang yang menyilaukan langsung ke wajah Felix Jorell. Dua orang polisi duduk di depannya, satu dengan ekspresi datar, sementara yang lain mencatat setiap kata yang keluar dari mulutnya. Di sudut ruangan, alat pendeteksi kebohongan dengan sensor-sensornya terpasang di tubuh Felix, mengukur detak jantung dan tekanan darah setiap kali dia berbicara.âKapan tepatnya Anda mengenal Briella Maven?â Polisi pertama mulai membuka percakapan dengan suara rendah namun tegas.Felix menghela napas panjang seolah sedang mengingat. âAku pertama kali bertemu dia di acara jumpa fans film Blind Devotion. Dia sangat ramah, manis, dan kami mulai sering bertukar pesan setelah itu.âPolisi pertama itu menatap Felix tanpa berkedip. âDan apa yang terjadi setelah itu?âFelix tersenyum tipis, matanya tampak mencoba meyakinkan. âAku sering mengirimkan hadiah padanya. Bunga, cokelat, bahkan perhiasan yang mahal. Aku sering mengajak keluar ke restoran. Briella