"Om Leo tidak percaya lagi padaku?" Wajah Alana semakin cemberut. Alana merajuk."Jelas saja aku percaya padamu," jawab Leo. "Lalu?" Alana meminta penjelasan atas jawaban Leo.Tangan Leo berpindah mendekap lembut wajah basah Alana. Mengusap dan menyapu air mata Alana dan memberinya tatapan penuh cinta."Aku ingin mendengar sekali lagi apa yang kamu ucapkan tadi. Aku hanya ingin memastikan bila telingaku tidak rusak dan apa yang aku dengar benar-benar keluar dari bibir ini," ucap Leo. Ibu jarinya menyentuh lembut bibir kenyal Alana.Alana tersipu malu. Tangis yang tadinya sudah reda, kini kembali terdengar, hanya saja kali ini bercampur dengan senyum malu. Bahkan Alana menyembunyikan wajah meronanya dalam dada bidang Leo. Kedua tangan yang sejak tadi terkulai di sisi tubuh, kini melingkari pinggang Leo. Dia benar-benar malu atas perasaannya."Alana, sejak kapan kamu mulai memiliki perasaan ini?" Leo kembali mendekap wajah Alana dan membawanya sedikit tengadah saling berhadapan sehing
"Alana, apa yang kamu lakukan di sini?" Leo terkejut ketika malam pulang kerja dan masuk ke dalam kamar, Alana sudah rebahan di atas tempat tidurnya sembari membaca buku. Yang membuat Leo semakin terkejut dan hampir tidak berani melihatnya, Alana mengenakan pakaian seksi, pakaian haram, alias lingerie. Padahal dalam anggannya, setelah pulang ke rumah dan mandi, dia akan langsung merebahkan tubuh dan langsung tidur karena pekerjaannya hari ini terasa sangat melelahkan.Leo menutup kedua mata menggunakan tangan dengan sedikit terpejam. Meski begitu, jari-jarinya membuat celah untuk memastikan keberadaan Alana. Saat melihat Alana belum juga beranjak dari tempat tidurnya, melainkan hanya mengubah posisi tidur menjadi duduk, Leo dengan cepat memutar tubuh membelakanginya."Alana, kenapa kamu memakai pakaian seperti itu?" tanyanya dengan suara tegas.Alana tersenyum. "Kenapa? Bukankah ini seksi?" balas Alana sembari memperhatikan diri sendiri.Dia pikir reaksi ka
"Selamat pagi, Sayang," sapa Alana saat melihat Leo membuka mata."Selamat pagi," jawabnya dengan suara khas bangun tidur.Leo tersenyum menanggapi sapaan Alana. Namun, sesaat kemudian matanya kembali terpejam. Sepertinya Leo belum benar-benar menyadari keberadaan Alana di sampingnya, di atas tempat tidurnya.Alana tersenyum menahan tawa melihat wajah tampan Leo kembali tidur dengan tenang seakan tidak terngganggu dengan kehadirannya. Sangat pelan dan hati-hati Alana menggeser tubuh merapatkan diri pada tubuh Leo. Dia tidak bermaksud mengganggu, dia hanya ingin memandangi wajah tampan pria yang telah teguh menjadi suaminya."Tampan sekali!" lirihnya mengagumi ketampanan Leo.Jemari lentik Alana menyentuh pangkal hidung Leo, dengan lembut dan sangat hati-hati menelusuri tulang bangir hingga ke ujung dan berhenti di puncak tertinggi. Senyumnya semakin mengembang mengagumi keindahan karya Tuhan."Mancung sekali!" pujinya lagi.Alana semakin mendekatkan wajah
"Om Leo yakin, aku harus ikut?" Alana ragu mendengar keputusan Leo yang mengatakan bila kepergiannya kali ini, dia harus ikut."Ya," jawab Leo sembari memandangi layar laptop karena dia harus mempelajari lebih mendalam tentang pekerjaannya kali ini."Om, sebenarnya aku di rumah saja tidak apa-apa. Aku berani, kok." Alana tidak ingin mengganggu pekerjaan Leo. Karena dengan ada dirinya di sana, dia khawatir Leo tidak fokus pada pekerjaan dan kehadirannya malah menjadi beban.Leo mengalihkan pandang menatap lekat Alana dengan tatapan teduh. Bibirnya pun tersenyum manis. Dia mengerti apa yang Alana cemaskan, makanya menolak ajakannya."Tidakah kamu ingin belajar berbisnis? Kelak kamu harus mengambil alih dan memimpin perusahaan yang ditinggalkan oleh orangtuamu." Mendengar perkataan Leo, wajah Alana langsung murung dan sedih."Om, aku tidak mau mengambil alih perusahaan itu. Cukup Om Leo saja yang menjalankan semua itu. Aku tidak mau. Aku mau jadi istri Om
"Berapa lama lagi?" Damian mulai gelisah dan tidak tenang.Leo pun sama. Sekali lagi melihat benda pipih bundar di pergelangan tangannya. Sudah satu jam lebih lamanya mereka menunggu Alana sejak gadis itu meninggalkan kamar Leo. Alana mengatakan akan mandi dan bersiap karena mereka harus pergi ke Perusahaan Angkasa setelah sarapan. Namun, sampai detik ini Alana tidak menunjukkan akan segera menemui mereka."Biar aku panggil," ucap Damian. Kesabarannya setipis tisu dan tidak bisa menunggu lebih lama lagi."Eits!" Leo segera mencekal lengannya dan menahan langkah Damian. "Aku suaminya, aku yang berhak masuk ke dalam kamar Alana," ucap Leo setelah Damian memberinya tatapan tajam dengan mata bergerak ke atas dan bawah melihat tangan dan wajah Leo."Hah?" Mata Damian membuka sangat lebar, bahkan mulutnya pun melongo mendengar Leo mengaku kalau dia adalah suami Alana secara terang-terangan. Sesaat kemudian wajah tercengang itu berubah menjadi wajah menggoda dengan sedikit mengejek.Leo m
"Saya minta maaf kalau kedatanganku menemui tuan Dirly dianggap menyalahi aturan bagi Tuan Leo. Hanya saja maksudku baik untuk perusahaan ini. Perusahaan ini masih harus berkembang dan mereka membutuhkan orang yang tepat untuk membawa kepada kesuksesan," ucap Ferdi. Lagi-lagi menyombongkan diri dan merendahkan kemampuan Leo. Leo masih terdiam dengan sikap elegan dan penuh wibawa menunggu sampai pria itu puas meluapkan semua bualannya. Bahkan Leo menanggapi dengan sikap tenang, dingin dan santai. Sesekali bibirnya tersenyum, tapi hatinya memberi tanggapan penuh cibir atas semua yang dikatakan Ferdi."Tuan Leo, saya tau Anda adalah orang sukses, pandai dan juga cerdas. Bahkan perusahaan yang ada di bawah naungan Anda, semua menjadi sukses. saya akui itu. Namun, Anda juga harus bisa mengukur kemampuan Anda sendiri. Anda juga harus tau jalur yang tepat untuk bisnis Anda. Anda tidak memiliki pengalaman dalam bidang ini. Jadi, saya sarankan agar Anda tidak memaksakan diri!" Kembali Ferdi
"Alana, sebaiknya kamu tidak usah ikut saja!""Om?" Alana mengerutkan wajah melakukan protes atas larangan Leo.Dia juga melepaskan tangan dari tengkuk Leo, lalu berjalan menjauh dan duduk di tepi tempat tidur dengan hempasan kesal. Sekali lagi matanya menatap tajam dan kesal. Bahkan saat Leo menyusul dan duduk di sampingnya, mata Alana tetap tajam."Bagaimana kalau setelah aku menyelesaikan pekerjaan ini, kita pergi liburan ke luar negeri? Aku akan menemanimu jalan-jalan sampai puas?" "Om, aku tidak mau jalan-jalan. Aku hanya mau ikut denganmu. Bukankah kamu sendiri yang meminta aku belajar? Lagi pula kalian sudah setuju menggunakan ideku. Kenapa sekarang kamu melarang aku ikut?"Leo melarang Alana ikut dengannya ke Perusahaan Mega Karya. Padahal di awal dia mengajak Alana dengan alasan agar keponakan sekaligus istrinya itu belajar bekerja. Namun, setelah melihat Ferdi tertarik pada istrinya, Leo berubah pikiran. Dia tidak akan melibatkan Alana lagi dalam pekerjaan ini.Leo menghela
"Leo, ada apa?" Damian turut cemas.Leo melihat Damian dengan sorot mata cemasnya."Mereka diikuti orang tidak dikenal." Dirly yang menjawab pertanyaan Damian.Kebahagiaan dan kemenangan yang baru saja dinikmati dengan cepat berubah menjadi suasana tegang dan mencekam. Hati Leo tidak tenang mendengar berita tentang Alana dalam bahaya. Dia pun segera menghubungi nomor Alana, tapi tidak tersambung. Sebaliknya, nomor Alana tidak bisa dihubungi setelah beberapa kali mencoba."Dirly, kamu tau kira-kira ke mana Siska membawa Alana?" Damian pun tidak tenang."Mereka tidak mungkin kembali ke hotel," jawab Dirly.Dia yakin Siska, sekretarisnya itu tidak mungkin membawa Alana kembali ke hotel bila sudah tau ada yang mengikuti mereka. "Siska tidak mungkin memberitahu mereka tempat tinggal kalian," sambungnya lagi.Leo dan Damian saling beradu pandang. Mata keduanya sama-sama lekat sedang memikirkan cara yang harus mereka tempuh untuk menemukan keberadaan Alana.Hingga keduanya sama-sama menger