“Do whatever you want, Bang. Dan aku akan memuaskanmu.”Tatapan keduanya bertemu selama beberapa detik. Seringaian kecil terbit di wajah Krisna, lalu dia mencium bibir istrinya dengan lembut. “Jangan coba-coba nantangin Abang, Ra. Abang nggak janji bakalan memberimu ampun setelah ini.”“Let’s prove it!” tantang Yura tak gentar.Perempuan itu lantas membalas ciuman Krisna dengan gerakan tak sabaran. Kedua tangannya melingkar di leher Krisna, tubuhnya melekat satu sama lain dengan kedua kakinya yang sedikit berjinjit. Sementara kedua tangan Krisna melingkar ke belakang pinggang Yura, menahan tubuh perempuan itu agar melekat padanya.Krisna tertegun selama beberapa saat. Pandangannya yang mulai berkabut gairah, tak lagi bergerak pelan. Pria itu semakin memperdalam ciumannya, sesekali menggigit bibir Yura bagian bawah, membiarkan lidah keduanya membelit satu sama lain bersamaan dengan satu desahan lolos dari bibir Yura.“Bang…”Napas Yura terengah-engah saat pandangan keduanya kembali ber
“Rape me!” desah Yura lirih. “Aku pengen diperkosa, Bang.”Krisna sudah lebih dulu kehilangan kata-kata saat mendengar permintaan Yura. Dari sekian hal yang bisa menjabarkan bagian ‘nikmat’ dari bercinta, istrinya justru menginginkan sesuatu hal ada di luar kepalanya. Diperkosa? Apa nikmatnya?“Are you sure?”“Ya.”Tanpa mengatakan apa-apa lagi, Krisna lantas mengangkat tubuh Yura dengan mudah. Kedua kaki perempuan itu refleks melingkar di pinggul suaminya, sementara kedua tangannya melingkar di leher pria itu.“Abang nggak suka main kasar. Belum pernah merkosa anak orang juga. Tapi kalau kamu sendiri yang memintanya, Abang nggak punya pilihan lain. Let me try!”Krisna membanting keras tubuh Yura di atas tempat tidurnya, hingga perempuan itu memekik pelan. Jantungnya tiba-tiba berdebar kencang saat pria itu mulai merangkak naik, mengungkung tubuh mungil Yura dengan cepat hingga pandangannya kini sejajar.“Are you sure?” tanya Krisna sekali lagi.“Yes, please…”Pria itu turun dari temp
KRISNA mengerjapkan matanya saat samar sekali suara kicauan burung terdengar. Pria itu menggeliat, lalu meraba di sampingnya saat tidak menemukan Yura ada di sampingnya.“Sayang…” panggil pria itu.Tidak ada jawaban dari perempuan itu. Krisna mengubah posisinya menjadi duduk, lalu meraih kemeja dan celana pendeknya yang sempat tercecer di lantai.Tubuhnya terasa remuk redam, dia tidak menyangka akan segila itu bersama Yura. Baginya, bersama Yura tidak pernah cukup dan puas. Krisna selalu menginginkannya.Setelah membasuh mukanya, pria itu lantas melangkah meninggalkan kamarnya. Dia berjalan menuju balkon, matanya lantas mengedar ke sekitar.Samar-samar matanya menangkap sosok Yura tengah berbincang dengan seseorang. Dia tidak tahu siapa sosok pria itu, hingga akhirnya Krisna memutuskan untuk turun dari balkon dan bergegas untuk menemuinya.“Ra!”“Abang? Udah bangun? Aku tadi… berenang sebentar dan—”Ucapannya menggantung begitu saja saat tiba-tiba pria itu melepaskan kemejanya, lalu m
“It's mine, okay?” desah Krisna di sela cumbuannya. “Nggak ada yang boleh melihatnya selain Abang.”“Akh, Bang…”Masih dalam posisi Yura yang ada di pangkuan Krisna, kedua tangan pria itu menggerakkan pinggul Yura dengan gerakan konstan.Krisna mendesakkan tubuhnya semakin dalam. Membuat Yura sesekali menggigit bibirnya, menahan suara liar yang hampir meluncur dari bibirnya.Yura bisa merasakan tubuhnya penuh dan sesak oleh kenikmatan. Tubuhnya bergetar hebat, otot-ototnya seketika mengejang. Perempuan itu tak lagi kuasa menahan dirinya.Yura menjatuhkan kepalanya di bahu Krisna saat pinggul keduanya saling mendesak, menghempas, dan melesak hingga ke dalam.“Bang…”“Look at me, Baby. Abang pengen lihat kamu, Ra,” gumam Krisna parau. Membuat Yura lantas mengangkat wajahnya dan kembali menatap Krisna dengan tatapan memuja. “Kamu hanya boleh melihat dan memuja Abang, Ra. Mengerti?”“Ya, Abang. Akh…”Krisna menyeringai kecil. “Dan kamu boleh mengajak Abang bercinta setiap saat.”Napas Yur
“Ehm, yang habis honeymoon, kayaknya sih masih capek gitu habis digempur habis-habisan, ya?”Suara celetukan Leon seketika membuat Yura memutar kedua bola matanya dengan malas. Perempuan itu baru saja tiba di kantornya, setelah menikmati bubur ayam di depan kantor bersama suaminya.“Apa? Puas lo udah ngeluarin baju-baju gue dan menggantinya semua dengan lingerie? Otak lo emang kadang-kadang nggak masuk akal, ya!”Leon tertawa terbahak-bahak. “Tapi lo suka, kan?” katanya sembari mengerling jahil.“Menurut ngana aja? Ngangkang terus capek juga kali, El.”Yura lantas duduk di kursinya, lalu mulai menyalakan komputernya. Baru kemarin Yura dan Krisna mendarat sempurna di Jakarta, dan hari ini dia mulai kembali bekerja.“Dapat apa aja di sana?”“Nggak ada-ada, El. Jangankan cowok ganteng, signal aja nggak ada di sana!”“Kok lo jadi genit gini? Gue aduin sama Krisna lo, ya!” ancam Leon dengan cepat.“Hish, kayaknya lo dapat keuntungan banyak banget selama jadi kaki tangan Abang, ya? Dibayar
“Ra, sejak kapan lo di sini?”Yura mendongakkan wajah sembari menekan dadanya kuat-kuat. Jantungnya tiba-tiba berdebar kencang, belum lama ini dia dan Krisna sempat membahas soal ibu kandungnya, dan fakta apa yang baru saja didengarnya membuat perempuan itu kehilangan kata-kata.“Sorry, Frey. Gue tadi mau ke toilet dan nggak sengaja dengar lo—” Yura menggigit bibirnya bagian dalam. “—ngomongin Abang.”Freya terhenyak selama beberapa saat. Pun ketika Reno tiba-tiba ikut keluar dari ruangannya. Tatapan keduanya bertemu selama beberapa saat.Bukan salah Yura mendengar semua apa yang baru saja dibicarakan mereka. Kondisi ruangan mereka yang pintunya tidak tertutup rapat, membuat siapapun yang melintas di sana mendengar semuanya. “Saya akan menjelaskan semuanya sama kamu, Ra. Tapi saya nggak nyangka kalau kamu akan mendengarnya lebih cepat.”“Maaf, Pak Reno. Saya tadi benar-benar nggak sengaja dan—”“It’s okay.” Reno mengulas senyuman, lalu dia menoleh ke arah Freya. “Frey, untuk meeting
“Abang!”Suara panggilan Yura sontak membuat pria yang baru saja melewati pintu depan restoran itu menoleh. Krisna menerbitkan senyumannya saat melangkah menghampiri mereka.Krisna dengan pakaian casual dan kacamata hitam yang membingkai di wajahnya, kini berdiri di samping meja yang mereka duduki. Agak terkejut saat melihat istrinya tidak sendirian di sana, melainkan ada Reno dan Freya di sana.Sudah ada beberapa minuman di atas meja, menandakan bahwa mereka memang sudah lama menunggu kehadiran Krisna. Jalanan yang sempat dilaluinya memang sempat macet parah.“Hai, Mas…” sapa Freya.“Macet banget ya—”Belum Yura menyelesaikan kalimatnya, Krisna yang sudah mendudukkan diri tepat di samping Yura, dengan cepat pria itu mencium bibirnya tanpa peduli jika Reno dan Freya ada di hadapannya.Yura seketika membelalak. “Abang!”“Apaan sih? Masa cium istrinya sendiri nggak boleh?”“Nggak gitu! Kan ada Pak Reno sama Freya. Kalau mereka pengen gimana?”“Sialan, Ra!”“Pak Krisna, apa kabar?”“Kita
“Abang bingung mau bawa apa buat Opa, Ra. Enaknya dibelikan apa, ya?”Mereka baru saja tiba di salah satu pusat perbelanjaan terbesar yang ada di kawasan Jakarta. Hari ini adalah hari ulang tahun Opa Lesmana, dan Krisna tidak tahu harus membelikan hadiah apa untuk sang opa.“Jam tangan aja gimana?”“Bisa juga, sih. Cuma kadang-kadang Abang tuh cuma kepikirannya, Opa punya uang banyak dan dia bisa membeli apa saja yang dia mau. Jadi kadang, bingung mau dibelikan apa.”“Lain dong, Bang. Opa mungkin bisa membeli apapun yang dia mau, tapi Opa nggak bisa membeli barang itu dengan ketulusan orang yang memberinya.”Krisna menerbitkan senyumannya. Merasa tertampar oleh ucapan Yura. “Iya juga, ya?”“Dah yuk! Kita cari jam tangan buat Opa?”Yura menggamit tangannya di lengan Krisna, keduanya melangkah menuju salah satu toko jam tangan ternama di sana.“Gimana kalau ini? Desainnya too old, tapi klasik dan berkarakter. Cocok banget dipakai untuk seumuran Opa, Bang.”“Bagus, Sayang. Itu aja kalau