Setelah melihat foto yang dikirim oleh wanita yang tidak dia ketahui siapa namanya, Alana langsung beranjak dari tempat tidurnya. Bahkan gadis itu sampai melompat saat turun. Dia lekas berganti pakaian dan segera bergegas mengendarai mobil mini merahnya menuju Sweet Cafe."Kamu bohong padaku, Om," gumam Alana menahan rasa kecewa dan kemarahannya.Alana merasa kecewa karena Leo membohonginya. Terakhir dia menghubungi Leo, om kesayangannya itu mengatakan masih di luar kota karena pekerjaannya tidak lancar dan masih membutuhkan dirinya. Tapi, wanita itu mengirim foto kalau Leo saat ini sedang berada di Sweet Cafe bersama seorang wanita. Sayangnya, wajah wanita yang bersama Leo tidak terlihat karena posisi wanita itu sedang memeluk Leo.Saat ini perasaan sedang kacau. Dia pikir Leo mencintainya lebih dari cinta seorang om pada ponakan. Dia ingin cinta Leo sebagai sepasang kekasih. Sembari terus menggerutu dan memaki, mata Alana bergerak-gerak waspada. Meski sedang kacau, dia tidak bole la
"Om Leo tidak percaya lagi padaku?" Wajah Alana semakin cemberut. Alana merajuk."Jelas saja aku percaya padamu," jawab Leo. "Lalu?" Alana meminta penjelasan atas jawaban Leo.Tangan Leo berpindah mendekap lembut wajah basah Alana. Mengusap dan menyapu air mata Alana dan memberinya tatapan penuh cinta."Aku ingin mendengar sekali lagi apa yang kamu ucapkan tadi. Aku hanya ingin memastikan bila telingaku tidak rusak dan apa yang aku dengar benar-benar keluar dari bibir ini," ucap Leo. Ibu jarinya menyentuh lembut bibir kenyal Alana.Alana tersipu malu. Tangis yang tadinya sudah reda, kini kembali terdengar, hanya saja kali ini bercampur dengan senyum malu. Bahkan Alana menyembunyikan wajah meronanya dalam dada bidang Leo. Kedua tangan yang sejak tadi terkulai di sisi tubuh, kini melingkari pinggang Leo. Dia benar-benar malu atas perasaannya."Alana, sejak kapan kamu mulai memiliki perasaan ini?" Leo kembali mendekap wajah Alana dan membawanya sedikit tengadah saling berhadapan sehing
"Alana, apa yang kamu lakukan di sini?" Leo terkejut ketika malam pulang kerja dan masuk ke dalam kamar, Alana sudah rebahan di atas tempat tidurnya sembari membaca buku. Yang membuat Leo semakin terkejut dan hampir tidak berani melihatnya, Alana mengenakan pakaian seksi, pakaian haram, alias lingerie. Padahal dalam anggannya, setelah pulang ke rumah dan mandi, dia akan langsung merebahkan tubuh dan langsung tidur karena pekerjaannya hari ini terasa sangat melelahkan.Leo menutup kedua mata menggunakan tangan dengan sedikit terpejam. Meski begitu, jari-jarinya membuat celah untuk memastikan keberadaan Alana. Saat melihat Alana belum juga beranjak dari tempat tidurnya, melainkan hanya mengubah posisi tidur menjadi duduk, Leo dengan cepat memutar tubuh membelakanginya."Alana, kenapa kamu memakai pakaian seperti itu?" tanyanya dengan suara tegas.Alana tersenyum. "Kenapa? Bukankah ini seksi?" balas Alana sembari memperhatikan diri sendiri.Dia pikir reaksi ka
"Selamat pagi, Sayang," sapa Alana saat melihat Leo membuka mata."Selamat pagi," jawabnya dengan suara khas bangun tidur.Leo tersenyum menanggapi sapaan Alana. Namun, sesaat kemudian matanya kembali terpejam. Sepertinya Leo belum benar-benar menyadari keberadaan Alana di sampingnya, di atas tempat tidurnya.Alana tersenyum menahan tawa melihat wajah tampan Leo kembali tidur dengan tenang seakan tidak terngganggu dengan kehadirannya. Sangat pelan dan hati-hati Alana menggeser tubuh merapatkan diri pada tubuh Leo. Dia tidak bermaksud mengganggu, dia hanya ingin memandangi wajah tampan pria yang telah teguh menjadi suaminya."Tampan sekali!" lirihnya mengagumi ketampanan Leo.Jemari lentik Alana menyentuh pangkal hidung Leo, dengan lembut dan sangat hati-hati menelusuri tulang bangir hingga ke ujung dan berhenti di puncak tertinggi. Senyumnya semakin mengembang mengagumi keindahan karya Tuhan."Mancung sekali!" pujinya lagi.Alana semakin mendekatkan wajah
"Om Leo yakin, aku harus ikut?" Alana ragu mendengar keputusan Leo yang mengatakan bila kepergiannya kali ini, dia harus ikut."Ya," jawab Leo sembari memandangi layar laptop karena dia harus mempelajari lebih mendalam tentang pekerjaannya kali ini."Om, sebenarnya aku di rumah saja tidak apa-apa. Aku berani, kok." Alana tidak ingin mengganggu pekerjaan Leo. Karena dengan ada dirinya di sana, dia khawatir Leo tidak fokus pada pekerjaan dan kehadirannya malah menjadi beban.Leo mengalihkan pandang menatap lekat Alana dengan tatapan teduh. Bibirnya pun tersenyum manis. Dia mengerti apa yang Alana cemaskan, makanya menolak ajakannya."Tidakah kamu ingin belajar berbisnis? Kelak kamu harus mengambil alih dan memimpin perusahaan yang ditinggalkan oleh orangtuamu." Mendengar perkataan Leo, wajah Alana langsung murung dan sedih."Om, aku tidak mau mengambil alih perusahaan itu. Cukup Om Leo saja yang menjalankan semua itu. Aku tidak mau. Aku mau jadi istri Om
"Berapa lama lagi?" Damian mulai gelisah dan tidak tenang.Leo pun sama. Sekali lagi melihat benda pipih bundar di pergelangan tangannya. Sudah satu jam lebih lamanya mereka menunggu Alana sejak gadis itu meninggalkan kamar Leo. Alana mengatakan akan mandi dan bersiap karena mereka harus pergi ke Perusahaan Angkasa setelah sarapan. Namun, sampai detik ini Alana tidak menunjukkan akan segera menemui mereka."Biar aku panggil," ucap Damian. Kesabarannya setipis tisu dan tidak bisa menunggu lebih lama lagi."Eits!" Leo segera mencekal lengannya dan menahan langkah Damian. "Aku suaminya, aku yang berhak masuk ke dalam kamar Alana," ucap Leo setelah Damian memberinya tatapan tajam dengan mata bergerak ke atas dan bawah melihat tangan dan wajah Leo."Hah?" Mata Damian membuka sangat lebar, bahkan mulutnya pun melongo mendengar Leo mengaku kalau dia adalah suami Alana secara terang-terangan. Sesaat kemudian wajah tercengang itu berubah menjadi wajah menggoda dengan sedikit mengejek.Leo m
"Saya minta maaf kalau kedatanganku menemui tuan Dirly dianggap menyalahi aturan bagi Tuan Leo. Hanya saja maksudku baik untuk perusahaan ini. Perusahaan ini masih harus berkembang dan mereka membutuhkan orang yang tepat untuk membawa kepada kesuksesan," ucap Ferdi. Lagi-lagi menyombongkan diri dan merendahkan kemampuan Leo. Leo masih terdiam dengan sikap elegan dan penuh wibawa menunggu sampai pria itu puas meluapkan semua bualannya. Bahkan Leo menanggapi dengan sikap tenang, dingin dan santai. Sesekali bibirnya tersenyum, tapi hatinya memberi tanggapan penuh cibir atas semua yang dikatakan Ferdi."Tuan Leo, saya tau Anda adalah orang sukses, pandai dan juga cerdas. Bahkan perusahaan yang ada di bawah naungan Anda, semua menjadi sukses. saya akui itu. Namun, Anda juga harus bisa mengukur kemampuan Anda sendiri. Anda juga harus tau jalur yang tepat untuk bisnis Anda. Anda tidak memiliki pengalaman dalam bidang ini. Jadi, saya sarankan agar Anda tidak memaksakan diri!" Kembali Ferdi
"Alana, sebaiknya kamu tidak usah ikut saja!""Om?" Alana mengerutkan wajah melakukan protes atas larangan Leo.Dia juga melepaskan tangan dari tengkuk Leo, lalu berjalan menjauh dan duduk di tepi tempat tidur dengan hempasan kesal. Sekali lagi matanya menatap tajam dan kesal. Bahkan saat Leo menyusul dan duduk di sampingnya, mata Alana tetap tajam."Bagaimana kalau setelah aku menyelesaikan pekerjaan ini, kita pergi liburan ke luar negeri? Aku akan menemanimu jalan-jalan sampai puas?" "Om, aku tidak mau jalan-jalan. Aku hanya mau ikut denganmu. Bukankah kamu sendiri yang meminta aku belajar? Lagi pula kalian sudah setuju menggunakan ideku. Kenapa sekarang kamu melarang aku ikut?"Leo melarang Alana ikut dengannya ke Perusahaan Mega Karya. Padahal di awal dia mengajak Alana dengan alasan agar keponakan sekaligus istrinya itu belajar bekerja. Namun, setelah melihat Ferdi tertarik pada istrinya, Leo berubah pikiran. Dia tidak akan melibatkan Alana lagi dalam pekerjaan ini.Leo menghela
"Sudah, Bear. Aku kenyang," ucap Alana.Alana menolak suapan Leo dengan menutup mulutnya menggunakan tangan. Dia juga menoleh sedikit ke samping menghindari sendok yang disodorkan Leo padanya."Satu kali lagi, Sayang. Kamu sudah mengeluarkan banyak tenaga saat melahirkan. Sekarang, kamu harus mengganti tenagamu dengan makan yang banyak," ucap Leo."Bear, sampai siang ini saja kamu sudah memintaku makan banyak makanan. Kalau tidak salah ingat, kamu sudah memberi aku makan tiga kali, dua kali makanan ringan, dua kali jus buah. Perutku rasanya seperti mau pecah karena kekenyangan," ucap Alana melakukan protes atas tindakan Leo yang terus membujukkan untuk makan.Leo tertawa mendengar keluhan dari Alana. Dia berpikir bahwa karena istrinya telah melalui perjuangan yang melelahkan untuk melahirkan putra mereka, maka dia harus memberikan makanan bergizi yang cukup agar istrinya bisa pulih dengan cepat. Namun, ternyata usahanya tersebut menimbulkan protes dari Alana. "Baiklah. Kali ini aku t
"Dokter, bagaimana?" Leo tidak sabar menunggu penjelasan hasil pemeriksaan kehamilan istrinya."Usia kehamilan istri Anda sudah cukup bulan, Tuan. Tinggal menunggu waktu lahir saja," jelas dokter.Dokter itu mengarahkan pandang pada Alana dengan senyum ramahnya."Nyonya, kelahiran seperti apa yang Anda inginkan?""Dokter, aku tidak ingin istriku kesakitan saat melahirkan. Bisakah kami ajukan untuk melakukan operasi saja?" ucap Leo cepat sebelum Alana memberi jawaban."Bear!" Alana memberi wajah protes."Sayang." Leo meraih tangan Alana dan mengenggamnya lembut. "Aku tidak mau melihatmu kesakitan."Wajah Leo tampak sedih membayangkan istrinya kesakitan saat melahirkan. Makanya, dia ingin kelahiran anak mereka melalui operasi caesar saja dengan tehnologi terbaru agar istrinya tidak merasakan sakit. Namun, niat baik Leo melindungi istrinya dari rasa sakit mendapat penolakan tegas dari Alana."Aku tidak mau, Bear. Aku mau melahirkan secara normal saja," u
“Damian, ada apa?” tanya Leo dengan wajah penasaran sembari berjalan meninggalkan Alana dengan langkah hati-hati agar langkahnya tidak menimbulkan suara. “Apa Marco sudah memberitahumu?” tanya Damian di ujung sana, di balik teleponnya. Suaranya terdengar tidak biasa seperti ada sesuatu yang terjadi.“Apa?” tanya Leo semakin penasaran.“Siang tadi, Arga berusaha memberontak dengan melarikan diri dan mencoba kabur dari pengawasan. Saat mereka mengejar dan mencarinya, mungkin juga karena panik, pria itu tidak melihat jalanan. Dia juga tidak melihat ada truk yang melintas saat menyeberang jalan,” cerita Damian.Damian menceritakan tentang kecelakaan yang dialami oleh Arga saat pria itu melarikan diri dan mencoba kabur dari pengawasan mereka. Karena ceroboh dan mungkin juga panik karena takut penjaga mengejarnya, Arga tidak memperhatikan ada truk yang melintas dengan kecepatan tinggi saat dia menyeberang jalan, sehingga tubuhnya tertabrak dan terpental hingga beberapa meter.“Mereka baru
“Sayang, kamu cantik sekali menggenakan pakaian ini,” puji Leo sembari mengelus perut buncit Alana."Bear, kamu mengejutkan aku?" Alana kaget, tiba-tiba Leo memeluknya dari belakang.Sore ini Alana mengenakan pakaian daster tidak berlengan, sehingga perutnya yang besar terlihat. Bahan yang lembut dan jatuh membuat perut Alana yang membesar terlihat menonjol dan lebih seksi ditambah dengan bentuk tubuhnya yang memang indah semakin membuat Leo tidak mau melepaskan pelukannya."Kenapa berdiri di sini sendirian?" lirih Leo."Pemandangannya bagus, Bear. Lihat itu!" Alana menunjuk langit sore, di mana matahari hampir tenggelam di antara bukit-bukit hijau. Bias sinar yang mulai redup menghias langit sore tampak semburat merah keemasan memberi warna indah yang membuat mata sejuk dan hati teduh."Indah banget langitnya!" decak kagum Alana.Leo tersenyum. Peluknya semakin erat. Meski perut Alana sudah membesar, tetapi tidak menjadi penghalang untuk tetap memeluknya. Sebaliknya, perut besar Ala
"Nyonya, teh Anda."Dona mendekati Alana yang sedang duduk santai di bangku taman yang berada di dekat kolam renang belakang rumah. Kemudian, memberikan secangkir teh yang masih hangat pada Alana dengan penuh kebaikan hati."Terima kasih."Alana pun merasa sangat berterima kasih dan mengucapkan kata-kata itu dengan senyum yang manis, lalu menyeruput teh hangat sembari menunggu Dona duduk di depannya.Suasana taman sore ini terasa semakin nyaman dan tenang dengan hadirnya secangkir teh hangat tersebut."Mulai hari ini, jangan panggil aku nyonya lagi! Aku bukan nyonyamu," kata Alana sembari meletakkan cangkir di atas meja.Dona tercengang kaget."Kenapa? Apa aku telah melakukan kesalahan?" Dona merasa perlu tau alasan Alana. Dia tidak merasa melakukan kesalahan. Hubungan mereka beberapa hari ini juga baik-baik saja, tetapi tiba-tiba Alana mengatakan hal itu padanya. Jelas saja hal ini membuatnya bingung dan bertanya-tanya.Melalui ekspresi kagetnya saja, seharusnya Alana sudah mengerti
“Bear,sebenarnya kita mau ke mana?” tanya Alana bingung.Leo menoleh, lalu memberi senyum manisnya.“Bukankah kita sudah membicarakannya, Sayang? Aku akan membawamu ke tempat yang tenang dan sejuk. Kita akan ke luar kota,” jawab Leo mengingatkan Alana tentang apa yang sudah pernah mereka bicarakan.“Tapi, kenapa pakaian yang kamu bawa sangat banyak?” Alana melempar pandangnya ke arah tumpukan pakaian dalam koper yang belum tertutup.Leo pun melirik ke arah yang dikatakan istrinya. Bibirnya kembali menyunggingkan senyum.“Karena kita akan melakukan liburan dalam waktu yang lumayan cukup lama,” jawab Leo.Dia sibuk mengemas beberapa pakaian mereka dan memasukkan ke dalam koper. Ada dua koper di sana, salah satunya sudah terisi penuh dengan pakaian Leo sendiri. saat ini suami Alana itu sedang menegmas pakai Alana. Tadinya, Alana ingin membantu, tetapi Leo melarangnya dan memintanya duduk saja di tempat tidur.Setelah merasa cukup dan selesai, Leo bangkit dari tempatnya, lalu mendekati A
"Dokter, bagaimana?""Nyonya, apakah Anda merasa baik-baik saja?" tanya dokter pada Alana. Leo tampak sangat cemas menatap wajah dokter yang memeriksa kondisi kandungan istrinya. Apalagi saat dokter itu tidak segera menjawab pertanyaannya, melainkan mengarahkan pandang pada Alana dengan sorot mata yang tidak baik-baik saja. Refleks dia pun ikut mengarahkan pandangnya pada Alana, lalu meraih tangan Alana dan menggenggamnya."Dokter?" Setelah Leo menyapa dokter, dokter tersebut menghela napas panjang dengan suara yang terdengar berat saat memandang Leo. Reaksi ini membuat Leo merasa semakin cemas dan khawatir akan kondisi istrinya. Meskipun tidak diketahui secara pasti apa yang dipikirkan oleh dokter, namun dari reaksinya itu dapat diartikan bahwa ada sesuatu yang membuatnya khawatir tentang kesehatan Alana dan bayi dalam kandungannya. Hal ini tentunya menambah kekhawatiran bagi Leo dan membuatnya merasa semakin tidak tenang."Dalam kondisi kehamilan yang masih muda, seharusnya istri
"Leo-""Sstt!" Leo segera meletakkan jari telunjuknya di depan bibir ketika Damian datang dan berjalan ke arahnya sembari berbicara. Karena hal ini, Damian pun menghentikan ucapannya dan memperlambat serta memperhalus langkahnya. Sembari mendekat, matanya tertarik memperhatikan wanita yang tertidur di sofa dengan kepala di atas pangkuan Leo."Apa istrimu sakit?" tanyanya dengan suara lirih setelah duduk di depan Leo. Matanya masih memperhatikan wajah lelap Alana yang menurutnya sedikit pucat dan tampak sedikit lelah."Tidak, tapi dia tidak baik-baik saja," jawab Leo juga mengarahkan pandangnya pada wajah Alana.Damian menoleh dan memiringkan kepalanya sedikit, sedangkan matanya menyipit ketika mendengar perkataan Leo. Ia kemudian bertanya, "Ada apa?"Melihat ekspresi Damian yang penasaran, akhirnya Leo menceritakan tentang masalah yang dialami Alana. Dia bercerita tentang mimpi buruk yang membuat Alana ketakutan dan sulit tidur hingga pagi hari. Karena itu, Leo memutuskan untuk tidak
"Jangan bunuh anakku! Aku mohon," mohon Alana dalam rintih kesakitan dan tangis.Tenaganya telah habis dan suara tangisnya hampir tak terdengar lagi. Arga telah melakukan hal yang membuat dunianya runtuh dan tak berarti lagi. Meskipun ia memberontak dan menjerit, tak seorang pun yang bisa menolongnya. Hidupnya telah hancur dan kini ia berada pada titik terdalam kesedihan yang tak terbayangkan. Semua harapan dan impian yang pernah dimilikinya kini sirna, meninggalkan dirinya dalam kehancuran yang sangat menyakitkan. Alana kembali berteriak histeris sembari memberontak menggunakan sisa tenaganya. Meski merasa tidak lagi memiliki harapan karena Arga terus menghujam tubuhnya dengan maksud untuk membunuh bayi dalam perutnya, Alana, dia berharap masih memiliki harapan untuk menyelamatkan anaknya."Berhentilah melawan, Alana! Tidak ada yang bisa menyelamatkan anakmu," ujar Arga dengan bengisnya."Dasar bajingan! Aku bersumpah akan membunuhmu, Arga!" sumpah Alana.Plak!Arga kembali melayang