Alena tidak habis pikir bagaimana mungkin Ella bisa terlihat biasa-biasa saja. Kematian Pak Albert baru saja menginjak dua minggu, tapi Ella sudah bisa menjalani aktivitasnya seperti biasa.
Padahal, Alena berharap agar perempuan itu terus terpuruk dan bahkan tidak bisa melanjutkan hidup lagi. Tapi sepertinya semua itu tidaklah sesuai dengan ekspektasinya selama ini.
"Kamu tidak perlu khawatir, Alena. Pesan singkat dan ancaman yang baru saja kamu kirim kepada Ella pasti akan membuat perempuan itu tidak bisa bernafas dengan tenang sekarang," batinnya.
Dia memang baru saja mengirim pesan teror untuk memberi peringatan bahwa hidup sahabatnya itu akan terus dipernuhi kegelisahan.
"Sepertinya lebih baik aku mencari makan sekarang. Suasana hatiku pasti akan semakin memburuk ketika perutku keroncongan," sambungnya sembari fokus dengan kemudinya dan mencoba memperbaiki suasana hati. Tapi sebelum itu, dia memutuskan turun terlebih dahulu untuk mengambil uang di ATM.
"Auch!" keluh Alena ketika salah seorang laki-laki tidak sengaja menabrak dirinya.
"Maaf, aku benar-benar sama sekali tidak sengaja dan tak memiliki maksud untuk melukai Anda," kata pria yang baru saja menabraknya tersebut sambil terus menundukkan kepala sebagai ungkapan minta maaf.
"Kalau jalan pakai mata dong!" seru Alena tak terima.
"Sekali lagi saya minta maaf," kata pria itu sambil mengangkat kepalanya.
Sontak, Alena begitu sangat tercengang melihat ketampanan pria tersebut. Dia belum pernah melihat pria yang setampan ini sebelumnya.
"Iya tidak apa-apa ,kok," jawab Alena sembari tersenyum.
"Syukurlah." Pria tersebut akhirnya bisa bernafas lega.
Karena saat ini sedang buru-buru, dia hanya memberikan kartu namanya kepada Alena. Dia khawatir kalau sampai Alena kenapa-napa, tapi tidak bisa menghubunginya untuk meminta pertanggungjawaban.
Alena merasa seperti sedang mendapatkan durian runtuh. Jantungnya terus berdetak kencang setelah bertemu pria barusan. Lias Andrea Dovizioso, itulah nama yang tertera di kartu.
"Nama yang indah. Dia pasti berasal dari keluarga yang berada juga," batin Alena.
***
Pagi itu benar-benar banyak pekerjaan yang menumpuk, Alena merasa sedikit kesal dengan semua pekerjaan yang menguras waktu ini. Dia ingin sekali memiliki seorang suami yang sangat kaya raya sehingga tak perlu bekerja dan membanting tulang seperti ini terus.
"Alena!" panggil salah seorang perempuan yang tiba-tiba saja datang menghampiri dan menepuk pundaknya. Perempuan itu adalah Siska. Dia ada juga Siska memang bekerja di kantor yang sama.
"Apa kamu sudah menemui Ella sejak kematian ayahnya?" sambungnya.
"Tidak bisakah kamu jangan membahas hal ini dulu? Aku benar-benar sama sekali tidak bersemangat." Alena yang kesal meninggikan suaranya.
"Ada apa denganmu? Aku bicara baik-baik, tapi kamu malah menanggapinya seperti ini?" Siska pun sedikit kesal dengan tanggapan yang diberikan oleh Alena.
"Kalau begitu lanjutkan saja pekerjaanmu dan anggap aku tidak bertanya seperti ini," sambungnya, lalu memilih untuk pergi dari tempat itu.
"Tunggu! Aku minta maaf telah berkata kasar padamu," kata Alena mencegah dan memegang tangan Siska.
Selama ini, Alena selalu bersikap baik dan tak pernah menaruh iri sedikit pun terhadap Siska. Siska tidak pernah menandinginya dalam hal apa pun. Alena selalu unggul dari sahabatnya itu. Jadi bagi Alena, dia tidak akan mengganggu ataupun membenci orang yang tidak pernah berada di depannya. Alena merupakan tipe orang yang begitu sangat egois dan tidak ingin ditandingi. Dia ingin selalu menjadi nomor satu.
"Lepaskan tanganku!" kata Siska yang masih kesal.
"Aku memang belum menemui Ella sampai saat ini. Tapi kamu tenang saja, aku pasti akan segera menemui dia secepat mungkin," kata Alena membujuk Siska.
"Baiklah," kata Siska yang akhirnya luluh.
Dia kini meraih sebuah permen yang ada tepat di atas meja sahabatnya tersebut. Tanpa sengaja sebuah kartu nama jatuh ke lantai. Siska sontak memungutnya dan betapa terkejutnya dia ketika melihat nama pemilik kartu nama tersebut.
"Ini kan ...."
"Ada apa? Apakah kamu mengenal pria itu?” tanya Alena seketika memotong pembicaraan Siska.
Siska mengangguk. "Tentu saja, nama pria ini sama persis dengan nama kekasih Ella. Kamu tahu laki-laki yang pernah diceritakan oleh Ella? Seorang laki-laki yang dia cintai dan mereka telah dijodohkan satu sama lain? Laki-laki itu tak lain adalah pria ini. Dia bernama Lias," jelas Siska.
Alena begitu sangat terkejut mendengar hal itu. Pria yang telah berhasil membuat jantungnya berdebar dan jatuh cinta untuk pertemuan pertama itu, rupanya tak lain adalah laki-laki yang juga dicintai oleh Ella.
"Apa katamu? Jadi pria ini adalah kekasih Ella?" tanya Alena.
"Iya. Aku benar-benar sudah tidak sabar lagi menunggu pernikahan mereka. Aku pun tahu hanya sekedar nama, sih. Kamu tahu sendiri kan bahwa Ella selalu menyembunyikan prihal asmaranya," kata Siska.
Dia kemudian menceritakan kepada Alena bahwa dulu dia tak sengaja menemukan surat ucapan ulang tahun yang dikirim Lias untuk Ella, sewaktu meminta handbody di kamar sahabatnya itu. Tapi, dia memilih untuk tutup mulut.
"Tapi tunggu ... dari mana kamu mendapatkan kartu nama ini? Bagaimana mungkin kartu nama Lias ada padamu? Apa kalian juga saling mengenal satu sama lain?" sambung Siska.
"Tadi pagi dia tidak sengaja menabraku. Dia nampaknya sangat terburu-buru, sehingga hanya bisa memberikan kartu nama ini agar aku bisa menghubunginya sewaktu-waktu untuk meminta pertanggungjawaban darinya," jelas Alena dengan tatapan yang terlihat begitu sangat kosong. Dia mengepalkan tangannya dengan penuh amarah, karena lagi-lagi Ella berada dua langkah di depannya.
"Benarkah? Itu artinya saat ini Lias sedang berada di Indonesia?" tanya Siska tak percaya.
"Apa katamu? Memangnya selama ini dia tinggal di mana?" tanya Alena.
"Selama ini dia kuliah di luar negeri. Dia dan Ella menjalin hubungan jarak jauh. Itulah kenapa Ella sama sekali tidak pernah mempertemukan kita dengan calon suaminya itu," jelas Siska.
"Kamu sepertinya tahu banyak tentang mereka."
"Tidak juga. Kamu ingat waktu malam tahun baru? Aku memilih untuk menginap di rumah Ella saat itu, sementara kamu memilih pulang ke apartemen milikmu. Saat itulah kamu bermain true or dare, dan Ella mengatakan bahwa kekasihnya tinggal di luar negeri dan akan segera menikah ketika kekasihnya itu kembali ke Indonesia. Namun, aku tak bisa bertanya lebih karena aku tahu betul bagaimana Ella." Siska menceritakan alasannya tahu tentang tunangan Ella.
"Sudah, ah, aku masih banyak pekerjaan. Mungkin ketika jam makan siang, kita bisa membahas ini lagi," sambung Siska, lalu pergi begitu saja meninggalkan Alena tanpa menunggu respon dari perempuan itu.
"Argh!" Alena memukul meja dengan sangat keras sehingga membuat semua mata tertuju ke arahnya.
"Maaf!" sambungnya menyadari hal itu.
Dia kemudian memilih untuk melangkahkan kakinya menuju toilet dan menutup pintu dengan rapat. Dia kini menatap wajahnya tepat di pantulan cermin. Dia tidak pernah tahu apa yang menjadi alasan sehingga Ella selalu berada tepat di depannya. Dia bahkan sama sekali tidak bisa mengalahkan perempuan itu.
"Apa yang istimewa dari perempuan yang seperti dia? Aku pikir saat ini aku telah menghancurkan hidupnya, tapi nyatanya tidak! Dia masih memiliki seorang laki-laki yang begitu sangat mencintainya. Kenapa dia terlahir bahagia sedangkan aku tidak?" desis Alena.
"Tapi, aku tidak akan membiarkan kebahagiaan ini kembali datang menghampiri dia. Akan aku pastikan bahwa dia tidak akan pernah menikah dengan Lias. Aku akan membuat dia berpisah dengan laki-laki itu," sambungnya.
Apa pun yang terjadi, Alena akan berusaha untuk memisahkan keduanya. Dia akan merebut Lias dari pelukan Ella. Laki-laki harus menjadi miliknya seorang.
Ella kini nampak cantik dengan balutan busana berwarna merah jambu. Sebuah gaun yang diberikan oleh ayahnya beberapa bulan yang lalu. Makanan pun telah siap di atas meja. Ella sengaja meminta seluruh pelayanan untuk membantunya memasak makanan kesukaan dari pria yang sebentar lagi akan menyandang status sebagai suaminya itu. Tak hanya itu, Ella juga telah menyediakan kado spesial untuk Lias.Setelah menunggu selama beberapa menit, terdengar suara mobil berhenti tepat di depan rumah. Ella sangat yakin bahwa orang itu pasti Lias. Dengan buru-buru dia melangkahkan kaki menuju ke arah pintu.Ternyata benar bahwa dia adalah pria yang sedari tadi telah ditunggunya. Ella berlari menghampiri Lias dan memeluknya dengan sangat erat.“Ella, aku merindukanmu!” kata Lias. Rasa rindunya terhadap Ella terbalas juga.“Kenapa kamu begitu lama? Kamu tahu bahwa aku sangat merindukanmu. Apalagi saat ini Ayah juga telah pergi,” ujar E
Ella masuk ke dalam rumah sambil memegang kepalanya yang sangat pusing setelah mendengar semua perkataan dari Alena."Ada apa sebenarnya, Sayang? Kenapa kamu terlihat begitu sangat marah dengan perempuan itu?" tanya Lias menghampiri Ella."Sama sekali tidak apa-apa, Sayang. Hanya ada sedikit kesalahpahaman diantara kami. Tapi percayalah bahwa semuanya pasti akan baik-baik saja," jawab Ella. Dia tidak mungkin memberitahu Lias apa masalah di antara mereka. Apalagi Lias tidak boleh mencari tahu semuanya apalagi ketika mengetahui bahwa perempuan barusan tak lain adalah perempuan yang pernah berselingkuh dengan ayahnya."Sudah tidak usah dipikirkan, Sayang. Lebih baik kita makan saja. Perutku sudah mulai terasa keroncongan," sambung Ella mengalihkan pembicaraan. Lias langsung menganggukan kepalanya dan kini menggandeng tangan perempuan tersebut menuju ke meja makan.Lias menyantap makanan yang telah disajikan oleh kekasihnya tersebut dengan lahap. Se
Rencana pertemuan keluarga Lias dan Ella kini telah sampai di telinga Alena. Hal itu semakin membuat Alena merasa begitu sangat kesal. Dia terus berpikir bagaimana cara untuk bisa menghancurkan hubungan tersebut. Apapun yang terjadi, dia tidak akan membiarkan Lias menjadi milik perempuan yang kini telah menjadi musuhnya tersebut."Lihat saja aku tidak akan membiarkan pernikahan diantara kalian terjadi. Jangan sebut aku Alena jika kamu berhasil memiliki Lias, Ella," kata Alena tersenyum kecut. Nampaknya saat ini dia telah memiliki sebuah rencana untuk bisa menghancurkan itu semua. Bukan Ella namanya jika dia tidak berhasil mendapatkan rencana licik.Dia lalu meraih ponsel miliknya dan menghubungi anak buahnya."Aku punya pekerjaan lagi untukmu," kata Alena kepada salah seorang pria dari balik telepon. Dia lalu menjelaskan kepada pria tersebut apa yang harus dilakukan olehnya."Baik Bos, Aku akan melakukan sesuai dengan perintah anda," kata pria dar
"Maaf telah membuatmu menunggu lama, Sayang," kata Lias yang kini menghampiri Ella yang telah menunggunya sedari tadi."Kenapa kamu lama sekali? Kamu tahu sendiri kan bahwa aku sama sekali tidak suka menunggu?" kata Ella dengan wajah jutek."Ia maaf," kata Lias mengaku salah."Ini minuman untukmu," sambungnya menyodorkan minuman rasa jeruk kepada kekasihnya tersebut sembari mendudukkan badannya tepat di samping Ella."Terima kasih," kata Ella. Dia yang tadinya terlihat begitu sangat cemberut seketika melemparkan senyum ke arah Lias. Dia sama sekali tidak bisa marah dan kesal terlalu lama kepada kekasihnya tersebut."Tadi aku bertemu dengan perempuan yang kemarin datang ke rumahmu," kata Lias.Ella seketika menoleh kearah kekasihnya tersebut dan menaikkan salah satu alisnya, "perempuan yang kemarin datang ke rumah? Siapa?" tanya Ella yang belum bi
"Dimana kamu sekarang?" tanya Alena kini terlihat berbicara dengan seorang pria dari balik telepon."Kalau begitu, cepat datang kemari. Aku akan mengirim alamatnya kepadamu," sambungnya sambil terus mengikuti Ella dan Lias. Dia sudah tak bisa menunggu waktu lagi untuk menjalankan rencananya. Baginya, semakin cepat rencana yang tersebut dijalankan, maka semakin cepat juga dia mendapatkan Lias dan membuat Ella semakin menderita.Dia kini masuk ke sebuah restoran Jepang. Dilihatnya, Ella dan Lias sedang duduk di kursi paling pojok yang ada tempat di dekat jendela. Dia pun akhirnya memilih untuk mencari tempat duduk yang aman agar pasangan tersebut sama sekali tidak mengetahui bahwa dia mengikuti mereka sedari tadi."Silahkan nikmati kemesraan kalian. Lihat saja aku akan menghancurkan ini semua. Aku tidak akan membiarkan kalian terus bersama dan berbahagia sementara aku hanya bisa terus sendiri dan cemburu melihat Lias
Hari ini dua orang tua Lias akan datang ke Indonesia untuk membicarakan pernikahan antara putranya tersebut dengan Ella. Ella merasa tidak sabar lagi untuk bertemu dengan calon mertuanya itu. Lias telah menghubunginya dan meminta agar dia menemaninya ke bandara untuk menjemput kedua orang tuanya itu. Tapi Ella menolak karena hari ini dia harus menjaga ibunya di rumah sakit. Sebenarnya dia ingin sekali menemani Lias, tapi dia sama sekali tidak memiliki pilihan lain. Lias pun mengerti dan bisa menerima alasan kenapa Ella menolak.Kini, Ella duduk tepat disamping ibunya yang terlihat terbaring lemah di atas tempat tidur rumah sakit. Dia begitu sangat merindukan ibunya yang dulu. Ibu yang selalu memasakkan sarapan pagi untuknya. Namun sekarang, jangankan membuat sarapan pagi untuk anak, bangkit dari tempat tidur pun dia sama sekali tidak mampu, dia kini harus berjuang untuk hidup."Ada apa denganmu, Nak? Apakah kamu menangis?" tanya Ibu Farah dengan nada rendah kepada anak semata wayangnya
Ella melajukan mobilnya dengan cepat menuju ke arah kantor. Dia harus bisa sampai di kantor tersebut secepat mungkin dan menyelesaikan pekerjaan yang harus dia lakukan. Dia sama sekali tidak ingin menyia-nyiakan waktu dan akan kembali ke rumah sakit untuk menjaga ibunya.Untuk menghindari macet dia pun memilih jalan yang jauh dari keramaian dan cukup sepi. Ketika melewati jalan tersebut tiba-tiba saja sebuah pengendara sepeda motor terjatuh tepat di depannya. Dengan cepat, Ella lalu menginjak rem secara mendadak."Ya ampun," kata Ella begitu sangat terkejut dan sedikit lega karena dia sama sekali tidak menabrak pengendara sepeda motor tersebut. Melihat pria tersebut sama sekali tidak bergerak dia pun memilih untuk turun dan memastikan bahwa pria tersebut baik-baik saja."Permisi, anda tidak apa-apa?" tanya Ella dengan perlahan mendekat ke arah pria tersebut meskipun sebenarnya dia sedikit takut dengan sampai pria tersebut berlumuran darah."Iya,
Sudah 20 menit Alex menunggu namun Lias belum juga menghubungi Ella."Sampai kapan aku harus menunggu seperti ini? Aku tidak mungkin membuang-buang waktuku menunggu hal tersebut, sementara aku harus keluar dan bersenang-senang dengan teman-temanku," batin Alex mulai gelisah dan sesekali menatap layar ponsel milik Ella.Dia kini mendekat ke arah Ella untuk memastikan bahwa perempuan tersebut belum sadarkan diri. Dia telah memastikan bahwa obat bius tersebut bekerja selama kurang lebih 1 jam lamanya.Tiba-tiba saja ponsel Ella kini berdering dan terdapat notif panggilan masuk dari Lias. Hal yang ditunggu-tunggu oleh Alex akhirnya kini datang juga.Dia kini merebahkan badannya tepat di samping Ella dan tak menjawab panggilan tersebut sama sekali. Dia sengaja melakukan hal itu agar bisa menimbulkan kekhawatiran Lias terhadap kekasihnya. Lias telah menghubungi Ella sebanyak 5 kali."Halo," kata Alex yang kini menjawab panggilan tersebut.
"Lias, apakah kamu sungguh tidak ingin memberikan kesempatan kepada Ella untuk memperbaiki semuanya? Aku sangat yakin bahwa apa yang terjadi di antara kalian memang benar-benar hanyalah sebuah kesalahpahaman. Bagaimana jika sampai Ella memang hanya di jebak," kata Ibu Margaretha. Dia berusaha memberikan pemahaman kepada putranya tersebut untuk yang terakhir kali sebelum dia pergi ke luar negeri. Dia tidak ingin jika sampai Lias menyesal suatu saat nanti jika sampai ini semua memang hanyalah sebuah kesalahpahaman yang harus diluruskan."Aku tidak mengerti dengan apa yang ibu pikirkan. Aku adalah korban dari ketidaksetiaan perempuan itu. Ibu lebih percaya perempuan tersebut dibandingkan aku? Sampai kapanpun aku tidak akan memberikan maaf kepadanya." Lias sudah sangat hancur dan pusing atas semua kebenaran yang dia ketahui. Dia merasa kecewa karena berpikir bahwa Ella memang benar-benar telah menghianati cintanya dan lebih memilih tidur dengan laki-laki lain. Ditambah, kedua orang tuanya
Ella terus saja kepikiran dengan semua ancaman yang telah diberikan oleh Alena kepadanya. Dia benar-benar sangat takut jika sampai perempuan tersebut benar-benar melakukan tindakan yang sama sekali tidak dia inginkan."Ibu, kamu tidak apa-apa?" tanya Ella kepada ibunya."Aku sama sekali tidak apa-apa, Sayang," jawab Ibu Farah. Dia kini terlihat jauh lebih baik. "Apa yang telah dilakukan oleh perempuan tersebut kepadamu, Ibu? Dia sama sekali tidak macam-macam, bukan?" tanya Ella memastikan."Ada apa, Nak? Kenapa kamu bertanya seperti itu? Dia hanya menyampaikan ucapan maaf dan juga turut berbelasungkawa atas kematian ayahmu," kata Ibu Farah."Hubungan persahabatan kalian baik-baik saja, bukan?" lanjutnya.Ella seketika mengangguk. Dia tidak ingin jika sampai ibunya kepikiran ketika mengetahui tentang apa yang sebenarnya telah terjadi antara dirinya dan juga sahabatnya tersebut."Semuanya baik-baik saja, Ibu. Lebih baik sekarang ibu istirahat. Aku akan keluar sebentar," kata Ella. Ell
Alena merasa sangat puas telah berhasil menghancurahkan hubungan antara Ella dan Lias. Memang ini adalah hal yang diinginkan sejak awal."Kamu sungguh perempuan yang sangat luar biasa, Alena. Aku sangat yakin bahwa saat ini Ella pasti sedang meratapi nasib atas kepergian dari laki-laki yang begitu sangat dicintai," kata Alena.Dia beranggapan bahwa ini adalah konsekuensi yang harus diterima oleh Ella. Perempuan tersebut pantas mendapatkan semua kesedihan itu."Aku sama sekali tidak pernah membayangkan bagaimana mungkin kamu begitu sangat membenci perempuan seperti Ella. Padahal jika diperhatikan dia adalah perempuan yang baik," kata Alex yang saat itu terlihat duduk tepat di depan Alena. "Diam Alex!" bentak Alena. Dia sama sekali tidak suka jika laki-laki tersebut berkata demikian. "Lancang sekali kamu memuji perempuan tersebut di depanku," lanjutnya."Wow, maafkan aku," kata Alex sambil menaikkan kedua alisnya karena beranggapan bahwa itu semua hanyalah candaan dan tidak perlu diper
Sudah hampir dua minggu lamanya sejak hubungan antara Ella dan Lias berakhir, namun rasanya masih begitu sulit bagi Ella untuk bisa berdamai dan menerima semua perpisahan tersebut. Dia sudah tidak pernah lagi mendengar kabar dari laki-laki tersebut. Lias benar-benar telah pergi dari hidupnya."Sepertinya kamu sungguh tidak mengharapkan aku lagi, Lias. Apakah sebegitu bencinya kamu kepadaku? Apakah kamu sudah tak mencintai aku lagi?" Ada begitu banyak pertanyaan yang terbesit di dalam benak Ella. Hampir setiap harinya dia terus kepikiran tentang laki-laki tersebut. Ella juga harus menghindar dari pertanyaan ibunya tentang rencana pernikahan antara dirinya dan juga laki-laki itu. "Nona, mobil telah siapa. Kita bisa berangkat sekarang," kata salah seorang sopir yang kini terlihat menghampiri Ella yang masih duduk termenung di ruang tamu. "Baiklah," kata Ella. Dia akan pergi ke rumah sakit dan melihat bagaimana kondisi ibunya. Dia sangat berharap semoga perempuan tersebut tidak melont
Ella kini hanya bisa menangis di sudut kamar sambil meratapi nasibnya. Dia benar-benar tidak bisa membayangkan bahwa dirinya akan hidup seperti ini. Satu persatu orang yang dicintainya pergi begitu saja akibat ulah Alena. Dia dibuat tidak berdaya."Kenapa kamu sekejam itu kepadaku? Selama ini aku telah menganggapmu seperti saudaraku sendiri. Namun rupanya kamu begitu sangat membenciku bahkan kamu sama sekali tidak ingin melihatku bahagia," kata Ella.Dia tidak tahu lagi harus mencurahkan segala isi hatinya kepada siapa. Dia tidak mungkin mengatakan ini semua kepada ibunya. Kondisi perempuan tersebut benar-benar tidak memungkinkan. Ella tidak ingin jika sampai kondisi kesehatan ibunya semakin memburuk setelah mengetahui bahwa Alena selama ini begitu sangat membencinya bahkan berusaha untuk menghancurkan hubungannya dengan Lias.Saat ini, dia bahkan tidak mampu untuk bertemu dengan ibunya di rumah sakit. Dia meminta kepada Nisa agar perempuan tersebut menjaga dan merawat ibunya dengan b
Ibu Margaretha melihat kepergian anaknya tersebut masuk ke dalam rumah kini langsung meminta suaminya untuk membujuk Ella, sementara dirinya akan menyusul putranya tersebut."Biar aku yang mengurus Lias," kata Ibu Margaretha kepada Pak Bagas.Ibu Margaretha dengan cepat mengikuti langkah kaki anaknya tersebut. Sementara itu, Pak Bagas kini terlihat mencoba menenangkan Ella. Dia mengajak perempuan tersebut untuk duduk di taman sambil meminta seorang pelayan untuk mengambilkan minuman. "Paman percaya kepadaku, bukan? Aku sama sekali tidak pernah menduakan Lias. Ini semua hanyalah jebakan dan aku sama sekali tidak mengetahui bagaimana mungkin aku bisa ada di hotel tersebut. Selama ini ada seseorang yang benar-benar begitu sangat membencimu bahkan dia sama sekali tidak ingin melihatku bahagia. Namun aku sama sekali tidak bisa memberitahu siapa orang tersebut. Aku ...." Ella kini terus saya terisak. Pak Bagas tersenyum, dia percaya bahwa calon menantunya tersebut adalah perempuan yang beg
Ella dan Lias langsung menoleh ke arah sumber suara tersebut. Mereka langsung terlihat begitu sangat terkejut melihat sepasang suami istri yang saat itu sedang berdiri tepat di hadapan mereka."Apa yang terjadi kepadamu, Sayang?" tanya Ibu Margaretha kepada Ella. Dia terlihat membantu perempuan tersebut untuk beranjak."Apa yang telah kamu lakukan kepada Ella? Bisa-bisanya kamu bersikap kasar seperti itu kepadanya? Kamu ingin menikahi perempuan ini? Kamu mengatakan bahwa kamu begitu sangat mencintainya. Beginikah caramu memperlakukan dia selama ini?" kata Pak Bagas. Dia kini naik pitam melihat perlakuan putra mereka kepada Ella. Sementara, Ibu Margaretha memeluk Ella dengan erat dan mencoba menenangkan perempuan tersebut yang terus saja menangis tersedu-sedu.Lias menarik nafas panjang. Dia merasa bgitu geram dengan ayah dan juga ibunya yang kini terus saja memojokkannya. Namun dia tahu bahwa kedua orang tuanya tersebut pasti begitu sangat kelelahan setelah melakukan perjalanan dari
Ella tidak bisa tinggal diam saja melihat semua perbuatan Alena yang dianggapnya benar-benar telah sangat kelewatan. Namun saat ini dia harus bisa menjelaskan semuanya kepada Lias bahwa apa yang terjadi antara dirinya dan juga laki-laki yang ada di foto tersebut adalah rencana dari Alena. Meskipun sebenarnya Ella tahu persis bahwa Lias tidak mungkin langsung percaya begitu saja dengan semua perkataannya. Namun dia akan berusaha memberikan penjelasan akan siapa Alena.Ella memesan taksi online dan segera pergi menuju ke arah rumah Lias. Dia berharap semoga bisa bertemu dengan laki-laki tersebut di sana. Setelah tiba di rumah Lias, Ella setidaknya bisa merasa lega karena mobil pria tersebut terparkir di halaman rumah. Ella kemudian memberanikan diri untuk menekan bel, beberapa saat kemudian salah seorang pelayan terlihat keluar dan membukakan pintu untuknya."Apakah Lias ada di rumah?" tanya Ella kepada pelayan tersebut."Saat ini Tuan baru saja tiba. Namun dia berpesan agar aku tidak
Ella bisa menangis histeris melihat kepergian dari laki-laki yang dicintainya. Dia benar-benar tidak mengerti apa yang sebenarnya telah terjadi. Namun satu hal yang pasti dia harus mencari laki-laki yang telah membawanya ke hotel ini. Dia harus meminta kepada laki-laki tersebut untuk menceritakan semuanya kepada Lias bahwa tidak ada hubungan yang terjadi di antara mereka dan ini semua hanyalah kesalahpahaman. Ella meraih tas miliknya dan langsung pergi meninggalkan hotel tersebut. Namun ketika dirinya telah sampai tepat di depan hotel dan hendak memesan taksi online tiba-tiba saja seorang perempuan muncul di hadapannya. "Ella, Senang bisa bertemu denganmu," kata Alena menaikkan alisnya dan tersenyum ke arah perempuan tersebut.Ella seketika menghela nafas panjang dan mencoba untuk menghindar. Dia merasa tidak nyaman dengan keberadaan Alena. Melihat wajah perempuan tersebut begitu sangat memuakkan baginya. Dia kini melangkahkan kaki untuk pergi namun perkata