"Anda yakin kalau aku telah melakukan penjebakan?" Leo ingin mendengar sekali lagi apa yang dituduhkan Carlos padanya."Ya, ini semua pasti jebakan yang telah kamu rencanakan sejak lama. Kamu memang licik, Leo! Kamu bukan hanya telah menyebabkan kakakku dan istrinya meninggal, tetapi kamu juga bermaksud untuk menghancurkan aku dan Alana," ucap Carlos dengan suara menggebu.Leo menertawakan perkataan Carlos yang membalikkan fakta yang sebenarnya."Apa tidak sebaliknya, Tuan Carlos?" sahut Leo masih menertawakan perkataan Carlos. "Kamu yang telah melakukan penjebakan padakku agar Alana mengusir aku dari perusahaan ini. Kamu ingin menguasai perusahaan ini dengan mempengaruhi kepolosan Alana," sambung Leo menguak sedikit demi sedikit sifat licik Carlos.Carlos tidak mengakui kalau catatan dan beberapa bukti yang ditunjukkan Alana padanya adalah perbuatannya. Pria itu berdalih kalau semua uang yang dikeluarkan oleh perusahaan memang benar untuk pembelian dan pengadaan barang-barang pembang
"Sialan! Kamu pikir kamu siapa berani memukul aku? Kamu itu hanya orang rendahan, kamu hanya pecundang!" Carlos marah pada Marco karena pengawal Alana itu berani memukulnya hingga tersungkur membentur meja. Wajah pria itu merah membara dengan tatapan tajam."Bukan hanya memukulmu, bahkan membunuhmu pun, akan aku lakukan," seru Marco. Wajah Marco terlihat sama garang dan bengisnya seperti Carlos. Namun, ada satu hal yang membedakan mereka. Marco merasa memiliki kewajiban untuk menjaga keselamatan Leo dan Alana karena pernah diselamatkan nyawanya dan dijamin kehidupannya oleh Leo. Oleh karena itu, ketika mendengar Carlos mengecam dan mengucapkan kata-kata buruk tentang Leo, Marco merasa sangat tidak terima.Dia telah bersumpah dalam hati untuk menjadi pelindung mereka seumur hidupnya. Wajahnya yang garang dan bengis bukanlah tanda bahwa dia tidak punya hati nurani atau empati. Sebaliknya, itu adalah tanda bahwa dia siap untuk melawan siapa pun yang mencoba membahayakan orang-orang yan
"Leo, kamu yakin?" Damian merasa ragu."Cepat berikan padaku, Damian!" seru Leo meminta Damian memberikan dokumen yang dibawa Damian padanya."Tapi, Leo?""Cepat!" teriak Leo dengan suara lebih keras. Bahkan, Leo yang sejak tadi tidak melihatnya karena terus menatap Alana, kini memutar leher dan memberinya tatapan marah.Damian yang baru datang karena Leo menelponnya dan memintanya membuat surat peralihan perusahaan merasa tidak setuju. Dia pikir masih ada cara lain untuk menyelamatkan Alana tanpa harus menyerahkan perusahaan pada Carlos.Namun, melihat tangis Alana juga nyawanya semakin terancam, Leojuga mendesaknya, akhirnya Damian pun menyerahkan dokumen itu."Lepaskan dia!" seru Leo pada Carlos setelah dokumen ada di tangannya.Carlos tertawa keras."Tidak semudah itu, Leo. Aku harus memeriksanya terlebih dahulu," ucap Carlos."Jangan berbelit-belit, Carlos!" bentak Leo. Kesabarannya telah habis, tetapi nyawa Alana dalam bahaya."Carlos!" teriaknya lagi.Leo kembali terkejut dan n
"Alana?" Leo terkejut.Di saat Carlos tumbang oleh tembakan bius yang dilakukan Marco saat pintu lift terbuka, Alana pun ikut tumbang. Untung Leo dengan cepat bergegas dan langsung menyangga tubuhnya sehingga tidak sempat terjatuh di lantai."Alana, bertahanlah, Sayang!"Leo segera mengangkat tubuh lemah Alana ke dalam gendongannya dan segera membawanya pergi. Dia tidak peduli lagi dengan Carlos yang tersungkur tidak sadarkan diri. "Marco, kamu urus dia!" seru Damian meminta Marco mengurus Carlos dan membawanya ke tempat aman mereka.Damian segera membuka jalan bagi Leo untuk membawa Alana pergi ke rumah sakit."Sayang, bertahanlah!" Lagi-lagi Leo ingin Alana bertahan.Sepanjang perjalanan, Leo terus meminta agar Alana bertahan dan bangun. Sembari menopang kepala Alana, satu tangan digunakan untuk mendekap leher Alana menggunakan kain karena luka yang diberikan Carlos masih mengeluarkan darah. Meski tidak deras, tetapi perdarahannya aktif."Tidak bis
"Alana, kamu sudah bangun, Sayang?"Melihat Alana menggerakkan tangannya juga mengerjapkan mata, Leo langsung bangkit dari duduknya dan tubuhnya condong ke arah Alana. "Jangan takut, Sayang! Ini aku," sambung Leo ketika tubuh Alana melonjak seperti orang terkejut dan ketakutan"Aku takut!" Ketika Alana mengenali pria yang berdiri di hadapannya adalah suaminya sendiri, Leo, tanpa ragu-ragu, Alana langsung memeluknya dengan erat dan tak ingin melepaskannya lagi. Leo terkejut dengan reaksi istrinya dan kesulitan bernapas karena kekuatan pelukan tersebut. Namun, meskipun agak sulit untuk bernapas, Leo mencoba menahan diri agar tidak mengecewakan Alana."Maafkan aku, Alana. Aku nyaris tidak bisa menjaga dan melindungimu," sesal Leo dengan wajah sedih. Leo merasa sedih dan menyesal karena gagal menjaga dan melindungi Alana sehingga istrinya hampir kehilangan nyawa dan dia hampir kehilangan sosok wanita yang sangat dicintai. Saat melihat Alana terbaring tidak berdaya, kehidupannya pun ter
"Dokter, bagaimana? Apa yang sebenarnya terjadi pada istri saya?" Leo terlihat sangat cemas dan tidak sabar ingin mendengar penjelasan dokter mengenai penyakit istrinya. Padahal, hari ini Alana sudah diijinkan pulang oleh dokter yang merawatnya, tiba-tiba, Alana mual dan muntah. Hal ini jelas saja membuatnya panik dan cemas."Tuan, sepertinya kepulangan nyonya Alana harus ditunda terlebih dahulu," ucap dokter itu pada Leo."Tapi, Dokter. Setelah mendapatkan obat tadi, perutku sudah tidak terlalu mual lagi," ucap Alana.Dari ucapannya, Alana ingin menyampaikan kalau dia tidak ingin dirawat lebih lama lagi di rumah sakit. Dia ingin segera pulang. Rasanya sudah sangat rindu ingin tidur di kamar sendiri dengan tempat tidur yang besar dan kasur yang sangat empuk."Sayang?" Leo berusaha membujuk dengan wajah dan tatapan mata."Bear, aku mau pulang." Alana merengek sembari bergelayut pada lengan Leo.Leo kembali membujuk Alana agar sedikit bersabar. Setelah ber
"Tuan, seorang wanita hamil perlu ketenangan dan suasana nyaman. Dia juga perlu perasaan bahagia untuk tumbuh kembang janin dalam rahimnya," jelas dokter itu.Leo dan Alana terdiam sejenak, wajah mereka saling memandang dengan penuh tanda tanya. Mereka berusaha mencerna setiap kata yang keluar dari mulut sang dokter, khususnya bagi Leo yang tampak kebingungan."Maaf, Dokter, bisa tolong jelaskan lagi apa maksud dari ucapan Anda? Saya belum sepenuhnya memahaminya," ucap Leo dengan sopan. Leo memilih untuk meminta penjelasan lebih lanjut dari dokter karena dia tidak ingin memiliki pandangan negatif terhadap penjelasannya. Meskipun begitu, ada pikiran yang muncul di kepala Leo tentang kemungkinan adanya kesalahpahaman dalam situasi ini. Leo ingin memastikan bahwa ia memahami sepenuhnya apa yang telah dikatakan oleh dokter dan tidak membuat kesimpulan yang salah. "Begini, Tuan." Sebelum menjelaskan ulang, dokter itu memperbaiki posisi duduknya dan membawa sedikit maju tubuhnya dengan
"Hari ini, pastikan pria itu menerima hukuman atas kejahatannya!" Suara Leo terdengar tegas penuh penekanan yang bermakna kebencian dan dendam. "Kita akan pergi ke sana siang ini. Aku ingin dia menyesali semua perbuatannya. Bila perlu, buat dia frustasi dan tidak ingin hidup lagi, tapi jangan biarkan dia mati dengan mudah!" sambungnya."Bagaimana dengan bocah mesum itu?" Suara di seberang sana pun tidak kalah bengis."Biarkan saja dulu! Dosanya, masih bisa diampuni. Fokus kita hanya pada pria tua licik itu.""Bagaimana dengan istrinya? Apa kamu akan membiarkan wanita itu lolos begitu saja? Dia juga ikut andil dalam pembunuhan itu.""Minta orang untuk terus mengawasi setiap gerak-gerik wanita itu! Untuk sementara ini, biarkan dia merasakan kehilangan, lalu mencari keberadaan suaminya! Itu akan menjadi awal dari penderitaannya."Seperti yang telah dipikirkan sejak lama, Leo tidak akan membuat mereka mati dengan mudah. Perlahan dan pasti, dia akan membuat hidup Carlos dan Tanty mengalami
"Sudah, Bear. Aku kenyang," ucap Alana.Alana menolak suapan Leo dengan menutup mulutnya menggunakan tangan. Dia juga menoleh sedikit ke samping menghindari sendok yang disodorkan Leo padanya."Satu kali lagi, Sayang. Kamu sudah mengeluarkan banyak tenaga saat melahirkan. Sekarang, kamu harus mengganti tenagamu dengan makan yang banyak," ucap Leo."Bear, sampai siang ini saja kamu sudah memintaku makan banyak makanan. Kalau tidak salah ingat, kamu sudah memberi aku makan tiga kali, dua kali makanan ringan, dua kali jus buah. Perutku rasanya seperti mau pecah karena kekenyangan," ucap Alana melakukan protes atas tindakan Leo yang terus membujukkan untuk makan.Leo tertawa mendengar keluhan dari Alana. Dia berpikir bahwa karena istrinya telah melalui perjuangan yang melelahkan untuk melahirkan putra mereka, maka dia harus memberikan makanan bergizi yang cukup agar istrinya bisa pulih dengan cepat. Namun, ternyata usahanya tersebut menimbulkan protes dari Alana. "Baiklah. Kali ini aku t
"Dokter, bagaimana?" Leo tidak sabar menunggu penjelasan hasil pemeriksaan kehamilan istrinya."Usia kehamilan istri Anda sudah cukup bulan, Tuan. Tinggal menunggu waktu lahir saja," jelas dokter.Dokter itu mengarahkan pandang pada Alana dengan senyum ramahnya."Nyonya, kelahiran seperti apa yang Anda inginkan?""Dokter, aku tidak ingin istriku kesakitan saat melahirkan. Bisakah kami ajukan untuk melakukan operasi saja?" ucap Leo cepat sebelum Alana memberi jawaban."Bear!" Alana memberi wajah protes."Sayang." Leo meraih tangan Alana dan mengenggamnya lembut. "Aku tidak mau melihatmu kesakitan."Wajah Leo tampak sedih membayangkan istrinya kesakitan saat melahirkan. Makanya, dia ingin kelahiran anak mereka melalui operasi caesar saja dengan tehnologi terbaru agar istrinya tidak merasakan sakit. Namun, niat baik Leo melindungi istrinya dari rasa sakit mendapat penolakan tegas dari Alana."Aku tidak mau, Bear. Aku mau melahirkan secara normal saja," u
“Damian, ada apa?” tanya Leo dengan wajah penasaran sembari berjalan meninggalkan Alana dengan langkah hati-hati agar langkahnya tidak menimbulkan suara. “Apa Marco sudah memberitahumu?” tanya Damian di ujung sana, di balik teleponnya. Suaranya terdengar tidak biasa seperti ada sesuatu yang terjadi.“Apa?” tanya Leo semakin penasaran.“Siang tadi, Arga berusaha memberontak dengan melarikan diri dan mencoba kabur dari pengawasan. Saat mereka mengejar dan mencarinya, mungkin juga karena panik, pria itu tidak melihat jalanan. Dia juga tidak melihat ada truk yang melintas saat menyeberang jalan,” cerita Damian.Damian menceritakan tentang kecelakaan yang dialami oleh Arga saat pria itu melarikan diri dan mencoba kabur dari pengawasan mereka. Karena ceroboh dan mungkin juga panik karena takut penjaga mengejarnya, Arga tidak memperhatikan ada truk yang melintas dengan kecepatan tinggi saat dia menyeberang jalan, sehingga tubuhnya tertabrak dan terpental hingga beberapa meter.“Mereka baru
“Sayang, kamu cantik sekali menggenakan pakaian ini,” puji Leo sembari mengelus perut buncit Alana."Bear, kamu mengejutkan aku?" Alana kaget, tiba-tiba Leo memeluknya dari belakang.Sore ini Alana mengenakan pakaian daster tidak berlengan, sehingga perutnya yang besar terlihat. Bahan yang lembut dan jatuh membuat perut Alana yang membesar terlihat menonjol dan lebih seksi ditambah dengan bentuk tubuhnya yang memang indah semakin membuat Leo tidak mau melepaskan pelukannya."Kenapa berdiri di sini sendirian?" lirih Leo."Pemandangannya bagus, Bear. Lihat itu!" Alana menunjuk langit sore, di mana matahari hampir tenggelam di antara bukit-bukit hijau. Bias sinar yang mulai redup menghias langit sore tampak semburat merah keemasan memberi warna indah yang membuat mata sejuk dan hati teduh."Indah banget langitnya!" decak kagum Alana.Leo tersenyum. Peluknya semakin erat. Meski perut Alana sudah membesar, tetapi tidak menjadi penghalang untuk tetap memeluknya. Sebaliknya, perut besar Ala
"Nyonya, teh Anda."Dona mendekati Alana yang sedang duduk santai di bangku taman yang berada di dekat kolam renang belakang rumah. Kemudian, memberikan secangkir teh yang masih hangat pada Alana dengan penuh kebaikan hati."Terima kasih."Alana pun merasa sangat berterima kasih dan mengucapkan kata-kata itu dengan senyum yang manis, lalu menyeruput teh hangat sembari menunggu Dona duduk di depannya.Suasana taman sore ini terasa semakin nyaman dan tenang dengan hadirnya secangkir teh hangat tersebut."Mulai hari ini, jangan panggil aku nyonya lagi! Aku bukan nyonyamu," kata Alana sembari meletakkan cangkir di atas meja.Dona tercengang kaget."Kenapa? Apa aku telah melakukan kesalahan?" Dona merasa perlu tau alasan Alana. Dia tidak merasa melakukan kesalahan. Hubungan mereka beberapa hari ini juga baik-baik saja, tetapi tiba-tiba Alana mengatakan hal itu padanya. Jelas saja hal ini membuatnya bingung dan bertanya-tanya.Melalui ekspresi kagetnya saja, seharusnya Alana sudah mengerti
“Bear,sebenarnya kita mau ke mana?” tanya Alana bingung.Leo menoleh, lalu memberi senyum manisnya.“Bukankah kita sudah membicarakannya, Sayang? Aku akan membawamu ke tempat yang tenang dan sejuk. Kita akan ke luar kota,” jawab Leo mengingatkan Alana tentang apa yang sudah pernah mereka bicarakan.“Tapi, kenapa pakaian yang kamu bawa sangat banyak?” Alana melempar pandangnya ke arah tumpukan pakaian dalam koper yang belum tertutup.Leo pun melirik ke arah yang dikatakan istrinya. Bibirnya kembali menyunggingkan senyum.“Karena kita akan melakukan liburan dalam waktu yang lumayan cukup lama,” jawab Leo.Dia sibuk mengemas beberapa pakaian mereka dan memasukkan ke dalam koper. Ada dua koper di sana, salah satunya sudah terisi penuh dengan pakaian Leo sendiri. saat ini suami Alana itu sedang menegmas pakai Alana. Tadinya, Alana ingin membantu, tetapi Leo melarangnya dan memintanya duduk saja di tempat tidur.Setelah merasa cukup dan selesai, Leo bangkit dari tempatnya, lalu mendekati A
"Dokter, bagaimana?""Nyonya, apakah Anda merasa baik-baik saja?" tanya dokter pada Alana. Leo tampak sangat cemas menatap wajah dokter yang memeriksa kondisi kandungan istrinya. Apalagi saat dokter itu tidak segera menjawab pertanyaannya, melainkan mengarahkan pandang pada Alana dengan sorot mata yang tidak baik-baik saja. Refleks dia pun ikut mengarahkan pandangnya pada Alana, lalu meraih tangan Alana dan menggenggamnya."Dokter?" Setelah Leo menyapa dokter, dokter tersebut menghela napas panjang dengan suara yang terdengar berat saat memandang Leo. Reaksi ini membuat Leo merasa semakin cemas dan khawatir akan kondisi istrinya. Meskipun tidak diketahui secara pasti apa yang dipikirkan oleh dokter, namun dari reaksinya itu dapat diartikan bahwa ada sesuatu yang membuatnya khawatir tentang kesehatan Alana dan bayi dalam kandungannya. Hal ini tentunya menambah kekhawatiran bagi Leo dan membuatnya merasa semakin tidak tenang."Dalam kondisi kehamilan yang masih muda, seharusnya istri
"Leo-""Sstt!" Leo segera meletakkan jari telunjuknya di depan bibir ketika Damian datang dan berjalan ke arahnya sembari berbicara. Karena hal ini, Damian pun menghentikan ucapannya dan memperlambat serta memperhalus langkahnya. Sembari mendekat, matanya tertarik memperhatikan wanita yang tertidur di sofa dengan kepala di atas pangkuan Leo."Apa istrimu sakit?" tanyanya dengan suara lirih setelah duduk di depan Leo. Matanya masih memperhatikan wajah lelap Alana yang menurutnya sedikit pucat dan tampak sedikit lelah."Tidak, tapi dia tidak baik-baik saja," jawab Leo juga mengarahkan pandangnya pada wajah Alana.Damian menoleh dan memiringkan kepalanya sedikit, sedangkan matanya menyipit ketika mendengar perkataan Leo. Ia kemudian bertanya, "Ada apa?"Melihat ekspresi Damian yang penasaran, akhirnya Leo menceritakan tentang masalah yang dialami Alana. Dia bercerita tentang mimpi buruk yang membuat Alana ketakutan dan sulit tidur hingga pagi hari. Karena itu, Leo memutuskan untuk tidak
"Jangan bunuh anakku! Aku mohon," mohon Alana dalam rintih kesakitan dan tangis.Tenaganya telah habis dan suara tangisnya hampir tak terdengar lagi. Arga telah melakukan hal yang membuat dunianya runtuh dan tak berarti lagi. Meskipun ia memberontak dan menjerit, tak seorang pun yang bisa menolongnya. Hidupnya telah hancur dan kini ia berada pada titik terdalam kesedihan yang tak terbayangkan. Semua harapan dan impian yang pernah dimilikinya kini sirna, meninggalkan dirinya dalam kehancuran yang sangat menyakitkan. Alana kembali berteriak histeris sembari memberontak menggunakan sisa tenaganya. Meski merasa tidak lagi memiliki harapan karena Arga terus menghujam tubuhnya dengan maksud untuk membunuh bayi dalam perutnya, Alana, dia berharap masih memiliki harapan untuk menyelamatkan anaknya."Berhentilah melawan, Alana! Tidak ada yang bisa menyelamatkan anakmu," ujar Arga dengan bengisnya."Dasar bajingan! Aku bersumpah akan membunuhmu, Arga!" sumpah Alana.Plak!Arga kembali melayang