"Jadi, Anda dan nona Alana?"
Dirly dan Siska saling beradu pandang. Mereka tercengang ketika Alana membongkar status pernikahan mereka sebagai suami istri. Alana marah dan cemburu ketika Leo menggoda telah menghubungi Asti dan meminta sekretarisnya itu datang."Emm ... begini." Leo mencoba mencari dan menyusun kata-kata untuk menjelaskan. "Bisakah kalian merahasiakan ini semua?" tanyanya tampak ragu.Dirly dan Siska mengernyitkan alis. Mereka belum paham dan tidak mengerti."Begini." Damian mencoba menyela untuk membantu Leo dan alana. "Karena Alana masih kuliah, maka mereka tidak ingin merahasiakan ini sampai Alana lulus," jelas Damian, lalu mengarahkan mata pada Leo."Ah, benar." Leo setuju dengan penjelasan Damian.Alana hanya mengulas senyum ketika Siska melihatnya dengan sorot mata meminta penjelasan.Meski sedikit merasa aneh, tapi penjelasan Damian bisa diterima oleh Dirly dan Siska. Mereka pun berjanji akan merahasiakan status pernikahan Leo dan"Alana!""Emmm." Alana mendesah kesal atas penolakan Leo.Leo berusaha menahan diri dan melepaskan dari ciuman Alana. Namun, saat niat itu hendak dilakukan, Alana malah semakin menarik wajahnya sehingga ciumannya semakin mendalam.Alana sama sekali tidak memberi waktu dan kesempatan pada Leo memiliki pikiran untuk menghentikannya. Semakin ada pergerakan menyudahi, semakin Alana memperdalam sesapannya dan akhirnya Leo pun tidak kuasa menolak kenikmatan yang diberikan Alana. Tidak dipungkiri, dia adalah pria normal yang memiliki gairah membara. Mendapat sentuhan hangat dan juga ciuman memburu, jelas saja gejolak dan ombak dalam dirinya segera bergulung saling bentur batu karangnya, seakan ingin merobohkan benteng pertahanan yang selama ini dijaga dan perkokoh."Alana?" Leo memperhatikan wajah lelah Alana. Napas gadis di bawah kukungan tubuhnya itu dangkal dan pendek setelah melakukan cumbuan panjang bersamanya. Bibirnya tersenyum lebar. Dengan lembut dibelainya wajah Alana, menyingki
"Minggir, Om! Aku kebelet!"Alana sama sekali tidak peduli dengan cara Leo menatap tubuh seksinya. Dengan langkah sempoyongan, Alana mendorong tubuh Leo yang menghalangi jalannya masuk ke dalam kamar mandi."Alana!" teriak Leo. Leo segera berpaling dengan tangan menutup rapat wajah kagetnya. Bagaimana tidak kaget? Setelah Alana mendorong dan memaksa masuk, gadis itu dengan tenang dan cueknya menurunkan celana dalamnya dan langsung duduk di atas closed. Bukan hanya cuek, wajah Alana pun dihiasi senyum tipis, senyum lega, pada akhirnya sesuatu yang membuat perutnya sakit keluar. Namun, mata Alana masih tertutup.Leo hanya bisa mendengus kesal melihat tingkah konyol keponakan sekaligus istrinya di saat mabuk. Dalam hati dia berjanji tidak akan pernah membiarkan Alana menyentuh minuman beralkohol lagi, apalagi sampai mabuk."Bagaimana kalau dia mabuk saat tidak bersamaku? Mau jadi apa anak itu?" gumamnya kesal sembari mengeringkan rambut dan memakai pakaian.Sembari menunggu Alana keluar
"Maaf, Tuan. Wanita itu terlalu lihai mengendarai mobil dan mengecoh kami.""Kalian yang terlalu bodoh!" bentaknya lagi. Bahkan satu tamparan mendarat pada wajah dua pria yang telah gagal menjalankan perintah yang diberikan pada mereka. "Mengatasi dua wanita lemah saja, kalian tidak becus!" sambungnya dan terus memaki."Tuan, wanita yang bersama wanita itu bukan wanita biasa. Dia pernah memenangkan kejuaraan mobil balap," ucap salah satu pria memberanikan mengangkat wajah, lalu kembali tertunduk setelah berbicara. Tubuhnya gemetar dan siap menerima satu tamparan lagi karena sudah berani menjawab."Pembalap katamu?" "Benar, Tuan. Dari informasi yang kami dapat, wanita itu pernah memenangkan kejuaraan balap mobil, tapi karena orangtuanya tidak mengijinkan dia menekuni olah raga ini, makanya dia meninggalkan dan memilih bekerja di Perusahaan Angkasa," imbuh yang lain membenarkan informasi yang dikatakan temannya."Sial!" Pria itu semakin marah.Di dalam persemb
"Lepaskan dia!" Melihat Alana disekap dan diikat oleh Ferdi, Leo tidak bisa menahan diri untuk terus bersembunyi sembari menunggu polisi datang. Bersama Damian, dia datang layaknya pahlawan yang siap menyelamatkan sang pujaan hati."Eeee! Eeee!" Melihat Leo dan Damian datang, Alana memberontak sembari memekik. Namun, karena mulutnya dibungkam menggunakan lakban, pekik Alana tidak terdengar jelas. Meski memberontak sekuat tenaga, semuanya akan sia-sia juga karena kedua tangannya diikat ke belakang, begitu juga dengan tubuh dan kakinya diikat menyatu dengan kursi."Ha! Ha! Ha!" Ferdi tertawa dengan keras dan lantang.Kedatangan Leo sudah diduga dan pria itu telah mempersiapkan segalanya. Karena dia yakin, Leo tidak mungkin tidak datang untuk menyelamatkan Alana. Ferdi bertepuk tangan beberapa kali. Tidak lama beberapa pria kekar datang mengepung mereka."Leo, berhati-hatilah!" lirih Damian sembari mengedarkan mata waspada pada beberapa pria itu.Meski tampak seperti tidak menanggapi p
"Karena kamu dan dia telah mengusik milikku, maka kehancuran adalah karmamu," ucap Leo sembari menahan rasa sakit luar biasa pada luka tembaknya.Leo menekan dadanya sendiri untuk meminimalkan darah yang keluar."Om?" Alana khawatir dan cemas melihat Leo semakin terhuyung menahan sakit."Kali ini kamu yang hancur, Ferdi. Setelah ini, Barca yang akan hancur," ucap Leo lagi.Bibirnya tersenyum puas, meski kesakitan. Melihat Ferdi hancur adalah impiannya. Dia hanya tinggal menunggu kabar kehancuran Barca. Baginya, siapa pun yang berani mengusik Alana, maka tidak ada kata ampun darinya.Ternyata bukan hanya Ferdi yang terkejut mendengar perkataan Leo, Alana pun terkejut. Ternyata pria tua yang mereka hadapi adalah ayah Barca. Pantas saja saat melihat pertama kali, Alana merasa tidak asing dengan wajah Ferdi. Namun, yang paling mengejutkan adalah Leo melakukan semua ini karena dirinya, untuk dirinya. Leo melakukan pembalasan atas penghinaan yang telah Barca lakukan padanya."Om." Alana lan
"Alana!" Suara lirih memanggil namanya, namun sang pemilik nama tidak mendengar."Alana!" Sekali lagi suara itu terdengar, tapi tetap tidak mendapat respon sehingga Leo hanya bisa melihatnya dengan lirikan tipis karena yang terlihat di matanya hanya kepala bagian belakang Alana. Dia ingin menyentuh dan membelai rambut Alana. Namun, tangannya sangat sulit dan sakit untuk digerakkan, sedangkan tangan lainnya yang sehat sedang berada dalam genggaman Alana. Bahkan menjadi bantalan kepala gadis itu.Meski sudah diperingatkan agar istirahat oleh Damian dan dia yang akan menggantikan menjaga Leo, ALana tetap tidak mau. Hingga akhirnya gadis itu merasa lelah dan tidur sembari duduk dengan kepala tergeletak di atas bed dengan tangan masih menggenggam tangan Leo."Leo?" Damian kaget.Damian baru saja keluar karena ada panggilan telepon dan saat masuk, tiba-tiba melihat Leo telah membuka mata dan berusaha menggerakkan tangan untuk menyentuh kepala Alana."Hust!" Leo meminta Damian memelankan s
"Alana, apa yang kamu lakukan?""Tidur denganmu," jawab Alana dengan gayanya yang manja.Leo kaget, tiba-tiba Alana naik ke atas bed yang sempit, mendorong tubuhnya supaya bergeser untuk memberinya tempat. Bukan hanya itu saja, Alana bahkan langsung memeluknya. Gadis itu bersikap seolah-olah mereka sedang berada di dalam kamar, di dalam rumah mereka sendiri. Padahal sekarang mereka sedang berada di dalam ruang perawatan rumah sakit. "Alana, kamu bisa tidur di sofa bed," ucap Leo.Meski meminta Alana tidur di sofa bed, tapi tubuhnya tetap bergeser dengan sedikit menahan sakit pada luka operasinya yang diperban."Tidak mau. Aku mau tidur bersamamu," tolak Alana terus meminta Leo bergeser.Damian menempatkan Leo di ruang perawatan berkelas. Bahkan ruangan itu memiliki sofa bed dengan tujuan agar Alana bisa istirahat juga. Bukan hanya sofa bed saja, bahkan ruang perawatan itu dilengkapi dengan pantry dan sofa tamu. Fasilitasnya tidak kalah dengan kamar hotel."Alana, ini sempit sekali! Sa
"Setelah keluar dari rumah sakit, kamu tidak boleh memikirkan pekerjaan dulu! Kamu harus istirahat!" ucap Alana sembari membereskan barang-barang."Aku bukan sakit kronis, Alana. Tubuhku sehat. Lagi pula ini hanya luka kecil, tidak masalah." Alana memutar poros leher menoleh dan memberi Leo tatapan tajam melekat."Kalau tidak mau menurut, maka tidak usah keluar dari rumah sakit! Tetap di sini sampai kamu sembuh!" serunya tidak main-main.Leo berdecak kecil mendengar kebawelan Alana. Hanya saja dia tidak mau menanggapi lagi karena urusannya akan panjang kalau dia tidak patuh."Om?" Alana kembali menatapnya lekat."Iya, iya. Aku akan istirahat sampai lukanya sembuh sesuai dengan perkataanmu, Nyonya Leo," jawab Leo tidak berdaya."Begitu lebih baik." Alana tersenyum senang. Terlebih karena Leo memanggilnya 'Nyonya Leo'. Hari ini dokter sudah memperbolehkan Leo pulang, makanya Alana membereskan barang-barang dan pakainnya. Satu jam lagi Damian akan datang menjemput dan mereka akan langs
"Sudah, Bear. Aku kenyang," ucap Alana.Alana menolak suapan Leo dengan menutup mulutnya menggunakan tangan. Dia juga menoleh sedikit ke samping menghindari sendok yang disodorkan Leo padanya."Satu kali lagi, Sayang. Kamu sudah mengeluarkan banyak tenaga saat melahirkan. Sekarang, kamu harus mengganti tenagamu dengan makan yang banyak," ucap Leo."Bear, sampai siang ini saja kamu sudah memintaku makan banyak makanan. Kalau tidak salah ingat, kamu sudah memberi aku makan tiga kali, dua kali makanan ringan, dua kali jus buah. Perutku rasanya seperti mau pecah karena kekenyangan," ucap Alana melakukan protes atas tindakan Leo yang terus membujukkan untuk makan.Leo tertawa mendengar keluhan dari Alana. Dia berpikir bahwa karena istrinya telah melalui perjuangan yang melelahkan untuk melahirkan putra mereka, maka dia harus memberikan makanan bergizi yang cukup agar istrinya bisa pulih dengan cepat. Namun, ternyata usahanya tersebut menimbulkan protes dari Alana. "Baiklah. Kali ini aku t
"Dokter, bagaimana?" Leo tidak sabar menunggu penjelasan hasil pemeriksaan kehamilan istrinya."Usia kehamilan istri Anda sudah cukup bulan, Tuan. Tinggal menunggu waktu lahir saja," jelas dokter.Dokter itu mengarahkan pandang pada Alana dengan senyum ramahnya."Nyonya, kelahiran seperti apa yang Anda inginkan?""Dokter, aku tidak ingin istriku kesakitan saat melahirkan. Bisakah kami ajukan untuk melakukan operasi saja?" ucap Leo cepat sebelum Alana memberi jawaban."Bear!" Alana memberi wajah protes."Sayang." Leo meraih tangan Alana dan mengenggamnya lembut. "Aku tidak mau melihatmu kesakitan."Wajah Leo tampak sedih membayangkan istrinya kesakitan saat melahirkan. Makanya, dia ingin kelahiran anak mereka melalui operasi caesar saja dengan tehnologi terbaru agar istrinya tidak merasakan sakit. Namun, niat baik Leo melindungi istrinya dari rasa sakit mendapat penolakan tegas dari Alana."Aku tidak mau, Bear. Aku mau melahirkan secara normal saja," u
“Damian, ada apa?” tanya Leo dengan wajah penasaran sembari berjalan meninggalkan Alana dengan langkah hati-hati agar langkahnya tidak menimbulkan suara. “Apa Marco sudah memberitahumu?” tanya Damian di ujung sana, di balik teleponnya. Suaranya terdengar tidak biasa seperti ada sesuatu yang terjadi.“Apa?” tanya Leo semakin penasaran.“Siang tadi, Arga berusaha memberontak dengan melarikan diri dan mencoba kabur dari pengawasan. Saat mereka mengejar dan mencarinya, mungkin juga karena panik, pria itu tidak melihat jalanan. Dia juga tidak melihat ada truk yang melintas saat menyeberang jalan,” cerita Damian.Damian menceritakan tentang kecelakaan yang dialami oleh Arga saat pria itu melarikan diri dan mencoba kabur dari pengawasan mereka. Karena ceroboh dan mungkin juga panik karena takut penjaga mengejarnya, Arga tidak memperhatikan ada truk yang melintas dengan kecepatan tinggi saat dia menyeberang jalan, sehingga tubuhnya tertabrak dan terpental hingga beberapa meter.“Mereka baru
“Sayang, kamu cantik sekali menggenakan pakaian ini,” puji Leo sembari mengelus perut buncit Alana."Bear, kamu mengejutkan aku?" Alana kaget, tiba-tiba Leo memeluknya dari belakang.Sore ini Alana mengenakan pakaian daster tidak berlengan, sehingga perutnya yang besar terlihat. Bahan yang lembut dan jatuh membuat perut Alana yang membesar terlihat menonjol dan lebih seksi ditambah dengan bentuk tubuhnya yang memang indah semakin membuat Leo tidak mau melepaskan pelukannya."Kenapa berdiri di sini sendirian?" lirih Leo."Pemandangannya bagus, Bear. Lihat itu!" Alana menunjuk langit sore, di mana matahari hampir tenggelam di antara bukit-bukit hijau. Bias sinar yang mulai redup menghias langit sore tampak semburat merah keemasan memberi warna indah yang membuat mata sejuk dan hati teduh."Indah banget langitnya!" decak kagum Alana.Leo tersenyum. Peluknya semakin erat. Meski perut Alana sudah membesar, tetapi tidak menjadi penghalang untuk tetap memeluknya. Sebaliknya, perut besar Ala
"Nyonya, teh Anda."Dona mendekati Alana yang sedang duduk santai di bangku taman yang berada di dekat kolam renang belakang rumah. Kemudian, memberikan secangkir teh yang masih hangat pada Alana dengan penuh kebaikan hati."Terima kasih."Alana pun merasa sangat berterima kasih dan mengucapkan kata-kata itu dengan senyum yang manis, lalu menyeruput teh hangat sembari menunggu Dona duduk di depannya.Suasana taman sore ini terasa semakin nyaman dan tenang dengan hadirnya secangkir teh hangat tersebut."Mulai hari ini, jangan panggil aku nyonya lagi! Aku bukan nyonyamu," kata Alana sembari meletakkan cangkir di atas meja.Dona tercengang kaget."Kenapa? Apa aku telah melakukan kesalahan?" Dona merasa perlu tau alasan Alana. Dia tidak merasa melakukan kesalahan. Hubungan mereka beberapa hari ini juga baik-baik saja, tetapi tiba-tiba Alana mengatakan hal itu padanya. Jelas saja hal ini membuatnya bingung dan bertanya-tanya.Melalui ekspresi kagetnya saja, seharusnya Alana sudah mengerti
“Bear,sebenarnya kita mau ke mana?” tanya Alana bingung.Leo menoleh, lalu memberi senyum manisnya.“Bukankah kita sudah membicarakannya, Sayang? Aku akan membawamu ke tempat yang tenang dan sejuk. Kita akan ke luar kota,” jawab Leo mengingatkan Alana tentang apa yang sudah pernah mereka bicarakan.“Tapi, kenapa pakaian yang kamu bawa sangat banyak?” Alana melempar pandangnya ke arah tumpukan pakaian dalam koper yang belum tertutup.Leo pun melirik ke arah yang dikatakan istrinya. Bibirnya kembali menyunggingkan senyum.“Karena kita akan melakukan liburan dalam waktu yang lumayan cukup lama,” jawab Leo.Dia sibuk mengemas beberapa pakaian mereka dan memasukkan ke dalam koper. Ada dua koper di sana, salah satunya sudah terisi penuh dengan pakaian Leo sendiri. saat ini suami Alana itu sedang menegmas pakai Alana. Tadinya, Alana ingin membantu, tetapi Leo melarangnya dan memintanya duduk saja di tempat tidur.Setelah merasa cukup dan selesai, Leo bangkit dari tempatnya, lalu mendekati A
"Dokter, bagaimana?""Nyonya, apakah Anda merasa baik-baik saja?" tanya dokter pada Alana. Leo tampak sangat cemas menatap wajah dokter yang memeriksa kondisi kandungan istrinya. Apalagi saat dokter itu tidak segera menjawab pertanyaannya, melainkan mengarahkan pandang pada Alana dengan sorot mata yang tidak baik-baik saja. Refleks dia pun ikut mengarahkan pandangnya pada Alana, lalu meraih tangan Alana dan menggenggamnya."Dokter?" Setelah Leo menyapa dokter, dokter tersebut menghela napas panjang dengan suara yang terdengar berat saat memandang Leo. Reaksi ini membuat Leo merasa semakin cemas dan khawatir akan kondisi istrinya. Meskipun tidak diketahui secara pasti apa yang dipikirkan oleh dokter, namun dari reaksinya itu dapat diartikan bahwa ada sesuatu yang membuatnya khawatir tentang kesehatan Alana dan bayi dalam kandungannya. Hal ini tentunya menambah kekhawatiran bagi Leo dan membuatnya merasa semakin tidak tenang."Dalam kondisi kehamilan yang masih muda, seharusnya istri
"Leo-""Sstt!" Leo segera meletakkan jari telunjuknya di depan bibir ketika Damian datang dan berjalan ke arahnya sembari berbicara. Karena hal ini, Damian pun menghentikan ucapannya dan memperlambat serta memperhalus langkahnya. Sembari mendekat, matanya tertarik memperhatikan wanita yang tertidur di sofa dengan kepala di atas pangkuan Leo."Apa istrimu sakit?" tanyanya dengan suara lirih setelah duduk di depan Leo. Matanya masih memperhatikan wajah lelap Alana yang menurutnya sedikit pucat dan tampak sedikit lelah."Tidak, tapi dia tidak baik-baik saja," jawab Leo juga mengarahkan pandangnya pada wajah Alana.Damian menoleh dan memiringkan kepalanya sedikit, sedangkan matanya menyipit ketika mendengar perkataan Leo. Ia kemudian bertanya, "Ada apa?"Melihat ekspresi Damian yang penasaran, akhirnya Leo menceritakan tentang masalah yang dialami Alana. Dia bercerita tentang mimpi buruk yang membuat Alana ketakutan dan sulit tidur hingga pagi hari. Karena itu, Leo memutuskan untuk tidak
"Jangan bunuh anakku! Aku mohon," mohon Alana dalam rintih kesakitan dan tangis.Tenaganya telah habis dan suara tangisnya hampir tak terdengar lagi. Arga telah melakukan hal yang membuat dunianya runtuh dan tak berarti lagi. Meskipun ia memberontak dan menjerit, tak seorang pun yang bisa menolongnya. Hidupnya telah hancur dan kini ia berada pada titik terdalam kesedihan yang tak terbayangkan. Semua harapan dan impian yang pernah dimilikinya kini sirna, meninggalkan dirinya dalam kehancuran yang sangat menyakitkan. Alana kembali berteriak histeris sembari memberontak menggunakan sisa tenaganya. Meski merasa tidak lagi memiliki harapan karena Arga terus menghujam tubuhnya dengan maksud untuk membunuh bayi dalam perutnya, Alana, dia berharap masih memiliki harapan untuk menyelamatkan anaknya."Berhentilah melawan, Alana! Tidak ada yang bisa menyelamatkan anakmu," ujar Arga dengan bengisnya."Dasar bajingan! Aku bersumpah akan membunuhmu, Arga!" sumpah Alana.Plak!Arga kembali melayang